Uts - Metode Penelitian Ap - Husein Ahmed Isnain - 1702230508
Uts - Metode Penelitian Ap - Husein Ahmed Isnain - 1702230508
PROPOSAL
OLEH:
HUSEIN AHMED ISNAIN
1702230508
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dengan tersedianya sumber alternatif seperti energi matahari, maka di kota Palembang
sangat potensial untuk pembuatan atau perakitan pembangkit listrik tenaga surya dengan
menggunakan Solar Cell 100 WP sebagai sumber energi alternatif tepatnya di Fakultas
Tenik Universitas Tridinanti Palembang.
1
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik menulis proposal dengan judul
Sistem Pembangkit Tenaga Surya Dengan Menggunakan Solar Cell 100 WP.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. BATASAN MASALAH
Mengingat luas dan banyaknya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangkitan tenaga listrik alternatif, maka penulis membatasi permasalahan yang
dibahas dalam penulisan tugas akhir ini, yaitu perakitan dan pengujian karateristik
sistem pembangkit listrik tenaga surya dengan menggunakan Solar Cell 100 WP.
D. RUMUSAN MASALAH
E. ASUMSI
F. TUJUAN
2
G. KEGUNAAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan berguna bagi:
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Energi Matahari
Menurut (Darwin Sitormpul, 1991:101), energi thermal adalah bentuk dasar energi.
Artinya, semua bentuk energi yang lain dapat secara sempurna di konversi menjadi energi
thermal. Perpindahan kalor atau alih bahang (heat transfer) ialah ilmu untuk
Meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu antara dua
benda atau material. Perpindahan panas yang terjadi dari suatu benda ke benda lain
merupakan hasil dari perbedaan temperatur. Menurut (E.Jasjfi, 1993: 3), panas akan
mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang bertemperatur rendah.
Perpindahan panas dilkasifikasikan menjadi :
1. Konduksi
Menurut (E.Jasjfi, 1993: 2), jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka
menurut pengalaman akan terjadi perpindahan energi dari bagian bersuhu tinggi ke
bagian bersuhu rendah. Perindahan panas dengan cara konduksi membutuhkan
medium sebagai pembawa panas. Menurut (E. Setiawan, 1995: 95), Kondusi merupakan
suatu mekanisme aliran panas, dimana energi dipindahkan dari daerah yang
bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah melalui elektron-elektron
pada zat padat atau molekul-molekul suatu bahan saling berbenturan dan dengan
demikian saling meneruskan energi panas yang mereka miliki.
2. Konveksi
Menurut (E. Jasjfi, 1993: 12), jika suatu plat panas dibiarkan berada di udara
sekitar tanpa ada sumber dari luar, maka udara itu akan bergerak sebagai akaibat
terjadinya perbedaan kerapan udara didekat plat itu. Peristiwa ini dinamakan
konveksi alamiah (natural convection) atau konveksi bebas (free convection) untuk
membedakannya dari konveksi paksa (forced convection) yang terjadi apabila udara itu
dihembuskan diatas plat itu dengan kipas. Menurut (E Setiawan, 1995: 97) jika aliran fluida
melewati zat padat dan temperaturnya berbeda, panas akan berpindah antara fluida dan
permukaan zat padat tersebut sebagai hasil dari pergerakan fluida, mekanisme aliran
panas ini disebut dengan konveksi. Zat cair dan gas yang panas lebih ringan dari
pada zat yang dingin, jadi aan bergerak ke atas.
