Revisi Tugas Keperawatan Jiwa
Revisi Tugas Keperawatan Jiwa
KEPERAWATAN JIWA
OLEH
KELOMPOK II (Ners B Angkatan 7)
Tutor
Ns. Mihrawaty S. Antu, S.Kep, Sp.J
B. Masalah Utama
C. Konsep Teori
1. Proses terjadinya masalah
a. Definisi
c) Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan
pegingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d) Faktor Biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas,
serta dapat ditemukan atropik otak, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan
limbic.
e) Faktor Genetik
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
b) Faktor Biokimia
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan social.
d. Tanda dan Gejala
Saat terjadinya gangguan jiwa klien juga memiliki mekanisme koping yang
kurang baik, klien memiliki mekanisme koping secara emosi. Hal ini dapat terlihat
dengan keadaan klien yang terkadang asik atau sering cemas saat halusinasi muncul.
Mekanisme koping yang berfokus pada emosi akan menyebabkan klien menjadi asyik
dengan isi dari halusinasi. Pasien dengan halusinasi pendengaran biasanya melaporkan
keadaanya seperti mendengar kebisingan, bisikan yang mengobrol dengan dirinya, dan
bisikan yang memerintahkan pasien untuk berbuat kekerasan terhadapnorang lain
ataupun dirinya sendiri. Saat halusinasi dating yang dilakukan pasien yaitu marah marah,
cemas, mondar mandir.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari Studi kasus melihat hasil observasi dan wawancara kelompok, kami mengangkat
“Halusinasi Pendengaran” sebagai diagnose keperawatan jiwa pada kasus diatas
3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan SP I
Perilaku keperawatan diharapkan klien 1. Bina hubungan
Kekerasan mampu mengidentifikasi Saling percaya
halusinasi dengan kriteria hasil : 2. Klien dapat
SP I mengidentifikasi
1. Pasien Mampu membina penyebebab
hunbungan saling perilaku kekerasan
percaya 3. Klien dapat
2. Pasien dapat mengidentifikasi
mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang dilakukan
3. Pasien mampu 4. Klien dapat
mendiskusikan tandan menyebutkan cara
dan gejal perilaku mengontrol perilaku
kekerasan kekerasan
4. Pasien dapat 5. Menganjurkan
menyebutkan cara pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan kegiatan harian
5. Pasein mampu SP II
mempraktekkan latihan 1. Mengevaluasi
cara mengontol fisik jadwal kegiatan
SP II harian pasien
1. Pasien mampu 2. Melatih pasien
mengontrol perilaku mengontrol perilaku
kekerasan dengan kekerasan dengan
cara fisik cara fisik
2. Pasien mampu 3. Menganjurkan
memasukkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kedalam jadwal
harian kegiatan harian
SP III SP III
1. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
mengevaluasi jadwal jadwal kegiatan
kegiatan harian pasien harian pasien
2. Pasien mampu 2. Melatih pasien
mengontrol perilaku mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara kekerasan dengan
verbal cara verbal
SP IV 3. Menganjurkan
1. Pasien mampu pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan dengan cara kegiatan harian
spiritual SP IV
2. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
jadwal kegiatan harian harian pasien
SP V 2. Menjelaskan cara
1. Pasien mampu mengontrol perilaku
mengevaluasi jadwal kekerasan dengan
kegiatan harian cara spiritual
2. Pasien mampu 3. Menganjurkan
menjelaskan cara pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan dengan minum kegiatan harian
obat SP V
3. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
jadwal kegiatan harian harian pasien
2. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
minum obat
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.
SP III
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
2. Memberikan
kesempatan kepada
pasien berkenalan
dengan dua orang atau
lebih
3. Mengajarkan pasien
memasukkan ke jadwal
kegaiatn harian
Pasienseringberbicara kacau, mengomel tanpa sebab, pandangan tajam, dan sering berjalan
mondar – mandir.
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kesal karena setiap mau tidur ia sering mendengar suara yang mengejek
bahwa dirinya jahat karena korupsi di daerah tempat ia bekerja dulu.
3. Keluhan lain/penyerta
Pasien ditemukan suka menyendirisambil bicara sendiri, penampilan pasien tidak rapi.
4. Masalah keperawatan
DO :
- Pasien Saat ini Sedang Berbicara Kacau,
mengomel tanpa sebab, pandangan tajam,
dan sering berjalan mondar mandi
2 DS : Halusinasi Pendengaran
- pasien mengatakan ia kesal karena
setiap mau tidur ia sering mendengar
suara yang mengejek bahwa dirinya
jahat karena korupsi di daerah tempat ia
bekerja dulu.
DO:
- Pasien Saat ini Sedang Berbicara
Kacau, mengomel tanpa sebab,
pandangan tajam, dan sering berjalan
mondar mandi
3 DS : Isolasi Sosial
-
DO :
- Hasil observasi ditemukan bahwa pasien
suka menyendiri sambil bicara sendiri.
4 DS: Defisit Perawatan diri
-
DO :
- Penampilan pasien tidak rapi.
Pohon Masalah
Effect Resiko Perilaku Kekerasan
Core Problem Halusinasi ( Pendengaran )
Causa Isolasi Sosial
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.- Tanggal :-
Dx Medis : Halusinasi Pendengaran Ruang :-
Perencanaan
Dx Kep
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional
Gangguan TUM : pasien setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses terapi
persepsi dapat tindakan keperawatan dengan menggunakan prinsip melalui komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada
sensori : mengontrol 1 x pertemuan pasien komunikasi terapeutik. klien secara sadar, terarah, dan memiliki tujuan, yaitu
halusinasi halusinasi yang menunjukan hubungan a. Sapa pasien dengan ramah baik kesembuhan klien. Dalam melakukan komunikasi
dialaminya saling percaya dengan verbal maupun non verbal dibutuhkan rasa percaya/kepercayaan pasien terhadap
perawat dengan b. Perkenalkan nama, nama perawat. Membangun hubungan saling percaya dari awal
kriteria panggilan dan tujuan perawat akan membuat hubungan ke depan semakin lancar, karena
TUK 1: hasil: berkenalan semakin terbukanya klien dengan perawat akan masalah
Klien dapat 1. Ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap dan yang dihadapi. Dalam membangun hubungan saling percaya
membina bersahabat. nama panggilan yang disukai tentunya klien akan menilai perawat sejak pertemuan
hubungan saling 2. Menunjukkan rasa pasien pertama dan sejak dimulainya proses komunikasi
percaya senang. d. Buat kontrak yang jelas terapeutik.. Ketika klien merasa sering diperhatikan oleh
3. Ada kontak mata. e. Tunjukkan sikap jujur dan seseorang (perawat) maka ia akan merasa bahwa dirinya ada
4. Mau berjabat menepati janji setiap kali yang memperhatikan, sehingga akan timbul trust dari klien
tangan. interaksi itu sendiri. Hubungan saling percaya atau trust merupakan
5. Mau menyebutkan f. Tunjukan sikap empati dan suatu hal yang penting dalam komunikasi terapeutik untuk
nama. menerima apa adanya memberikan kelancaran dalam komunikasi di setiap fasenya
6. Mau menjawab g. Beri perhatian kepada pasien (Fasya & Supratman, 2018).
salam. dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
7. Mau duduk h. Tanyakan perasaan pasien dan Sehingga klien akan memberikan informasi secara lengkap
berdampingan masalah yang dihadapi terkait kondisi yang dialami, Selain itu BHSP yang baik
dengan perawat. pasien dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi halusinasi
8. Bersedia i. Dengarkan dengan penuh yang dialami oleh pasien.
mengungkapkan perhatian ekspresi perasaan
masalah yang pasien
dihadapi.
