Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REPORT

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

NAMA KELOMPOK : MUHAMMAD ARYANANDA ( 5193550006 )

MUHAMMAD FARIS AQIL ( 5193550008 )

PRODI : TEKNIK SIPIL S-1 ( C )

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir. Rumilla Harahap, M.T

Sarra Rahmadani, S.T., M.Eng

Wisnu Prayogo, S.T., M.T, IPM

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-NYA
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan critical book report ini.

Critikal Book Report telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan CBR ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan CBR ini.
   
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki cbr ini.
   
Akhir kata kami berharap semoga Critical Book Report ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

`
Medan, 29 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH….......................................................... 1

1.2 TUJUAN PENULISAN CBR….................................................. 1

1.4 MANFAAT PENULISAN CBR.................................................. 1

1.5 IDENTITAS BUKU...................................................................... 2

BAB II ISI BUKU............................................................................................ 4

2.1 RINGKASAN ISI BUKU PERTAMA........................................ 4

2.2 RINGKASAN ISI BUKU KEDUA............................................. 7

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 12

3.1 PEMBAHASAN PADA KEDUA BUKU.................................. 12

3.2 KELEBIHAN PADA KEDUA BUKU...................................... 12

3.3 KEKURANGAN PADA KEDUA BUKU................................ 13

BAB IV PENUTUP...................................................................................... 14

4.1 KESIMPULAN.......................................................................... 14

4.2 SARAN....................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CBR


Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita.
Misalnya dari segi analisis bahasa, pembahasan tentang mekanika bahan Oleh
karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah
pembaca dalam memilih buku referensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang
mekanika teknik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa isi dari materi dari kedua buku?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari kedua buku ?

1.3 TUJUAN PENULISAN CBR


Mengkritisi/membandingkan satu topik materi kuliah hidrolika dalam dua
buku yang berbeda.

1.4 MANFAAT CBR


1. Untuk menambah wawasan tentang hidrologi.
2. Untuk mengetahui metode dan rumus hidrologi.
3. Untuk mengetahui prinsip dan teori hidrologi.

1
1.5 IDENTITAS BUKU

(Buku Utama)
1. Judul Buku : Pengelolaan Sumber Daya Air
2. Tebal Buku : 226 Halaman
3. Pengarang : - Robert J. Kodoatie, Ph.D
- Roestam Sjarief, Ph.D
4. Penerbit : ANDI
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tahun Terbit : 2005
7. Judul bab yang direview : BAB III INFRASTRUKTUR KEAIRAN
8. Cover Buku :

2
( Buku Pembanding )
1. Judul Buku : Tata Ruang Air
2. Tebal Buku : 241 Halaman
3. Pengarang : - Robert J. Kodoatie, Ph.D
- Roestam Sjarief, Ph.D
4. Kota Terbit : Yogyakarta
5. Penerbit : ANDI
6. Tahun Terbit : 2010

7. Judul bab yang direview : BAB V INFRASTRUKTUR AIR


8. Cover Buku :

3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 RINGKASAN PADA BUKU PERTAMA


2.1.1 BAB III INFRASTRUKTUR KEAIRAN
A. PENGEMBANGAN EROSI DAN SENDIMENTASI
Sendimen di suatu potongan melintang sungai merupakan hasil erosi di
daerah aliran di hulu potongan tersebut dan sendimen tersebut terbawa oleh aliran
dari tempat erosi terjadi menuju penampang melintang itu (Einsten, 1964).

Faktor pengelolaan penanaman memberikan andil yang paling besar dalam


mengurangi laju erosi. Jenis dan kondisi semak (bush) dan tanaman pelindung
yang bisa memberikan peneduh (canopy) untuk tanaman di bawahnya cukup besar
dampaknya terhadap laju erosi. Variasi kedua kondisi itu pada suatu hutan tak
terganggu bisa mengurangi sampai 90 kali. Untuk kondisi lahan padang rumput,
padang gurun dan tanah yang tak ditanami (idle land) maka pengurangan laju laju
erosi dapat mencapai maka pengurangan laju erosi bisa mencapai sangat ekstrim
sebesar 150 kali.

Faktor-faktor lainnya tidak memberikan dampak prinsip yang besar


terhadap pengurangan laju erosi bila dibandingkan dengan faktor pengelolaan
tanamana. Mengubah jenis tanah, faktor topografi, faktor konservasi variasinya
berkisar antara 2 hingga 4 kali.

Pengendalian sendimen kita lakukan di sistem sungainya. Hal ini sangat


tergantung dari karakteristik geometrik hidraulik penampang sungai (lebar, tinggi
air, kecepatan, debit, jenis dasar dan tebing sungai) dan karakteristik sedimen
yang terangkut. Menurut Simons dan Senturk (1992), dua faktor sungai/saluran
stabil, yaitu kecepatan dan tegangan geser. Di dalam praktek karena penentuan
tegangan
4

geser menghadapi banyak kendala, maka kecepatan (rata-rata) sering diterima


sebagai faktor paling utama untuk mendesain sungai stabil dalam sistem alluvial.

