Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 2

Dasar-dasar Pendidikan Sains


Ringkasan Sejarah Kimia
Disusun untuk memenuhi

Mata Kuliah : Dasar-dasar Pendidikan Sains


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd

Oleh :

Adim Al Ardy (203010208002)


Ayu Kristen Putri (203010208003)
Anjeli Mulyanti Sonia Sari (203020208017)
Kavita Br Tariga (203010208006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2021
Ringkasan Sejarah Kimia

A. Pendahuluan
Sekarang kimia memiliki akar yang kembali ke masa prasejarah. Ini pada dasarnya
menyangkut metalurgi dan herbal, yang pertama untuk kerja praktis, yang kedua untuk
kesehatan. Mengenai yang pertama pasti ada, jika lambat, kemajuan, karena yang terakhir
sebagian besar tersandung dalam kegelapan. Lalu ada periode alkimia yang lama. Itu tidak
dianggap sebagai sains oleh kami dalam retrospeksi, karena tidak menghasilkan hasil apa pun,
atau perkembangan apa pun, tetapi alasan sebenarnya untuk yang terakhir adalah bahwa ia tidak
disertai dengan pembangunan teori apa pun, hanya parodi angan-angan yang sama, dan dengan
demikian tidak tunduk pada penyelidikan dan modifikasi selanjutnya. Dengan demikian,
kegagalan alkimia memberikan kebohongan pada keyakinan optimis bahwa pengamatan tanpa
prasangka dapat memberi kita pengetahuan. Tetapi alkimia tetap meninggalkan jejak dan
memiliki pengaruh pada perkembangan selanjutnya seperti yang telah ditunjukkan, setelah
semua laboratorium modern bersama dengan peralatannya adalah hasil yang kurang lebih
langsung, serta rutinitas pencampuran dan pemanasan dan pengumpulan hasil yang biasa. dalam
bejana dan retort dengan bentuk yang lucu.

Sementara alkemis didorong oleh obsesi sempit, penerus mereka lebih karena
keingintahuan umum. Jadi ada pencampuran tanpa henti dari entitas yang berbeda, itu akan
menjadi prematur untuk menyebut mereka sebagai senyawa kimia, dan pemanasan selanjutnya
untuk mengamati hasil reaksi, beberapa yang agak kasar (daya pikat banyak anak sekolah). Ada
beberapa asumsi implisit yang memandu pekerjaan, dan yang tidak diragukan lagi memiliki
silsilah yang panjang. Pertama, tampaknya telah muncul aljabar primitif tertentu di mana
konstituensi aslinya ada di sebelah kiri, dan hasilnya di sebelah kanan (mungkin di dunia Arab
itu akan dibalik). Jadi jika (A + D) + B = C + D dan A + B = F maka C = F. Salah satu
kesimpulan dari aljabar primitif ini adalah gagasan bahwa materi dapat terurai menjadi
konstituen, jantung kimia. Ide seperti itu tentu saja sudah tua, orang Yunani sudah berbicara
tentang primitif Bumi, Air, Api dan Udara (dengan Eter dilemparkan sebagai 'pelawak'), tetapi
ini hanya pada tingkat metafisik, mereka tidak tahu bagaimana caranya untuk membuat sintesis
secara umum, bahkan tidak bagaimana memulainya. Tapi seperti yang dicatat Popper, metafisika
sangat diperlukan untuk sains. Langkah selanjutnya adalah kuantifikasi, bahwa massa sebelum
reaksi harus sama dengan massa sesudahnya. Kedua asumsi tersebut mengacu pada sistem
tertutup, gagasan penting dalam pengaturan eksperimental sistematis. Sekarang sistem tertutup
mudah dibayangkan, tetapi lebih sulit untuk diwujudkan dalam kehidupan nyata, dan bagian dari
keterampilan seorang eksperimen yang sukses adalah merealisasikannya, yang berarti menjaga
bahan bebas dari kotoran yang tidak disengaja dan melacak serta menampung segala sesuatu
yang terjadi kemudian.
B. Sejarah Kimia dari Zaman ke Zaman

Sejarah kimia merepresentasikan rentang waktu dari sejarah kuno sampai sekarang. Pada
1000 SM, peradaban menggunakan teknologi yang pada akhirnya akan membentuk basis
berbagai cabang ilmu kimia. Contohnya termasuk mengekstraksi logam dari bijihnya, membuat
tembikar dan glasir, memfermentasi bir dan anggur, mengeluarkan bahan kimia dari tumbuh-
tumbuhan untuk obat-obatan dan parfum, mengubah lemak menjadi sabun, membuat kaca, dan
membuat paduan seperti perunggu.

Kimia dianggap telah menjadi sains yang mapan melalui karya Antoine Lavoisier, yang
mengembangkan hukum kekekalan massa yang menuntut pengukuran yang cermat dan
pengamatan kuantitatif terhadap fenomena kimia.

1) Zaman Prasejarah (Sebelum Masehi)

Logam yang tercatat paling awal yang digunakan oleh manusia tampaknya adalah emas
yang bisa ditemukan bebas atau "asli". Sejumlah kecil emas alami telah ditemukan di gua-gua
Spanyol yang digunakan selama periode Paleolitik akhir, c. 40.000 SM.

Perak, tembaga, timah dan besi asli dapat juga ditemukan, yang memungkinkan
pengolahan logam secara terbatas dalam budaya kuno. Senjata Mesir yang terbuat dari besi
meteor pada sekitar 3000 SM sangat berharga bak "Belati dari Surga".

Reaksi kimia pertama yang digunakan secara terkendali adalah api. Namun, selama ribuan
tahun api hanya dipandang sebagai kekuatan mistis yang bisa mengubah satu zat menjadi zat lain
(membakar kayu atau mendidihkan air) saat menghasilkan panas dan cahaya. Api mempengaruhi
banyak aspek masyarakat awal. Ini berkisar dari aspek kehidupan sehari-hari yang paling
sederhana, seperti memasak dan pencahayaan lingkungan, hingga teknologi yang lebih maju,
seperti tembikar, batu bata, dan pencairan logam untuk dijadikan alat.

Apilah yang mendorong penemuan kaca dan pemurnian logam yang pada gilirannya
memberi jalan kepada kebangkitan metalurgi. Selama tahap awal metalurgi, metode pemurnian
logam dicari, dan emas, yang dikenal di era Mesir kuno pada awal 2900 SM, menjadi logam
berharga.

 Zaman Perunggu
 Zaman Besi

Percobaan filosofis untuk merasionalisasi mengapa zat yang berbeda memiliki sifat yang
berbeda (warna, densitas, bau), ada dalam beragam keadaan (gas, cair, dan padat), dan bereaksi
dengan cara yang berbeda saat terpapar lingkungan, misalnya terkena air atau api atau perubahan
suhu, memicu filsuf kuno mendalilkan teori pertama tentang alam dan kimia.
Aspek umum dalam semua teori ini adalah usaha untuk mengidentifikasi sejumlah kecil
unsur klasik utama yang membentuk semua ragam zat di alam. Zat seperti udara, air, dan tanah,
bentuk energi, seperti api dan cahaya, dan konsep yang lebih abstrak seperti gagasan, aether, dan
surga, biasa terjadi pada peradaban kuno meskipun tidak ada silang budaya.

Sekitar 420 SM, Empedokles menyatakan bahwa semua materi terdiri dari empat unsur
elementer—tanah, api, udara dan air. Teori awal atomisme dapat ditelusuri kembali ke zaman
Yunani kuno dan India kuno. Atomisme Yunani berasal dari filsuf Yunani Demokritos, yang
menyatakan bahwa materi terdiri dari atom yang tak dapat dipisahkan dan tidak dapat
dihancurkan, pada sekitar tahun 380 SM. Leukippos juga menyatakan bahwa atom adalah bagian
materi yang paling tak dapat dipisahkan. Ini bertepatan dengan deklarasi serupa oleh filsuf India
bernama Kanada dalam sutra Vaisheshikanya sekitar periode waktu yang sama. Dengan cara
yang sama ia membahas keberadaan gas. Apa yang dinyatakan Kanada melalui kitab sutranya,
Demokritos menyatakan melalui renungan filosofisnya. Keduanya mengalami kekurangan data
empiris. Tanpa bukti ilmiah, keberadaan atom mudah ditolak. Aristoteles menentang keberadaan
atom pada tahun 330 SM. Sebelumnya, pada tahun 380 SM, sebuah teks Yunani yang dikaitkan
dengan Polibos berpendapat bahwa tubuh manusia terdiri dari empat segi. Sekitar 300 SM,
Epikuros mendalilkan alam semesta atom yang tak terhancurkan di mana manusia sendiri
bertanggung jawab untuk mencapai kehidupan yang seimbang.

Dengan tujuan untuk menjelaskan filosofi Epicurean kepada khalayak Romawi, penyair
dan filsuf Romawi Lucretius menulis De Rerum Natura (The Nature of Things, bahasa
Indonesia: Sifat Benda) pada tahun 50 SM. Dalam karya tersebut, Lucretius menyajikan prinsip-
prinsip atomisme; sifat pikiran dan jiwa; penjelasan sensasi dan pemikiran; perkembangan dunia
dan fenomena; serta menjelaskan berbagai fenomena selestial dan terestrial.

Sebagian besar pengembangan awal metode pemurnian dijelaskan oleh Pliny the Elder
dalam Naturalis Historia-nya. Dia berusaha menjelaskan metode tersebut, sekaligus melakukan
observasi cepat terhadap keadaan banyak mineral.

2) Zaman Masehi (Abad Pertengahan)

Sejarah kimia dapat dianggap dimulai dengan pembedaan kimia dengan alkimia oleh
Robert Boyle (1627–1691) melalui karyanya The Sceptical Chymist (1661). Baik alkimia
maupun kimia mempelajari sifat materi dan perubahan-perubahannya tapi, kebalikan dengan
alkimiawan, kimiawan menerapkan metode ilmiah. Alkimia dipraktikkan oleh banyak
kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan
protosains.

Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia
modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan- alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa
Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme
dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang
dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia
adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang
diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783. Atom
memiliki partikel dasar, yaitu proton neutron dan electron. Proton ditemukan oleh Goldstein pada
tahun 1886. Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Elektron ditemukan oleh
J.J. Thompson pada tahun 1897.

Bertolak dari karya dan pemikiran Aristoteles, maka banyak para alkimia yang berlomba-
lomba untuk membuat emas dari logam yang murah. Namun mereka telah gagal untuk menyulap
logam lain menjadi emas. Waktu itu mereka mempercayai sepenuhnya pada pemikiran-
pemikiran Aristoteles sehingga pandangan mereka menjadi kabur. Pada umunya para ahli kimia
di Eropa hingga abad ke-13 percaya bahwa logam itu terbentuk dari unsur raksa dan belarang.
Mereka juga berpendapat bahwa logam-logam biasa dapat diubah menjadi logam yang lebih
mulia yakni emas. Pendapat ini didasari oleh kepercayaan bahwa semua benda dibentuk oleh
―badan dan roh‖, seperti halnya manusia. Mereka telah melakukan penyulingan atau destilasi,
yaitu memanaskan suatu zat cair hingga mendidih dan uap yang terbentuk didinginkan hingga
mengembun kembali. Dari hasil penyulingan tersebut mereka berharap dapat memperoleh roh
yang merupakan unsur utama dari suatu zat, yang dapat mereka gunakan untuk meningkatkan
kemurnian suatu bendalain. Dengan pandangan ini mereka percaya bahwa mereka akan dapat
melakukan transmutasi terhadap logam biasa hingga menjadi emas yang mereka anggap sebagai
logam yang paling mulia. Di antara logam-logam yang mereka kenal, hanyalah raksa yang dapat
disuling, karena itu raksalah yang menjadi pusat perhatian dari ahli kimia pada masa itu. Pada
tahun 1317 Paus John XXII mengeluakan maklumat yang melarang dilakukan praktek alkimia.
Dunia Islam telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam ilmu pengetahuan tak
terkecuali dengan Ilmu Kimia. Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan
dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang
menemukan ilmu eksakta tersebut.

Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan
mengenalkan disiplin ilmu kimia. Ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan.
Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ditemukannya kimia oleh Jabir ini
membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi
sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai
Bapak Kimia Modern. Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang
dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir
mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen.
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan
dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan,
kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation),
amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar
logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir
melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang
mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat. Namun
demikian, dalam mempelajari kimia, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu
keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan
tekun mengumpulkan fakta.Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam
sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen
sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan
sebagai ‗Bapak Ilmu Kimia Modern‘ oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam hal teori
keseimbangan, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik
alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan
kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi
mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya
dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk
sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena
kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia. Jelas dengan ditemukannya
proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia.
Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik.
Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan
material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam
salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan).

Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang
sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan
peralatan dari berbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di
antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin berjudul Summa Perfecdonis.

Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: ―Air raksa (merkuri) dan
belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap
bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara
lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan
segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian
rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan
bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap
elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi
kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan
karakteristik dari masing-masing unsur.‖
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk
mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat
kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-
unsurnya:

1. Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada
bahan camphor, arsenik dan amonium klorida,
2. Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan
3. Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.

Kimiawan Barat paling awal, yang hidup di abad pertama setelah masehi, menemukan
peralatan kimia. Bain-marie, atau penangas air (bahasa Inggris: water bath) dinamai untuk Mary
the Jewess. Karyanya juga memberikan deskripsi pertama tentang tribikos dan kerotakis
Cleopatra the Alchemist menggambarkan tungku dan telah dikreditkan dengan penemuan
alembik. Kemudian, kerangka eksperimental yang dibuat oleh Jabir ibn Hayyan mempengaruhi
para alkimiawan karena disiplin tersebut bermigrasi melalui dunia Islam, kemudian ke Eropa
pada abad kedua belas.

Selama Renaisans, alkimia eksoteris tetap populer dalam bentuk iatrokimia


Paracelsianisme , sementara alkimia spiritual berkembang, disesuaikan dengan akar Platonis,
Hermetik, dan Gnostiknya. Akibatnya, pencarian simbolis untuk batu filsuf tidak digantikan oleh
kemajuan ilmiah, dan masih merupakan domain ilmuwan dan dokter yang dihormati sampai
awal abad kedelapan belas. Alkimiawan modern awal yang terkenal karena kontribusi saintifik
mereka termasuk Jan Baptist van Helmont, Robert Boyle, dan Isaac Newton.

Kisah Chaucer lebih mengekspos sisi kecurangan alkimia, terutama pembuatan emas palsu
dari zat murah. Kurang dari seabad sebelumnya, Dante Alighieri juga menunjukkan kesadaran
akan kecurangan ini, sehingga dia menulis menyerahkan semua alkimiawan ke Inferno. Tidak
lama kemudian, pada tahun 1317, Paus Yohanes XXII Avignon memerintahkan semua
alkimiawan meninggalkan Prancis karena telah membuat uang palsu. Sebuah undang-undang
diloloskan di Inggris pada tahun 1403 yang membuat "penggandaan logam" dapat dihukum mati.
Meskipun ada tindakan ini dan lainnnya yang tampaknya ekstrem, alkimia tidak mati. Kelas
bangsawan dan istimewa masih berusaha menemukan batu filsuf dan obat mujarab kehidupan
untuk diri mereka sendiri.

Juga tidak ada metode ilmiah yang disepakati agar eksperimen dapat diulangi. Memang,
banyak alkimiawan memasukkan informasi yang tidak relevan ke dalam metode mereka seperti
waktu pasang surut atau fase bulan. Sifat esoterik alkimia serta kosakatanya yang dikodifikasi
tampaknya lebih berguna dalam menyembunyikan fakta bahwa mereka sebetulnya sama sekali
tidak yakin. Pada awal abad ke-14, keretakan tampak tumbuh menggoyang kekokohan alkimia;
dan orang menjadi skeptis. Jelas, perlu ada metode ilmiah agar eksperimen dapat diulang oleh
orang lain, dan hasilnya perlu dilaporkan dalam bahasa yang jelas yang menjelaskan apa yang
diketahui dan tidak diketahui.

3) Zaman Akhir Abad Ke-17 dan Ke-18 (Kimia Tradisional)

Pendefinisian ilmu kimia pada masa ini dimulai dengan adanya teori flogiston. Teori ini
dikemukakan oleh Georg Ernst Stahl. Kata flogiston berasal dari kata Yunani ―phlox‖ yang
berarti nyala api. Apabila suatu benda terbakar atau suatu logam dikapurkan, maka flogiston
akan keluar dari benda tersebut dan diberikan kepada udara di sekitarnya. Menurut Stahl pada
hakekatnya semua benda mengandung flogiston. Suatu benda mempunyai sifat mudah terbakar
apabila di dalamnya terdapat banyak flogiston dan benda yang banyak flogiston dapat
menumbangkan flogistonnya kepada benda lain yang kekurangan flogiston. Jadi menurut Stahl
ilmu kimia didasarkan pada teori flogiston ini.

Seorang ahli kimia yang masih menggunakan teori flogiston dan dikenal sebagai penemu
oksigen adalah Joseph Priestley yang lahir di Inggris Raya pada 1733. Priestley berpendapat
bahwa apabila lilin yang menyala dalam penyungkup itu kemudian padam, berarti udara dalam
penyunkup tersebut telah jenuh dengan flogiston dan tidak dapat menyerapnya lagi. Oleh karena
dalam gas yang baru ia temukan lilin dapat menyala dengan hebat, maka Priestley menarik
kesimpulan bahwa gas tersebut tentulah tak mengandung flogiston sama sekali. Karenanya gas
itu disebut ―dephlogisticated air‖, sedangkan gas yang ketinggalan dalam pembakaran suatu
benda dalam udara biasa (gas sisa) disebut ―phlogisticated air‖.

Teori flogiston akhirnya ditumbangkan oleh Antoine Laurent Lavoisier. Dalam


experimentnya ia berpendapat bahwa benda hanya dapat terbakar dalam ―air eminemment pur‖,
zat yang bukan logam pada pembakaran menghasilkan asam karenanya ―udara murni‖ itu
dinamakan oksigen (oxus = asam; gen = membuat), logam berubah menjadi kapur logam dengan
jalan mengikat oksigen, proses pembakaran ialah penggabungan kimia antara benda dengan
oksigen, jadi bukanlah keluarnya flogiston dari dalam benda. Pada tahun 1803, John Dalton
menyatakan bahwa semua materi terdiri dari atom, yang kecil dan tak terpisahkan

Upaya praktis untuk memperbaiki pemurnian bijih dan ekstraksinya untuk melebur logam
merupakan sumber informasi penting bagi kimiawan awal pafa abad ke-16, di antaranya
Georgius Agricola (1494-1555), yang menerbitkan karya hebatnya De re metallica pada tahun
1556. Karyanya menjelaskan proses penambangan bijih logam yang sangat maju dan kompleks,
ekstraksi logam dan metalurgi saat itu. Pendekatannya menyingkirkan mistisisme yang terkait
dengan subjek, menciptakan basis praktis yang dapat dikembangkan oleh orang lain. Karya
tersebut menggambarkan berbagai jenis tungku yang digunakan untuk melebur bijih, dan
merangsang minat terhadap mineral dan komposisinya. Bukan suatu kebetulan bahwa ia
memberikan banyak referensi kepada penulis sebelumnya, Pliny the Elder dan Naturalis
Historia-nya. Agricola telah digambarkan sebagai "bapak metalurgi".
Pada tahun 1605, Sir Francis Bacon menerbitkan The Proficience and Advancement of
Learning, yang berisi deskripsi tentang apa yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah.[35]
Pada tahun 1605, Michal Sedziwój menerbitkan risalah alkimia A New Light of Alchemy yang
mengusulkan adanya "makanan kehidupan" di dalam udara, yang kemudian dikenal sebagai
oksigen. Pada tahun 1615 Jean Beguin menerbitkan the Tyrocinium Chymicum, sebuah buku
teks kimia awal, dan di dalamnya tergambar persamaan kimia untuk pertama kalinya.[36] Pada
tahun 1637 René Descartes menerbitkan Discours de la méthode, yang berisi garis besar metode
ilmiah.

Karya kimiawan Belanda Jan Baptist van Helmont, Ortus medicinae diterbitkan pada tahun
1648; buku ini dikutip oleh beberapa orang sebagai karya transisi besar antara alkimia dan kimia,
dan berpengaruh penting pada Robert Boyle. Buku ini berisi hasil berbagai eksperimen dan
menetapkan versi awal hukum kekekalan massa. Tidak lama berselang setelah Paracelsus dan
iatrokimia, Jan Baptist van Helmont menyarankan bahwa ada zat substansial selain udara dan
menamainya - "gas", dari kata Yunani chaos. Selain mengenalkan kata "gas" ke dalam kosakata
ilmiah, van Helmont melakukan beberapa percobaan yang melibatkan gas. Jan Baptist van
Helmont juga dikenang saat ini atas sebagian besar gagasannya tentang pembentukan spontan
dan eksperimen pohon 5 tahunnya, dan juga dianggap sebagai penemu kimia pneumatik.

4) Zaman Modern Abad ke-19 (Kimia Modern)

Sepanjang abad ke-19, kimia dibagi antara mereka yang mengikuti teori atom John Dalton
dan mereka yang tidak, seperti Wilhelm Ostwald dan Ernst Mach. Meskipun pendukung teori
atom seperti Amedeo Avogadro dan Ludwig Boltzmann membuat kemajuan besar dalam
menjelaskan perilaku gas, perselisihan ini akhirnya tidak terselesaikan sampai penelitian
eksperimental Jean Perrin tentang penjelasan atom Einstein tentang gerak Brown pada dekade
pertama abad ke-20.