TUK 2 : 1. Setelah dilakukan 1. Adakan kontak sering dan singkat Dengan memberikan edukasi dan memberikan strategi
Pasien dapat intervensi secara bertahap implementasi dengan menegur ketika pasien mendengar
mengenali keperawatan selama 2. Observasi tingkah laku pasien sesuatu yang mengalami halusinasi dapat membantu pasien
halusinasinya 1x24 jam terkait dengan halusinasinya dalam mengenali halusinasi dan gejalanya (Livana & Suerni,
pasien dapat (dengar, raba, lihat), jika 2019).
menyebutkan : menemukan pasien yang sedang Terapi orientasi realita dapat mengidentifikasi stimulus
- Isi, waktu, halusinasi: internal maupun eksternal, sehingga diharapkan pasien dapat
frekuensi serta a. Tanyakan apakah pasien membedakan khayalan dan kenyataan serta dapat
situasi dan mengalami sesuatu mengungkapkan sesuai dengan realita. Terdapat pengaruh
kondisi yang melihat, mendengar, dan terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap
menimbulkan merasa kemampuan mengidentifikasi stimulus pada pasien
halusinasi b. Jika pasien menjawab ya, halusinasi (Musa, Kanine, & Onibala, 2015).
tanyakan apa yang sedang Diskusi dengan pasien ini bertujuan agar pasien mengenal
dialaminya halusinasinya akan memudahkan pasien untuk mengetahui
c. Katakan bahwa perawat mana yang nyata dan mana yang tidak, sehingga pasien
percaya pasien mengalami dapat melakukan tindakan mengontrol halusinasi atau
hal tersebut, namun mengabaikan halusinasi.
perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi) orientasi
Realita
d. Katakan bahwa ada pasien lain
yang mengalami hal yang sama.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien
3. Jika pasien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan pasien :
a. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam atau sering
dan kadang – kadang )
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
1. Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan pasien apa yang Kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang
intervensi dirasakan jika terjadi halusinasi dan halusinasinya apakah pasien masih dalam tahapan
keperawatan beri kesempatan comfortable atau tidak karena dengan mengungkapkan
selama 1x24 jam perasaan yang dialami, perawat dapat mempersiapkan
pasien dapat untuk mengungkapkan tindakan apa yang akan dilakukan ketika pasien pada tahap
menyatakan perasaan perasaannya. tertentu serta perawat dapat menjelaskan tahapan halusinasi
dan 2. Diskusikan dengan pasien apa yang kepada pasien:
responnya saat dilakukan untuk mengatasi perasaan 1. Comforting ansietas tingkat sedang, secara
mengalami tersebut. umum, halusinasi bersifat menyenangkan
halusinasi: 3. Diskusikan tentang dampak yang 2. Condemning ansietas tingkat berat, secara umum,
a. Marah akan dialaminya bila pasien halusinasi menjadi menjijikkan
b. Takut menikmati halusinasinya. 3. Controlling-ansietas tingkat berat, pengalaman sensori
c. Sedih menjadi berkuasa
d. Senang 4. Conquering
e. Cemas Panik, umumnya halusinasi menjadi lebih rumit,
f. Jengkel melebur dalam halusinasinya (Bagus, 2014).
TUK 3 : 1. Setelah dilakukan 1. Identifikasi bersama pasien cara atau Mengidentifikasi koping pasien dan megetahuii koping
Pasien dapat intervensi tindakan yang dilakukan jika terjadi pasien masih positif atau negative yaitu mengikuti untuk
mengontrol keperawatan selama halusinasi melanjutkan aktivitas, interaksi dengan halusinasinya. Satu diantaranya
halusinasinya 1x24 jam pasien menyibukkan diri dengan (terapi penanganan pasien skizofrenia dengan halusinasi adalah
dapat : okupasi aktivitas menggambar) terapi okupasi aktivitas menggambar
a. Menyebutkan atau mengabaikan Art drawing therapy lebih efektif dalam menurunkan skor
tindakan yang 2. Diskusikan cara yang dapat PANSS (Positive and Negative Symptoms Scale) pasien
bisaanya digunakan pasien, skizofrenia dibandingkan hanya dengan diberi tindakan
dilakukan untuk a. Jika cara yang digunakan generalis keperawatan jiwa. Terjadi penurunan gejala
mengendalikan adaptif beri pujian. positif dan negatif yang lebih signifi kan pada kelompok
halusinasinya b. Jika cara yang digunakan perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Sari,
maladaptif diskusikan Hakim, Kartina, Saelan, &
kerugian cara tersebut. Kusuma, 2018).
