Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SEHAT


PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
(usia 6-12 th)

OLEH :
HETTY SURYANTI S.Kep
NIM : 219269069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )


BHAKTI HUSADA KOTA BENGKULU

1
Hetty Suryanti, S. kep
A. PENGERTIAN
Tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah kemampuan menghasilkan
karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri.
Pencapaian ini akan membuat anak bangga terhadap dirinya sendiri. Hambatan atau
kegagalan dalam mencapai kemampuan menyebabkan anak merasa rendah diri
sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi
(Kelliat, B.A, 2011).
Adalah tahap perkembangan anak usia 6- 12 tahun dimana pada usia ini anak akan
belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar
menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam
berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu
yang baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal
yang baik/tidak (Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008).
Tahap perkembangan anak usia sekolah (6-12 tahun) Adalah tahapan
perkembangan dimana anak mempunyai kemampuan membedakan sesuatu yang
baik/tidak, mempunyai rasa kompetitif yang tinggi dan bersosialisasi tinggi.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Predisposisi
a. Biologis
a). Latar belakang Genetik : tidak berpenyakit menurun.
b). Status nutrisi : TB = 120-140 cm, BB = 30-40 kg, turgor baik.
c). Kondisi kesehatan secara umum : psikomotor aktif, tidak cacat fisik, tidak
ada luka dan kelainan.
d). Sensitivitas Biologi : tidak alergi, imunisasi lengkap, tidak sering sakit.
e). Paparan terhadap racun : tidak sedang terpapar racun, radioaktif.

b. Psikologis
a). Intelegensi : kreatif, mampu menyelesaikan sekolah/rumah, mengerti nilai
mata uang, mampu menyelesaikan pekerjaan rumah sederhana.

2
Hetty Suryanti, S. kep
b). Ketrampilan verbal : bicara lancar, mampu bercerita, mengungkapkan
dengan baik.
c). Moral : mengerti mana yang benar & salah.
d). Kepribadian : mampu berbagi, peka dengan lingkungan.
e). Pengalaman masa lalu : menyenangkan.
f). Konsep diri : mempunyai rasa bersaing.
g). Motivasi tinggi untuk belajar hal baru, memiliki hobbi tertentu.
h). Pertahanan psikologi : bicara jujur, tidak suka menyalahkan orang lain.
i). Self kontrol : belajar menahan diri.

c. Sosial Budaya
a). Usia : 6-12 tahun
b). Gender : berperan sesuai jenis kelamin
c). Pendidikan : SD
d). Pekerjaan : membantu pekerjaan rumah sederhana
e). Status sosial : -
f). Latar belakang Budaya : mengerti adat-istiadat.
g). Agama dan keyakinan : mengerti nilai, norma agama & sosial
h). Keikutsertaan dalam politik : -
i). Pengalaman sosial : memilik teman sebaya untuk bermain, hubungan
menyenangkan.

2. Presipitasi
a. Nature
a). Faktor-faktor Biologis : Imunisasi boster BCG, DPT, diberikan makanan
dengan gizi seimbang, latihan fisik/olahraga cukup.
b). Faktor-faktor Psikologis : Diajari ketrampilan yang sederhana, diberikan
kesempatan bercerita, Ikut perlobaan/kejuaraan, Dilatih kedisiplinan
terhadap tatatertib di sekolah dan dirumah, diberikan fasilitas menyalurkan
hobby tertentu, diberikan dukungan dan penghargaan.
c). Faktor-faktor Sosiobudaya : Diberi kesempatan bermain dengan teman
sebaya, diajari menabung, diberikan tanggungjawab.

3
Hetty Suryanti, S. kep
b. Origin
a). Internal : Kreatifitas tinggi, percaya diri, perasaan bersaing.
b). Eksternal : Pola asuh & stimulasi dari keluarga baik (bio, psiko, sosio,
cultural), masyarakat menerima dan mendukung keberadaannya.
c. Timing
a). Waktu terjadinya stimulasi diberikan pada usia 7-12 th.
b). Lamanya stimulasi : optimal.
c). Frekwensi : optimal.

d. Number
a). Jumlah stressor tidak berlebihan.
b). Stimulasi Tum-bang optimal (bio, psiko, sosio, cultural).

3. Penilaian Stressor
a. Kognitif : Mengangap stressor sebagai : Ancaman (-), Hambatan (-), Tantangan
(+).
b. Afektif : Respon perasaan :
Reaksi cemas ringan, gembira, keinginan tinggi, marah wajar.
c. Fisiologis : Respon fisiologi:
Reflek respon fisiologi kompensasi wajar.
d. Behaviour
a). Belajar terhadap ketrampilan baru
b). Sering bertanya
c). Berkompetensi
d). Belajar norma/aturan
e. Respon
a). Mencari informasi pada orang tua, saudara
b). Mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
c). Membandingkan dan meniru teman sebaya

4
Hetty Suryanti, S. kep
4. Sumber Koping
a. Personal
a). Problem solving skill : Mencari informasi pada orang tua, saudara, teman,
identifikasi masalah, memilih tindakan, pelaksanaan dari rencana
tindakan.
b). Kesehatan dan energi : Sehat
c). Sosial skill : Bergaul dengan teman sebaya, suka tantangan, kompetitif,
tidak takut pada orang dewasa.
d). Pengetahuan dan Intelegensi indvidu : Menegerti uang dan nilainya,
membaca lancar, tahu hubungan sebab akibat.
e). Identitas Ego : Percaya diri, berani.
b. Sosial
a). Hubungan antar : individu, keluarga dan kelompok, teman akrab.
b). Komitmen dengan jaringan sosial : punya kelompok bermain.
c). Budaya : Mengerti aturan, norma.
c. Material
a). Penghasilan individu : punya tabungan
b). Benda-benda atau barang yang dimiliki, punya mainan atau benda
kesukaan.
c). Pelayanan kesehatan yang ada di dekat lingkungan terjangkau.
d. Positive Belief
a). Keyakinan dan nilai diri (+).
b). Motivasi : Kreatifitas, daya saing tinggi.
c). Orientasi kesehatan pada pencegahan, rajin menjaga kebersihan.

5. Instrument
a. Tanda & Gejala Perkembangan Anak Usia Sekolah
1) Perkembangan Motorik Kasar
Seperti : berjalan, berlari, melompat jauh, naik dan turun tangga, loncat tali,
dapat mengenakan pakaian tanpa dibantu, menggunakan alat-alat olahraga,
baris berbari
2) Perkembangan Motorik Halus

5
Hetty Suryanti, S. kep
Seperti : menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola
atau objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, menggambar atau
melukis dengan pensil warna.
3) Perkembangan Kognitif
Seperti : membedakan khayalan dan kenyataan, lebih efisien dalam
membangun strategi dan pengkodean, memahami sebab akibat, menilai
sesuatu dari berbagai sudut pandang, mampu berhitung ( menambah,
mengurangi, mengalikan, dan membagi), memecahkan masalah sederhana.
4) Perkembangan Bahasa
Seperti : mampu bercerita dengan banyak kata, gemar membaca,
mendengar cerita bersifat kritis tentang perjalanan, petualangan atau
riwayat pahlawan, mampu menanyakan soal waktu dan sebab akibat,
mampu menceritakan kembali alur cerita yang didengar, anak mampu
berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaannya,
mengutarakan gagasannya, mampu menceritakan tentang sikap dan
pribadinya.
5) Perkembangan Emosi
Seperti : mampu mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal
penyebab perasaan yang timbul, mampu mengungkapkan rasa marah,
mengendalikan perilaku amarah yang merugikan diri sendiri dan orang
lain, mampu mengatasi stress, memiliki perasaan positif tentang diri
sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggungjawab, menerima
sudut pandang orang lain, menyelesaikan konflik dengan orang lain,
memiliki sikap bersahabat, dapat menerima pergaulan dengan orang lain.
6) Perkembangan Kepribadian
Memahami perbedaan jenis kelamin dengan baik, menilai kekurangan dan
kelebihan, menilai prestasi yang diperoleh sesuai kenyataan, mengatasi
kehidupan yang diahadapi (tugas ddan tanggungjawab), mempunyai cita-
cita.
7) Perkembangan Moral
Seperti : mengenal benar, salah, baik, buruk, dapat mengikuti aturan dari
orangtua, sekolah dan lingkungan sosial lainnya, permusuhan berkurang,

6
Hetty Suryanti, S. kep
mengenal rasa keadilan, ingin menjadi lebih baik untuk memilihara
tatanan sosial.
8) Perkembangan Spiritual
Seperti : hormat kepada orangtua, yang lebih tua, guru dan teman,
memberikan bantuan kepada orang yang membutuhksn pertolongan,
menyayangi fakir miskin, memlihara kebersihan dan kesehatan, bersikap
jujur, bersikap tanggungjawab.
9) Perkembangan Psikososial
Seperti : mulai mengalami konflik dengan saudara kandung, persahabatan
semakin meluas dan akrab, mulai membentuk ikatan baru degan teman
sebaya, sanggup menyesuaikan diri dengan orang lain, mampu bekerja
sama dengan orang lain, berminat terhadap kegiatan teman seusia bahkan
sampai membentuk kelom pok sendiri, anak lebih mementingkan teman
daripada keluarga.

b. Kemampuan Anak dan Keluarga Dalam Pencapaian Tugas


Perkembangan Anak Usia Sekolah
1) Kemampuan Anak
Berteman dengan sesama jenis dan mempunyai teman bermain tetap
(kelompok) atau sahabat, ikut berperan dalam kegiatan kelompok,
berinteraksi secara baik dengan otangtuanya, dapat mengendalikan
keinginan atau dorongan yang kuat, berkompetisi dengan atau teman
sebaya, berusaha menyelesaikan tugas (rumah dan sekolah) yang diberikan
sebaik-baiknya, mengetahui nilai uang, melakukan hobinya (main sepeda,
membaca komik/buku cerita), berpikir bahwa dirinya adalah orang yang
menyenangkan dan sehat.
2) Kemampuan Keluarga
Memberi kesempatan kepada anak untuk mengikuti aktivitas kelompok
yang terorganisasi, membuat target pencapaian yang sesuai dengan
kemampuan anak, menjadi contoh/panutan bagi anak dalam berinteraksi
dengan oranglain, melibatkan anak dalam kegiatan sehari-hari dirumah,
menerapkan disiplin dirumah : waktu belajar, menonton TV, bermain, dll.

7
Hetty Suryanti, S. kep
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
Berdasarkan data yang didapat melalui wawancara, observasi, maka perawat dapat
merumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut:

Kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK PASIEN


Tujuan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
4. Mengembangkan kecerdasan
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan

Tindakan keperawatan
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
c. Kolaborasi pemberian vitamin dan vaksinasi ulang (booster)
d. Ajarkan kebersihan diri
2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak
b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-kejaran,
papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti vas,
kotak pensil, lampion dsb, )
d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain
3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak

8
Hetty Suryanti, S. kep
b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman
kelompoknya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih
e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
4. Mengembangkan kecerdasan
a. Kaji perkembangan kecerdasan anak
b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya
c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak
d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas
e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru
f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak,
membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung
h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak
5. Mengembangkan nilai-nilai moral
a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak
b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif
c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan
d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita
e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
f. Latih kedisplinan
6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
e. Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia
sekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

TINDAKANKEPERAWATAN UNTUK KELUARGA

9
Hetty Suryanti, S. kep
Tujuan

a. Keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah.

b. Keluarga mampu memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal
dan menyimpang.

c. Keluarga mampu menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya.

d. Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya.

Tindakan Keperawatan

1. Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan menyimpang.

2. Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak berkarya :

a. Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana dirumah, seperti


membuat kue, merapikan tempat tidur.

b. Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak.

c. Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi dan belajar.

d. Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu kemampuan belajar.

e. Tidak menyalahkan dan menghina anak.

f. Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya.

g. Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang terorganisasi.

h. Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak.

3. Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk berkarya.

4. Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak.

E. TINDAKAN KEPERAWATAN SPESIALIS

a. Terapi Individu :-

b. Terapi Keluarga : FPE

10
Hetty Suryanti, S. kep
c. Terapi Kelompok : Terapi kelompok Terapeutik : anak usia sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, B. A Daulima N. H. C, & Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan


Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa : CMHN (Intermediate Course). Jakarta :
EGC.

Nanda (2011). Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi 2009-2011 (terjemahan),


Cetakan I. Jakarta. Penerbit EGC.

Santrock John, W. (2007). Child Development. Dallas: University of Texas.

Soetjiningsih C, H (2012). Perkembangan Anak : sejak pembuahan sampai kanak-


kanak akhir. Jakartta : Prenada Media Group.

FIK UI. (2011). Draft Scanning 33 Diagnosa Keperawatan Jiwa. Tidak dipublikasikan

11
Hetty Suryanti, S. kep
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH: HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

OLEH :
HETTY SURYANTI
NIM : 219269069

12
Hetty Suryanti, S. kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
BHAKTI HUSADA KOTA BENGKULU

LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

A. Pengertian
Harga diri rendah (HDR) situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri
dalam berespons terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) (Carpenito, 2003).
Sedangkan menurut Wilkinson (2007) perasaan diri/evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif.