Dari metode perhitungan sedimen, maka dapat disimpulkan secara umum


bahwa dengan pengecualian pendekatan-pendekatan transport sedimen
probabilistik dan regresi, persamaan-persamaan transport sedimen dapat
diklasifikasikan dalam bentuk dasar (Simons & Senturk, 1992 dan Yang, 1996)
sebagai berikut:

Qs = A ( B – Bc) D

Dimana :

Qs = debit sedimen

A = parameter yang berhubungan dengan aliran dan karakteristik sedimen.


B = parameter yang bisa berupa debit Q, kecepatan aliran rata-rata u, kemiringan
muka air Sw, kemiringan energi Sf, kemiringan dasar sungai So, tegangan
tegangan geser τ , kuat arus τu ,kuat arus satuan Us, dll.
Bc = parameter kondisi kritis yang berhubungan dengan B pada gerakan awal
(incipient motion).
D = parameter yang berhubungan dengan aliran dan karakteristik sedimen.

Dengan melihat persamaan di atas maka metode perhitungan sedimen


yang berdasarkan kapasitas transport dari sistem sungai tergantung dari faktor-
faktor: debit, kecepatan aliran rata-rata, kemiringan (slope), tegangan geser,
karakteristik sedimen. Apabila diingankan melakukan pengurangan sedimen maka
dapat dilakukan dengan mengurangi debit aliran, kecepatan dan melandaikan
slope sungai. Persoalan yang penting lagi adalah menjaga keseimbangan regim
sungai di suatu di lokasi.
5
Untuk sungai dengan material dasar dari lanau (slit) sampai pasir (sand)
diketahui bahwa pada kondisi seimbang akan tercapai apabila suplai sedimen
(dominan dari DAS) sama dengan kapasitas transport sedimen sistem sungai. Bila
suplai lebih besar dengan kemampuan transpor sistem sungai maka yang terjadi
adalah agradasi (pendangkalan), namun apabila suplai lebih kecil dari kemampuan
transpor sungai yang akan terjadi adalah degradasi atau gerusan yang
menimbulkan scouring pada bangunan air di sungai tersebut.
Contoh klasik agradasi dan degradasi adalah sebagai berikut :
 Agradasi terjadi pada waduk, sehingga untuk merencanakan umur waduk
faktor kuantitas sedimen yang masuk ke waduk sangat menentukan.
 Degradasi terjadi umumnya di hilir waduk, karena material sedimen sudah
terkumpul di dalam waduk. Apabila kecepatan aliran besar maka kemampuan
transport juga besar sehingga akan menggerus bangunan air.
Dari hal tersebut, maka untuk pengendalian erosi dan sedimentasi
diperlukan pemahaman dan penguasaan materi tentang erosi dan sedimen yang
sangat mendalam. Sering terjadi di lapangan seorang engineer yang pakar di
bidang tersebut berhadapan dengan banyak pihak yang memiliki pengetahuan
sangat terbatas tentang erosi dan sedimen namun dapat membentuk opini yang
kuat walaupun hanya berdasarkan dan mengandalkan respon emosional, tanpa
memperhatikan logika dan pengertian. Sistem bisa menjadi lebih individu yang
tidak mengetahui bahwa mereka sebenarnya tidak tahu (Simons dan Senturk,
1992). Sering terjadi pendekatan teknis terlalu disederhanakan oleh individu-
individu tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan kerugian dan dampak
yang sangat besar.
6
2.2 RINGKASAN PADA BUKU KEDUA
2.2.1 BAB IV INFRASTRUKTUR AIR
B. PENGENDALIAN SEDIMENTASI
Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi dan sedimentasi merupakan
proses terlepasnya butiran tanah dari induknya ini suatu tempat dan terangkutnya
material tersebut oleh gerakan air atau angin kemudian diikuti dengan
pengendapan, material yang terangkut di tempat yang lain. Proses erosi dan
sedimentasi ini baru mendapat perhatian cukup serius oleh manusia pada sekitar
1940-an, setelah menimbulkan kerugian yang besar, baik berupa merosotnya
produktivitas tanah serta yang tidak kalah pentingnya adalah rusaknya bangunan-
bangunan keairan serta sedimentasi waduk. Daerah pertanian merupakan lahan
yang paling rentan terhadap terjadinya erosi (Suripin,2002).

Untuk sungai dengan material dasar sangat kasar, kapasitas transport


sedimen untuk fraksi halus dihitung dari persamaan-persamaan transport sedimen
jauh lebih besar daripada suplai sedimen dari sumber-sumber di bagian hulu. Oleh
karena itu untuk sungai-sungai tersebut kapasitas transport sedimennya dibatasi
dengan suplai bagian hulu dari sedimen akibat erosi di DAS' Perkiraan tranport
sedimen dapat dianalisis dari sumber sedimen. Perhitungannya menggunakan
cara-cara perhitungun erosi lahan. Besarnya erosi tahunan E1 dapat diperkirakan
dengan persamaan (Julien' 1995).

ET : EU+EG+EB

Transport sedimen di sungai-sungai tergantung dari banyak variabel yang


saling berhubungan. Tidak ada satu persamaan yang bisa diaplikasikan untuk
semua kondisi. Simons & Senturk (1992), berdasarkan pengalaman laboratorium
dan lapangan yang luas, menyajikan rekomendasi yang harus dipertimbangkan
dalam analisis transport sedimen. Beberapa rekomendasinya meliputi:
7

a. Selidiki persamaan transpor sedimen yang tersedia dan tentukan yang paling
baik untuk suatu sistem sungai yang spesifik.

b. Hitung laju sedimen dengan persamaan-persamaan tersebut dan hasilnya


dibandingkan dengan data pengukuran di lapangan.

c. Pilih persamaan yang memberikan hasil yang paling mendekati dengan


observasi lapangan dan bila tersedia data yang cukup, perbaiki persamaan tersebut
supaya bisa spesifik pada lokasi yang diobservasi.

Perencanaan pengendalian erosi dan sedimentasi secara struktur (rekayasa)


dapat dibagi menjadi empat langkah (Goldman et al..1986) :

- Pengumpulan Data

- Pengembangan perencanaan lapangan

- Analisis Data

- Pengembangan perencanaan pengendalian erosi & sedimentasi

Sedimentasi adalah proses mengendapnya material hasil erosi di suatu


tempat tertentu. Pengendapan material dapat diakibatkan oleh air, angin, es atau
gletser pada suatu cekungan yang kemudian membentuk jenis batuan baru yang
dinamakan batuan sedimen.

Endapan-endapan yang terkumpul menjadi batuan baru terdiri dari


komponen abiotik, seperti tanah dan pasir yang berasal dari pelapukan atau
pengikisan dalam jangka waktu yang lama.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, proses endapan memerlukan


waktu lama dan dipengaruhi oleh faktor-faktor abiotik. Berikut ini adalah faktor
yang mendorong terjadinya sedimentasi, yaitu:

8
1. Material yang menjadi bahan endapan, seperti debu, pasir, tanah, dan
lainnya.
2. Terdapat lingkungan pengendapan, baik berupa daratan, laut dan transisi.
3. Perpindahan material sedimen dapat disebabkan oleh air, angin, es atau
gletser.
4. Pengendapan terjadi karena perubahan atau perbedaan arus dan gaya.
5. Terjadi replacement atau penggantian serta rekristalisasi atau perubahan
material.
6. Diagenesis, yaitu perubahan yang terjadi ketika pengendapan, baik secara
kimia atau fisika.
7. Kompaksi, yaitu adanya gaya berat dari material sedimen sehingga volume
sedimen berkurang.
8. Litifikasi, yaitu adanya kompaksi atau pemadatan secara terus menerus
sehingga sedimen mengeras.

Cara Mengatasi Sedimentasi

Dalam upaya mengatasi pengendapan yang dapat menyebabkan gangguan aliran


air, seperti pendangkalan sungai yang bisa menyebabkan banjir. Maka harus
diawali dengan mencari sumber penyebab terjadinya endapan.

Langkah yang dapat diambil untuk mencegah sedimentasi, antara lain:

 Menanggulangi Erosi Permukaan


o Menanam vegetasi atau tumbuhan untuk mencegah kerusakan dan
memperbaiki tanaman penutup permukaan, sehingga erosi
permukaan dapat ditekan.

Misalnya dengan cara reboisasi dan penghijauan, pembuatan pagar hidup,


mencegah kebakaran hutan, menjaga humus tanah, melestarikan daerah aliran
sungai, dan lain sebagainya

o Pembuatan konstruksi untuk mencegah erosi dapat dilakukan


dengan tujuan memperlambat aliran air. Caranya adalah
memperkecil kemiringan atau lereng dengan membuat terasering
serta pembuatan pematang sejajar gari kontur dan saluran air.
 Mengendalikan Material Sedimen – Angkutan sedimen sangat
berpengaruh terhadap perubahan morfologi sungai. Pengendalian material
sedimen adalah usaha agar endapan dapat terbawa aliran air hingga tempat
tertentu yang tidak menimbulkan kerugian, dengan cara sebagai berikut:
o Bottom control structure untuk mengatur kemiringan dasar sungai,
sehingga aliran masih mampu membawa sedimen tanpa mengikis
alur sungai.
o Pembuatan penahan sedimen.
o Pembuatan ground sill.
o Pembuatan sabo dam.
o Pembuatan kantong-kantong lumpur.

10

 Pengendalian Sedimentasi 

Upaya ini dilakukan agar pengendapan yang terjadi ditempatkan pada


lokasi-lokasi tertentu. Caranya dengan membuat kantong lumpur di
waduk (reservoir), pembangunan tempat endapan di aliran sungai,
penambangan bahan galian C, serta pengerukan endapan.
11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN DARI KEDUA BUKU


Menurut sudut pandang kami, Pada buku pertama memberikan penjelasan
pengendalian dengan cara perhitungan sedimen yang berdasarkan kapasitas
transport dari sistem sungai tergantung dari faktor-faktor: debit, kecepatan aliran
rata-rata, kemiringan (slope), tegangan geser, karakteristik sedimen. Apabila
diingankan melakukan pengurangan sedimen maka dapat dilakukan dengan
mengurangi debit aliran, kecepatan dan melandaikan slope sungai.

Sedangkan pada buku dua tidak, buku kedua menjelaskan secara teori
penjelasan tata cara mengatasi sedimentasi, seperti Menanggulangi Erosi
Permukaan dengan cara menanam vegetasi atau tumbuhan untuk mencegah
kerusakan dan memperbaiki tanaman penutup permukaan, sehingga erosi
permukaan dapat ditekan. Misalnya dengan cara reboisasi dan penghijauan,
pembuatan pagar hidup, mencegah kebakaran hutan, menjaga humus tanah,
melestarikan daerah aliran sungai, dan lain sebagainya. Dan Upaya ini dilakukan
agar pengendapan yang terjadi ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu. Caranya
dengan membuat kantong lumpur di waduk (reservoir), pembangunan tempat
endapan di aliran sungai, penambangan bahan galian C, serta pengerukan
endapan.

3.2 KELBIHAN DARI KEDUA BUKU

Buku pertama menjelaskan secara rinci dari penjelasan pengendalian


sedimentasi dengan cara perhitungan dan analisis. Sedangkan buku kedua
menjelaskan secara teori penjelasan tata cara pengendalian sedimentasi secara
jelas dan rinci.

12

3.3 KEKURANGAN DARI KEDUA BUKU

Pada buku pertama, penjelasan mengenai pengendalian sedimentasi


dijelaskan hanya sedikit, dan terdapat penjelasan yang kurang dimengerti pada
bagian “Pengendalian sendimen kita lakukan di sistem sungainya. Hal ini sangat
tergantung dari karakteristik geometrik hidraulik penampang sungai (lebar, tinggi
air, kecepatan, debit, jenis dasar dan tebing sungai) dan karakteristik sedimen
yang terangkut. Menurut Simons dan Senturk (1992), dua faktor sungai/saluran
stabil, yaitu kecepatan dan tegangan geser. Di dalam praktek karena penentuan
tegangan geser menghadapi banyak kendala, maka kecepatan (rata-rata) sering
diterima sebagai faktor paling utama untuk mendesain sungai stabil dalam sistem
alluvial.”
Dan pada buku kedua tidak dapat penjelasan secara perhitungan dan
analisis, hanya memberikan secara penjelasan.

13

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Pengendalian erosi dan sedimentasi diperlukan pemahaman dan


penguasaan materi tentang erosi dan sedimen yang sangat mendalam. Sering
terjadi di lapangan seorang engineer yang pakar di bidang tersebut berhadapan
dengan banyak pihak yang memiliki pengetahuan sangat terbatas tentang erosi
dan sedimen namun dapat membentuk opini yang kuat walaupun hanya
berdasarkan dan mengandalkan respon emosional, tanpa memperhatikan logika
dan pengertian. Sistem bisa menjadi lebih individu yang tidak mengetahui bahwa
mereka sebenarnya tidak tahu (Simons dan Senturk, 1992). Sering terjadi
pendekatan teknis terlalu disederhanakan oleh individu-individu tersebut yang
pada akhirnya akan menimbulkan kerugian dan dampak yang sangat besar.

4.2 SARAN

Kedua buku ini disarankan agar memaparkan pengertian yang lebih


luar tentang materi serta menambah beberapa soal-soal agar pembaca lebih
mengerti.

14

DAFTAR PUSTAKA
Robert J. Kodoatie, Roestam Sjarief. Pengembangan Sumber Daya Air. 2005.

Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Robert J. Kodoatie, Roestam Sjarief. Tata Ruang Air. 2010. Yogyakarta: Penerbit :

ANDI.

15

Anda mungkin juga menyukai