b. Menyebutkan cara 1. Diskusikan cara baru untuk Salah satu terapi untuk mengurangi halusinasi dengan
baru mengontrol memutus/ mengontrol timbulnya berakivitas, bercakap – cakap dengan orang lain.
halusinasi halusinasi : Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu
a. Menghardik/mengusir/tidak mengontrol halusinasi, ketika pasien bercakap- cakap
memperdulikan pada saat dengan orang lain terjadi distraksi, fokus perhatian pasien
halusinasi terjadi) akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
b. Bercakap-cakap dengan orang dilakukan dengan orang lain, seperti hasil penelitian
lain (perawat/teman/anggota dalam jurnal (Fresa et al., 2015).
keluarga) untuk menceritakan 1. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
tentang halusinasinya. kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok
c. Membuat dan melaksanakan intervensi ada perbedaan bermakna antara sebelum
jadwal kegiatan sehari hari yang dan sesudah diberikan terapi mengalami peningkatan
telah di susun. dalam mengontrol halusinasinya. Hasil ini
d. Meminta keluarga/teman/ perawat menggunakan uji wilcoxon yang menunjukkan
menyapa jika sedang bahwa nilai p = 0,000 (p kurang dari 0.05).
berhalusinasi. 2. Kesimpulan : Kemampuan mengontrol halusinasi
sesudah dilakukan terapi individu bercakap-cakap
pada kelompok intervensi
kemampuan baik 26 responden (96.3%).
c. pasien dapat 1. Beri contoh cara menghardik Menghardik merupakan upaya untuk menurunkan
memilih dan halusinasi : “Pergi ! , kamu halusinasi yang dinilai dari karakteristik frekuensi, durasi,
memperagakan tidak nyata, saya mau lokasi, kenyaringan, kepercayaan asal usul suara, jumlah
cara membuang sampah” isi suara negatif, tingkat isi suara negatif, jumlah tekanan,
menghardik/me 2. Beri pujian atas keberhasilan intensitas tekanan, gangguan akibat suara dan
ngusir / tidak pasien kemampuan mengontrol halusinasi. Sesuai dengan jurnal
memperdulikan 3. Minta pasien untuk mengikuti yang berjudul tenik distraksi menghardik spiritual
halusinasinya contoh yang diberikan dan terhadap halusinasi pasien oleh (Nurlaili, Nurdin, & Putri,
minta pasien mengulanginya 2019).
4. Susun jadwal latihan pasien dan 1. Hasil
minta untuk menuliskan pada a. Pengaruh teknik distraksi pada kelompok intervesi
jadwal kegiatan hariannya pvalue < 0.05 yang diartikan terdapat
pengaruh yang signifikan
d. Pasien dapat 1. Anjurkan pasien untuk mengikuti Terapi aktivitas kelompok (GAT) adalah salah satu terapi
mengikuti terapi aktivitas kelompok modalitas yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok
terapi aktivitas 2. TAK stimulsi persepsi untuk klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama.
kelompok halusinasi Kegiatan digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan
a. Sesi 1: mengenal halusinasi (jenis sebagai target perawatan. Dalam kelompok, ada dinamika
isi, frekuensi, waktu, situasi, interaksi interdependen, saling membutuhkan dan menjadi
respon) rujukan di mana klien dapat mempraktikkan perilaku adaptif
b. Sesi 2: melawan halusinasi baru untuk mengubah perilaku maladaptif lama (Keliat,
dengan cara menghardik Budi, & Dkk, 2014).
c. Sesi 3: melawan halusinasi Seperti dijelaskan dalam jurnal (Herawati et al., 2020)
dengan cara melakukan
kegiatan terjadwal
d. Sesi 4: melawan halusinasi dengan Hasil:
cara bercakap-cakap dan de- Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian
enskalasi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi pada
kemampuan untuk mengendalikan
halusinasi pada pasien Halusinasi Pendengaran
Intervensi Strategi Pelaksanaan Jiwa
2. Diagnosis keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (pendengaran)
3. Tujuan khusus intervensi
Mengatasi masalah keperawatan halusinasi dengan tujuan khusus pasien dapat
mengurangi atau mengkontrol halusinasinya dan dapat mematuhi minum obat serta
menjadwal kegiatan harian pasien
4. Tujuan umum intervensi
a. Pasien dapat mengakui bahwa dirinya mengalami halusiaasi dan
b. Pasien dapat belajar menghardik
c. Pasien dapat belajar mengkontrol halusinasi menggunakan obat obatan
d. Pasien dapat belajar mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap bersama
teman, keluarga (istri, anak)
e. Pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan yang positif
(seperti mengajar)
B. STRATEGI PELAKSANAAN
SP pasien
1. SP I :
a. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon
b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan.
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
2. SP II
a. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 8 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, benar kadaluarsa, benar
dokumentasi).
c. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.
3. SP III
a. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
c. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap.
4. SP IV
Evaluasi kegiatan latihan menghardik,minum obat dan bercakap-cakap.
Beri pujian.
Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai
dengan 2 kegiatan harian).
Nilai kemampuan yang telah mandiri.
Nilai apakah halusinasi terkontrol.
Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan hari
STRATEGI KOMUNIKAASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SPTK PADA PASIEN
HALUSINASI
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
1. SP I : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu. Perkenalkan nama Nirmala
halusinasi Mohamad , saya biasa dipanggil naning, Nama ibu
dengan cara siapa
menghardik ?ibu senang dipanggil siapa bu ?“
2. Evalluasi validasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
menghardik tadi bu ?”
Evaluasi objektif
“Apa yang telah bapak pelajari tadi bu ? coba
diperagakan bu (beri pujian)”
2. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibu sudah bisa menghardik sekarang
kita memasukkan jadwal menghardik di jadwal
harian ibu ya ? bapak mau latihan pukul berapa?
baik, jadi ibu akan berlatih menghardik 3x sehari
setelah minum obat ya bu jadi antara jam
07.00, 13.00 dan 17.00?”
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, topik,
tempat)
“Baik bu, bagaimana kalau kita besok bertemu lagi?
Dimana bu ? oh baik ditaman ya ? pukul 10.00 apa
ibu bisa? Baik pak besok kita akan bertemu ditaman
pada pukul 10.00 untuk latihan cara kedua yaitu
meminum obat ya bu. Sampai jumpa bu,
selamat pagi.”
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
2. SP II : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu Apakah ibu masih mengingat
halusinasi saya? Iya benar, saya suster naning yang
dengan minum kemarin sudah berlatih menghardik besama ibu”
obat
2. Evalluasi validasi
“Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
cara meminum obat dan menghardik ibu ?
Evaluasi objektif
“Apa yang telah ibu pelajari hai ini dan kemarin
pak ? coba diperagakan menghardik dan
diulangi cara meminum oat yang baik dan benar
ibu (beri
pujian)”
2. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibusudah bisa menghardik
dan mengontrol halusianasi dengan minum
obat sekarang kita memaskukkan jadwal
menghardik dan minum obat dijadwal harian
ibu ya ? bapak mau latihan pukul berapa?
baik, jadi bu akan mengontrol halusinasi
engan meminum obat
setiap hari 3x dalam sehari ya bu?”
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
Baik ibu, bagaimana kalau kita besok
bertemu lagi untuk belajar cara yang ke tiga
yaitu berbincang bincang? Dimana bu ? oh
baik diruang tengah ya ? pukul berapa bu
dapat ditemui untuk belajar bersama? Baik
pak besok kita akan bertemu diruang tengah
pada pukul 10.00 untuk latihan cara ketiga
yaitu bercakap-cakap ya bu. Sampai
jumpa ibu, selamat siang”
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
3. SP III : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu. Apakah ibu masih mengingat
halusinasi saya? Iya benar, saya naning yang kemarin sudah
dengan berlatih besama ibu”
bercakap-cakap 2. Evalluasi validasi
“Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
beraktivitas dengan merapikan temapt tidur
dan membersihkan rumah tadi ibu ?
Evaluasi objektif
“Apa yang telah ibu pelajari tadi pak ? coba
diperagakan bu (beri pujian). apakah ibu bisa
mengulangi ke empat cara untuk
mengurangi halusinasi? Wah hebat sekali bu”
7. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibu sudah bisa menghardik
sekarang kita memaskukkan jadwal
beraktivitas di jadwal harian ibu ya ? ibu
mau latihan pukul berapa? baik, jadi ibu
akan berlatih aktivitas
ketika bangun tidur malam dan siang dan
membuang sampah pagi dan sore ya bu?
Bisa diulangi bu apa yang telah kita
peajari selama 4 hari ini? Wah hebat”
8. Kontrak pertemuan selanjutnya
Baik bu, karena ibu sudah bisa mengontrol
halusinasi dengan 4 cara yaitu
menghardik, meminum obat, bercakap-
cakap dan beraktivitas. ibu tetap harus
melakukan kegiatan tersebut dan
memasukkannya dijadwal harian ibu.
Minggu depan saya akan kesini lagi untuk
mengecek apakah halusinasi ibu sudah
dapat terkontrol dengan baik atau belum.
Kira kira ibu mau bertemu dengan saya
hari apa? Oh baik hari senin pagi ya bu?
Sampai jumpa hari senin bu selamat
pagi.”
Setelah dilakukan pengkajian pada pasien umur 50 thn maka ditemukan masalah utama pada
pasien tersebut dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Dimulai dari cause
penyebab, factor predisposisi dalam masalah ini ialah selalu mendengarkan suara tidak jelas
hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara langsung dari pasien “ klien mengatakan sering
mendengarkan suara yang mengejek bahwa dirinya jahat karena korupsi didaerah tempat ia
bekerja dulu”
Pada pengkajian pasien tersebut tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Yaitu teori tanda da gejala halusinasi pendengaran. Menurut keliat (2009) tanda dan gejala
halusinasi adalah bicara, senyum dan tertawa sendiri, marah-marah, mendengar suara
kegaduhan, bercakap-cakap dan mendengarkan perintah, mencondongkan telinga kearah
tertentu, dan menutup telinga. Semantara didalam kasus melalui pengkajian tidak semua
ditemukan data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fasya, H., & Supratman, L. P. (2018). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Gangguan Jiwa
Therapeutic Communication of Nurses To Mental Disorder Patient. Jurnal Penelitian Komunikasi, 21(1),
15–28. https://doi.org/10.20422/jpk.v21i1.491
Fresa, O., Rochmawati, D. H., Syamsul, M., Sn, A., Program, M., S1, S., … Semarang, K. (2015). Efektifitas
Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsj Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Efektifitas Terapi
Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 25(20), 1–10.
Andika, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pada
Penderita Skizofrenia. Jurnal Kebidanan, 10(01), 80. https://doi.org/10.35872/jurkeb.v10i01.301
Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis Dan Psikoreligius Pada Klien
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan Dan Pendengaran. Jurnal Riset Kesehatan Nasional,
2(2), 114. https://doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E. (2019). Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik Dengan Spiritual
Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(3), 177–190.
PUTRI, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi Terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rawat Inap Arjuna Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi.