Paparan Oleh:
Prof Dr Akhmad Hidayatno
Departemen Teknik Industri, Universitas Indonesia
Agenda
• Pengantar
• Kerangka Kerja Analisa
• Temuan Umum
2
Pergeseran Barang Penting yang berubah secara waktu (dinamis) dalam masa Bencana
Pandemi COVID-19
Feb-W1 2 Feb-W3 4 Ma r-W12 Ma r-W34 Apr-W12 Apr-W34 Ma y-W12 Ma y-W34 Jun-W1 2 Jun-W3 4 Jul-W1 2 Jul-W3 4 Aug-W12 Aug-W34 Sep-W12
Kasus pertama
ditemukan di
Indonesia Larangan ekspor HS dicabut
Pelarangan
ekspor
> 1000 ijin edar diberikan
PSBB New Normal à HS sebagai bagian oleh Kemenks
Penetapan pandemi
CVOID-19 sebagai… dari protokol kesehatan
Perbandingan Ringkas Perbedaan Bantuan Bencana Mempertimbangkan perbedaan karakeristik inilah yang
Pendek dan Dukungan Jangka Panjang memicu studi ini yang memandang belum tergarapnya
analisa tentang barang retail komersial yang dibutuhkan
dan bergeser menjadi penting dalam bencana jangka
Bantuan Jangka Pendek Dukungan Jangka Panjang panjang.
Fokus kepada manajemen Fokus Kepada Koordinasi untuk Sehingga analisa dilakukan dengan 3 pertanyaan kunci
logistik barang bantuan penting memastikan ketersediaan barang
untuk pemulihan bencana retail yg mencakup produksi, logistik
dalam menyusun kerangka studi ini
dan distribusi, dan retail
• Bagaimana pergeseran barang komersial menjadi
Terpusat - Memiliki koordinasi Terfragmentasi - Terdiri atas penting dan bagaimana responsnya
terpusat dengan tanggung jawab berbagai aktor berbeda yang tidak
tunggal langsung berada dalam komando • Apa yang sebaiknya dipersiapkan untuk masa depan
terpusat mulai dari sekarang, sehingga jika kondisi yang sama
Terlokalisasi pada daerah Luas, berdampak nasional dan terjadi, kita mampu lebih baik menanganinya (building
tertentu yang terdampak bencana membutuhkan dukung multi-daerah resilience)?
untuk saling mendukung
5
Kolaborasi antara Kemenko PMK Republik Indonesia dengan World Food Program PBB
untuk mendukung dan memfasilitasi penyusunan strategi rantai pasok komersial untuk barang-barang penting
• Salah Satu Tugas: Koordinasi Penanggulangan • WFP telah hadir di Indonesia sejak tahun 1963, merespon
Bencana ke banyak bencana alam dan non-alam baik secara langsung
• Deputi II: Deputi Bidang Koordinasi Pemerataan maupun tidak langsung, termasuk dampak Krisis Ekonomi
Pembangunan Wilayah dan Penanggulangan 1998, Tsunami Aceh 2004, Tsunami Palu 2018 hingga
Bencana
Berkolaborasi dengan Pandemi COVID-19.
• Asisten Deputi Kedaruratan dan Manajemen Pasca
Bencana Kemenko PMK, WFP • WFP Indonesia fokus pada 3 program utama; Ketahanan
• Tupoksi: melaksanakan penyiapan koordinasi dan memandang penting Pangan, Nutrisi, dan Kebencanaan.
sinkronisasi perumusan, penetapan, dan untuk mendukung dan • WFP, bagian dari Joint-UN Multi-Sector Response Plan
pelaksanaan, serta pengendalian pelaksanaan memfasilitasi (MSRP) untuk Pandemi COVID-19. Ada 6 area prioritas di
kebijakan kementerian/lembaga yang terkait dengan dalam MSRP termasuk Logistik/Rantai Pasok, dimana WFP
penyusunan strategi
isu di bidang kedaruratan dan manajemen pasca merupakan Titik Fokys Klaster Nasional Logistik yang
rantai pasok komersial menyediakan dukungan koordinasi dibawah kepemimpinan
bencana
untuk barang-barang Pemerintah, termasuk Kemenko PMK, BNPB dan
penting dalam masa Kemensos.
Pandemi COVID-19 • Pada isu kebencanaan, area intervensi WFP meliputi: (i)
Advokasi kebijakan dan penguatan sistem, (ii)
Pengembangan kapasitas kelembagaan, dan (iii)
Pengembangan kemitraan multi-sector
6
Analisa awal menunjukkan banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan sehingga
dibutuhkan pendekatan multi-aspek dengan 3 perspektif berbeda
Pasar Fisik
Tradisional Penyedia Jasa 1
Distribusi
Goals Criteria Perspektif
Jalur Perdagangan Rantai Pasok
Digital
1. Availability
Pemenuhan 2. Price
Goods Produce Permintaan 3. Quality
Produsen UMKM 2
Kemasan Perspektif
Ijin Edar Multi Aktor
Produsen Besar
Harga Eceran
Tertinggi
Tarif Impor
Produsen Bahan
Baku Keamanan
Barang Pengawasan
Ijin Produksi
Produk
Kualitas Pemerintahan 3
Barang Daerah
Perspektif
Pembatasan Pemerintahan Analisa Resiko
Ekspor Pusat
Standar Produk
Material
Pertimbangan Lain Rantai Suplai Karakteristik Bencana
Dampak Lingkungan
Kebutuhan Dasar Nutrisi
Digitalisasi dan Perdagangan Digital
Food-Loss/Food-Waste
First-Mile dan Last-Mile
Harga Eceran Tertinggi
Uang Tiga Aliran
Biaya Distribusi dan Logistik
Analisa
8
Perspektif 2: Analisa Resiko
Untuk menghasilkan rekomendasi yang tidak hanya berbasis masa lampau, tetapi apa yang mungkin terjadi di masa depan
Kelola Resiko
• Evaluasi pilihan-pilihan Evaluasi Resiko
pengelolaan resiko • Bandingkan terhadap kriteria
• Siapkan rencana pengelolaan • Tetapkan prioritas resiko
• Terapkan rencana
5 4
9
Perspektif 3: Multi Aktor
Dengan kondisi multi-actor yang lazimnya ada di rantai suplai ini, maka pemetaan kekuatan dan kepentingan para aktor
menjadi penting
ACTOR ARENA
Aktor A Untuk itu studi ini
Sumber
Daya menggunakan
Sub-Sistem Infrastriktur Persepsi
serangkaian Diskusi
Sub-Sistem Teknis
Aplikasi
Kelompok Terfokus
Pembiayaan
Metode
Kepentingan
& tujuan (FGD) multi-aktor, untuk
Pengembangan
Teknis
Teknologi mendapatkan peta dan
Standar
Aktor B Sumber
Daya
kondisi rantai suplai
Regulasi dan Aturan
Teknis
dalam respons pandemi,
Persepsi
sehingga telah dilakukan
Kepentingan 20 diskusi terfokus dan
& tujuan
11
Agenda
• Pengantar
• Kerangka Kerja Analisa
• Temuan Umum
12
Kerangka Studi
Beberapa Pertanyaan Penting disetiap langkah studi dan setiap perspektif
• Apa saja karakteristik rantai pasok secara • Siapa pemangku kepentingan yang
D Rekomendasi Strategi teoritis dan contoh terbaik dari lapangan? idealnya terlibat?
Rantai Pasok • Bagaimaan koordinasi dan monitoring
Bagaimana konsep rantai pasok antar pemangku kepentingan sebaiknya
dilakukan?
komersial yang baik? 13
Fokus Titik Tanya dalam Peta Sederhana Rantai Pasok Komersial
14
Agenda
• Pengantar
• Kerangka Kerja Analisa
• Temuan Umum
15
Langkah A: Penentuan Barang Komersial yang Menjadi Penting
Dilakukan FGD pendefinisian Barang Komersial yang Menjadi Penting (BKMP)
• FGD pertama dengan 60 peserta dari instansi-instansi di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi
• Didapatkan tujuh barang kandidat berdasarkan mayoritas dan keseimbangan antara barat dan timur, yaitu: Gula,
Hand Sanitizer, Masker, Buah dan Sayur, Minyak Goreng, Telor dan Ikan/Daging.
• Dari Tujuh barang diambil 3 studi kasus barang dengan berbagai karakteristik yang diusahakan berbeda di setiap
barang
16
Beberapa temuan pada Langkah A: Penentuan Barang Komersial yang menjadi Penting
(BKMP)
• Sebagian Besar Peserta Diskusi baru • Barang komerisal yang menjadi penting • Mempromosikan perspektif resiko
Secara umum kesadaran menyadari bahwa telah terjadi pergeseran secara peraturan untuk dimonitor seperti untuk mengeksplorasi apa yang
pergeseran BKMP belum barang nilai penting baran di dalam masa Barang Pokok Penting yang telah memiliki mungkin terjadi, bukan hanya apa
pandemi COVID-19 di areanya atau di tim dan aturan khusus yang pernah terjadi
tinggi daerahnya • Pengalaman bencana yang belum ada yang
seperti kasus Pandemi Besar saat ini
• Berbagai daerah ternyata memiliki • Informasi dinamika di lapangan (daerah) • Perbaikan sistem pemantauan yang
perbedaan terhadap apa yang dianggap terbatas kepada kriteria barang penting yang multi-level dan dinamis untuk
Pergeseran BKMP adalah perlu ada dalam peraturan. Tidak ada insentif memasukkan dan mengeluarkan
kontekstual tergantung • Perbedaan ini tergantung karakteristik kepada daerah untuk melakukan barang perlu ketika kebutuhan
lokasi dan waktu (dinamis) daerah, kapasitas lokal untuk memasok pemantauan diluar dari kebiasaan. berubah sesuai kondisi bencana.
barang itu, waktu dan kemampuan • Monitoring terhadap kemungkinan
distribusi ke daerah tersebut pemicu
• Barang komersial yang menjadi penting • Kerangka kerja saat ini berdasarkan • Promosi dan aplikasi pendekatan
memiliki perbedaan karakteristik, seperti pengalaman lampau pada barang penting rantai pasok dengan perspektif
Kondisi multi-aktor berupa barang pertanian, peternakan, yang ada didalam kriteria BAPOKTING, multi-aktor dan analisa resiko
dinamis terjadi dalam perkebunan atau manufaktur. Setiap tipe bukan berdasarkan dinamika pergeseran
BKMP barang memiliki kebutuhan berbeda dari yang mungkin dan dapat terjadi dalam
sisi rantai pasok dengan berbagai multi situasi tertentu
aktornya
Pentingnya aturan yang • Definisi terbatas terhadap barang penting • Pendefinisian terbatas dalam definisi barang • Peningkatan kerangka regulasi
memfasilitasi percepatan adalah yang disebut sebagai BAPOKTING. penting serta belum terujinya kecepatan untuk meningkatkan adaptabilitas
Kelompok barang ini berdasarkan kontribusi untuk memasukkan barang baru kedalam dan fleksibilitas untuk merespons
identifikasi dan penetapan
terhadap inflasi sehingga tidak mudah untuk kaetgori ini pergeseran barang perlu
BKMP bagi pemerintah menambah DAN mengurangi barang dalam
daerah kategori ini
* Untuk peta lengkap tentang hal ini ada pada Kemenko PMK 17
Beberapa temuan pada Langkah B Karakteristik Barang Penting (dari 3 Barang Studi Kasus)
Kelompok
Indikator Telur Ayam Ras Jeruk Pensanitasi Tangan (HS)
• Telur ayam ras memilki produksi konstan • Jeruk adalah produk perkebunan dengan • HS adalah produksi manufaktur kimia
sepanjang tahun pasokan musiman dengan produksi konstan yang termasuk
• Saat ini, produsen memiliki kapasitas untuk • Peningkatan permintaan pada masa produk Perbekalan Kesehatan Rumah
memenuhi peningkatan kebutuhan akibat pandemic COVID-19 meningkat 20% di retail Tangga. Sebagai produk Kesehatan maka
pandemi modern membutuhkan ijin produksi dan ijin edar.
• Produk telur memiiki masa simpan pendek • Produksi Jeruk sebenarnya surplus di • Mudah dibuat dengan memindahkan
Ketersediaan dan mudah busuk, sehingga disarankan Indonesia (terlepas preferensi kualitas) kapasitas produk kimia kesehatan lain.
(Availability) menggunakan rantai pasok dingin • Jeruk memiliki masa simpan pendek dan • Terjadi kelangkaan sementara pada saat
• Termasuk dalam Bahan Pokok Penting mudah busuk pandemi COVID-19 akibat kebutuhan unik
(BAPOKTING) • Sumber Jeruk adalah lokal dan impor, dimasa pandemi
• Diperkirakan terjadi kenaikan permintaan dengan tipe yang diimpor mencakup • HS memiliki masa simpan panjang
sebesar 20% selama pandemi Mandarin, Sunkist, Lemon, and Orange
• Defisit masih sering terjadi didaerah luar jawa • Jeruk lokak diproduksi dalam jelang waktu
pada kondisi normal tertentu, Desember ke April
• Produksi tergantung pasokan makanan • Harga secara relatif kontan selama pandemic • Harga terfluktuasi di awal pandemi COVID-19
ternak dan bibit ayam, sehingga fluktuasi di COVID-19 karena keran impor yang • Awalnya dianggap barang mewah yang
daerah timur Indonesia sering terjadi akibat mengkompensisasi produk lokal dibutuhkan oleh kelas msayarakat tertentu di
Keterjangkauan lokalisasi produksi sulit atau mahal untuk Kawasan perkotaan, sebelum disarankan
(Price) dilakukan unutk digunakan seluruh masyarakat ketika
• Proses peternakan juga konvensional bepergian
sehingga biaya kurang efisien
• Metode produksi konvensional dilakukan • Preferensi untuk memiliki jeruk dengan • Ijin edar dan produksi adalah mekanisme
Kualitas kecuali telur-telur premium, namun kecacatan tampilan baik untuk menjaga kualitas, namun ternyata
(Quality) tetap ditemukan • Produksi lokal yang baik hanya mencapai kualitas keamanan masih menjadi hal yang
20%-30% yang mencapai ,jalur retail modern didiskusikan, terutama Ketika menggunakan
bahan kimia yang tidak baik buat tangan
* Untuk peta lengkap tentang hal ini ada pada Kemenko PMK 18
Beberapa temuan pada Langkah C Karakteristik Rantai Pasok dengan 3 Perspektif
Kelompok
Perspektif Telur Ayam Ras Jeruk Pensanitasi Tangan (HS)
• Telur ayam memiliki pasar berbeda (B2B, • Metode konvensional normal masih • Telur ayam memiliki pasar berbeda (B2B,
B2C, B2G) dilakukan pada distribusi (bukan rantai pasok B2C, B2G)
• Monitor telah dilakukan oleh pemerintah dingin) • Retail digital komersial (E-commerce)
Deskripsi karena didalam kategori Barang Pokok • Kehilangan dan kerguian pada didalam rantai meningkat dominasinya sebagai jalur
Rantai Suplai Penting (Bapokting) pasok pembelian
• Metode konvensional normal masih
dilakukan pada distribusi yang sehingga
mengakibatkan kerugian sekitar 5%
• Kualitas Produk tergantung kecepatan • Ruang waktu berbeda sebagai produk • Kualitas dan Keamanan Produk
Sorotan Titik distribusi normal. Disrupsi pada transportasi musiman di area sentra produksi di daerah • Pasokan bahan baku kemasan sempat
Kritis (Critical akan memperlama proses pengiriman, dan • Penangangan produk pada saat panen ke terganggu
Pain Points) mengurangi kualitas produk titik distribusi
• Stabilitas harga dan permintaan pasar
dalam rantai menggangu perencanaan produksi
suplai • Penangangan produk pada saat panen ke
titik distribusi
* Untuk peta lengkap tentang hal ini ada pada Kemenko PMK 19
Langkah C: Ilustrasi Karakteristik Perbedaan Rantai Pasok untuk Ketiga Studi Kasus
Pemasok Proses Produk Penyedia Jasa Penyedia Jasa Retailer Fisik Masa Simpan Pendek,
Material Manufaktur Kesehatan Pergudangan Logistik atau Digital tidak mudah rusak
Pemasok Proses Produk Penyedia Jasa Penyedia Jasa Lemari Pendingin Masa Simpan singkat,
Material Perkebunan Musiman Pergudangan Dingin Logistik Dingin Retailer mudah rusak
Pemasok Proses Produksi Harian Penyedia Jasa Penyedia Jasa Lemari Pendingin Masa Simpan singkat,
Material & ODC Peternakan tanpa henti Pergudangan Dingin Logistik Dingin Retailer mudah rusak
Temuan dalam Langkah D Rekomendasi Umum
• Bersiap untuk beralih dari rantai pasok yang tidak • Mekanisme koordinasi harus dirancang dalam
hanya efisien namun juga ke rantai pasok yang menanggapi pergeseran barang komersial yang
responsif 3) Memperkuat penting (Siapa yang memicu proses, siapa yang
• Hulu dan Hilir harus dipertimbangkan secara Kerangka Hukum harus terlibat, siapa yang memimpin proses dan
1) Menggunakan seimbang dan dikelola menggunakan apa hasil yang diharapkan).
