Anda di halaman 1dari 11

Nama : Asrizal Annan

NPM : 20025010139

Golongan : D1

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang tanah memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan


pangan masyarakat Indonesia, Kandungan protein sebesar 25%-30%, lemak
40%-50%, karbohidrat 12% serta vitamin B1, Menempatkan kacang tanah
dalam hal pemenuhan gizi setelah tanaman kedelai. Perbedaan produktivitas
tanaman kacang tanah tiap tahunnya berbeda karena pengaruh dari faktor iklim
serta varietas yang digunakan pun cara mengelolah tanahnya (Allard, 1992).
Menurut Alibasyah (2000), lahan perlu diolah atau tidak hal tersebut dapat
mempengaruhi hasil budidaya. Untuk itu menurut Adisarwanto (2000)
pengoptimalan budidaya kacang tanah dapat dilakukan dengan pemenuhan
persyaratan yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang
begitupun untuk faktor iklim dan kondisi tanah. Pemberian pupuk kendang
yang berlebihan dapat mengakibatkan pertumbuhan vegetative terlalu subur
dan pembentukan polong berkurang. Menurut Arifin (1996) Pemberian kalium
yang cukup akan membuat polog tumbuh dengan baik.

Menurut Adnan (2012) Teknologi budidaya kedela tanpa olah tanah


sudah dikembangkan di Sumatera Barat yang mengembangkan budidaya
kedelai di lahan sawah. Tanaman kedela dapat tumbuh baik pada tanah gembur,
lembab dan tidak tergenang air. Tanaman kedelai memiliki kemampuan
beradaptasi yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan kesesuaian
jenis tanah untuk pertanian maka tanaman kedelai cocok ditanam di tanah
alluvial, andisol, grumusol dan regosol serta tanah latosol. Menurut Oktaviani
(2013) bercocok tanam kedelai di lahan kering dapat dilakukan berdasarkan
varietas tanaman. Menurut Sumarno (2011) Teknik baru yang dapat digunakan
dalam budidaya kedelai adalah tanpa melakukan pengelolahan tanah.Menekan
pertumbuhan gulma pada budidaya kedelai dapat menggunakan mulsa.
Menurut Mannion dan Morse (2012) Pemberian kompos dapat membantu
memperbaiki struktur tanah pengelolahan tanah dapat mmepengaruhi hasil
produksi tanaman kedelai.

Sumber daya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keberhasilan suatu sistem usaha pertanian, karena hampir semua usaha
pertanian berbasis pada sumber daya lahan. Lahan adalah suatu wilayah
daratan dengan ciri mencakup semua watak yang melekat pada atmosfer, tanah,
geologi, timbulan, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, yang bersifat
mendaur, serta kegiatan manusia di atasnya. Jadi, lahan mempunyai ciri alami
dan budaya.

Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomi cukup


tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk
Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan
dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat,
diversifikasi pangan, serta meningkatnya kapasitas industri pakan dan makanan
di Indonesia. Namun produksi kacang tanah dalam negeri belum mencukupi
kebutuhan Indonesia yang masih memerlukan subsitusi impor dari luar negeri.
Oleh sebab itu pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi
melalui intensifikasi, perluasan areal pertanaman dan penggunaan pemupukan
yang tepat.

Kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) merupakan salah satu


komoditas tanaman kacang-kacangan yang umumnya ditanam di lahan kering.
Kacang hijau memiliki potensi yang besar sebagai produk olahan maupun
bahan makanan campuran dan telah memiliki keunggulan kompetitif tertentu
dibandingkan jenis kacang yang lain. Biji kacang hijau mengandung nilai gizi
yang tinggi berupa vitamin B, mineral, dan serat (Dostalova, 2009). Kacang
hijau merupakan salah satu tanaman pangan sumber protein nabati. Kandungan
protein kacang hijau sebesar 22% menempati urutan ketiga setelah kedelai dan
kacang tanah.

Upaya meningkatkan produktivitas tanaman kedelai dapat dilakukan


dengan banyak cara. Produksi tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh teknik
budidaya, pengendalian hama dan pemupukan yang dapat dilakukan melalui
akar dan daun. Pemupukan melalui daun dilakukan dengan menyemprotkan
pupuk dalam bentuk cair pada tanaman secara langsung. Metode ini merupakan
metode yang efektif untuk memberikan hara yang terkandung dalam pupuk,
karena pupuk mudah masuk dan terserap ke dalam stomata. Hasil penelitian
terhadap ukuran membuka celah stomata daun kedelai (Glycine max (L.) Merril
var. Lokon) pada pagi, siang dan sore hari, menunjukkan bahwa stomata
membuka maksimal pada pagi hari. Siang hari stomata tetap membuka tetapi
tidak maksimal, untuk mengurangi terjadinya penguapan, sedangkan pada sore
hari terjadi pembukaan stomata lebih besar dari siang hari (Meirina, 2006).

Penggunaan input produksi dengan komposisi yang tepat memegang


peranan penting dalam usahatani kedelai. Jika komposisi penggunaan input
produksi kurang tepat akan berdampak pada rendahnya output yang dihasilkan.
Implikasi dari produksi yang rendah mengakibatkan rendahnya pendapatan
petani. Selain itu, dinamika harga input juga berpengaruh pada produksi dan
pendapatan petani, dimana peningkatan harga input berdampak pada
peningkatan biaya produksi, sehingga berimplikasi pada berkurangnya
keuntungan yang diterima Petani. Selain itu, dinamika harga output kedelai
juga bisa menimbulkan masalah jika harga output (produk) mengalami
penurunan. Hal ini dikarenakan penerimaan dan keuntungan petani ditentukan
oleh harga input dan output (Kurniati, 2015). Usahatani kedelai akan mampu
meningkatkan keuntungan yang maksimum manakala petani mampu
menggunakan faktor produksi secara efisien (Soekartawi, 2003).
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Hasil Panen tanaman kacang pada lahan di Denpasar

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Panen tanaman kacang di Denpasar

Gambar diatas merupakan hasil panen tanaman kacang-kacangan dengan


menggunakan lima cultivar yang berbeda-beda dan juga tanaman yang berbeda.
Lima cultivar dan tanaman tersebut ialah Peanut dengan Cultivar Cianjur, Cowpea
dengan Cultivar Kananado, Soybean dengan Cultivar Samira, Fababean dengan
Cultivar Alame dan yang terakhir yaitu Green Bean dengan Cultivar Bronco
Habit. Tabel ini bertujuan untuk dapat mengetahuin hasil keuntugan yang dapat
diperoleh dan dapat mengetahui jenis tanaman kacang kacangan yang paling
efektif untuk ditanam.. Hasil panen pada tanaman kacang babi menunjukkan nilai
tertinggi dengan hasil minimum yaitu 851 kg, hasil rerataan 1811kg, nilai
maksimal 2725 kg dengan simpangan baku sebesar 491,3 kg. Hasil panen kacang
tanah menunjukkan hasil minimum 1103 kg, hasil rerataan 1717,2kg, nilai
maksimal 2188 kg dengan simpangan baku sebesar 244 kg. Hasil panen kacang
kedelai menunjukkan hasil panen dengan hasil minimum 853 kg, hasil rerataan
1165,5 kg, nilai maksimal 1428 kg dengan simpangan baku sebesar 123,3 kg.
Hasil panen kacang tunggak menunjukkan hasil panen tertinggi dengan hasil
minimum 632 kg, hasil rerataan 762.8 kg, nilai maksimal 851 kg dengan
simpangan baku sebesar 60,9 kg. Hasil panen kacang hijau menunjukkan hasil
panen tertinggi dengan hasil minimum 234 kg, hasil rerataan 613,2 kg, nilai
maksimal 874 kg dengan simpangan baku sebesar 160,7 Kg. Berdasarkan data
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kacang babi memilki hasil panen yang
tertinggi. Hal ini dikarenakan lahan di kota Denpasar sangat cocok untuk ditanami
oleh kacang babi.

Gambar 3. Analisis ekonomi tanaman kacang kacanga.


Gambar diatas merupakan hasil analisis ekonomi tanaman kacang –
kacangan dengan menggunakan lima cultivar yang berbeda-beda dan juga
tanaman yang berbeda. Lima cultivar dan tanaman tersebut ialah Peanut dengan
Cultivar Cianjur, Cowpea dengan Cultivar Kananado, Soybean dengan Cultivar
Samira, Fababean dengan Cultivar Alame dan yang terakhir yaitu Green Bean
dengan Cultivar Bronco Habit. Tabel ini bertujuan untuk dapat mengetahuin hasil
keuntugan yang dapat diperoleh dan dapat mengetahui jenis tanaman kacang
kacangan yang paling efektif untuk ditanam. Hasil keuntungan maksimum
diperoleh apabila menanam kacang kedelai dengan keuntungan minimal yaitu $
4938,6, rerataan $ 5193,6, maksimal $ 5407,8, dan simpangan baku $ 100,6. Jenis
tanaman kedua yang memiliki keuntungan tertinggi ialah kacang hijau dengan
keuntungan minimal $ 4552,3, rataan $ 4942,7, maksimal $ 5205,1, dan
simpangan baku $ 161,9. Jenis tanaman ketiga yang memiliki keuntungan
tertinggi ialah kacang babi dengan memilki keuntungan minimal $ 3794,2,
rerataan $ 4316,5, maksimal $ 4813,7, dan simpangan baku $ 267,3. Jenis tanaman
keempat yang memiliki keuntungan tertinggi adalah kacang tunggak dengan
keuntungan minimal $ 3513, rerataan $ 3735,3, maksimal $ 3885,3, dan
simpangan baku $ 103,6. Untuk jenis tanaman terakhir yang memiliki keuntungan
tertinggi ialah kacang tanah dengan keuntungan minimal $ 3155,5, rerataan $
3531,4, maksimal $ 3819,5, dan simpangan baku $ 149,5. Hasil ini menunjukkan
bahwa tanaman kedelai mempunyai keuntungan yang jauh lebih tinggi. Tanaman
kacang kedelai mempunyai harga yang lebih tinggi yaitu 816 dibandingkan
dengan kacang babi 544.
Gambar 4. Hasil Analisa Mean-Gini dominance tanaman kacang kacangan
Gambar diatas merupakan hasil analisa Mean-Gini dominance tanaman kacang –
kacangan dengan menggunakan lima cultivar yang berbeda-beda dan juga tanaman
yang berbeda. Lima cultivar dan tanaman tersebut ialah Peanut dengan Cultivar
Cianjur, Cowpea dengan Cultivar Kananado, Soybean dengan Cultivar Samira,
Fababean dengan Cultivar Alame dan yang terakhir yaitu Green Bean dengan
Cultivar Bronco Habit. Tabel ini bertujuan untuk dapat mengetahui hasil keuntugan
yang dapat diperoleh dan dapat mengetahui jenis tanaman kacang kacangan yang
paling efektif untuk ditanam. Koefisien gini adalah koefisien pemerataan yang
diperoleh dari data penduduk. Sehingga harga rerataaan yang didapatkan dari hasil
penjualan dikurangi nilai koefesien gini merupakan nilai yang diterima oleh
masyarakat. Berdasarkan data tersebut selisih dari harga ekspetasi yang diperoleh
dari analisa sebelumnya menunjukkan bahwa nilai ekspetasi yang tidak jauh beda
dengan nilai dengan harga yang diterima masyarakat adalah adalah harga kacang
kedelai. Selain kacang kedelai, tanaman kacang kacangan lainnya menunjukkan
hasil data yang begitu jauh dari hasil ekspetasi, yaitu kacang tanah memiliki harga
$ 3446,0 per hektar dibandingkan dengan harga ekspetasinya senilai $ 3531 per
hektar; kacang tunggak memiliki harga $ 3676 per hektar dibandingkan dengan
harga ekspetasinya senilai $ 3735 per hektar; kacang babi memiliki harga $ 4161,8
per hektar dibandingkan dengan harga ekspetasinya senilai $ 4316,5 per hektar; dan
kacang hijau memiliki harga $ 4850,7 per hektar dibandingkan dengan harga
ekspetasinya senilai $ 4942,7 per hektar. Sehingga selain kacang kedelai, tanaman
tanaman kacangan lainnya tidak direkomendasikan untuk dibudidaya karena
ekspetasi harga yang diharapkan jauh dengan harga yang dijangkau penduduk.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum “Sasonal Analysis Program (Varan) On Various


Plant & Analysis Economic Plant,” maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:

1. Hasil produksi tertinggi berdasarkan grafik dan analisis data adalah


produksi kacang kacang babi dengan hasil produksi maksimum 1811
kg/ha. Sedangkan hasil produksi terendah yaitu kacang hijau dengan
hasil maksimum 613,2 kg/ha.
2. Hasil keuntungan tertinggi berdasarkan analisis data adalah keuntungan
produksi kacang kedelai dengan keuntungan rata-rata bernilai $
5193,6/ha. Sedangkan hasil keuntungan terendah yaitu kacang faba
dengan keuntungan bernilai rata-rata $ 4316,5/ha.
DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E., Budiman, & Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Jurnal Agrofarm, Vol. 14 (2): 88-94.

Alfandi, 2015. Kajian Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus
radiates L.) Akibat Pemberian Pupuk P dan Inokulasi Cendawan Mikoriza
Arbuskula (CMA). Jurnal Agrijati, 28(1): 158-171.

Bisikwa, J., Kawooya, R., Ssebuliba, J.M., Ddungu SO., Biruma M., Okello, D.K.,
2014. Effects of plant density on the performance of local and elite cowpea
varieties in Eastern Uganda. African Journal of Applied Agricultural Sciences
and Technologies, 1(1): 28-41.

Ddamulira G, Santos CAF, Obuo P, Alanyo M, Lwanga CK. 2015. Grain yield and
protein content of Brazilian cowpea genotypes under diverse Ugandan
environments. American Journal of Plant Sciences, 6: 2074-2084.

Da Silva DOM, Santos CAF. 2016. Adaptability and stability parameters for
potassium and calcium contents and grain yield in cowpea lines. African
Journal of Agricultural Research, 11(36): 3366-3374.

Hastuti D.P, Supriyono, dan Hartati S. 2018. Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau
(Vigna radiata L.) pada Beberapa Dosis Pupuk Organik dan Kerapatan
Tanam. Journal of Sustainable Agriculture, Vol. 33, No. 2, Agustus 2018 :
89-95.

Kementerian Pertanian 2016. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman


Pangan Mwaura L, Stevensin PC, Ofari DA, Anjarwalla P, Jamnadass R,
Smith P. 2013. Pesticidal Plant Leaflet Tephrosia vogelii Hook.f. World
Agroforestry Centre and The University of Greenwich.

Nababan, F. M. 2017. Uji Antioksidan Ekstrak Kacang Kedelai (Glycine max) dan
Tempe Dengan Metode DPPH. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Resenes, DA. et al. 2019. JDSAATt: A Javascript Module for DSSAT-CSM


Integration. Softwarex.
Riniarsi, D. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Kedelai. Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementrian Pertanian. Jakarta.

Saputro dkk. 2015. Karakteristik Sifat Fisik dan Kimia Formulasi Tepung
Kecambah Kacang-Kacangan Sebagai Bahan Minuman Fungsional. Journal
Teknosains Pangan 4(1): 10-19.

Safitri dkk. 2016. Pengembangan Getuk Kacang Tolo sebagai Makanan Selingan
Alternatif Kaya Serat. Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia 4(2): 71-80.

Sukradan, I. W., & Yuningsih, N. N. 2013. Pengaruh Formulasi Sukrosa dan Sirup
Glukosa terhadap Sifat Kimia dan Sensori Permen Susu Kedelai. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.

Supriyanto, 2010. Analisis Parameter Klimatologi dalam Tinjauan Konsep Fisika


Dasar di Kota Samarinda. Fisika Mulawarman. Vol. 6, No. 2.

Wahyuni, A., & Suryani, T. 2016. Kualitas Dadih Kedelai dengan Penambahan
Sari Jeruk Manis dan Jambu Biji. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukoharjo.

Yusnawan, E. 2016. The Diversity of Secondary Metabolites in Indonesian Soybean


Genotypes. Badan Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Malang.

Yusuf, 2014. Pemanfaatan Kacang Hijau sebagai Pangan Fungsional Mendukung


Diversifikasi Pangan di Nusa Tenggara Timur. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Halm. 741-742

Anda mungkin juga menyukai