Anda di halaman 1dari 11

Nama : Asrizal Annan

NPM : 20025010139
Golongan : D1

Laporan Sementara Praktikum Agroinformatika


Seasonal Analysis Program (Varan)

TINJAUAN PUSTAKA

Jagung adalah tanaman monokotil dan tanaman semusim iklim panas.


Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan
aterpisah sebagai perbungaan samping yang berkembang pada ketika daun.
Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi,
1998). Jumlah curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan jagung yang
optimal adalah 1.200 - 1.500 mm/tahun dengan bulan basah 79 bulan dan bulan
kering 4-6 bulan (Barnito, 2009). Tanaman jagung membutuhkan kelembaban
udara sedang sampai dengan tinggi (50% - 80%) agar keseimbangan metabolisme
tanaman dapat berlangsung dengan optimal. Kisaran temperatur untuk syarat
pertumbuhan tanaman jagung adalah antara 230C - 270C dengan temperatur
optimum 250C. Temperatur rendah akan menghambat pertumbuhan tanaman,
sedangkan temperatur tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan sehingga akan menurunkan produksi. Titik tumbuh daun jagung berada
pada ruas batang. Tanaman jagung mempunyai jumlah total daun sekitar 20 helai
tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter batang
akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung menyebabkan 8 daun
pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan (Iriany, 2007).

Tanaman jagung memerlukan penyinaran yang tinggi. Semakin tinggi


intensitas penyinaran, maka proses fotosintesis akan semakin meningkat, sehingga
akan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Karakteristik lahan
merupakan komponen penting untuk meningkatkan produksi. Ini disebabkan
karena hubungan antara produksi dengan lahan sebagai input produksi (Marliah,
dkk., 2010). Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhi keputusan untuk
menggunakan lahan pertanian di suatu daerah. Tanaman jagung dapat tumbuh pada
hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir hingga tanah liat,
akan tetapi jagung akan tumbuh baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus
dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5 - 7,5, dengan kedalaman air
tanah 50 - 200 cm dari permukaan tanah dan kedalaman permukaan perakaran
(kedalaman efektif tanah) mencapai 20 - 60 cm dari permukaan tanah.

Jagung (Zea mays L) memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan


pangan nasional dan internasional setelah beras dan gandum. Jagung merupakan
tanaman yang umumnya di tanam di wilayah dataran rendah. Untuk pengembangan
jagung, penggunaan benih unggul dan bermutu tinggi menjadi salah satu upaya
yang terus di kaji dan di sebarluaskan ke petani. Jagung sampai saat ini masih
merupakan komoditi strategi kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung
masih merupakan bhan makanan pokok kedua setelah beras. Sudaryanto et al
(1995) dalam Amin (2012) mengemukan bahwa masalah utama dalam upaya
peningkatan produksi jagung nasional yang masih lambat. Paket teknologi spesifik
lokasi belum banyak tersedia, serta jaminan pasar dan harga jagung yang belum
menarik bagi produsen. Pemupukan adalah kegiatan memberikan unsur hara
tambahan nutrisi untuk tanah pada komposisi tanah. Pemupukan bertujuan untuk
menambah unsur hara ditanah sebagai nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh
dan berkembangbiak lebih baik (Suptarini, 2001).

Faktor lingkungan yang berpengaruh pada produksi tanaman di lahan kering


adalah curah hujan. Salah satu unsur iklim yang digunakan sebagai indikator dalam
kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan (Suciantini, 2015). curah hujan
merupakan unsur iklim dengan fluktuasi tinggi dan pengaruh terhadap produksi
tanamannya tinggi. Curah hujan berkorelasi tinggi terhadap komponen hasil.
Pemupukan tanaman jagung memerlukan konsentrasi di atas level S 10 ppm untuk
mencukupi kebutuhan tanaman akan nutrisi yang digunakan selama fase
pertumbuhan (John et. al., 2011). Aplikasi pupuk dengan unsur S telah di temukan
pada percobaan tes tanah, memprediksi respons tanaman terhadap aplikasi S pada
tanaman tersedia terkait dengan lebih dari konsentrasi SO4–5 di atas 6-in.
Berdasarkan uji kandungan tanah, dimana kondisi tanah kurang subur maka perlu
dilakukan pemupukan.

Pengairan pada tanaman jagung memilki teknik pengairan sangat berpengaruh


terhadap hasil gabah jagung dari tiga perawatan irigasi tidak signifikan berbeda.
Hasil ini menunjukkan bahwa kelembapan tanah di lahan bias habis sampai 50%
sebelum irigasi diterapkan tanpa secara signifikan penurunan hasil panen. Hal ini
juga menunjukkan rata-rata aplikasi air musiman adalah 70, 106, dan 216 cm ha
yang diberikan. Hasil ini menunjukkan bahwa kelembaban tanah memungkinkan
akan habis sampai 0,5 FC sebelum memulai irigasi secara signifikan dan
kelembaban tanah mengelola untuk menangkap curah hujan dapat membantu batas
aplikasi irigasi (Nelson 2011).

Tanah yang diusahakan untuk bidang pertanian memiliki tingkat kesuburan


yang berbeda-beda. Pengelolaan tanah secara tepat merupakan faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang akan diusahakan. Kesuburan
tanah adalah proses penilaian masalah-masalah keharaan dalam tanah dan
pembuatan rekomendasi pemupukan (Moelyohadi, dkk., 2012). Bentuk pendekatan
yang dilakukan dengan menekankan aspek produksi tanaman. Mulai irigasi,
pemupukan, hingga penjadwalan musim tak luput dari pengamatan. Tanaman
jagung tidak akan memberikan hasil maksimal apabila tidak ditanam pada musim
yang tepat, lingkungan yang mendukung, serta unsur hara yang diperlukan tidak
cukup tersedia (Pasta et al., 2015). Musim, pengairan, daerah areal pertanaman serta
pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif
(Suliasih, dkk. 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Produksi

Gambar 1. Grafik Hasil Produksi Tanaman Jagung

Hasil pada Grafik Box-Plot pada Harvested Yield tanaman jagung yang
menggunakan tiga lahan percobaan yaitu Lahan A, Lahan B, dan Lahan C. Pada tahap
penanaman dilakukan pada dua bulan yang berbeda, yaitu pada bulan April dan bulan
Mei. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bulan manakah tanaman jagung cocok untuk
ditanam. Selain itu, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh iklim, masak
fisiologis, serta berapa lama waktu pembungaan pada tanaman jagung. Pada data yang
didapatkan pada Grafik Box-Plot pada Lahan B penanaman di Bulan April memiliki
hasil maksimal paling tinggi mencapai 6836.0 kg/ha dan memperoleh hasil yang
minimum pada bulan mei sebesar 1756.0 kg/ha. Selanjutnya, pada Lahan A
penanaman di Bulan Mei juga memiliki hasil maksimum yaitu sebesar 6643.0 kg/ha
pada bulan April dan memiliki hasil minimum sebesar 1646.0 pada bulan Mei. Lahan
C memiliki hasil maksimal pada penanaman Bulan April sebesar 5993.0 kg/ha
sedangkan untuk hasil minimum terjadi pada penanaman pada bulan Mei yaitu 1616.0
kg/ha. Berdasarkan hasil simulasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
penanaman tanaman jagung cocok dilakukan pada Bulan April dibandingkan dengan
penanaman pada Bulan Mei. Hal ini dikarenakan hasil produktivitas pada ketiga lahan
tersebut pada Bulan April mencapai hasil maksimum yang tinggi. Hal ini juga
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lainnya yaitu seperti waktu tanam, waktu
pembungaan, intensitas air (curah hujan).

2. Planting Date

Gambar 2. Hubungan Planting Date dengan Hasil Produksi

Hasil grafik dari analisa Regresi Planting Date pada penanaman tanaman jagung
menunjukkan hasil sebesar 0.988005 menggunakan data Variabel Harvested Yield.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi tanaman jagung dipengaruhi dengan waktu
tanam.Variabel Harvested Yield tanaman jagung memakai tiga lahan yaitu pada Lahan
A, Lahan B, dan Lahan C. Penanaman dilakukan di dua bulan yang berbeda, yaitu
bulan April dan bulan Mei. Hasil pada grafik diatas menunjukkan bahwa pada Lahan
A, Lahan B, dan Lahan C Bulan April memiliki hasil nilai yang sama yang dan lebih
tinggi sekitar 140.0 jika dibandingkan dengan Lahan A, Lahan B, dan Lahan C Bulan
Mei sekitar 110.0. Hal ini menunjukkan bahwa Bulan April merupakan waktu tanam
yang cukup bagus. Hal ini dikarenakan pengaruh dari iklim dan cuaca pada Bulan
April merupakan awal musim penghujan, yang dimana hal ini akan berpengaruh pada
curah hujan yang akan berpengaruh juga pada jumlah air yang tersedia pada tanah.
Jumlah air yang tersedia selalu berubah dari waktu ke waktu, karena itu perlu di
tentukan besarnya jumlah air yang tersedia, yang dipergunakan sebagai dasar
perencanaan dalam menentukan rencana pembagian air. Dalam kenyataannya jumlah
air yang tersedia belum tentu akan sama dengan yang direncanakan, mungkin lebih
atau kurang (Dedi, 2014).
3. Maturity Date.

Gambar 3. Grafik Maturity Date

Grafik Analisa Regresi Maturity Date Tanaman Jagung menunjukkan hasil


sebesar 0.988286 dengan menggunakan data variabel Harvested Yield. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil produksi dipengaruhi oleh waktu berbunga (Maturity Date).
Percobaan dilakukan menggunakan tanaman jagung dengan memakai tiga lahan yaitu
Lahan A, Lahan B, dan Lahan C. Penanaman dilakukan di dua bulan yang berbeda,
yaitu bulan April dan bulan Mei. Hasil grafik diatas menunjukkan bahwa Lahan A,
Lahan B, dan Lahan C Bulan April memiliki hasil yang lebih tinggi yaitu 227.0
dibandingkan dengan Lahan A, Lahan B, dan Lahan C Bulan Mei yaitu 196.0. Waktu
berbunga ini berpengaruh pada pola sebaran serbuk sari. Pola sebaran serbuk sari
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan nilai inbreeding, ukuran populasi
efektif dan level keragaman genetik di dalam dan antar populasi (Burczyk dan Prat
1997). Pola sebaran ini ditentukan oleh fenologi pembungaan seperti kemampuan
berbunga, jumlah produksi bunga dan sinkronisasi kematangan bunga jantan dan
betina, dan efektivitas polinator, yang membawa serbuk sari ke kepala putik sehingga
terjadi penyerbukan (Robledo-Arnuncio dkk, 2004).
4. Regresi Yd-Rain

Gambar 4. Grafik Regresi Yd-Rain

Grafik Analisa Regresi Yd – Rain tanaman jagung menunjukkan hasil 0.999374.


Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi dipengaruhi oleh curah hujan. Percobaan
menggunakan tanaman jagung memakai tiga lahan yaitu Lahan A, Lahan B, dan Lahan
C. Penanaman dilakukan di dua bulan yang berbeda, yaitu bulan April dan bulan Mei.
Pada percobaan tersebut terlihat curah hujan pada Lahan A, Lahan B, dan Lahan C
pada Bulan April mempunyai tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan Bulan
Mei yaitu senilai 15.0, 16.1, dan 14.1 sedangkan untuk Lahan A, Lahan B, dan Lahan
C pada Bulan Mei yaitu memiliki nilai 6.0, 6.2, dan 5.9. Dapat diketahui bahwa bulan
mei merupakan waktu masuk musim kemarau, dimana pada bulan tersebut mempunyai
kapasitas curah hujan rendah atau bisa jadi tidak ada sehingga hasil produksi pada
ketiga lahan pada bulan mei memiliki nilai yang rendah yang mengakibatkan masak
fisiologis tanaman jagung menjadi lebih lama. Tanaman jagung mempunyai curah
hujan yang ideal. Hal ini dikemukakan oleh Surtinah dan Lidar (2012) bahwa Curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air.
5. Anthesis Date

Gambar 5. Grafik Anthesis Date

Grafik Analisa Regresi Anthesis Date anaman Jagung menunjukkan hasil


0.988108. Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi dipengaruhi oleh waktu masak
fisiologis waktu pembungaan. Anthesis Date merupakan waktu dimana bunga siap
untuk dilakukan penyerbukan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan tanaman
jagung memakai pada tiga lahan yaitu Lahan A, Lahan B, dan Lahan C. Penanaman
dilakukan di dua bulan yang berbeda, yaitu Bulan April dan Bulan Mei. Lahan A,
Lahan B, dan Lahan C Bulan April memiliki grafik yang cukup bagus dibandingkan
dengan di Bulan Mei. Terlihat pada grafik yaitu untuk Bulan April ketiga lahan
memiliki hasil yang sama yaitu 191.0 sedangkan untuk Bulan Mei pada ketiga lahan
menunjukkan hasil 160.5. Proses reproduksi dipengaruhi oleh banyak faktor yang
diawali dengan fenologi pembungaan sampai terjadinya buah/biji. Selain itu, tanaman
yang penyerbukannya dibantu oleh hewan, khususnya serangga, cenderung
mempunyai pemindahan gen (gene flow) yang tidak terlalu jauh, karena keterbatasan
jarak terbang serangga (Chaix dkk. 2003).
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Hasil produksi Bulan April lebih tinggi dibandingkan dengan hasil produksi di
Bulan Mei. Hal ini disebabkan karena faktor iklim, kondisi lahan, dan juga daya
tumbuh tanaman.
2. Hasil produksi tanaman jagung dapat dipengaruhi oleh curah hujan, hari
penanaman dan masa berbunga.
3. Hasil produksi tanaman jagung tidak memiliki pengaruh hubungan dengan curah
hujan.
DAFTAR PUSTAKA

Amin M, Zaenaty. 2012. Respon Petani Terhadap Gelar Teknologi Budidaya Jagung
Hibrida Bima 5 di Kabupaten Donggala. J. Agrika 6 (1) : 34–47.
Barnito, N. 2009. Budidaya Tanaman Jagung. Suka Abadi. Yogyakata. 96 hlm.
Heryani N, Kartiwa B, Pujilestari N, Kharmila S. 2006. Analisis Potensi Masa Tanam dan
Pemberian Irigasi Suplementer Untuk Menekan Risiko Kehilangan Hasil di Lahan
Kering Dataran Rendah Beriklim Kering. Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor, 14-15 September 2006. Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian, Bogor.
Iriany R. N. M. Yasin H. G., dan Andi Takdir M. 2007. Asal, sejarah, Evolusi, dan
Taksonomi Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
John SB, Lang D, Barker. 2011. Sulfur Fertilization Response in Lowa Corn Production. J.
Better Crop 95 (2) : 8–11.
Marliah A, Jumini, Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Antar Barisan pada Sistem
Tumpang Sari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil. J. Agrista 14 (1) : 30–39.
Moelyohadi Y, Harun MU, Munandar, Hayati R, Gofar N. 2012. Pemanfaatan berbagai jenis
pupuk hayati pada budidaya tanaman jagung Zea mays L. efesiensi hara di lahan
kering marjinal. Jurnal Lahan Suboptimal 1(1): 31-39.
Musa, N. 2012. Penentuan Masa tanam Jagung (Zea mays L.) Berdasarkan Curah Hujan dan
Analisis Neraca Air di Kabupaten Pohuwato. JAAT. 1(1): 23 - 27
Nelson, Kaisi. 2011. Agronomic and Economic Evaluation of Various Furrow Irrigation
Strategies for Corn Production Under Limited Water Supply. J. Soil and Water 66
(2) : 114–121.
Nurtjahjaningsih, I., Sulistyawati, P., Widyatmoko., Rimbawanto, A. 2012. Karakteristik
Pembungaan dan Sistem Perkawinan Nyamplung (Calophyllum inophyllum) pada
Hutan Tanaman di Watusipat, Gunung Kidul. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan.
Vol. 6 No. 2: 65-80
Pasta, I., Ette, A., Barus, Henry N. 2015. Tanggap Pertumbuhan dan Hasil TanamanJagung
Manis (Zea mays L. Saccharata) pada Aplikasi Berbagai Pupuk Organik. Jurnal
Agroteknologi. Vol.3 No.2 : 168-177
Rubatzky, V. E. dan Mas Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. Edisi kedua. ITB Press.
Bandung. 313 hal.
Subekti N. A., R. Efendi, S. Snarti, dan Syaifuddin. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase
Pertumbuhan Jagung. Laporan Akhir. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Suliasih., Widawati, S., dan Muharam, A. 2011. Aktivitas Pupuk Organik dan Bakteri
Pelarut Fosfor untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Tomat dan Aktivitas
Mikroba Tanah. Jurnal. J, hort. 20 (3). Hal : 241-246.
Suptarini, E. 2001. Membuat Tanaman Cepat Berbuah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai