Anda di halaman 1dari 4

Di tengah wabah COVID-19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi

memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap


seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau
menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan label, stereotip,
didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami pelecehan
status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

Sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang pandemi


COVID-19. Terlebih manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum
diketahui dan lebih mudah menghubungkan rasa takut pada “kelompok
yang berbeda/lain”. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan
diskriminasi terhadap etnis tertentu dan juga orang yang dianggap
mempunyai hubungan dengan virus ini.

Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat dipahami,
tapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat,
keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip
dengan COVID-19. Jika terus terpelihara di masyarakat, stigma sosial
dapat membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak
didiskriminasi, mencegah mereka mencari bantuan kesehatan dengan
segera, dan membuat mereka tidak menjalankan perilaku hidup yang sehat.

Stigma negatif pada saat covid19 terjadi ada pasien, ODP, PDP serta
petugas kesehatan yang menangani pasien covid19. Stigma negatif yang
diberikan hanya akan memperparah keadaan baik secara mental maupun
pada penyebaran penyakit itu sendiri. Pasien covid19 mengaku marasa
tertekan dengan adanya stigma negatif ini akibat foto-fotonya disebarkan
oleh pihak tertentu. Petugas medis yang menangani pasien covid19 juga
mengalami berbagai tindakan masyarakat yang kurang baik misalnya diusir
dari kontrakan dll. Beberapa OPD, PDP juga mengalami tekanan psikologis
dari lingkungan sekitar. Hal ini terjadi karena masyarakat sering
mendapatkan berbagai berita negatif tentang penyakit ini meskipun dari
data yang ada IDI menyebutkan kemungkinan sembuh penyakit ini adalah
97%. Stigmatisasi tersebut sangat berdampak terhadap imunitas seseorang
yang terkait Covid-19 dan akan berpengaruh dalam proses penyembuhan
pasien Covid19.
Bersama Menghapus Stigma Negatif Covid 19

Upaya dalam meminimalisir  Stigma Negatif Covid19 di masyarakat

1. Komunikasi resiko yang lebih baik


2. Pemberitaan media terkait informasi yang utuh soal penularan virus
yang selama ini sering tidak sampai ke masyarakat sangat mempengaruhi
stigma terhadap orang terkait Covid-19 baik itu OTG, ODP, PDP, pasien
positif dan keluarga pasien serta Nakes.
3. Media yang hanya fokus pada pertumbuhan kasus & kurangnya
keterbukaan informasi perihal penanganan Covid-19.
Contoh informasi positif tentang tenaga medis yang dapat
disampaikan

 Seorang perawat yang menangani pasien covid19 telah melakukan


berbagai protokol kesehatan saat merawat pasien covid 19 :
 Melindungi diri semaksimal mungkin dengan APD sesuai standar
 Memiliki ilmu pengetahuan yang cukup untuk menangani pasien
covid19
 Mengikuti syarat ketat untuk melepaskan pakaian dinas, keluar RS
ataupun bertemu dengan keluarga/masyarakat
 Merawat dengan keiklasan, bahkan berjuang nyawa untuk merawat
pasien covid19

Maka dari itu :

1. Jangan memberikan beban tambahan dengan menjauhi, menolak,


mendiskreditkan mereka dimasyarakat karena ini sangat menyakitkan
2. Jangan membicarakan mereka, berbisik-bisik dihadapan mereka
sebagai penular penyakit
3. Menjauhkan atau mengejek keluarga mereka karena beranggapan
sebagai penular penyakit.
4. Berikan apresiasi kepada tenaga medis dan petugas lain yang
merawat pasien covid19
5. Memperluas akses dukungan psikososial/kesehatan
mental/kesehatan jiwa

Dengan cara memperbanyak informasi-informasi tentang pencegahan dan


penanganan kesehatan mental di masa pandemi covid19 ini.

Tokoh agama dan masyarakat memegang peran penting membantu


masyarakat menghadapi pandemi COVID-19. Tokoh agama dan
masyarakat dapat membantu dengan memastikan semua orang mendapat
informasi yang benar dan tidak menyebar hoax atau informasi yang salah.
Mereka juga dapat membuat WA Group bagi lingkungan setempat agar
warga selalu menerima informasi terkini.

Upaya yang bisa dilakukan

1. Sampaikan pesan-pesan kesehatan kunci dan  pasang poster-poster


2. Ketahui fakta-fakta dan berbagilah pada sesama untuk membantu
mengurangi ketakutan dan kecemasan
3. Bantu masyarakat untuk menghindari hoax dan informasi yang salah
4. Bantu hilangkan stigma pada kelompok orang yang dipersepsikan
sebagai pembawa virus
5. Bantu agar setiap keluarga dapat memiliki sarana dan mau mencuci
tangan pakai sabun dan air mengalir
6. Bantu agar warga tahu apa yang harus dilakukan bila mengalami
gejala
7. Identifikasi kelompok warga yang berisiko tinggi: kelompok lansia
(lanjut usia) dan mereka dengan penyakit menahun (kronis) seperti
diabetes, penyakit jantung, paru-paru dan informasikan cara mengurangi
risiko tertular virus corona

Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita tidak sulit bila semua
pihak bersatu padu dalam berkomitmen untuk tidak menyebarkan
prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait dengan
COVID-19. Kita semua dapat ikut berperan untuk meminimalisir stigma
negatif tersebut demi upaya bersama menanggulangi pandemi ini (Ni
Kadek Widiastuti, SKM,MPH/Seksi Promkes)

 Tagged with: bersamaperangicovid19 • covid2019 • hapusstigmacovid-
19 • promkesbali • promkesdiskesbali • stigmanegatifcovid-19

Anda mungkin juga menyukai