perspektif Rantai pendekatan yang terintegrasi Mekanisme • Buat sistem pemantauan dengan kapasitas
Pasok • Nilai penting Visibilitas dan Berbagi Informasi Pemantauan dan peringatan dini untuk memantau produksi,
dalam Rantai Pasok Kolaborasi distribusi, stok akhir, dan harga.
• Nilai penting penanganan material • Mengembangkan dan meningkatkan jaringan
• Memperkuat kerjasama hubungan pasokan kolaborasi antar pemerintah daerah
langsung antara pemerintah daerah
* Untuk rekomendasi detail tentang hal ini ada pada Kemenko PMK 21
Rekomendasi Tahap Proses Kebijakan Rantai Pasok Komersial Barang yang Menjadi
Penting
Pertanyaan Kunci pada Setiap Tahapan Proses
Tetapkan Barang Petakan Rantai Pasok Rancang dan Terapkan Lakukan Koordinasi,
Kenali Karakteristik Barang
Penting Berdasarkan Komersial dan Resiko Mekanisme Koordinasi Pemantauan, dan
dan Proses Produksi
Konteks yang Ada Kegagalannya dan Pemantauan Intervensi
• Apa deskripsi konteks • Bagaimana barang yang menjadi • Apa saja proses yang ada • Apakah ada regulasi dan tim • Terapkan Aksi dan
terkati dampak dari penting tersebut diproduksi? dari sumber barang sampai gugus tugas dengan kekuatan rekomendasikan
bencana? Apakah kapasitas produksi dapat ke konsumen? yang cukup untuk pelaksanaan penyesuaian regulasi bila
• Barang apa saja yang dengan mudah disesuaikan • Apakah kita dapat koordinasi? dibutuhkan.
menjadi penting dalam dengan kebutuhan? mengelompokkan proses- • Informasi apa yang perlu
konteks yang baru? • Apakah barang tersebut proses tersebut ke dalam dikumpulkan? Kapan?
• Dari barang yang menjadi diimpor? Siapa yang rantai-rantai pasokan? Bagaimana? Dimana? Siapa
penting tersebut, barang bertanggungjawab? • Apakah kita dapat yang akan mengumpulkan
apa yang sudah dipantau • Apakah perlu ijin impor atau mengidentifikasi siapa saja informasi tersebut?
dan dikoordinasikan produksi? Apakah bahan baku aktor yang terlibat dalam • Siapa yang harus dilibatkan
berdasarkan regulasi yang juga diimpor? proses-proses tersebut dan dalam koordinasi? Bagaimana
ada? • Apakah barang memerlukan dalam rantai pasokan? koordinasi dilakukan?
Penanganan Khusus (Suhu, • Apa Resiko Kegagalan dari • Susun Rencana Aksi untuk
Kemasan, Umur Simpan)? setiap Rantai? rekomendasi perubahan
• Apakah sudah ada peraturan • Apa langkah perbaikan regulasi, koordinasi dan
terkait barang tersebut? terbaik untuk menghindar kegiatan pemantauan.
• Apakah pola pembelian dapat dari resiko kegagalan di
diramalkan? atas?
22
Ketahanan Bencana dibangun dengan melakukan Pemantauan Kondisi Ketahanan Bencana secara
rutin dan tidak hanya berfokus kepada pengembangan cadangan (redundancy)
Sebaiknya konsep yang sama juga dilakukan untuk membangun ketahanan dalam menghadapi bencana, terutama dalam
memastikan barang-barang yang diperlukan oleh masyarakat dapat tersedia, terjangkau dan bermutu
disrupsi
Komunikasi
Pengembangan dan Kepasrahan
Kondisi
Pengelolaan Ketahanan Ketahanan
Ketahanan
kondisi
Kepintaran/Banyak Akal Kekuatan
Resourcefulness Robustness
4R
of Resiliency
Rangkap/Cadangan Pemulihan
Redundancy Recovery persiapan absorpsi recovery adaptasi
waktu 23
Webinar Paparan Hasil