Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

MASALAH: HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

OLEH :
HETTY SURYANTI
NIM : 219269069

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )


BHAKTI HUSADA KOTA BENGKULU
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

A. Pengertian
Harga diri rendah (HDR) situasional adalah suatu keadaan ketika individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespons terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan) (Carpenito, 2003). Sedangkan
menurut Wilkinson (2007) perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai
respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya
mempunyai evaluasi diri positif.

B. Penyebab
HDR situasional dapat disebabkan karena gangguan pada struktur, fungsi, dan
penampilan tubuhnya; penolakan orang lain atau orangtua atas dirinya; kenyataan yang
tidak sesuai dengan harapan atau ideal dirinya (kegagalan); transisi peran sosial; trauma
seperti penganiayaan seksual atau psikologis atau melihat kejadian yang mengancam
nyawa (Stuart & Sundeen, 1991; Stuart, 2009).

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah situasional adalah sebagai berikut:
Subjektif:
1. Mengungkapkan rasa malu/bersalah
2. Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3. Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya ketidakberdayaan dan
ketidakbergunaan)

Objektif :
1. Kejadian menyalahkan diri secara episodik terhadap permasalah hidup yang
sebelmunya mempunyai evaluasi diri positif
2. Kesulitan dalam membuat keputusan

D. Proses terjadinya
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (gangguanm
jiwa).
2) Ada riwayat gangguan status nutrisi (kurus, obesitas) atau anoreksia dan tidak
ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal
3) Paparan terhadap racun, sindrom alkhohol saat janin dalam kandungan.
4) Riwayat kesehatan secara umum, misalnya kanker, epilepsi, trauma kepala,
riwayat gangguan penyakit jantung, penyakit neurologis
5) Menderita penyakit fisik (penyakit kronis, defek kongenital dan kehamilan)
6) Mengalami perubahan kognitif atau persepsi akibat nyeri kronis
7) Adanya masalah psikososial yang menyebabkan gangguan makan, BB
obesitas atau terlalu kurus
8) Penanganan medik jangka panjang (kemoterapi dan radiasi)
9) Maturasi normal: pertumbuhan dan perkembangan masa bayi, anak dan remaja
10) Perubahan fisiologis pada kehamilan dan penuaan
11) Adanya riwayat prosedur pembedahan elektif: prosedur bedah plastik, wajah,
bibir, perbaikan jariangan parut, prosedur pembedahan transeksual, aborsi
12) Riwayat menderita penyakit kronis dan mengalami nyeri kronis.

b. Psikologis
1) Mempunyai intelegensi RM sedang sampai normal dan kemampuan
melakukan komunikasi verbal gagap atau tidak mampu mengungakkan apa
yang dipikikan, berinteraksi dengan orang lain
2) Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya maupun akibat
proses pengobatan yang lama (di ICU, NGT atau ETT, trakeostomi)
3) Mengalami gangguan psikologis
4) Pengalaman masa lalu tidak menyenangkan: perpisahan traumatik dengan
orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga. Diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja,
penganiayaan seksual, seringkali mengalami kegagalan.
5) Motivasi: kurangnya pernghargaan dari orang lain pada masa perkembangan
yang terjadi secara berulang, kurangnya dukungan sosial dan dari dukungan
diri sendiri.
6) Mempunyai konsep diri negatif: gambaran diri negatif, ideal diri tidak
realistis, gangguan pelaksanaan peran
7) Self kontrol rendah, ketidakmampuan melakukan kontrol diri ketika
mengalami kegagalan maupun keberhasilan (terlalu sedih atau terlalu senang
yang berlebihan)
8) Kepribadian: menghindar, tergantung dan tertutup/menutup diri dan mudah
cemas
9) Riwayat kesulitan mengambil keputusan, tidak mampu berkonsentrasi
c. Sosial budaya
1) Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya sehingga mudah mengalami penelian negatif tentang dirinya.
Teori yang diungkapkan oleh Erikson (1963) mengemukakan jika tugas
perkambangan sebelumnya tidak perpenuhi dapat menjadi predisposisi
terhadap gangguan ansietas. Sebagai respon terhadap stres, tampak perilaku
yang berhubungan dengan tahap perkembangan sebelumnya karena individu
mengalami regresi ke atau tetap berada pada tahap perkembangan sebelumnya.
2) Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin
yang tidak optimal akan mempermudah munculnya harga diri yang negatif
secara situasional dan lebih banyak mengalami harga diri rendah situasional
berjenis kelamin perempuan
3) Kurangnya pendapatan/penghasilan yang dapat mengancam pemenuhan
kebutuhan dasar sehari-hari
4) Mengalami perubahan status atau prestise
5) Pengalaman berpisah dari orang terdekat, misalnya karena perceraian,
kematian, tekanan budaya, perpindahan dan perpisahan sementara atau
permaenen
6) Perubahan status sosial dan ekonomi akibat pensiun
7) Tinggal di lingkungan yang terdapat bahaya keamanan maupun polutan
lingkungan
8) Kondisi pasien yang tidak mempunyai pekerjaan, pengangguran, ada
pekerjaan baru maupun promosi)
9) Peran sosial: kurang mampu menjalankan perannya untuk berpartisipasi
lingkungan tempat tinggal dan kesulitan membina hubungan interpersonal
dengan orang lain:
10) Agama dan keyakinan: kurang menjalankan kegiatan keagamaan sesuai
dengan agama dan kepercayaan atau ada nilai budaya dan norma yang
mengharuskan melakukan pembatasan kontak sosial dengan orang lain
(misalnya laki-laki dengan perempuan).
2. Faktor Presipitasi
a) Nature
1) Biologis
a) Adanya kehilangan bagian tubuh, struktur tubuh, fungsi tubuh
b) Adanya penyakit akut yang mempengaruhi fungsi tubuh
c) Adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi
d) Status gizi, misalnya obesitas atau terlalu kurus. (BB tidak ideal)
e) Adanya kelainan kongenital
f) Sensitifitas biologio: ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem
limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norefrinefrin dan serotonin
2) Psikologis
a) Mempunyai pemahaman yang baik terhadap stimulus yang ada .
Kemampuan komunikasi verbal terganggu akibat adanya gangguan sensori
penglihatan dan pendengaran serta kerusakan area motorik bicara (gagap,
pelo dan bisu)
b) Adanya gangguan gambaran diri akibat terapi penyakit: misalnya
pemasangan infus, NGT, Trakheostomi, infus
c) Gangguan konsep diri karena perubahan peran akibat sakit yang mendadak
akut
d) Adanya harapan yang tidak terpenuhi (misalnya: terhadap anak, kelahiran
anak, kehamilan)
e) Adanya gambaran diri yang negatif akibat adanya perubahan bentuk,
struktur, fungsi dan penampilan tubuhnya
f) Kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
g) Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang rendah
(self defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiiri)
h) Mengalami penganiayaan seksual atau pemerkosaan dalam enam bulan
terakhir
i) Motivasi : kurangnya dukungan sosial orang sekitar dan tidak pernah
mendapatkan penghargaan dari luar
j) Self kontrol: klien kurang dapat mengendalikan dorongan yang kurang
positift
k) Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga & teman akibat
perbedaan budaya, lokasi tempat tinggal yang terisolasi, proses pengobatan
yang menyebabkan gangguan bicara
3) Sosial budaya
a) Krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan
yang seharusnya
b) Pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi
c) Gender: jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami kegagalan
menjalankan peran
d) Pendapatan rendah atau kurang dari UMR
e) Pekerjaan: tidak tetap, penggangguran
f) Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus)
g) Latar belakang budaya: nilai budaya keyakinan yang kuat, misalnya
seorang laki-laki harus menjadi tulang punggung keluarga atau pelindung
keluarga
h) Keikutsertaan partai politik dan organisasi: aktif megikuti kegiatan politik
dan organisasi
i) Pengalaman sosial: belum pernah mengalami kehilangan, penolakan
hubungan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, tidak ada
masalah dengan pelaksanaan hubungan intim dan tiba-tiba mengalami
pengalaman sosial yang kurang baik akibat penyakitnya/perubahan
fisiknya
j) Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat
perubahan fisik yang sebelumnya dapat dilakukan.
b) Origin
1) Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya
2) Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga dan orang sekitar/masyarakat serta
peer group
c) Timing: Stres dapat terjadi dalam waktu yang berdekatan, stress dapat
berlangsung lama atau stres dapat berlangsung secara berulang-ulang
d) Number: Sumber stres dapat lebih dari satu dan terjado selama usia perkembangan
dan pertumbuhan dan biasanya stressor dinilai sebagai masalah yang sangat berat
3. Penilaian Terhadap Stressor
a. Kognitif
1) Mengungkapkan perasaan malu atau bersalah
2) Mengungkapkan menjelek-jelekan diri
3) Mengungkapkan hal-hal yang negatif tentang diri (misalnya: ketidakberdayaan
dan ketidakbergunaan)
4) Mengungkapkan penyalahan diri yang episodik sebagai respons terhadap
permasalahan hidup seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
yang positif
5) Mengungkapkan mengevaluasi diri seperti tidak mampu untuk mengatasi
permasalahan/situasi
6) Kesulitan dalam pengambilan keputusan
7) Mengungkapkan meniadakan diri
8) Mengungkapkan secara verbal melaporkan tantangan situasional saat ini
terhadap harga diri
9) Kurang konsentrasi
10) Fokus menyempit/preokupasi
11) Bloking
12) Mudah lupa
13) Mimpi buruk
14) Pandangan suram dan pesimistik
b. Afektif
1) Perasaan negatif tentang dirinya (ketidakberdayaan, kegunaan)
2) Merasa malu dan bersalah
3) Merasa sedih
4) Merasa putus asa dan frustasi
5) Perasaan tidak mampu
6) Perasaan tidak berguna
7) Mudah tersinggung
c. Fisiologis
1) Perubahan aktual pada fungsi
2) Perubahan aktual pada struktur
3) Peningkatan tekanan darah
4) Pusing atau sakit kepala
5) Kelelahan atau keletihan
6) Tampak lesu
7) Kurang nafsu makan
8) Penurunan berat badan
9) Makan atau minum secara berlebihan
10) Konstipasi/diare
11) Insomnia/gangguan tidur
12) Mual dan muntah
13) Perubahan siklus haid
d. Perilaku
1) Kurangnya kemampuan untuk mengikuti sesuatu
2) Tidak mau bekerja sama dalam terapi
3) Perilaku bimbang
4) Perilaku tidak asertif
5) Mengkritik diri sendiri
6) Penurunan produktivitas
7) Berkurangnya kreativitas
8) Pengurangan diri
9) Penyalahgunaan rokok, obat, alkhoho;l
10) Penolakan terhadap realitas
e. Sosial
1) Kurangnya kontak mata
2) Pengabaian diri
3) Isolasi sosial
4) Misintepretasi
5) Kurangnya pratisipasi sosial
4. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Kemampuan dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal
2) Kemampuan dalam memecahkan masalah
3) Hubungan interpersonal dengan orang lain
4) Pengetahuan klien tentang masalah yang dirasakan, yaitu harga diri rendah
situasional
5) Adanya gangguan fisik (kesehatan secara umum) yang menghambat upaya
mengatasi harga diri rendah situasional yang dialami.
6) Aspek positif diri yang dimiliki klien (misalnya: olah raga, hobi)
7) Keterampilan seni yang dimiliki
b. Sosial support
1) Hubungan yang baik atau kurang baik antar individu, keluarga kelompok dan
masyarakat.
2) keterlibatan dalam organisasi social/kelompok sebaya
3) Ada atau tidak ada konflik budaya di lingkungan tempat tinggal klien
c. Material asset
1) Penghasilan sesara individu : cukup atau tidak
2) Keberadaan asset harta benda pendukung pengobatan yang dimiliki (tanah,
rumah, tabungan)
3) Mempunyai fasilitas Jamkesmas, SKTM, ASKES.
4) Pekerjaan/vokasi/posisi : memiliki atau tidak
5) Akses pelayanan kesehatan terdekat
d. Positive belief
1) Kenyakinan dan nilai positif tentang dirinya sendiri
2) Memiliki motivasi atau tidak dalam mengatasi penilaian negatif tentang
dirinya sendiri
3) Orientasi klien terhadap kesehatan terutama dalam hal pencegahan terjadinya
harga diri rendah situasional

5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif
1) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
3) Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu
4) Membangun kepercayaan diri dan optimis
5) Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat
6) Komunikasi terbuka
7) Pemenuhan peran yang signifikan
8) Mengungkapkan penerimaan diri
9) Menerima kritikan dari orang lain
10) Mengidentifikasi alternatif dan kemungkinan yang akan timbul
11) Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk mendukung setiap
alternatif
b. Destruktif
1) Penggunaan fantasi
2) Regresi
3) Proyeksi
4) Disosiasi
5) Kompensasi
6) Rasionalisasi /intelektualisasi
7) Displacement
8) Isolasi sosial
9) Identitas negatif
10) Amuk
11) Penyalahgunaan obat
12) Berbalik marah/benci terhadap diri sendiri
E. Pohon Diagnosa

Resiko isolasi sosial : menarik diri Efek

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah situasional Core Problem

Berduka Disfungsional Etiologi

F. Diagnosa Keperawatan
Harga diri rendah situasional

G. Tindakan keperawatan
1. Ditujukan pada Klien:
Tujuan: klien mampu
a. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses terjadinya dan akibat harga
diri rendah situasional
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan
d. Menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
e. Melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
f. Melakuakn kegiatan yang sudah dilatih

Tindakan keperawatan:
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
1) Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien dirumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien
penilaian yang negatif
b. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diuangkapkan pasien
3) Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
c. Membantu klien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari
2) Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan
pasien susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kemampuan yang dipilih klien
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan pertama yang dipilih
2) Melatih kemampuan pertama yang dipilih
3) Berikan dukungan dan pujian pada klien dengan latihan yang dilakukan

2. Ditujukan pada keluarga


Tujuan: Keluarga mampu
a. Mengenal masalah harga diri rendah situasional
b. Mengambil keputusan dalam merawat harga diri rendah situasional
c. Merawat klien dengan harga diri rendah situasional
d. Menciptakan lingkungan yang mendukung meningkatkan harga diri klien
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up dan mencegah
kekambuhan

Tindakan keperawatan
a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya harga diri rendah dan
mengambil keputusan merawat pasien.
c. Mendiskusikan kemampuan atau aspek positif pasien yang pernah dimiliki sebelum
dan setelah sakit
d. Melatih keluarga cara merawat harga diri rendah dan berikan pujian
e. Melatih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan pertama yang dipilih pasien serta
membimbing keluarga merawat harga diri rendah dan beri pujian

3. Tindakan keperawatan Spesialis


- Cognotive Behavior Therapy (CBT)
- Cognitive Therapy (CT)
- Family Psycoeducation (FPE)
- Therapy suportif
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A, Wiyono, Akemat. P.W dan Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Carpenito, L.J dan Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
Penebit Buku Kedokteran EGC

NANDA International. (2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.


Cetakan I. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Wilkinson, J.M. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Townsend, M.C (2010). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri rencana Asuhan &
Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penebit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott Williams
& Wilkins

Doenges,M., Townsend, M., (2008) Nursing Diagnosis Manual ed.2. F.A Davis Company:
Philadelphia.

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8. Philadelphia:
Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing _4th ed. F. A.
Davis Company: Philadelphia

Varcarolis, Elizabeth M & Margareth Jordan Halter. (2010). Foundations of psychiatric


mental health nursing: a clinical approach. Canada: Saunders

Anda mungkin juga menyukai