Sebelum perselisihan diselesaikan, banyak yang telah menerapkan konsep atomisme pada
kimia. Contoh utama adalah teori ion Svante Arrhenius yang mengantisipasi gagasan tentang
substruktur atom yang tidak sepenuhnya berkembang sampai abad ke-20. Michael Faraday
adalah kimiawan awal lainnya, yang kontribusi utamanya pada kimia adalah elektrokimia, di
mana (antara lain) sejumlah listrik selama elektrolisis atau elektrodeposisi logam menunjukkan
keterkaitan dengan sejumlah unsur kimia tertentu, dan kuantitas yang tetap dari unsur-unsur itu
satu sama lain, dalam rasio tertentu. Temuan ini, seperti rasio gabungan Dalton, adalah petunjuk
awal sifat atom materi.
C. Tokoh Sejarah Kimia
1) Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815)

Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan
dan mengenalkan disiplin ilmu kimia. Ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu
Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ditemukannya kimia oleh Jabir
ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi
sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai
Bapak Kimia Modern. Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang
dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir
mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen.
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan
dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan,
kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation),
amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.

2) Robert Boyle (1627-1691)


Kimiawan Anglo-Irlandia Robert Boyle (1627-1691) dianggap telah menyempurnakan
metode ilmiah modern untuk alkimia dan telah memisahkan kimia dari alkimia. Meskipun
penelitiannya jelas berakar pada tradisi alkimia, sebagian besar menganggap Boyle sebagai
kimiawan modern pertama, dan oleh karena itu merupakan salah satu pendiri ilmu kimia modern,
dan salah satu pelopor metode ilmiah eksperimental modern. Meskipun Boyle bukan penemunya
yang asli, dia terkenal dengan hukum Boyle, yang dia sajikan pada tahun 1662: hukum tersebut
menggambarkan hubungan proporsional yang berbanding terbalik antara tekanan absolut dan
volume gas, jika suhu tetap konstan dalam sistem tertutup.
Boyle juga diakui untuk publikasi mahakaryanya The Sceptical Chymist pada tahun 1661,
yang dipandang sebagai buku penting dalam bidang kimia. Dalam karyanya tersebut, Boyle
mengemukakan hipotesisnya bahwa setiap fenomena merupakan hasil tumbukan partikel yang
sedang bergerak. Boyle meminta kimiawan untuk bereksperimen dan menegaskan bahwa
eksperimen membantah pembatasah unsur kimia hanya pada empat unsur klasik: tanah, api,
udara, dan air. Dia juga memohon agar berhenti merendahkan kimia di bawah obat atau alkimia,
dan menaikkan statusnya menjadi sains. Hal terpenting adalah, dia menganjurkan pendekatan
yang ketat terhadap eksperimen ilmiah: dia meyakini bahwa semua teori harus dibuktikan secara
eksperimental sebelum dianggap sebagai kebenaran. Karya ini berisi beberapa gagasan modern
paling awal: atom, molekul, dan reaksi kimia, serta tonggak dimulainya sejarah kimia modern.
Boyle juga mencoba memurnikan bahan kimia untuk mendapatkan reaksi yang dapat
diulangi (reproducible). Dia adalah pendukung vokal dari filosofi mekanik yang diajukan oleh
René Descartes yang menjelaskan dan mengukur sifat fisika dan interaksi materi. Boyle adalah
seorang atomis, tapi lebih menyukai kata korpuskula (butiran, bahasa Inggris: corpuscle)
daripada atom. Dia berkomentar bahwa pemecahan materi terkecil di mana sifat-sifatnya
dipertahankan pada tingkat korpuskula. Dia juga melakukan banyak penelitian dengan pompa
udara, dan mencatat bahwa raksa turun saat udara dipompa keluar. Dia juga mengamati bahwa
memompa udara dari wadah akan memadamkan nyala api dan membunuh hewan kecil yang
ditempatkan di dalamnya. Boyle membantu meletakkan dasar Revolusi kimia dengan filosofi
korpuskular mekanisnya. Boyle mengulangi eksperimen pohon van Helmont, dan merupakan
yang pertama menggunakan indikator yang berubah warna seiring dengan perubahan keasaman.

3) Georg Ernst Stahl (1659 – 1734)


Pada tahun 1702, kimiawan Jerman Georg Stahl menciptakan nama "flogiston" untuk zat
yang diyakini dilepaskan dalam proses pembakaran. Sekitar tahun 1735, kimiawan Swedia
Georg Brandt menganalisis pigmen biru tua yang ditemukan di bijih tembaga. Brandt
menunjukkan bahwa pigmen tersebut mengandung unsur baru, yang kemudian diberi nama
kobalt. Pada tahun 1751, seorang kimiawan Swedia bernama Axel Fredrik Cronstedt, yang juga
murid Stahl, mengidentifikasi ketakmurnian dalam bijih tembaga sebagai unsur logam yang
terpisah, yang dia namakan nikel. Cronstedt adalah salah satu pendiri mineralogi modern.
Cronstedt juga menemukan mineral scheelite pada tahun 1751, yang dinamakan tungsten, yang
berarti "batu berat" dalam bahasa Swedia.
Pada tahun 1754, kimiawan Skotlandia Joseph Black mengisolasi karbon dioksida, yang
disebutnya "udara tetap‖ Pada tahun 1757, Louis Claude Cadet de Gassicourt, saat meneliti
senyawa arsenik, menciptakan cairan berasap Cadet, yang kemudian ditemukan sebagai kakodil
oksida, dianggap sebagai senyawa organologam sintetis pertama. Pada 1758, Joseph Black
merumuskan konsep kalor laten untuk menjelaskan termokimia perubahan fasa. Pada tahun
1766, ahli kimia Inggris Henry Cavendish mengisolasi hidrogen, yang disebutnya "udara yang
mudah terbakar". Cavendish menemukan hidrogen sebagai gas tak berwarna dan tak berbau yang
membakar dan bisa membentuk campuran eksplosif dengan udara. Dia menerbitkan sebuah
makalah tentang produksi air dengan membakar udara yang mudah terbakar (yaitu hidrogen) di
udara terdeflogistikasi (sekarang diketahui sebagai oksigen) Udara terdeflogistikasi merupakan
penyusun atmosfir udara (teori flogiston).
Pada 1773, kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele menemukan oksigen, yang disebutnya
"udara api", namun tidak segera mempublikasikan pencapaiannya. Pada tahun 1774, kimiawan
Inggris Joseph Priestley secara terpisah mengisolasi oksigen dalam keadaan gasnya,
menyebutnya "udara terdeflogistikasi", dan menerbitkan karyanya sebelum Scheele. Selama
masa hidupnya, reputasi ilmiah Priestley yang cukup penting terletak pada penemuan air soda,
tulisannya tentang listrik, dan penemuan beberapa "udara" (gas), yang paling terkenal adalah apa
yang oleh Priestley disebut "udara terdeflogistikasi" (oksigen). Meski demikian, tekad Priestley
untuk mempertahankan teori flogiston dan menolak apa yang akan menjadi revolusi kimia pada
akhirnya membuatnya terisolasi di kalangan komunitas ilmiah.
Pada tahun 1781, Carl Wilhelm Scheele menemukan bahwa asam baru, asam tungstat,
dapat dibuat dari scheelite Cronstedt (pada saat bernama tungsten). Scheele dan Torbern
Bergman menyarankan ada kemungkinan untuk mendapatkan logam baru dengan mereduksi
asam ini. Pada 1783, José dan Fausto Elhuyar menemukan asam yang terbuat dari wolframit
yang identik dengan asam tungstat. Belakangan tahun itu, di Spanyol, dua bersaudara tersebut
berhasil mengisolasi logam yang sekarang dikenal sebagai tungsten (atau wolfram) dengan
mereduksi asam ini dengan arang, dan mereka diakui sebagai penemu unsur tersebut.

4) Alessandro Volta (1745 – 1827)


Fisikawan Italia Alessandro Volta membuat sebuah alat untuk mengakumulasi muatan
besar dengan serangkaian induksi dan pembumian (grounding). Dia meneliti penemuan "listrik
hewan" tahun 1780 oleh Luigi Galvani, dan menemukan bahwa arus listrik dihasilkan dari
kontak logam berbeda, dan kaki katak hanya bertindak sebagai detektor. Volta
mendemonstrasikan pada tahun 1794 bahwa ketika dua logam dan kain atau kardus yang
direndam air garam disusun dalam rangkaian, akan menghasilkan arus listrik.
Pada tahun 1800, Volta menumpuk beberapa pasang cakram tembaga (atau perak) dan
seng (elektroda) secara berselang-seling yang dipisahkan oleh kain atau kardus yang direndam
dalam air garam (elektrolit) untuk meningkatkan konduktivitas elektrolit. Bila kontak bagian atas
dan bawah dihubungkan oleh kawat, arus listrik mengalir melalui tumpukan volta dan kabel
penghubung. Sehingga, Volta diakui sebagai penemu baterai listrik pertama untuk menghasilkan
listrik. Metode Volta yang menumpuk pelat bundar tembaga dan seng yang dipisahkan oleh
cakram karton yang dilembabkan dengan larutan garam disebut tumpukan volta.
Dengan demikian, Volta dianggap sebagai pendiri disiplin ilmu elektrokimia. Sebuah sel
galvani (atau sel volta) adalah sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik dari reaksi
redoks spontan yang terjadi di dalam sel. Sel ini biasanya terdiri dari dua logam berbeda yang
dihubungkan oleh jembatan garam, atau setengah sel yang dipisahkan oleh membran berpori.

5) Antonie-Laurent De Lavoiseir (1743 – 1794)


Meskipun arsip penelitian kimia berasal dari karya Babilonia kuno, Mesir, dan terutama
bangsa Arab dan Persia setelah Islam, kimia modern berkembang dari zaman Antoine-Laurent de
Lavoisier, seorang kimiawan Prancis yang dianggap sebagai "bapak kimia modern". Lavoisier
menunjukkan dengan cermat bahwa transmutasi air menjadi tanah tidak memungkinkan, namun
sedimen yang diamati dari air mendidih berasal dari wadah. Dia membakar fosfor dan belerang
di udara, dan membuktikan bahwa produk tersebut memiliki bobot lebih dari aslinya. Meski
begitu, berat yang didapat pun hilang dari udara. Jadi, pada tahun 1789, dia menetapkan Hukum
Kekekalan Massa, yang juga disebut "Hukum Lavoisier."
Dengan mengulang eksperimen Priestley, Lavoisier menunjukkan bahwa udara terdiri dari
dua bagian, satu di antaranya digabungkan dengan logam untuk membentuk calx (kalsium
oksida). Dalam Considérations Générales sur la Nature des Acides (1778), dia menunjukkan
bahwa "udara" yang bertanggung jawab atas pembakaran juga merupakan sumber keasaman.
Tahun berikutnya, dia menamakan bagian ini sebagai oksigen (bahasa Yunani untuk "bekas
asam"), dan lainnya dinamakannya azote (bahasa Yunani untuk "tanpa kehidupan"). Oleh karena
itu, Lavoisier mengklaim penemuan oksigen bersamaan dengan Priestley dan Scheele. Dia juga
menemukan bahwa "udara yang mudah terbakar" yang ditemukan oleh Cavendish - yang ia sebut
hidrogen (bahasa Yunani untuk "bekas air") - digabungkan dengan oksigen untuk menghasilkan
embun, seperti yang dilaporkan oleh Priestley, tampaknya merupakan air. Dalam Reflexions sur
le Phlogistique (1783), Lavoisier menunjukkan teori flogiston terkait pembakaran menjadi tidak
konsisten. Mikhail Lomonosov secara mandiri membentuk tradisi kimia di Rusia pada abad ke-
18. Lomonosov juga menolak teori flogiston, dan mengantisipasi teori kinetika gas. Lomonosov
menganggap panas sebagai bentuk gerak, dan menyatakan gagasan kekekalan materi.
Lavoisier bekerja dengan Claude Louis Berthollet dan lainnya untuk merancang sebuah
sistem tatanama kimia yang berfungsi sebagai dasar sistem penamaan senyawa kimia modern.
Dalam Methods of Chemical Nomenclature (1787), Lavoisier menemukan sistem penamaan dan
klasifikasi yang sebagian besar masih digunakan sampai sekarang, termasuk nama-nama seperti
asam sulfat, sulfat, dan sulfit. Pada 1785, Berthollet adalah orang pertama yang mengenalkan
penggunaan gas klorin sebagai pemutih komersial. Pada tahun yang sama ia pertama kali
menentukan komposisi unsur gas amonia. Berthollet pertama kali menghasilkan cairan
pemutihan modern pada tahun 1789 dengan melewatkan gas klorin melalui larutan natrium
karbonat - hasilnya adalah larutan lemah natrium hipoklorit. Oksidator dan pemutih klorin kuat
lainnya yang dia teliti dan yang pertama kali dihasilkan, kalium klorat (KClO3), dikenal sebagai
Garam Berthollet. Berthollet juga dikenal karena kontribusi ilmiahnya terhadap teori
kesetimbangan kimia melalui mekanisme reaksi kimia balik.
Karya Lavoisier Traité Élémentaire de Chimie (Risalah Dasar Kimia, 1789) adalah buku
teks kimia modern pertama, dan menyajikan pandangan terpadu tentang teori kimia baru, berisi
pernyataan yang jelas tentang Hukum Kekekalan Massa, dan menolak adanya flogiston. Selain
itu, berisi daftar unsur, atau zat yang tidak dapat dipecah lebih jauh, termasuk oksigen, nitrogen,
hidrogen, fosforus, raksa, seng, dan belerang. Daftarnya, bagaimanapun, juga termasuk cahaya,
dan kalori, yang ia yakini sebagai zat material. Dalam karya tersebut, Lavoisier
menggarisbawahi bahwa kimianya adalah berdasarkan pengamatan, dengan pernyataan "Saya
telah mencoba ... untuk sampai pada kebenaran dengan menghubungkan fakta-fakta; untuk
menekan sebanyak mungkin penggunaan penalaran, yang sering kali merupakan alat yang tidak
dapat dipercaya yang menipu kita, untuk mengikuti sebanyak mungkin obor observasi dan
eksperimen." Meskipun demikian, ia percaya bahwa keberadaan atom yang sebenarnya secara
filosofis tidak mungkin. Lavoisier menunjukkan bahwa organisme membongkar dan menyusun
kembali udara atmosfir dengan cara yang sama seperti tubuh yang terbakar.
Dengan Pierre-Simon Laplace, Lavoisier menggunakan kalorimeter untuk memperkirakan
panas yang dihasilkan per unit karbon dioksida yang dihasilkan. Mereka menemukan rasio yang
sama untuk nyala api dan hewan, menunjukkan bahwa hewan menghasilkan energi dengan jenis
pembakaran. Lavoisier percaya pada teori radikal, percaya bahwa radikal, yang berfungsi sebagai
kelompok tunggal dalam reaksi kimia, akan bergabung dengan oksigen dalam reaksi. Ia percaya
semua asam mengandung oksigen. Dia juga menemukan bahwa berlian adalah bentuk kristal dari
karbon.
Sementara banyak partner Lavoisier berpengaruh pada kemajuan kimia sebagai disiplin
ilmiah, istrinya Marie-Anne Lavoisier bisa dibilang paling berpengaruh di antara mereka semua.
Setelah pernikahan mereka, Madame (Mme.) Lavoisier mulai belajar kimia, bahasa Inggris, dan
menggambar untuk membantu suaminya dalam pekerjaannya baik dengan menerjemahkan
makalah ke bahasa Inggris, bahasa yang tidak diketahui Lavoisier, atau dengan menyimpan
catatan dan menggambar berbagai peralatan yang digunakan Lavoisier di laboratoriumnya.
Melalui kemampuannya membaca dan menerjemahkan artikel dari Inggris untuk suaminya,
Lavoisier memiliki akses pengetahuan terhadap banyak kemajuan kimia yang terjadi di luar
laboratoriumnya. Selanjutnya, Mme. Lavoisier menyimpan rekaman karya Lavoisier dan
memastikan karya-karyanya diterbitkan. Tanda pertama potensi sejati Marie-Anne sebagai ahli
kimia di laboratorium Lavoisier muncul saat dia menerjemahkan sebuah buku oleh ilmuwan
Richard Kirwan. Saat menerjemahkan, dia menemukan dan memperbaiki banyak galat. Saat dia
menyajikan terjemahannya, disertakan pula catatannya untuk Lavoisier. Suntingan dan
kontribusinya menyebabkan penolakan Lavoisier terhadap teori flogiston.
Lavoisier membuat banyak kontribusi mendasar terhadap ilmu kimia. Setelah karya
Lavoisier, kimia memperoleh sifat kuantitatif yang ketat, memungkinkan untuk membuat
prediksi yang dapat diandalkan. Revolusi kimia yang dia bawa adalah hasil usaha sadar untuk
menyesuaikan semua eksperimen ke dalam kerangka teori tunggal. Dia menetapkan penggunaan
keseimbangan kimia secara konsisten, menggunakan oksigen untuk menggulingkan teori
flogiston, dan mengembangkan sistem tatanama kimia yang baru. Lavoisier terbunuh ketika
terjadi Revolusi Prancis.

6) John Dalton (1766 – 1844)

Pada tahun 1803, kimiawan dan ahli meteorologi Inggris John Dalton mengusulkan hukum
Dalton, yang menjelaskan hubungan antara komponen dalam campuran gas dan tekanan relatif
yang masing-masing berkontribusi pada campuran secara keseluruhan. Ditemukan pada tahun
1801, konsep ini juga dikenal sebagai hukum tekanan parsial Dalton.

Dalton juga mengusulkan sebuah teori atom modern pada tahun 1803 yang menyatakan
bahwa semua materi terdiri dari partikel-partikel kecil yang tak terpisahkan yang disebut atom,
atom unsur tertentu memiliki karakteristik dan berat yang unik, dan terdapat tiga jenis atom:
sederhana (unsur), senyawa (molekul sederhana), dan kompleks (molekul kompleks). Pada tahun
1808, Dalton pertama kali menerbitkan New System of Chemical Philosophy (1808-1827), di
mana dia mengemukakan deskripsi ilmiah modern pertama tentang teori atom. Karya ini
mengidentifikasi unsur-unsur kimia sebagai jenis atom tertentu, oleh karena itu menolak teori
Newton tentang afinitas kimia.

Sebagai gantinya, Dalton menyimpulkan proporsi unsur dalam senyawa dengan


mengambil rasio bobot reaktan, menetapkan berat atom hidrogen menjadi identik satu. Setelah
Jeremias Benjamin Richter (dikenal dengan istilah stoikiometri), dia mengusulkan agar unsur
kimia digabungkan dalam rasio integral. Ini dikenal sebagai hukum perbandingan berganda atau
hukum Dalton, dan Dalton memasukkan deskripsi hukum yang jelas dalam New System of
Chemical Philosophy. Hukum perbandingan berganda adalah salah satu hukum dasar
stoikiometri yang digunakan untuk membangun teori atom. Terlepas dari kepentingan karyanya
sebagai pandangan pertama tentang atom sebagai entitas fisika dan pengenalan sistem simbol
kimia, New System of Chemical Philosophy mencurahkan teori kalori hampir sebanyak
atomisme.

Kimiwawan Prancis Joseph Proust mengusulkan hukum perbandingan tetap, yang


menyatakan bahwa unsur-unsur selalu bergabung dalam jumlah kecil, jumlah keseluruhan rasio
untuk membentuk senyawa, berdasarkan beberapa percobaan yang dilakukan antara tahun 1797
dan 1804. Bersama dengan hukum perbandingan berganda, hukum perbandingan tetap
membentuk dasar stoikiometri. Hukum perbandingan tetap dan komposisi konstan tidak
membuktikan bahwa atom ada, namun sulit untuk dijelaskan tanpa mengasumsikan bahwa
senyawa kimia terbentuk saat atom bergabung dalam proporsi konstan.

7) Jöns Jacob Berzelius (1779 – 1848)

Kimiawan Swedia dan murid Dalton, Jöns Jakob Berzelius memulai sebuah program
sistematis untuk mencoba pengukuran kuantitatif yang akurat dan tepat serta memastikan
kemurnian bahan kimia. Bersama Lavoisier, Boyle, dan Dalton, Berzelius dikenal sebagai bapak
kimia modern. Pada tahun 1828 ia menyusun sebuah tabel berat atom relatif, di mana oksigen
ditetapkan sama dengan 100, dan termasuk semua unsur yang diketahui pada saat itu. Karya ini
memberikan bukti yang mendukung teori atom Dalton: bahwa senyawa kimia anorganik terdiri
dari atom yang bergabung sesuai kaidah bilangan bulat. Dia menentukan unsur dasar yang tepat
dari sejumlah besar senyawa. Hasilnya sangat menegaskan Hukum Perbandingan Tetap Proust.
Dalam daftar beratnya, ia menggunakan oksigen sebagai standar, menetapkan beratnya sama
persis dengan 100. Dia juga mengukur bobot 43 unsur. Ia menemukan bahwa bobot atom
bukanlah kelipatan bilangan bulat dari berat hidrogen, Berzelius juga membantah hipotesis Prout
bahwa unsur-unsur dibangun dari atom hidrogen.

Termotivasi oleh penentuan berat atom yang ekstensif dan keinginan untuk membantu
eksperimennya, dia mempekenalkan sistem klasik simbol dan notasi kimia dengan menerbitkan
Lärbok i Kemien pada tahun 1808, di mana unsur-unsur disingkat menjadi satu atau dua huruf
untuk membuat singkatan yang berbeda dari nama Latin mereka. Sistem notasi kimia ini—di
mana unsur-unsur diberi label tertulis sederhana, seperti O untuk oksigen, atau Fe untuk besi,
dengan proporsi yang dinotasikan oleh angka—adalah sistem dasar yang sama seperti yang
digunakan saat ini. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa alih-alih nomor subskrip yang
digunakan saat ini (mis., H2O), Berzelius menggunakan superskrip (H2O). Berzelius diakui
sebagai yang berhasil mengidentifikasi unsur kimia silikon, selenium, torium, dan serium. Siswa
yang bekerja di laboratorium Berzelius juga menemukan litium dan vanadium.

Berzelius mengembangkan teori kombinasi kimia radikal, yang berpendapat bahwa reaksi
terjadi karena kelompok atom stabil yang disebut radikal dipertukarkan antar molekul. Dia
meyakini bahwa garam adalah senyawa dari asam dan basa, dan menemukan bahwa anion dalam
asam akan tertarik pada elektrode positif (anode), sedangkan kation dalam basa akan tertarik
pada elektrode negatif (katode). Berzelius tidak percaya pada Teori Vitalisme, namun sebaliknya
percaya dengan kekuatan regulatif yang menghasilkan pengorganisasian jaringan dalam
organisme. Berzelius juga diakui sebagai yang memperkenalkan istilah kimia "katalisis",
"polimer", "isomer", dan "alotrop", walaupun definisi aslinya sangat berbeda dibandingkan
penggunaan modern. Sebagai contoh, dia menciptakan istilah "polimer" pada tahun 1833 untuk
menggambarkan senyawa organik yang memiliki formula empiris identik namun berbeda berat
molekulnya secara keseluruhan, senyawa yang lebih besar digambarkan sebagai "polimer" dari
yang paling kecil. Dengan definisi pra-struktural ini, glukosa (C6H12O6) dipandang sebagai
polimer formaldehida (CH2O).

8) Humphry Davy (1778 – 1829)

Kimiawan Inggris Humphry Davy adalah pelopor Hukum-hukum baru unsur dan gas
dalam bidang elektrolisis, menggunakan tumpukan volta karya Alessandro Volta untuk memecah
senyawa umum dan dengan demikian mengisolasi serangkaian unsur baru. Dia melanjutkan
elektrolisis lelehan garam dan menemukan beberapa logam baru, terutama natrium dan kalium,
unsur yang sangat reaktif yang dikenal sebagai logam alkali. Kalium, logam pertama yang
diisolasi dengan elektrolisis, ditemukan pada tahun 1807 oleh Davy, yang mengambilnya dari
bahan baku kaustik potas (KOH). Sebelum abad ke-19, tidak ada perbedaan antara kalium dan
natrium. Natrium pertama kali diisolasi oleh Davy pada tahun yang sama dengan melewatkan
arus listrik melalui natrium hidroksida (NaOH) cair. Ketika Davy mendengar bahwa Berzelius
dan Pontin menyiapkan amalgam kalsium melalui elektrolisis kapur dalam merkuri, dia
mencobanya sendiri. Davy berhasil, dan menemukan kalsium pada tahun 1808 dengan
mengelektrolisis campuran kapur dan merkuri oksida. Dia bekerja dengan elektrolisis sepanjang
hidupnya dan, pada 1808, dia berhasil mengisolasi magnesium, strontium dan barium.

Davy juga bereksperimen dengan gas dengan menghirupnya. Prosedur percobaan ini
hampir terbukti fatal pada beberapa kesempatan, namun mendorong penemuan efek dinitrogen
monoksida yang tidak biasa, yang kemudian dikenal sebagai gas gelak. Klor ditemukan pada
tahun 1774 oleh kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele, yang menyebutnya "dephlogisticated
marine acid" (lihat teori flogiston) dan secara keliru dianggap mengandung oksigen. Scheele
mengamati beberapa sifat gas klorin, seperti efek memutihkan lakmus, efek mematikan serangga,
berwarna kuning-hijau, dan baunya yang mirip dengan air raja. Namun, Scheele tidak bisa
mempublikasikan temuannya saat itu. Pada tahun 1810, klorin diberi nama saat ini oleh
Humphry Davy (berasal dari kata Yunani untuk hijau), yang menegaskan bahwa klorin
sebenarnya adalah unsur. Ia juga menunjukkan bahwa oksigen tidak dapat diperoleh dari zat
yang dikenal sebagai asam oksimuriat (larutan HCl). Penemuan ini membalikkan definisi
Lavoisier tentang asam sebagai senyawa oksigen. Davy adalah dosen yang populer dan mampu
bereksperimen.
Pada tahun 1815, Humphry Davy menemukan lampu Davy, yang memungkinkan
penambang di dalam tambang batu bara aman bekerja dengan adanya gas yang mudah terbakar.
Terdapat banyak ledakan tambang yang disebabkan oleh lembap api (bahasa Inggris: firedamp)
atau metana yang sering tersulut oleh api terbuka dari lampu yang digunakan oleh para
penambang. Davy membayangkan penggunaan kasa besi untuk menutupi nyala api lampu,
sehingga mencegah pembakaran metana di dalam lampu agar tidak menyebar ke atmosfir luar.
Meskipun gagasan tentang lampu keselamatan (bahasa Inggris: safety lamp) telah ditunjukkan
oleh William Reid Clanny dan oleh insinyur tak dikenal (tapi belakangan sangat terkenal)
George Stephenson, penggunaan kawat kasa Davy untuk mencegah penyebaran api digunakan
oleh banyak penemu lainnya pada desain mereka selanjutnya. Ada beberapa diskusi mengenai
apakah Davy telah menemukan prinsip-prinsip di balik lampunya tanpa bantuan karya Smithson
Tennant, namun pada umumnya disepakati bahwa kedua pria tersebut masing-masing bekerja
secara terpisah. Davy menolak untuk mematenkan lampu tersebut, dan penemuannya
menyebabkan dia dianugerahi medali Rumford pada tahun 1816.

9) Joseph Louis Gay-Lussac (1778 - 1850)

Kimiawan Prancis Joseph Louis Gay-Lussac berbagi minat dengan Lavoisier dan yang
lainnya dalam studi kuantitatif tentang sifat gas. Dari program penelitian utamanya yang pertama
pada tahun 1801–1802, dia menyimpulkan bahwa ekspansi volume gas berbanding lurus dengan
kenaikan suhu: kesimpulan ini biasanya disebut "hukum Charles", karena Gay-Lussac memberi
penghargaan pada Jacques Charles, yang telah sampai pada kesimpulan yang hampir sama pada
tahun 1780-an namun tidak mempublikasikannya. Hukum tersebut ditemukan secara terpisah
oleh filsuf alam Inggris John Dalton pada tahun 1801, walaupun deskripsi Dalton kurang
menyeluruh dibandingkan Gay-Lussac. Pada tahun 1804 Gay-Lussac membuat beberapa
pendakian tajam di atas 7.000 meter di atas permukaan laut dalam balon berisi hidrogen sebuah
prestasi yang tak tertandingi selama 50 tahun kemudian yang memungkinkannya menyelidiki
aspek lain dari gas. Dia tidak hanya mengumpulkan pengukuran magnetik di berbagai
ketinggian, tapi juga mengukur tekanan, suhu, dan kelembaban serrta sampel udara, yang
kemudian dianalisis secara kimia.

Pada tahun 1808 Gay-Lussac mengumumkan hal yang mungkin merupakan pencapaian
terbesarnya: dari percobaannya sendiri dan orang lain, dia menyimpulkan bahwa gas pada suhu
dan tekanan konstan akan bergabung dalam proporsi volume numerik sederhana, dan produk
atau produk-produk yang dihasilkan—jika gas—juga menghasilkan proporsi sederhana volume
produk terhadap volume reaktan. Dengan kata lain, gas di bawah kondisi suhu dan tekanan yang
sama bereaksi satu sama lain dalam rasio volume bilangan bulat kecil. Kesimpulan ini kemudian
dikenal sebagai "hukum Gay-Lussac" atau "Hukum Penggabungan Volume". Dengan rekan
profesornya di École Polytechnique, Louis Jacques Thénard, Gay-Lussac juga berpartisipasi
dalam penelitian elektrokimia awal, meneliti unsur-unsur yang ditemukan dengan metode
elektrokimia. Di antara prestasi lainnya, mereka mendekomposisi asam borat dengan
menggunakan leburan kalium, sehingga menemukan unsur boron. Keduanya juga mengambil
bagian dalam debat kontemporer yang memodifikasi definisi Lavoisier tentang asam dan
meneruskan programnya untuk menganalisis senyawa organik untuk kandungan oksigen dan
hidrogennya.

Unsur iodium ditemukan oleh kimiawan Prancis Bernard Courtois pada tahun 1811.
Courtois memberi sampel kepada teman-temannya, Charles Bernard Desormes (1777–1862) dan
Nicolas Clément (1779–1841), untuk melanjutkan penelitian. Dia juga memberikan beberapa
sampel untuk Gay-Lussac dan fisikawan André-Marie Ampère. Pada tanggal 6 Desember 1813,
Gay-Lussac mengumumkan bahwa zat baru tersebut merupakan unsur atau senyawa oksigen.
Gay-Lussac menyarankan nama "iode", dari kata Yunani ιώδες (iodes) untuk ungu (karena warna
uap iodium).[66][68] Ampere telah memberikan beberapa sampelnya kepada Humphry Davy.
Davy melakukan beberapa percobaan pada zat tersebut dan mencatat kemiripannya dengan
klorin. Davy mengirim surat tertanggal 10 Desember ke Royal Society of London yang
menyatakan bahwa dia telah mengidentifikasi sebuah unsur baru. Percekcokan meletus antara
Davy dan Gay-Lussac tentang siapa yang pertama kali mengidentifikasi iodium, namun kedua
ilmuwan tersebut mengakui Courtois sebagai ilmuwan pertama yang mengisolasi unsur tersebut.

Setelah Dalton menerbitkan teori atomnya pada tahun 1808, beberapa gagasan utamanya
segera diadopsi oleh sebagian kimiawan. Namun, ketidakpastian bertahan selama setengah abad
tentang bagaimana teori atom dikonfigurasi dan diterapkan pada situasi nyata; kimiawan di
berbagai negara mengembangkan beberapa sistem atomistik yang tidak kompatibel. Sebuah
makalah yang menyarankan jalan keluar dari situasi sulit ini diterbitkan pada awal tahun 1811
oleh fisikawan Italia Amedeo Avogadro (1776-1856), yang menghipotesiskan bahwa volume gas
yang sama pada suhu dan tekanan yang sama mengandung jumlah molekul yang sama, kemudian
diikuti bahwa berat molekul relatif dari dua gas adalah sama dengan perbandingan densitas
kedua gas tersebut di bawah kondisi suhu dan tekanan yang sama. Avogadro juga beralasan
bahwa gas sederhana tidak terbentuk dari atom tunggal tapi merupakan molekul senyawa dari
dua atau lebih atom. Dengan demikian Avogadro mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi
Dalton dan lainnya saat Gay-Lussac melaporkan bahwa di atas 100 °C volume uap air dua kali
volume oksigen yang digunakan untuk membentuknya. Menurut Avogadro, molekul oksigen
telah terbagi menjadi dua atom dalam proses pembentukan uap air.

Hipotesis Avogadro tidak diakui selama setengah abad setelah pertama kali dipublikasikan.
Banyak alasan pengabaian ini telah dikutip, termasuk beberapa masalah teoretis, seperti
"dualisme" versi Jöns Jakob Berzelius, yang menegaskan bahwa senyawa disatukan oleh daya
tarik muatan listrik positif dan negatif, sehingga tidak terbayangkan bahwa bisa ada sebuah
molekul yang terdiri dari dua atom dengan muatan listrik yang sama—seperti oksigen. Kendala
tambahan untuk mengakuinya adalah kenyataan bahwa banyak kimiawan enggan mengadopsi
metode fisika (seperti penentuan densitas uap) untuk memecahkan masalah mereka. Pada
pertengahan abad, beberapa tokoh terkemuka mulai memandang eskalasi kekacauan persaingan
sistem berat atom dan rumus molekul sebagai tak dapat ditoleransi lagi. Selain itu, bukti kimia
murni mulai terkuak yang mengarah pada kemungkinan bahwa pendekatan Avogadro adalah
benar. Selama tahun 1850-an, kimiawan yang lebih muda, seperti Alexander Williamson di
Inggris, Charles Gerhardt dan Charles-Adolphe Wurtz di Prancis, serta August Kekulé di
Jerman, mulai menganjurkan reformasi kimia teoretis agar konsisten dengan teori Avogadro.

10) Friedrich Wöhler dan Justus von Liebig

Pada tahun 1825, Friedrich Wöhler dan Justus von Liebig melakukan penemuan dan
penjelasan pertama tentang isomer, yang sebelumnya dinamai oleh Berzelius. Bekerja dengan
asam sianat dan asam fulminat, mereka menyimpulkan dengan tepat bahwa isomerisme
disebabkan oleh perbedaan susunan atom dalam struktur molekul. Pada tahun 1827, William
Prout mengklasifikasikan biomolekul ke dalam kelompok modern: karbohidrat, protein dan
lipida. Setelah sifat pembakaran diselesaikan, perselisihan tentang vitalisme dan perbedaan
penting antara zat organik dan anorganik dimulai. Pertanyaan vitalisme direvolusi pada tahun
1828 ketika Friedrich Wöhler mensintesis urea, sehingga menetapkan bahwa senyawa organik
dapat diproduksi dari bahan awal anorganik dan menyangkal teori vitalisme.

Ini membuka bidang penelitian baru dalam bidang kimia, dan pada akhir abad ke-19, para
ilmuwan mampu mensintesis ratusan senyawa organik. Senyawa terpenting di antaranya adalah
mauve (ungu muda), magenta, dan pewarna sintetis lainnya, serta aspirin obat yang banyak
digunakan. Penemuan sintesis urea buatan memberikan kontribusi besar terhadap teori
isomerisme, karena rumus kimia empiris untuk urea dan amonium sianat identik (lihat sintesis
Wöhler). Pada tahun 1832, Friedrich Wöhler dan Justus von Liebig menemukan dan menjelaskan
gugus fungsional dan radikal dalam kaitannya dengan kimia organik, serta pertama kali
mensintesis benzaldehida. Liebig, seorang kimiawan Jerman, memberikan kontribusi besar pada
pertanian dan kimia biologi, dan bekerja pada organisasi kimia organik. Liebig dianggap sebagai
"bapak industri pupuk" karena penemuan nitrogen sebagai nutrisi tanaman esensial, dan
perumusan Hukum Minimum yang menggambarkan efek masing-masing nutrisi pada tanaman
pangan.

Anda mungkin juga menyukai