DISUSUN OLEH:
GOLONGAN D2
ASRIZAL ANNAN
NPM. 20025010139
JAWA TIMUR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Menganalisa hasil pengamatan tentang gejala dan tanda penyakit pada
tanaman yang disebabkan oleh hama hewan vertebrata.
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Tabel 4.1 Pengamatan Gejala dan Tanda Serangan Hama Vertebrata pada
Tanaman
Gambar 2.
Gejala Serangan
Bajing Kelapa Pada
Tanaman Kelapa.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan dilapangan pada tanaman kelapa
ditemukan hama vertebrata bajing kelapa (Callosciurus notatus). Gejala serangan
bajing terdapat lubang, bekas gigitan dan kerusakan pada buah kelapa muda
maupun tua, hal ini sependapat dengan pendapat (Balai Penelitian Tanaman
Palma, 2014) Hama bajing kelapa merupakan hama kebun yang cukup serius
karena hama ini menurunkan produksi dengan cara melubangi dan memakan
buah kelapa yang masih muda maupun yang tua. Selain itu bajing kelapa juga
dapat merusak tajuk. Gejala serangan hama bajing pada buah kelapa tampak
terbentuknya lubang yang cukup lebar dan tidak teratur dekat dengan ujung buah.
Pengendalian hama bajing pada pohon kelapa dapat dilakukan dengan cara
menekan perkembangan bajing, seperti dengan cara (Sanitasi) melakukan
perawatan kebun dengan membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang
bajing kelapa, memanfaatan musuh alami predator bajing (anjing, serigala,
burung hantu, burung elang dan ular),dengan menggunakan alat perangkap,
berburu, gropyokan dan umpan-umpan beracun, dan pengendalian secara kimia
merupakan alternatif terakhir yaitu menggunakan rodentisida dan kemosterilan
sebagai bahan pemandul.
Tikus (Rattus organtiventur) merupakan salah satu masalah hama terbesar
pada tanaman jagung di Indonesia. Gejala dari serangan hama tikus pada jagung
yaitu terdapat bekas gigitan dan sisa-sisa dari bagian tanaman yang telah digigit
oleh tikus.Tongkol yang telah masak susu dimakan oleh tikus sehingga tongkol
menjadi rusak dan mudah terinfeksi jamur (Balai penelitian tanaman serelia,
2018). Pengendalian hama tikus harus memperhatikan bioekologi hewan ini yaitu
dengan cara hayati, sanitasi, mekanis dan kimiawi. Pengendalian hayati
dilakukan dengan memanfaatkan predator seperti kucing, ular, dan burung hantu.
Penggunaan pathogen sebagai agen pengendali tidak dianjurkan karena
berdampak negatif bagi manusia. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan
pembersihan dan penyempitan pematang atau tanggul (LITBANG, 2018).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan