Anda di halaman 1dari 34

PROBLEM BASIC LEARNING

KEPERAWATAN JIWA
OLEH
KELOMPOK II (Ners B Angkatan 7)

NIRMALA MOHAMA 841420143


SUNARYAN GANI 841420144
ALDITA NUR MOHAMAD 841420156
ABDUL RAHMAT YALINI 841420164

Tutor
Ns. Mihrawaty S. Antu, S.Kep, Sp.J

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
T.A. 2020/2021
A. Kasus / Skenario

Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat di RS Jiwa semenjak


dia melakukan sidak ke Rumah Sakit dan menendang meja dan kursi di
ruangan UGD. Pasien saat ini bicara kacau, mengomel tanpa sebab,
pandangan tajam, dan sering berjalan mondar-mandir. Ketika dikaji pasien
mengatakan ia kesal karena setiap mau tidur ia sering mendengar suara
yang mengejek bahwa dirinya jahat karena korupsi di daerah tempat ia
bekerja dulu. Hasil observasi ditemukan bahwa pasien suka menyendiri
sambil bicara sendiri. Penampilan pasien tidak rapi.

B. Masalah Utama

Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi Pendengaran

C. Konsep Teori
1. Proses terjadinya masalah
a. Definisi

Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan


dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan
sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman.Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari
suatu obyek rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. ( Yusuf, et all, 2015)
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penciuman.
b. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, dkk (2015), factor predisposisi dan factor presfitasi halusinasi adalah :
a) Faktor Perkembangan

Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat


meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir dengan ganggguan persepsi.
Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
b) Faktor Sosial Budaya

Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang merasa disingkirkan atau


kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul gangguan seperti delusi
dan halusinasi.

c) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal seseorang yang tidak harmonis, serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat berakhir dengan
pegingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d) Faktor Biologis

Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan orientasi realitas,
serta dapat ditemukan atropik otak, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan
limbic.
e) Faktor Genetik

Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan pada pasien


skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang salah satu
anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua
orang tua skizofrenia
c. Faktor Presipitasi
a) Stresor Sosial Budaya

Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari kelompok dapat
menimbulkan halusinasi.
b) Faktor Biokimia

Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta zat halusigenik diduga


berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi.
c) Faktor Psikologis

Intensitas kecemasan yang ekstream dan memanjang disertai terbatasnya


kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi
realistis. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
d) Faktor Perilaku

Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas berkaitan
dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan social.
d. Tanda dan Gejala
Saat terjadinya gangguan jiwa klien juga memiliki mekanisme koping yang
kurang baik, klien memiliki mekanisme koping secara emosi. Hal ini dapat terlihat
dengan keadaan klien yang terkadang asik atau sering cemas saat halusinasi muncul.
Mekanisme koping yang berfokus pada emosi akan menyebabkan klien menjadi asyik
dengan isi dari halusinasi. Pasien dengan halusinasi pendengaran biasanya melaporkan
keadaanya seperti mendengar kebisingan, bisikan yang mengobrol dengan dirinya, dan
bisikan yang memerintahkan pasien untuk berbuat kekerasan terhadapnorang lain
ataupun dirinya sendiri. Saat halusinasi dating yang dilakukan pasien yaitu marah marah,
cemas, mondar mandir.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari Studi kasus melihat hasil observasi dan wawancara kelompok, kami mengangkat
“Halusinasi Pendengaran” sebagai diagnose keperawatan jiwa pada kasus diatas

3. Rencana Tindakan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan SP I
Perilaku keperawatan diharapkan klien 1. Bina hubungan
Kekerasan mampu mengidentifikasi Saling percaya
halusinasi dengan kriteria hasil : 2. Klien dapat
SP I mengidentifikasi
1. Pasien Mampu membina penyebebab
hunbungan saling perilaku kekerasan
percaya 3. Klien dapat
2. Pasien dapat mengidentifikasi
mendiskusikan penyebab perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang dilakukan
3. Pasien mampu 4. Klien dapat
mendiskusikan tandan menyebutkan cara
dan gejal perilaku mengontrol perilaku
kekerasan kekerasan
4. Pasien dapat 5. Menganjurkan
menyebutkan cara pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan kegiatan harian
5. Pasein mampu SP II
mempraktekkan latihan 1. Mengevaluasi
cara mengontol fisik jadwal kegiatan
SP II harian pasien
1. Pasien mampu 2. Melatih pasien
mengontrol perilaku mengontrol perilaku
kekerasan dengan kekerasan dengan
cara fisik cara fisik
2. Pasien mampu 3. Menganjurkan
memasukkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kedalam jadwal
harian kegiatan harian
SP III SP III
1. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
mengevaluasi jadwal jadwal kegiatan
kegiatan harian pasien harian pasien
2. Pasien mampu 2. Melatih pasien
mengontrol perilaku mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara kekerasan dengan
verbal cara verbal
SP IV 3. Menganjurkan
1. Pasien mampu pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan dengan cara kegiatan harian
spiritual SP IV
2. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
jadwal kegiatan harian harian pasien
SP V 2. Menjelaskan cara
1. Pasien mampu mengontrol perilaku
mengevaluasi jadwal kekerasan dengan
kegiatan harian cara spiritual
2. Pasien mampu 3. Menganjurkan
menjelaskan cara pasien memasukkan
mengontrol perilaku kedalam jadwal
kekerasan dengan minum kegiatan harian
obat SP V
3. Pasien mampu 1. Mengevaluasi
memasukkan kedalam jadwal kegiatan
jadwal kegiatan harian harian pasien
2. Menjelaskan cara
mengontrol perilaku
kekerasan dengan
minum obat
3. Menganjurkan
pasien memasukkan
kedalam jadwal
kegiatan harian.

2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan SP I


persepsi keperawatan diharapkan klien 1. Identifikasi halusinasi :
sensorik : mampu mengidentifikasi jenis halusinasi, isi
halusinasi halusinasi dengan kriteria hasil : halusinasi, waktu
pendengaran SP I terjadinya, frekuensi
1. Klien mampu halusinasi, situasi
mengidentifikasi halusinasi pencetus halusinasi.
(jenis, isi, waktu terjadinya, 2. Latih cara mengontrol
frekuensi, situasi, pencetus) halusinasi dengan cara
2. Klien mampu mengontrol menghardik.
halusinasi dengan cara 3. Ajarkan klien
menghardik. memasukkan cara
3. Klien mampu memasukkan menghardik ke dalam
kegiatan pada jadwal jadwal kegiatan harian.
harian. SP II
SP II 1. Evaluasi jadwal
1. Klien mampu mengontrol kegiatan klien.
halusinasi dengan bercakap- 2. Latih klien
cakap. mengendalikan
2. Klien mampu memasukkan halusinasi dengan cara
ke dalam jadwal kegiatan bercakap-cakap
harian. dengan orang lain.
SP III 3. Anjurkan klien
1. Klien mampu mengontrol memasukkan ke dalam
dan melakukan kegiatan. jadwal harian.
2. Klien mampu memasukkan SP III
ke dalam jadwal kegiatan 1. Evaluasi jadwal
harian. kegiatan harian klien
SP IV (SPI, SPII).
Klien dapat memanfaatkan obat 2. Latih klien
dengan baik dengan kriteria : mengendalikan
1. Klien dapat melibatkan halusinasi dengan
manfaatdosis dan efek melakukan kegiatan.
samping obat. 3. Anjurkan klien
2. Klien dapat memahami memasukkan ke dalam
akibat berhenti minum obat. jadwal kegiatan harian.
SP IV
1 Evaluasi jadwal kegiatan
harian klien.
Berikan pendidikan
2.Berikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur.
3.Anjurkan klien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.
3 Isolasi Sosial Setelah dilakukan tindakan SP I
keperawatan diharapkan klien 1. Mengidentifikasi
mampu mengidentifikasi penyebab isolasi social
halusinasi dengan kriteria hasil : 2. Berdiskusi dengan
 SP I pasien tentang
1. Pasein mampu keuntungan
Mengidentifikasi penyebab berinteraksi dengan
isolasi social orang lain
2. Paien mampu berdiskusi dan 3. Berdiskusi dengan
mendapatkan keuntungan pasien tentang
berinteraksi dengan orang kerugian tidak
lain berinteraksi dengan
3. Pasien mamnpu orang lain
memasukkan jadwal dalam 4. Mengajarkan pasien
kegaiatan harian cara berkenalan
 SP II dengan satu orang
1. Paien mampu 5. Menganjurkan pasien
mengevaluasi jadwal memasukkan kegiatan
kegiatan harian latihan berbincang-
2. Pasien mampu bincang dengan orang
mempraktekkan cara lain dalam kegiatan
berkenalan dengan satu latihan
orang SP II
3. Pasien mampu 1. Mengevaluasi jadwal
berbincang-bincang kegaiatn harian
dengan orang lain 2. Memberikan
 SP III kesempatan kepada
1. Pasien mampu pasien mempraktekkan
mengevaluasi jadwal cara berkenalan
kegaiatan harian dengan satu orang
2. Pasien mampu berkenalan 3. Membantu pasien
dengan dua orang atau lebih memasukkan kegiatan
3. Pasien mampu memasukkan berbincang-bincang
kedalam jadwal kegiatan dengan orang lain
harian sebagai salah satu
kegaiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian
2. Memberikan
kesempatan kepada
pasien berkenalan
dengan dua orang atau
lebih
3. Mengajarkan pasien
memasukkan ke jadwal
kegaiatn harian

4 Defisit Setelah dilakukan tindakan SP I


Perawatan keperawatan diharapkan klien 1. Menjelaskan
Diri mampu mengidentifikasi pentingnya kebersihan
halusinasi dengan kriteria hasil : diri
 SP I 2. Menjelaskan cara
1. Pasien mampu menjaga kebersihan
menjelaskan pentingnya diri
kebersihan diri 3. Membantu pasien
2. Pasien mampu mempraktekkan cara
mempraktekkan cara menjaga kebersihan
menjaga kebersihan diri diri
3. Pasien mampu 4. Menganjurkan pasien
memasukkan kedalam memasukkan kedalam
jadwal kegiatan jadwal kegiatan harian
 SP II SP II
1. Pasien mampu 1. Mengevaluasi jadwal
mengevaluasi jadwal kegiatan harian
kegaiatan harian dan 2. Menganjurkan pasien
memasukkan delam memasukkan kedalam
jadwal kegiatan jadwal harian
harian SP III
 SP III 1. Mengevaluasi jadwal
1. Pasien mampu menjelaskan kegiatan harian
cara eliminasi yang baik 2. Menjelaskan cara
2. Pasien mampu eliminasi yang baik
mempraktekkan cara 3. Membantu pasien
eliminasi yang baik mempraktekkan cara
3. Pasien mampu memasukkan eliminasi yang baik
kedalam jadwal kegaiatan 4. Menganjurkan pasien
harian memasukkan kedalam
 SP IV jadwal kegiatan harian
1. Pasien mampu menjelaskan SP IV
cara berdandan 1. Mengevaluasi jadwal
2. Pasien mampu kegiatan harian
mempraktekkan cara 2. Menjelaskan cara
berdandan berdandan
3. Pasien mampu memasukkan 3. Membantu pasien
kedalam jadwal kegaiatan mempraktekkan cara
harian berdandan
4. Menganjurkan pasien
memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian

D. Konsep Keperawatan Berdasarkan Kasus


1. Alasan masuk rumah sakit :

Pasienseringberbicara kacau, mengomel tanpa sebab, pandangan tajam, dan sering berjalan
mondar – mandir.
2. Keluhan Utama

Pasien mengatakan kesal karena setiap mau tidur ia sering mendengar suara yang mengejek
bahwa dirinya jahat karena korupsi di daerah tempat ia bekerja dulu.
3. Keluhan lain/penyerta

Pasien ditemukan suka menyendirisambil bicara sendiri, penampilan pasien tidak rapi.
4. Masalah keperawatan

Gangguan persepsi sensorik : Halusinasi pendengaran


5. Analisa data

No Data Fokus Masalah Keperawatan


1 DS : - Resiko Perilaku Kekerasan

DO :
- Pasien Saat ini Sedang Berbicara Kacau,
mengomel tanpa sebab, pandangan tajam,
dan sering berjalan mondar mandi

2 DS : Halusinasi Pendengaran
- pasien mengatakan ia kesal karena
setiap mau tidur ia sering mendengar
suara yang mengejek bahwa dirinya
jahat karena korupsi di daerah tempat ia
bekerja dulu.
DO:
- Pasien Saat ini Sedang Berbicara
Kacau, mengomel tanpa sebab,
pandangan tajam, dan sering berjalan
mondar mandi
3 DS : Isolasi Sosial
-
DO :
- Hasil observasi ditemukan bahwa pasien
suka menyendiri sambil bicara sendiri.
4 DS: Defisit Perawatan diri
-
DO :
- Penampilan pasien tidak rapi.

Pohon Masalah
Effect Resiko Perilaku Kekerasan

Core Problem Halusinasi ( Pendengaran )

Causa Isolasi Sosial
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny.- Tanggal :-
Dx Medis : Halusinasi Pendengaran Ruang :-

Perencanaan
Dx Kep
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan Rasional
Gangguan TUM : pasien setelah dilakukan 1. Bina hubungan saling percaya Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses terapi
persepsi dapat tindakan keperawatan dengan menggunakan prinsip melalui komunikasi yang dilakukan oleh perawat kepada
sensori : mengontrol 1 x pertemuan pasien komunikasi terapeutik. klien secara sadar, terarah, dan memiliki tujuan, yaitu
halusinasi halusinasi yang menunjukan hubungan a. Sapa pasien dengan ramah baik kesembuhan klien. Dalam melakukan komunikasi
dialaminya saling percaya dengan verbal maupun non verbal dibutuhkan rasa percaya/kepercayaan pasien terhadap
perawat dengan b. Perkenalkan nama, nama perawat. Membangun hubungan saling percaya dari awal
kriteria panggilan dan tujuan perawat akan membuat hubungan ke depan semakin lancar, karena
TUK 1: hasil: berkenalan semakin terbukanya klien dengan perawat akan masalah
Klien dapat 1. Ekspresi wajah c. Tanyakan nama lengkap dan yang dihadapi. Dalam membangun hubungan saling percaya
membina bersahabat. nama panggilan yang disukai tentunya klien akan menilai perawat sejak pertemuan
hubungan saling 2. Menunjukkan rasa pasien pertama dan sejak dimulainya proses komunikasi
percaya senang. d. Buat kontrak yang jelas terapeutik.. Ketika klien merasa sering diperhatikan oleh
3. Ada kontak mata. e. Tunjukkan sikap jujur dan seseorang (perawat) maka ia akan merasa bahwa dirinya ada
4. Mau berjabat menepati janji setiap kali yang memperhatikan, sehingga akan timbul trust dari klien
tangan. interaksi itu sendiri. Hubungan saling percaya atau trust merupakan
5. Mau menyebutkan f. Tunjukan sikap empati dan suatu hal yang penting dalam komunikasi terapeutik untuk
nama. menerima apa adanya memberikan kelancaran dalam komunikasi di setiap fasenya
6. Mau menjawab g. Beri perhatian kepada pasien (Fasya & Supratman, 2018).
salam. dan perhatikan kebutuhan
dasar pasien
7. Mau duduk h. Tanyakan perasaan pasien dan Sehingga klien akan memberikan informasi secara lengkap
berdampingan masalah yang dihadapi terkait kondisi yang dialami, Selain itu BHSP yang baik
dengan perawat. pasien dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi halusinasi
8. Bersedia i. Dengarkan dengan penuh yang dialami oleh pasien.
mengungkapkan perhatian ekspresi perasaan
masalah yang pasien
dihadapi.
TUK 2 : 1. Setelah dilakukan 1. Adakan kontak sering dan singkat Dengan memberikan edukasi dan memberikan strategi
Pasien dapat intervensi secara bertahap implementasi dengan menegur ketika pasien mendengar
mengenali keperawatan selama 2. Observasi tingkah laku pasien sesuatu yang mengalami halusinasi dapat membantu pasien
halusinasinya 1x24 jam terkait dengan halusinasinya dalam mengenali halusinasi dan gejalanya (Livana & Suerni,
pasien dapat (dengar, raba, lihat), jika 2019).
menyebutkan : menemukan pasien yang sedang Terapi orientasi realita dapat mengidentifikasi stimulus
- Isi, waktu, halusinasi: internal maupun eksternal, sehingga diharapkan pasien dapat
frekuensi serta a. Tanyakan apakah pasien membedakan khayalan dan kenyataan serta dapat
situasi dan mengalami sesuatu mengungkapkan sesuai dengan realita. Terdapat pengaruh
kondisi yang melihat, mendengar, dan terapi aktivitas kelompok orientasi realita terhadap
menimbulkan merasa kemampuan mengidentifikasi stimulus pada pasien
halusinasi b. Jika pasien menjawab ya, halusinasi (Musa, Kanine, & Onibala, 2015).
tanyakan apa yang sedang Diskusi dengan pasien ini bertujuan agar pasien mengenal
dialaminya halusinasinya akan memudahkan pasien untuk mengetahui
c. Katakan bahwa perawat mana yang nyata dan mana yang tidak, sehingga pasien
percaya pasien mengalami dapat melakukan tindakan mengontrol halusinasi atau
hal tersebut, namun mengabaikan halusinasi.
perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi) orientasi
Realita
d. Katakan bahwa ada pasien lain
yang mengalami hal yang sama.
e. Katakan bahwa perawat akan
membantu pasien
3. Jika pasien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan pasien :
a. Isi, waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam atau sering
dan kadang – kadang )
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi

1. Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan pasien apa yang Kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang
intervensi dirasakan jika terjadi halusinasi dan halusinasinya apakah pasien masih dalam tahapan
keperawatan beri kesempatan comfortable atau tidak karena dengan mengungkapkan
selama 1x24 jam perasaan yang dialami, perawat dapat mempersiapkan
pasien dapat untuk mengungkapkan tindakan apa yang akan dilakukan ketika pasien pada tahap
menyatakan perasaan perasaannya. tertentu serta perawat dapat menjelaskan tahapan halusinasi
dan 2. Diskusikan dengan pasien apa yang kepada pasien:
responnya saat dilakukan untuk mengatasi perasaan 1. Comforting ansietas tingkat sedang, secara
mengalami tersebut. umum, halusinasi bersifat menyenangkan
halusinasi: 3. Diskusikan tentang dampak yang 2. Condemning ansietas tingkat berat, secara umum,
a. Marah akan dialaminya bila pasien halusinasi menjadi menjijikkan
b. Takut menikmati halusinasinya. 3. Controlling-ansietas tingkat berat, pengalaman sensori
c. Sedih menjadi berkuasa
d. Senang 4. Conquering
e. Cemas Panik, umumnya halusinasi menjadi lebih rumit,
f. Jengkel melebur dalam halusinasinya (Bagus, 2014).
TUK 3 : 1. Setelah dilakukan 1. Identifikasi bersama pasien cara atau Mengidentifikasi koping pasien dan megetahuii koping
Pasien dapat intervensi tindakan yang dilakukan jika terjadi pasien masih positif atau negative yaitu mengikuti untuk
mengontrol keperawatan selama halusinasi melanjutkan aktivitas, interaksi dengan halusinasinya. Satu diantaranya
halusinasinya 1x24 jam pasien menyibukkan diri dengan (terapi penanganan pasien skizofrenia dengan halusinasi adalah
dapat : okupasi aktivitas menggambar) terapi okupasi aktivitas menggambar
a. Menyebutkan atau mengabaikan Art drawing therapy lebih efektif dalam menurunkan skor
tindakan yang 2. Diskusikan cara yang dapat PANSS (Positive and Negative Symptoms Scale) pasien
bisaanya digunakan pasien, skizofrenia dibandingkan hanya dengan diberi tindakan
dilakukan untuk a. Jika cara yang digunakan generalis keperawatan jiwa. Terjadi penurunan gejala
mengendalikan adaptif beri pujian. positif dan negatif yang lebih signifi kan pada kelompok
halusinasinya b. Jika cara yang digunakan perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Sari,
maladaptif diskusikan Hakim, Kartina, Saelan, &
kerugian cara tersebut. Kusuma, 2018).
b. Menyebutkan cara 1. Diskusikan cara baru untuk  Salah satu terapi untuk mengurangi halusinasi dengan
baru mengontrol memutus/ mengontrol timbulnya berakivitas, bercakap – cakap dengan orang lain.
halusinasi halusinasi : Bercakap-cakap dengan orang lain dapat membantu
a. Menghardik/mengusir/tidak mengontrol halusinasi, ketika pasien bercakap- cakap
memperdulikan pada saat dengan orang lain terjadi distraksi, fokus perhatian pasien
halusinasi terjadi) akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
b. Bercakap-cakap dengan orang dilakukan dengan orang lain, seperti hasil penelitian
lain (perawat/teman/anggota dalam jurnal (Fresa et al., 2015).
keluarga) untuk menceritakan 1. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
tentang halusinasinya. kemampuan mengontrol halusinasi pada kelompok
c. Membuat dan melaksanakan intervensi ada perbedaan bermakna antara sebelum
jadwal kegiatan sehari hari yang dan sesudah diberikan terapi mengalami peningkatan
telah di susun. dalam mengontrol halusinasinya. Hasil ini
d. Meminta keluarga/teman/ perawat menggunakan uji wilcoxon yang menunjukkan
menyapa jika sedang bahwa nilai p = 0,000 (p kurang dari 0.05).
berhalusinasi. 2. Kesimpulan : Kemampuan mengontrol halusinasi
sesudah dilakukan terapi individu bercakap-cakap
pada kelompok intervensi
kemampuan baik 26 responden (96.3%).
c. pasien dapat 1. Beri contoh cara menghardik  Menghardik merupakan upaya untuk menurunkan
memilih dan halusinasi : “Pergi ! , kamu halusinasi yang dinilai dari karakteristik frekuensi, durasi,
memperagakan tidak nyata, saya mau lokasi, kenyaringan, kepercayaan asal usul suara, jumlah
cara membuang sampah” isi suara negatif, tingkat isi suara negatif, jumlah tekanan,
menghardik/me 2. Beri pujian atas keberhasilan intensitas tekanan, gangguan akibat suara dan
ngusir / tidak pasien kemampuan mengontrol halusinasi. Sesuai dengan jurnal
memperdulikan 3. Minta pasien untuk mengikuti yang berjudul tenik distraksi menghardik spiritual
halusinasinya contoh yang diberikan dan terhadap halusinasi pasien oleh (Nurlaili, Nurdin, & Putri,
minta pasien mengulanginya 2019).
4. Susun jadwal latihan pasien dan 1. Hasil
minta untuk menuliskan pada a. Pengaruh teknik distraksi pada kelompok intervesi
jadwal kegiatan hariannya pvalue < 0.05 yang diartikan terdapat
pengaruh yang signifikan
d. Pasien dapat 1. Anjurkan pasien untuk mengikuti Terapi aktivitas kelompok (GAT) adalah salah satu terapi
mengikuti terapi aktivitas kelompok modalitas yang dilakukan oleh perawat kepada sekelompok
terapi aktivitas 2. TAK stimulsi persepsi untuk klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama.
kelompok halusinasi Kegiatan digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan
a. Sesi 1: mengenal halusinasi (jenis sebagai target perawatan. Dalam kelompok, ada dinamika
isi, frekuensi, waktu, situasi, interaksi interdependen, saling membutuhkan dan menjadi
respon) rujukan di mana klien dapat mempraktikkan perilaku adaptif
b. Sesi 2: melawan halusinasi baru untuk mengubah perilaku maladaptif lama (Keliat,
dengan cara menghardik Budi, & Dkk, 2014).
c. Sesi 3: melawan halusinasi Seperti dijelaskan dalam jurnal (Herawati et al., 2020)
dengan cara melakukan
kegiatan terjadwal
d. Sesi 4: melawan halusinasi dengan Hasil:
cara bercakap-cakap dan de- Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian
enskalasi Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi pada
kemampuan untuk mengendalikan
halusinasi pada pasien Halusinasi Pendengaran
Intervensi Strategi Pelaksanaan Jiwa

DIAGNOSA TINDAKAN PERTEMUAN


1 2 3 4 5 S.D 12
GANGGUAN PASIEN 1. Identifikasi 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan
PERSEPSI halusinasi: isi, menghardik. Beri latihan menghardik latihan menghardik, latihan
SENSORI: frekuensi, waktu pujian. dan minum obat. obat dan bercakap- menghardik, obat,
HALUSINASI terjadi, situasi 3. Latih cara Beri pujian. cakap. Beri pujian. bercakap- cakap
(PENDENGARA) pencetus, perasaan, mengontrol 2. Latih cara 2. Latih cara mengontrol dan kegiatan
respon. halusinasi dengan mengontrol halusinasi dengan harian. Beri pujian.
2. Jelaskan cara obat (jelaskan 8 halusinasi dengan melakukan kegiatan 2. Latih kegiatan
mengontrol benar: jenis, guna, bercakap-cakap harian (mulai 2 harian.
halusinasi: hardik, dosis, frekuensi, saat terjadi kegiatan). 3. Nilai kemampuan
obat, bercakap- cara, kontinuitas halusinasi. 3. Masukkan pada yang telah mandiri.
cakap, melakukan minum obat, benar 3. Masukkan pada jadual kegiatan untuk 4. Nilai apakah
kegiatan. dokumentasi). jadual kegiatan untuk latihan menghardik, halusinasi
3. Latih cara 4. Masukkan pada latihan menghardik, minum obat, terkontrol.
mengontrol jadual kegiatan minum obat dan bercakap- cakap dan
halusinasi dengan untuk latihan bercakap- cakap. kegiatan harian.
menghardik. menghardik dan
4. Masukkan pada minum obat.
jadwal kegiatan
untuk latihan
menghardik.
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI UNTUK PASIEN
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi pasien:
Seorang perempuan berusia 50 tahun dirawat di RS Jiwa semenjak dia melakukan sidak ke
Rumah Sakit dan menendang meja dan kursi di ruangan UGD. Pasien saat ini bicara kacau,
mengomel tanpa sebab, pandangan tajam, dan sering berjalan mondar-mandir. Ketika dikaji
pasien mengatakan ia kesal karena setiap mau tidur ia sering mendengar suara yang
mengejek bahwa dirinya jahat karena korupsi di daerah tempat ia bekerja dulu. Hasil
observasi ditemukan bahwa pasien suka menyendiri sambil bicara sendiri. Penampilan
pasien tidak rapi.

2. Diagnosis keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi (pendengaran)
3. Tujuan khusus intervensi
Mengatasi masalah keperawatan halusinasi dengan tujuan khusus pasien dapat
mengurangi atau mengkontrol halusinasinya dan dapat mematuhi minum obat serta
menjadwal kegiatan harian pasien
4. Tujuan umum intervensi
a. Pasien dapat mengakui bahwa dirinya mengalami halusiaasi dan
b. Pasien dapat belajar menghardik
c. Pasien dapat belajar mengkontrol halusinasi menggunakan obat obatan
d. Pasien dapat belajar mengontrol halusinasinya dengan bercakap-cakap bersama
teman, keluarga (istri, anak)
e. Pasien dapat mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan yang positif
(seperti mengajar)
B. STRATEGI PELAKSANAAN
 SP pasien
1. SP I :
a. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon
b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan.
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan menghardik.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik.
2. SP II
a. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 8 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, benar kadaluarsa, benar
dokumentasi).
c. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.
3. SP III
a. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat. Beri pujian.
b. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
c. Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap.
4. SP IV
 Evaluasi kegiatan latihan menghardik,minum obat dan bercakap-cakap.
Beri pujian.
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai
dengan 2 kegiatan harian).
 Nilai kemampuan yang telah mandiri.
 Nilai apakah halusinasi terkontrol.
 Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan hari
STRATEGI KOMUNIKAASI DALAM PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SPTK PADA PASIEN
HALUSINASI
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
1. SP I : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu. Perkenalkan nama Nirmala
halusinasi Mohamad , saya biasa dipanggil naning, Nama ibu
dengan cara siapa
menghardik ?ibu senang dipanggil siapa bu ?“
2. Evalluasi validasi

“Baik ibu X Apa yang sedang bu rasakan hari ini bu?


Ohh ibu sering mendengar suara yang mengejek
bahwa ibu jahat karena korupsi ? seperti apa kekesalan
ibu?” “ibu, setelah ibu merasakan seperti itu. Apa
yang sudah ibu lakukan ?”
3. Kontrak topik, waktu dan tempat
a. Kontrak topik
"Nah, bagaimana kalau kita mengobrol tentang apa
yang ibu rasakan ini dan saya akan bicara tentang
apa yang terjadi dirumah sehingga ibu dibawa kesini
dan latihan untuk mengurangi suara suara yang ibu
dengarkan, apakah ibu bersedia?”
b. Kontrak tempat dan waktu
“Baik bu, ibu mau kita mengobrol dimana ? ohh di
taman ya bu, untuk waktunya bisaanya dilakukan
selama 30 menit, apakah ibu bisa sampai 30 menit
kedepan? Baik bu. Kita mulai ya
bu.”
Kerja Langkah-langkah tindakan keperawatan
a. Identifikasi halusinasi: isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon.
“Coba ibu ceritakan apa yang terjadi kantor
sehingga ibu dibawa kesini. Ooh ibu
Lalu bagaimana perasaan ibu dan tindakan ibu ketika
bertemu dengan mereka bu ? "
b. Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik,
obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.
“Nah yang ibu rasakan itu namanya halusinasi bu,
halusinasi adalah mendengar, melihat, merasakan,
atau membau sesuatu yang sebenarnya itu tidak ada.
Halusinasi yag dirasakan ibu adalah halusinasi
penglihatan, pendengaran, dan perabaan bu.
Halusianasi ini bisa dikurangi atau bahkan bisa
dihilangkan dengan 4 cara bu yaitu menghardik,
meminum obat, bercakap-cakap, dan melakukan
aktivitas rutin. Cara mengurangi halusinasi ini akan
sangat efektif jika bu melakukannya secara rutin.”
c. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
“Hari ini kita berlatih untuk mengurangi halusianasi
dengan cara menghardik ya bu. Menghardik itu
seperti mengusir bu. Caranya jika halusinasi bu itu
datang maka bu bisa menghardiknya dalam hati
dengan mengatakan “pergi..pergi… kamu palsu kamu
tidak nyata, kamu tidak ada” jika halusinasi bu masih
mengganggu bisa dilakukan dengan suara keras atau
dengan menutup mata dan telinga. Sekarang kita
coba ya bu (memperagakan) baguss benar bu. Jadi
kalau halusinasinya datang ibu sudah bisa
mengusirnya ya bu.
d. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik.
Nah kan ibu sudah belajar cara menghardik, sekarang
kita memasukkan latihan menghardik ini didalam jadwal
kegiatan ibu ya. ibumau berlatih menghardik berapa kali
sehari bu ? ohh 3x sehari ya setelah minum obat, tapi
jika halusinasi tersebut muncul
bapak bisa langsung menghardiknya juga ya bu.
Terminasi 1. Evaluasi respon terhadap tindakan keperawatan

Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
menghardik tadi bu ?”
Evaluasi objektif
“Apa yang telah bapak pelajari tadi bu ? coba
diperagakan bu (beri pujian)”
2. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibu sudah bisa menghardik sekarang
kita memasukkan jadwal menghardik di jadwal
harian ibu ya ? bapak mau latihan pukul berapa?
baik, jadi ibu akan berlatih menghardik 3x sehari
setelah minum obat ya bu jadi antara jam
07.00, 13.00 dan 17.00?”
3. Kontrak pertemuan selanjutnya (waktu, topik,
tempat)
“Baik bu, bagaimana kalau kita besok bertemu lagi?
Dimana bu ? oh baik ditaman ya ? pukul 10.00 apa
ibu bisa? Baik pak besok kita akan bertemu ditaman
pada pukul 10.00 untuk latihan cara kedua yaitu
meminum obat ya bu. Sampai jumpa bu,
selamat pagi.”
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
2. SP II : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu Apakah ibu masih mengingat
halusinasi saya? Iya benar, saya suster naning yang
dengan minum kemarin sudah berlatih menghardik besama ibu”
obat
2. Evalluasi validasi

“Baik bu Apa yang sedang iburasakan hari ini bu


? Ohh iburasa lebih baik ya bu? lebih baiknya itu
seperti apa ya bu?”
“ibu, kemarin kan kita sudah berlatih cara
menghardik, apakah ibu masih ingat? Bisa ibu
praktikan lagi? Wah ibu hebat sudah bisa cara
menghadik, apakah kemarin ibu
sudah berlatih sesuai jadwal? Wahh luar biasa”
3. Kontrak topik, waktu dan tempat
‘Nah, bagaimana kalau hari ini kita mengobrol
tentang cara yang ke 2 untuk menghilangkan
bayangan yang mengganggu tersebut
dengan menggunakan obat-obatan bu,
apakah ibu beredia? Baik bu, ibu mau kita
mengobrol dimana ibu ? ohh di sini aja ya
bu, untuk waktunya bisaanya dilakukan
selama 30 menit, apakah ibu bersedia
sampai 30 menit kedepan? Baik
pak. Kita mulai ya bu.”
Kerja Langkah-langkah tindakan keperawatan
“ baik pak cara yang kedua dalam mengatasi
halusinasi ibu dengan menggunakan obat
obatan. Hari ini ita akan belajar untuk mengenal
warna, nama dan fungsi obat tersebut ya bu.
Saya akan menjelaskan obat-obatnya ya bu
1. Obat CPZ: berwarna orange diminum3x
sehari jam 07.00,13.00,17.00 gunanya
untuk menghilangkan suara suara
halusinasi
2. Obat HLD: berwana merah jambu
diminum3x sehari jam 07.00,13.00,17.00
gunanya untuk membuat pikiran tenang
3. Obat THP: berwarna putih diminum3x
sehari jam 07.00,13.00,17.00 gunanya
untuk badan rileks dan tidak kaku.
Selain warna, nama dan fungsi obat ibu juga
harus menghafalkan 8 benar obat.
1. Benar pasien: pastikan obat tersebut
milik ibu
2. Benar obat : cek nama, warna, dan jenis
obatnya
3. Benar dosis: diminum 3x sehari dan
sekali minum hanya 1 butir setiap obat
4. Benar waktyu : obat harus diminum pada
pukul 07.00, 13.00, dan 17.00
5. Benar cara: dengan memasukan dan
menelan obat 1 butir bersama air putih
6. Benar manfaat: ibu juga harus
mengetahui manfaat dari tiap tiap obat
ditambah dengan efek sampingnya
7. Benar kadaluwarsa: mengecek tanggal
kadaluwarsa masing masing obat
8. Benar dokumentasi: dengan memberi
tandah centang pada daftar dan jadwal
minum obat ibu jika ibu telah meminum
obat.
Baik dari penjelasan saya tadi apakah sudah
ibu sudah jelas?
Terminasi 1. Evaluasi respon terhadap tindakan
keperawatan

“Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
cara meminum obat dan menghardik ibu ?
Evaluasi objektif
“Apa yang telah ibu pelajari hai ini dan kemarin
pak ? coba diperagakan menghardik dan
diulangi cara meminum oat yang baik dan benar
ibu (beri
pujian)”
2. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibusudah bisa menghardik
dan mengontrol halusianasi dengan minum
obat sekarang kita memaskukkan jadwal
menghardik dan minum obat dijadwal harian
ibu ya ? bapak mau latihan pukul berapa?
baik, jadi bu akan mengontrol halusinasi
engan meminum obat
setiap hari 3x dalam sehari ya bu?”
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
Baik ibu, bagaimana kalau kita besok
bertemu lagi untuk belajar cara yang ke tiga
yaitu berbincang bincang? Dimana bu ? oh
baik diruang tengah ya ? pukul berapa bu
dapat ditemui untuk belajar bersama? Baik
pak besok kita akan bertemu diruang tengah
pada pukul 10.00 untuk latihan cara ketiga
yaitu bercakap-cakap ya bu. Sampai
jumpa ibu, selamat siang”
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
3. SP III : Orientasi 1. Salam terapeutik
mengontrol “Selamat pagi, ibu. Apakah ibu masih mengingat
halusinasi saya? Iya benar, saya naning yang kemarin sudah
dengan berlatih besama ibu”
bercakap-cakap 2. Evalluasi validasi

Baik ibu Apa yang sedang ibu rasakan hari ini bu ?


Ohh bu merasakan jauh lebih baik ya pak ? lebih
baiknya itu seperti apa bu ?”
“ibu, kemarin kan kita sudah berlatih cara
menghardik dan meminum obat dengan benar bu,
apakah ibu masih ingat? Bisa ibu praktikan lagi?
Wahh pintar ibu sudah bisa cara menghadik dan
menghafal jenis obat ya, apakah kemarin ibu sudah
berlatih sesuai jadwal? Wahh
pintar”
3. Kontrak topik, waktu dan tempat
c. Kontrak topik
"Nah, bagaimana kalau hari kita mengobrol
tentang cara yang ketiga yaitu mengurangi
halusinasi dengan bercakap-cakap, apakah ibu
bersedia?”
d. Kontrak tempat dan waktu
“Baik bu, ibu mau kita mengobrol dimana bu ?
ohh di taman ya bu, untuk waktunya bisaanya
dilakukan selama 30 menit, apakah ibu longgar
sampai 30 menit kedepan? Baik
bu. Kita mulai ya .”
Kerja Langkah-langkah tindakan keperawatan
“ok ibu, hari ini kita akan belajar mengurangi
halusinasi menggunakan cara yang ketiga yaitu
bercakap-cakap. Apakah ibu masih ingat cara
yang 1&2? Bagus. Kalau boleh tahu bisanya
bersama siapa dirumah dirumah? Oh sama suami
ya, ibu bisa melakukan aktivitas bercakap cakap ini
dengan suami ibu, jika halusinasi ibu datang dan
mereka akan melakukan interaksi dengan ibu
sebaiknya ibu mencari suami ibu untuk melakukan
perbincangan agar ibu dapat teralihkan dari
halusinasi ibu. Bagaimana bu apakah bu sudah
mengerti untuk mengurangi
halusinasi dengan bercakap-cakap?”
Terminasi 1. Evaluasi respon terhadap tindakan
keperawatanEvaluasi subjektif “Bagaimana
perasaan ibu setelah kita berlatih menghardik
tadi bu ?”
2. Evaluasi objektif
3. “Apa yang telah bapak pelajari tadi bu ? coba
dijelaskan kembali bu (beri pujian)”
4. Tindak lanjut
“baik bu, karena ibu sudah bisa mempelajari 3
cara untuk mengurangi halusinasi sekarang kita
memasukan jadwal menghardik di jadwal
harian ibu ya ? ibu mau latihan pukul berapa?
baik, jadi ibu akan berlatih sembari berlatih
menghardik ya bu, jadwal latihan setiap hari
sehabis makan siang, pukul
13.00 ya bu?”
5. Kontrak pertemuan selanjutnya
Baik bu, bagaimana kalau kita besok bertemu
lagi? Dimana bu ? oh baik diruang tengah ya ?
pukul 13.00 apa ibu bisa? Baik bu kita akan
bertemu diruang tengah pada pukul 13.00
untuk latihan cara empat yaitu melakukan
aktivitas ya bu. Sampai jumpa bu
, selamat pagi.
Strategi
No Tahapan SPTK SPTK
Pelaksaaan
4. SP IV: mengontrol Orientasi 1. Salam terapeutik
halusinasi dengan “Selamat pagi, ibu. Apakah bapak masih
melakukan mengingat saya? Iya benar, saya naning
aktivitas yang kemarin sudah berlatih menghardik
besama ibu”
2. Evalluasi validasi
“Baik bu, ibu Apa yang sedang bapak
rasakan hari ini bu ? Ohh ibu merasakan baik
baik saja ya bu ? baiknya seperti apa bu
?”
“bagaimana ibu apakah kemain sudah
melakukan latihan mengurangi halusinasi
dengan menghardik, minum bat dan
bercakap- cakap? Baik bu baguss, bisa
dipraktikkan bu ketiga cara tersebut? bagus
bu”
3. Kontrak topik, waktu dan tempat
‘Nah, hari ini kita akan mengobrol tentang
cara yang ke empat yaitu beraktivitas,
apakah ibu bersedia? Baik bu, ibu mau
kita mengobrol dimana bu ? ohh di taman
ya bu, untuk waktunya bisaanya dilakukan
selama 30 menit, apakah ibu luang
waktunya sampai 30 menit kedepan? Baik
bu. Kita mulai ya bu.”
Kerja Langkah-langkah tindakan keperawatan
“hari ini kan kita akan berlatih tentang
beraktivitas bu, sebelumnya saya tanya
apakah hobbi ibu? Ooh hobi ibu membaca
buku rumus ya, selain itu bu? Ohh hobbi bu
membantu Suami ibu untuk
membereskan rumah, baik bu bagaimana
kalau kita membuat membersihkan rumah itu
sebagai aktivitas harian bu? Jadi kalau nanti
halusinasi ibu datang ibu bisa menyibukkan
diri dengan membantu istri membersihkan
rumah juga. Tujuan membersihkan rumah
akan menjadi salah satu cara ibu agar ibu
tidak terfokus pada halusinasi ibu. Apakah
bapak setuju? Baik, bisaanya ibu membantu
membersihkan rumah bagian mana bu? Ohh
membereskan kamar dan buang sampah ya?
Baik bisa kita praktikkan bu bagaimana ibu
membuang sampah dan membersihkan
kamar? hebat sekali ibu. Baik kita akan
membuat kedua aktivitas tersebut menjadi
aktivitas
harian ibu ya?”
Terminasi 6. Evaluasi respon terhadap
tindakan keperawatan

“Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih
beraktivitas dengan merapikan temapt tidur
dan membersihkan rumah tadi ibu ?
Evaluasi objektif
“Apa yang telah ibu pelajari tadi pak ? coba
diperagakan bu (beri pujian). apakah ibu bisa
mengulangi ke empat cara untuk
mengurangi halusinasi? Wah hebat sekali bu”
7. Tindak lanjut
“ baik ibu, karena ibu sudah bisa menghardik
sekarang kita memaskukkan jadwal
beraktivitas di jadwal harian ibu ya ? ibu
mau latihan pukul berapa? baik, jadi ibu
akan berlatih aktivitas
ketika bangun tidur malam dan siang dan
membuang sampah pagi dan sore ya bu?
Bisa diulangi bu apa yang telah kita
peajari selama 4 hari ini? Wah hebat”
8. Kontrak pertemuan selanjutnya
Baik bu, karena ibu sudah bisa mengontrol
halusinasi dengan 4 cara yaitu
menghardik, meminum obat, bercakap-
cakap dan beraktivitas. ibu tetap harus
melakukan kegiatan tersebut dan
memasukkannya dijadwal harian ibu.
Minggu depan saya akan kesini lagi untuk
mengecek apakah halusinasi ibu sudah
dapat terkontrol dengan baik atau belum.
Kira kira ibu mau bertemu dengan saya
hari apa? Oh baik hari senin pagi ya bu?
Sampai jumpa hari senin bu selamat
pagi.”

E. Analisis Kesenjangan antara teori dan kasus

Setelah dilakukan pengkajian pada pasien umur 50 thn maka ditemukan masalah utama pada
pasien tersebut dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran. Dimulai dari cause
penyebab, factor predisposisi dalam masalah ini ialah selalu mendengarkan suara tidak jelas
hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara langsung dari pasien “ klien mengatakan sering
mendengarkan suara yang mengejek bahwa dirinya jahat karena korupsi didaerah tempat ia
bekerja dulu”
Pada pengkajian pasien tersebut tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Yaitu teori tanda da gejala halusinasi pendengaran. Menurut keliat (2009) tanda dan gejala
halusinasi adalah bicara, senyum dan tertawa sendiri, marah-marah, mendengar suara
kegaduhan, bercakap-cakap dan mendengarkan perintah, mencondongkan telinga kearah
tertentu, dan menutup telinga. Semantara didalam kasus melalui pengkajian tidak semua
ditemukan data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, P. (2014). KONSEP HALUSINASI DAN STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI.

Fasya, H., & Supratman, L. P. (2018). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Gangguan Jiwa
Therapeutic Communication of Nurses To Mental Disorder Patient. Jurnal Penelitian Komunikasi, 21(1),
15–28. https://doi.org/10.20422/jpk.v21i1.491

Fresa, O., Rochmawati, D. H., Syamsul, M., Sn, A., Program, M., S1, S., … Semarang, K. (2015). Efektifitas
Terapi Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien
Halusinasi Pendengaran Di Rsj Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Efektifitas Terapi
Individu Bercakap-Cakap Dalam Meningkatkan...(O. Fresa, 25(20), 1–10.

Andika, R. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pada
Penderita Skizofrenia. Jurnal Kebidanan, 10(01), 80. https://doi.org/10.35872/jurkeb.v10i01.301

Erviana, I., & Hargiana, G. (2018). Aplikasi Asuhan Keperawatan Generalis Dan Psikoreligius Pada Klien
Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Penglihatan Dan Pendengaran. Jurnal Riset Kesehatan Nasional,
2(2), 114. https://doi.org/10.37294/jrkn.v2i2.106
Nurlaili, Nurdin, A. E., & Putri, D. E. (2019). Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik Dengan Spiritual
Terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(3), 177–190.
PUTRI, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi Terhadap
Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rawat Inap Arjuna Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

Anda mungkin juga menyukai