Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Di Provinsi Jawa Timur
Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Di Provinsi Jawa Timur
net/publication/323695119
Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin di Provinsi Jawa Timur
CITATIONS READS
3 1,696
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Dias Satria on 12 March 2018.
Abstract
Consumption pattern can reflect the level of wellbeing, where the higher
expenditure for food commodities represents lower level of welfare. The objectives
of this article are analyze the influence of socio economic characteristics in
influencing poor household food consumption and analyze demand responses of
poor household in East Java to food prices and income changes. Linear
Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) and elasticity are used to
answer the objectives. The result showed that socio economic characteristics
relatively contribute in determining food consumption patterns of poor household
and based on their elasticity values, food commodities are price inelastic or basic
necessity for poor households in East Java and income elasticity indicates no
inferior goods found in poor households in East Java.
1. PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan parasit pembangunan dunia selama tahun
dalam perekonomian di suatu wilayah, 2015 sampai dengan tahun 2030
karena bila dibiarkan berlarut-larut (Hoelman et al., 2015). Sebagai
akan menimbulkan konsekuensi sosial komitmen akan penanggulangan ke-
dan politik yang sangat serius, miskinan, berbagai program telah di-
sehingga perlu adanya strategi untuk upayakan oleh Pemerintah baik peme-
memberantas atau meminimumkan- rintah pusat maupun daerah, di an-
nya. Assegaf (2015) mengemukakan taranya dengan penyediaan kebutuhan
bahwa penanggulangan kemiskinan dasar seperti raskin, pelayanan kese-
perlu dilakukan dengan menggunakan hatan dan pendidikan, perluasan ke-
berbagai perspektif, karena kemis- sempatan kerja, pembangunan perta-
kinan merupakan permasalahan yang nian, pemberian dana bergulir sistem
bersifat multidimensional. Kepedulian kredit, pembangunan prasarana dan
dunia terhadap permasalahan ini pendampingan, penyuluhan sanitasi
ditunjukkan dengan tertuangnya pe- dan program lainnya (Hureirah, 2005).
ngentasan kemiskinan dalam salah Namun, fakta menunjukkan bahwa
satu target dan sasaran utama dari angka kemiskinan yang tereduksi ti-
konsep pembangunan berkelanjutan dak sebanding dengan anggaran yang
Sustainable Development Goals (SD- telah digelontorkan pemerintah. Data
Gs) yang akan menghiasi wajah kementerian keuangan menunjukkan
35
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
bahwa dalam 6 tahun terakhir melaju yaitu dari 0,36 (2011) menjadi
anggaran pengentasan kemis-kinan 0,402 (2016). Angka ini bermakna
meningkat cukup signifikan yakni dari bahwa terjadi jurang ketimpangan
74,3 triliun rupiah (2011) menjadi yang semakin lebar antara penduduk
212,2 triliun rupiah (2016) atau di Jawa Timur. Kemajuan ekonomi
sebesar 186 persen. Namun ironinya, yang seyogyanya terdistribusi merata
penduduk miskin yang tereduksi ternyata pada kenyataannya lebih
hanya sebesar 7 persen dalam kurun banyak dinikmati oleh masyarakat ke-
waktu tersebut atau rata-rata hanya las atas (top level) dibandingkan ma-
mampu menurunkan kemiskinan se- syarakat kelas bawah (bottom level).
kitar 1,17 persen per tahun (BPS, Sehingga dapat dikatakan, penduduk
2016). Kondisi ini menunjukkan bah- miskin menjadi semakin terpuruk da-
wa untuk mengentaskan seseorang lam kemiskinannya.
dari jurang kemiskinan membutuhkan Di sisi lain, konsumsi uta-
ang-garan yang cukup tinggi. manya konsumsi pangan sangat ber-
Jawa Timur yang secara makro kaitan dengan kemiskinan, karena u-
memiliki kondisi perekonomian terbe- mumnya konsumsi rumah tangga mis-
sar kedua secara nasional bila dilihat kin lebih terfokus pada pemenuhan ke-
dari nilai PDRBnya, ternyata me- butuhan pangan dibandingkan kebu-
rupakan Provinsi yang secara absolut tuhan non pangan (BPS, 2015). La-
memiliki jumlah penduduk miskin zimnya, struktur pengeluaran konsum-
terbesar yakni mencapai 4,7 juta jiwa si pangan dapat mencerminkan tingkat
pada tahun 2016. Meskipun secara kesejahtera-an rumah tangga seba-
persentase, tingkat kemiskinan Jawa gaimana yang diungkapkan oleh Engel
Timur relatif tereduksi dari tahun ke (1857) yang menyatakan bahwa
tahun namun penurunan tersebut semakin tinggi tingkat pendapatan
belum mampu menempatkan Jawa keluarga maka akan semakin rendah
Timur ke dalam posisi yang lebih presentase pengeluaran untuk kon-
unggul. Pada tahun 2010, tingkat sumsi makanan (Mankiw, 2007). Se-
kemiskinan di Jawa Timur sebesar dangkan Deaton dan Muelbauer
13,85 persen menjadi sekitar 12,05 (1980) juga menegaskan bahwa
persen (2016). Selain itu, penurunan semakin tinggi kesejahteraan masyara-
angka kemiskinan tersebut sejalan kat maka proporsi pengeluaran pa-
dengan peningkatan gini rasio. Data ngannya akan semakin kecil demikian
BPS mencatatkan, dalam 6 tahun sebaliknya (Deaton & Dreze, 2010).
terakhir gini rasio Jawa Timur terus
Gambar 1. Persentase Pengeluaran Pangan Perkapita pada Rumahtangga Miskin Jawa Timur, 2011-
2016
36
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
37
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
Gambar 2. Andil Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi di Provinsi Jawa Timur, 2012-2016
Berdasarkan data-data empiris ging, ayam dan roti. Selain itu, jika
di atas, dapat dikatakan bahwa pema- terdapat peningkatan pendapatan maka
haman yang baik tentang pola kon- rumah tangga miskin Argentina akan
sumsi rumah tangga miskin mungkin memprioritaskan konsumsi komoditas
dapat berkontribusi dalam merumus- daging, roti dan sayur-sayuran. Le
kan kebijakan publik yang berkaitan (2008) menggunakan model Linear
dengan pengentasan kemiskinan. Se- Approximation Almost Ideal Demand
hingga tujuan dalam penelitian ini System (LA-AIDS) meneliti tentang
adalah (1) untuk menganalisis inte- pola konsumsi pangan di Vietnam
raksi dari karakteristik sosial ekonomi menemukan hasil bahwa beras me-
dalam mempengaruhi pola konsumsi rupakan komoditas utama bagi ru-
rumah tangga miskin di Jawa Timur mahtangga miskin di Vietnam. Hal ini
(2) mengetahui bagaimana rumah ditunjukkan dengan tingginya budget
tangga miskin mengalokasikan dan share komoditas beras pada struktur
mengubah pengeluarannya pada suatu konsumsi rumahtangga miskin di Vi-
komoditas pangan sebagai respon etnam dan porsi tersebut akan semakin
adanya perubahan harga dan pen- menurun seiring dengan bertambahnya
dapatan. tingkat pendapatan rumah tangga,
karena rumah tangga bukan miskin
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN memiliki pilihan komoditas pangan
HIPOTESIS yang lebih beragam. Li dan Yu (2010)
Berges dan Casellas (2002) dalam penelitiannya meneliti tentang
dalam penelitiannya menganalisis sis- ketahanan pangan pada daerah miskin
tem permintaan pangan rumah tangga di kawasan Perdesaan bagian barat
miskin dan bukan miskin di Argentina China dan mendapatkan hasil bahwa
dengan menggunakan model Linear rumahtangga pada kawasan miskin
Expenditure System (LES) dan me- rawan terjadi kerentanan pangan.
nunjukkan hasil bahwa rumah tangga Sebagian besar rumah tangga meng-
miskin Argentina cenderung lebih ba- konsumsi biji-bijian kurang dari stan-
nyak mengkonsumsi komoditas da- dar yang direkomendasikan, selain itu
38
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
konsumsi selain biji-bijian juga sangat masih merupakan konsumsi utama ru-
rendah dan kurang terdiversifikasi de- mahtangga miskin di Sulawesi Te-
ngan baik. Konsumsi berbasis protein ngah, sedangkan komoditas ikan, ikan
hewani pada rumah tangga di daerah asin, susu dan buah merupakan pilihan
miskin dipengaruhi oleh peningkatan alternatif dalam memenuhi asupan nu-
pendapatan serta tingkat pendidikan trisinya dan yang perlu mendapat per-
dan pekerjaan kepala rumahtangga. hatian adalah terdapat kecenderungan
Pangaribowo dan Tsegai (2011) de- semakin meningkatnya konsumsi ro-
ngan menggunakan sistem permintaan kok pada rumah tangga miskin di
Quadratic Almost Ideal Demand Sulawesi Tengah. Widarjono dan Ruc-
System (QUAIDS) menemukan hasil bha (2016) melakukan penelitian ten-
bahwa pola konsumsi pangan di tang permintaan pangan rumahtangga
perdesaan dan perkotaan berbeda se- di Indonesia dengan menggunakan in-
cara signifikan begitupun berdasarkan strumen Quadratic Almost Ideal De-
kelas ekonominya. Konsumsi rumah mand System (QUAIDS) dan me-
tangga miskin cenderung menguta- nemukan hasil bahwa rumah tangga
makan makanan pokok karbohidrat berpendapatan rendah lebih responsif
dan yang mengkhawatirkan konsumsi terhadap perubahan harga daripada
alkohol dan rokok memiliki prioritas rumah tangga berpendapatan tinggi.
utama juga, sedangkan rumahtangga Padi-padian yang merupakan makanan
bukan miskin lebih memprioritaskan pokok kurang responsif terhadap
konsumsi komoditas daging, makanan prubahan harga pada rumahtangga
ringan dan makanan jadi. Dubihlela bependapatan rendah namun menjadi
dan Sekhampu (2014) meneliti tentang sangat responsif seiring dengan
dampak perubahan harga pada pola pningkatan pendapatan rumahtangga.
konsumsi rumahtangga miskin di Kota Selain itu daging bersifat inelastis bagi
Afrika Selatan dan memperoleh hasil rumahtangga miskin dan menjadi elas-
bahwa perubahan harga akan direspon tis pada rumahtangga yang berpen-
oleh rumah tangga miskin yang ditan- dapatan tinggi.
dai dengan besarnya elastisitas harga
yang menunjukkan tanda negatif, ha- 3. METODE PENELITIAN
nya pada komoditas roti yang bertanda Penelitian ini menggunakan
positif. Kondisi ini bertolak belakang pendekatan kuantitatif dengan teknik
dengan hukum permintaan dimana analisis statistik deskriptif dan eko-
konsumsi naik ketika harga naik, se- nometrika. Data yang digunakan da-
hingga komoditas ini dklasifikasikan lam penelitian adalah data sekunder
ke dalam barang giffen. Rumah tangga cross section yang berasal dari Survei
sangat miskin dapat mengalami ba- Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
rang giffen dalam keranjang konsumsi Maret tahun 2016 di Provinsi Jawa
me-reka karena sulitnya menemukan Timur dan diolah dengan menggu-
subs-titusi makanan pokoknya. Yus- nakan alat bantu komputer (software)
dianto (2016) dalam penelitiannya me- STATA 13. Untuk mendukung pene-
nggunakan sistem permintaan Linear litian juga dilakukan pengumpulan
Appro-ximation Almost Ideal Demand terhadap jurnal-jurnal ilmiah terkait
System (LA-AIDS) meneliti tentang dan studi literatur. Model ekonome-
pola konsumsi pangan rumah tangga trika yang digunakan yaitu Linear
miskin di Provinsi Sulawesi Tengah. Approximation Almost Ideal Demand
Hasil penelitiannya menunjukkan bah- System (LA-AIDS) dan konsep elas-
wa karbohidrat (beras dan non beras)
39
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
40
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
43
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
44
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
45
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
47
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
Tabel 4. Elastisitas Harga Silang Menurut Kelompok Komoditas Pangan Pada Rumahtangga Miskin
di Provinsi Jawa Timur, 2016
Kacang-
Padi/umbi- Ikan/daging/ Sayur/buah- Makanan Pangan
Kelompok Komoditas kacangan/
umbian telur/susu buahan jadi/rokok lainnya
Minyak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(w1). Padi/Umbi-umbian 0,0591 -0,0586 -0,0236 0,0010 -0,2031
moditas makanan jadi dan rokok akan mewah komoditas ter-sebut sedangkan
semakin responsif. elastisitas pendapatan terhadap komo-
ditas padi-padian dan non padi-padian
Tabel 5. Elastisitas Pendapatan Menurut akan semakin menurun, daya beli ru-
Kelompok Komoditas Pangan Pada
Rumahtangga Miskin di Provinsi Jawa Timur,
mah tangga miskin umumnya sangat
2016 rendah menyebabkan alternatif subs-
Elastisitas
titusi pangan yang dimiliki kurang
Kelompok Komoditas Pendapatan beragam. Kondisi ini sejalan dengan
(Eiɤ) hukum Bennet yang menyatakan bah-
(1) (2) wa rumah tangga dengan tingkat pen-
dapatan rendah, konsumsi pangannya
(w1). Padi/Umbi-umbian 1,0221 akan lebih memprioritaskan pada pa-
(w2). Ikan/daging/telur/susu 0,7584
ngan yang bersifat padat energi yang
berasal dari karbohidrat, namun se-
(w3). Sayur/buah-buahan 1,0130 jalan dengan peningkatan pendapatan
maka pola konsumsi pangannya kan
(w4). Kacang-kacangan/minyak 1,0480 semakin terdiversifikasi dan umumnya
(w5). Makanan jadi/rokok 1,0665
akan terjadi peningkatan konsumsi pa-
ngan terhadap komoditas yang bernilai
(w6). Pangan lainnya 0,9384 gizi tinggi (Soekirman, 2000 dalam
Ariani dan Hermanto, 2012).
Sumber : Susenas 2016 (data diolah
Sedangkan elastisitas pendapa- 5. KESIMPULAN,IMPLIKASI,
tan terendah berada pada kelompok SARAN, DAN BATASAN
komoditas ikan/daging/telur/susu yang Dari hasil penelitian yang dilakukan
hanya bernilai 0,7584 atau bersifat maka dapat diperoleh kesimpulan se-
barang normal bagi rumahtangga mis- bagai berikut :
kin di Jawa Timur. Kondisi ini sejalan 1) Karakteristik sosial ekonomi me-
dengan penelitian Rohmanyu (2009) miliki relatif memiliki pengaruh
yang juga menemukan hasil bahwa yang signifikan dalam menentu-
komoditas ikan/daging/telur/susu yang kan pola konsumsi pangan rumah
merupakan sumber protein hewani tangga miskin di Jawa Timur, di
ma-sih bersifat barang normal dengan mana jenis kelamin kepala rumah
nilai elastisitas pendapatan sebesar tangga merupakan variabel sosio-
0,6113. Selanjutnya Yusdianto (2016) demografi yang memiliki penga-
juga menemukan hasil yang sama, ruh paling kuat dalam mempe-
bahwa komoditas ikan/daging/telur/ ngaruhi budget share komoditas
susu me-rupakan barang normal bagi pangan rumah tangga miskin.
rumah tangga miskin di Sulawesi 2) Komoditas pangan merupakan
Tengah pada tahun 2008 dan 2009, kebutuhan pokok bagi rumah
namun pada tahun 2010 susu telah tangga miskin di Jawa Timur, hal
bergeser menjadi barang mewah ini tercermin dari besarnya elas-
(luxury goods). Kondisi yang ber- tisitas harga sendiri yang kese-
lawanan terdapat pada pe-nelitian Le muanya bernilai kurang dari 1.
(2008) yang menemukan hasil bahwa Selain itu, komoditas padi/umbi-
semakin miskin rumah tangga maka umbian berdasarkan elastisitas si-
elastisitas pendapatan terhadap komo- langnya bersubstitusi terhadap
ditas daging/ikan akan semakin tinggi makanan jadi/rokok dan komo-
yang menandakan semakin bersifat ditas ikan/daging/telur/susu ber-
49
JIEP-Vol. 18, No 1, Maret 2018
ISSN (P) 1412-2200 E-ISSN 2548-1851
52