B. Penyebab
HDR situasional dapat disebabkan karena gangguan pada struktur, fungsi, dan
penampilan tubuhnya; penolakan orang lain atau orangtua atas dirinya; kenyataan yang
tidak sesuai dengan harapan atau ideal dirinya (kegagalan); transisi peran sosial;
trauma seperti penganiayaan seksual atau psikologis atau melihat kejadian yang
mengancam nyawa (Stuart & Sundeen, 1991; Stuart, 2009).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah situasional adalah sebagai berikut:
Subjektif:
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya ketidakberdayaan dan
ketidakbergunaan)

Objektif :
1. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalah hidup yang
sebelmunya mempunyai evaluasi diri positif
2. Kesulitan dalam membuat keputusan

D. Proses terjadinya
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
13
Hetty Suryanti, S. kep
1) Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (gangguanm
jiwa).
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan
tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma kepala,
riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
5) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan kehamilan)
6) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
7) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB
obesitas atau terlalu kurus
8) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
9) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak dan
remaja
10) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
11) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik,
wajah, bibir, perbaikan jariangan parut, prosedur pembedahan transeksual,
aborsi
12) Riwayat menderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis.

b. Psikologis
1) Mempunyai intelegensi RM sedang sampai normal dan kemampuan
melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu mengungakkan apa
yang dipikikan, berinteraksi dengan orang lain
2) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT, trakeostomi)
3) Mengalami gangguan psikologis
4) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: perpisahan traumatik dengan
orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga. Diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja,
penganiayaan seksual, seringkali mengalami kegagalan.
5) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa
perkembangan yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan
dari dukungan diri sendiri.
6) Mempunyai konsep diri negatif: gambaran diri negatif, ideal diri tidak
realistis, gangguan pelaksanaan peran
7) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu
senang yang berlebihan)
8) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
cemas

14
Hetty Suryanti, S. kep
9) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
c. Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya sehingga mudah mengalami penelian negatif tentang
dirinya. Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963) mengemukakan jika
tugas perkambangan sebelumnya tidak perpenuhi dapat menjadi
predisposisi terhadap gangguan ansietas. Sebagai respon terhadap stres,
tampak perilaku yang berhubungan dengan tahap perkembangan
sebelumnya karena individu mengalami regresi ke atau tetap berada pada
tahap perkembangan sebelumnya.
2) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis
kelamin yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri yang
negatif secara situasional dan lebih banyak mengalami harga diri rendah
situasional berjenis kelamin perempuan
3) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari
4) Mengalami perubahan status atau prestise
5) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permaenen
6) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
7) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan
8) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
9) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain:
10) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan).
2. Faktor Presipitasi
a) Nature
1) Biologis
a) Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
b) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
d) Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
e) Adanya kelainan kongenital

15
Hetty Suryanti, S. kep
f) Sensitifitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada
sistem limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan
serotonin
2) Psikologis
a) Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada .
Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan
sensori penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik
bicara (gagap, pelo dan bisu)
b) Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus
c) Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang
mendadak akut
d) Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak,
kelahiran anak, kehamilan)
e) Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
f) Kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
g) Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang
rendah (self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiiri)
h) Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam bulan
terakhir
i) Motivasi : kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
j) Self kontrol: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang kurang
positift
k) Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses
pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas
perkembangan yang seharusnya
b) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
c) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
d) Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
e) Pekerjaan: tidak tetap, penggangguran
f) Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)
g) Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau
pelindung keluarga

16
Hetty Suryanti, S. kep
h) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif megikuti kegiatan
politik dan organisasi
i) Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada
masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba mengalami
pengalaman sosial yang kurang baik akibat penyakitnya/perubahan
fisiknya
j) Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.

b) Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat
serta peer group
c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang
d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjado selama usia
perkembangan dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah
yang sangat berat
3. Penilaian Terhadap Stressor
a. Kognitif
1) Mengungkapkan perasaan malu atau bersalah
2) Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3) Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya:
ketidakberdayaan dan ketidakbergunaan)
4) Mengungkapkan penyalahan diri yang episodik sebagai respons terhadap
permasalahan hidup seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
yang positif
5) Mengungkapkan mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan/situasi
6) Kesulitan dalam pengambilan keputusan
7) Mengungkapkan meniadakan diri
8) Mengungkapkan secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini
terhadap harga diri
9) Kurang konsentrasi
10) Fokus menyempit/preokupasi
11) Bloking
12) Mudah lupa
13) Mimpi buruk

17
Hetty Suryanti, S. kep
14) Pandangan suram dan pesimistik
b. Afektif
1) Perasaan negatif tentang dirinya (ketidakberdayaan, kegunaan)
2) Merasa malu dan bersalah
3) Merasa sedih
4) Merasa putus asa dan frustasi
5) Perasaan tidak mampu
6) Perasaan tidak berguna
7) Mudah tersinggung
c. Fisiologis
1) Perubahan aktual pada fungsi
2) Perubahan aktual pada struktur
3) Peningkatan tekanan darah
4) Pusing atau sakit kepala
5) Kelelahan atau keletihan
6) Tampak lesu
7) Kurang nafsu makan
8) Penurunan berat badan
9) Makan atau minum secara berlebihan
10) Konstipasi/diare
11) Insomnia/gangguan tidur
12) Mual dan muntah
13) Perubahan siklus haid
d. Perilaku
1) Kurangnya kemampuan untuk mengikuti sesuatu
2) Tidak mau bekerja sama dalam terapi
3) Perilaku bimbang
4) Perilaku tidak asertif
5) Mengkritik diri sendiri
6) Penurunan produktivitas
7) Berkurangnya kreativitas
8) Pengurangan diri
9) Penyalahgunaan rokok, obat, alkhoho;l
10) Penolakan terhadap realitas
e. Sosial
1) Kurangnya kontak mata
2) Pengabaian diri
3) Isolasi sosial
4) Misintepretasi
5) Kurangnya pratisipasi sosial
4. Sumber Koping

18
Hetty Suryanti, S. kep
a. Personal ability
1) Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
2) Kemampuan dalam memecahkan masalah
3) Hubungan interpersonal dengan orang lain
4) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan, yaitu harga diri rendah
situasional
5) Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya
mengatasi harga diri rendah situasional yang dialami.
6) Aspek positif diri yang dimiliki klien (misalnya: olah raga, hobi)
7) Keterampilan seni yang dimiliki

b. Sosial support
1) Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok
dan masyarakat.
2) keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya
3) Ada atau tidak ada konflik budaya di lingkungan tempat tinggal klien
c. Material asset
1) Penghasilan sesara individu : cukup atau tidak
2) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan)
3) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
4) Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
5) Akses pelayanan kesehatan terdekat
d. Positive belief
1) Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri
2) Memiliki motivasi atau tidak dalam mengatasi penilaian negatif tentang
dirinya sendiri
3) Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan
terjadinya harga diri rendah situasional

5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
3) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu
4) Membangun kepercayaan diri dan optimis
5) Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat
6) Komunikasi terbuka
7) Pemenuhan peran yang signifikan
8) Mengungkapkan penerimaan diri

19
Hetty Suryanti, S. kep
9) Menerima kritikan dari orang lain
10) Mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan yang akan timbul
11) Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mendukung setiap
alternatif
b. Destruktif
1) Penggunaan fantasi
2) Regresi
3) Proyeksi
4) Disosiasi
5) Kompensasi
6) Rasionalisasi /intelektualisasi
7) Displacement
8) Isolasi sosial
9) Identitas negatif
10) Amuk
11) Penyalahgunaan obat
12) Berbalik marah/benci terhadap diri sendiri

E. Pohon Diagnosa

Resiko isolasi sosial : menarik diri Efek

Gangguan konsep diri: harga diri


Core Problem
rendah situasional

Berduka Disfungsional Etiologi

F. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional

G. Tindakan keperawatan
1. Ditujukan pada Klien:
Tujuan: klien mampu
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat harga
diri rendah situasional
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan

20
Hetty Suryanti, S. kep
d. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
f. Melakuakn kegiatan yang sudah dilatih

Tindakan keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien dirumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diuangkapkan pasien
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
2) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang
dipilih
2) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
3) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

2. Ditujukan pada keluarga


Tujuan: Keluarga mampu
a. Mengenal masalah harga diri rendah situasional
b. Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah situasional
c. Merawat klien dengan harga diri rendah situasional
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan mencegah
kekambuhan

21
Hetty Suryanti, S. kep
Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
mengambil keputusan merawat pasien.
c. Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum
dan setelah sakit
d. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikan pujian
e. Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien
serta membimbing keluarga merawat harga diri rendah dan beri pujian

3. Tindakan keperawatan Spesialis


- Cognotive Behavior Therapy (CBT)
- Cognitive Therapy (CT)
- Family Psycoeducation (FPE)
- Therapy suportif

22
Hetty Suryanti, S. kep
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC

NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-


2011. Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott


Williams & Wilkins

Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company:
Philadelphia.

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A.
Davis Company: Philadelphia

Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of psychiatric


mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders

23
Hetty Suryanti, S. kep
24
Hetty Suryanti, S. kep

Anda mungkin juga menyukai