3. Radiasi
Menurut (E. Setaiwan, 1995: 98), panas radiasi merupakan suatu bentuk
perpindahan panas dengan cara pancaran energi panas dari zat yang
4
bertemperatur tinggi ke zat yang bertemperatur rendah tanpa memerlukan zat pembawa
panas. Perpindahan energi panas lewat radiasi dilakukan oleh gelombang-
gelombang elektro magnateik. Menurut (Darwin Sitompul, 1991: 4) energi elektro magnetik
adalah suatu bentuk energi yang berkaitan dengan radiasi elektromagnetik, yaitu
suatu bentuk energi murni, artinya tidak berkaitan dengan masa. Radiasi ini terjadi
hanya sebagai energi tradisional yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Sinar matahari yang berupa gelombang elektro magnetic pendek menuju atmosfer
dianggap 100% sampai ke permukaan lapisan atmosfer. Tetapi radiasi ini tidak bias
diteruskan keseluruhannya karena ada pantulan yang terjadi dan besarnya pantulan 31
%. Berarti radiasi yang dapat diteruskan kedaerah atmosfer hanya 69%. Dari umlah ini akan
diserap oleh udara keliling atmosfer sebesar 17,4% dan pantulan permukaan bumi
sebesar 4,3 % sehingga sampai kepermukaan bumi tinggal 47,326%. Menurut
(Dahnil Zainuddun, 1989: 9), sejumlah nilai yang diserap oleh permukaan bumi, antara lain
diserap oleh:
Laut : 37.7%
Samudera : 14.3%
Radiasi yang jatuh pada peemukaan material pada umumnya akan mengalami
refleksi, absorbs, dan transmisi. Dari tiga proses ini maka material akan memiliki
refleksivitas (ρ), adsorbsivitas (ά), dan transmisivitas (τ). Sercara sederhana dapat
ditulis Ashrae, 1989: 27.21): τ + ρ + ά = 1
Refleksi adalah pemantulan dari sebagian radiasi tersebut. Refleksi tergantung pada
harga indeks bias dan sudut datang radiasi. Refleksi secara umum ada dua (Dahnil Zainddin,
1989: 42) yaitu :
1. Refleksi spektakular, terjadi seperti pantulan sinar pada sebuah cermin datar
dimana sudut datang sama dengan sudut pantul.
2. Refleksi difussi, terjadi berupa pantulan ke segala arah
Transmisi memberikan nilai besar radiasai yang dapat diteruskan oleh
suatu lapisan permukaan. Kemampuan penyerapan (Absorbsivitas) dari suatu
permukaan merupakan hal yang penting dalam pemamfaatan radiasi seperti pada
pemamfaatan radiasi surya. Harga absorbsivitas berlainan untuk sudut datang
radiasi yang berlainan. Menurut British Building Research untuk sudut datang yang
dimiliki oleh suatu benda.
Absorbsivitas memberikan nilai besarnya radiasi yang dapat diserap.
Misalnya pada bagian absorber pada sebuah pengumpul radiasi surya. Ketiga
proses tersebut diatas yaitu, absorbsi, refleksi, dan transmisi adalah hal yang
5
penting dalam proses pemamfaatan radiasi surya karena ini menyangkut
efektifitas pemamfaatan pada sebuah pengumpul radiasi surya.
E. Elektron
6
G. Cara Kerja Solar Cell ( Photopoltaic)
Kepingan sel photovoltaic terdiri atas kristal silikon yang memiliki dua lapisan silisium
doped, yaitu lapisan solar sel yang menghadap ke cahaya matahari memiliki doped
negatif dengan lapisan fosfor, sementara lapisan di bawahnya terdiri dari doped positif
dengan lapisan borium. Antara kedua lapisan dibatasi oleh penghubung p-n. Jika pada
permukaan sel photovoltaic terkena cahaya matahari maka pada sel bagian atas akan
terbentuk muatan-muatan negatif yang bersatu pada lapisan fosfor. Sedangkan pada bagian
bawah lapisan sel photovoltaic akan membentuk muatan positif pada lapisan borium.
Kedua permukaan tersebut akan saling mengerucut muatan masing-masingnya jika
sel photovoltaic terkena sinar matahari. Sehingga pada kedua sisi sel photovoltaic
akan menghasilkan beda potensial berupa tegangan listrik. Perhatikan Gambar 2 di atas, jika
kedua sisinya dihubungkan dengan beban berupa lampu menyebabkan lampu akan menyala.
Perhatikan Gambar 3 berikut.
Berikut ini adalah salah satu contoh penggunaan pembangkit listrik tenaga surya, di mana
panel sel surya dibuat dari kumpulan sel photovoltaic yang membentuk panel.
Perhatikan Gambar 4 berikut:
8
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
B. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik tenaga surya sebagai pembangkit listrik
alternatif pada Fakultas Teknik Universitas Tridinanti Palembang.
Jenis data yang dikumpulkan sesuai dengan apa yang dikemukakan alam batasan
penelitian, yaitu :
Data-data yang telah didapat dari observasi, pengamatan dan pengukuran secara
langsung selanjutnya dianalisis. Adapun teknik pengolahan datanya adalah sebagai berikut: