Anda di halaman 1dari 13

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

GAMBARAN VASKULARISASI RETINA PASCA PEMBERIAN


OKSIGEN KONSENTRASI TINGGI (STUDI EKSPERIMENTAL
RETINOPATHY OF PREMATURITY PADA TIKUS WISTAR)
Tita Erlanggawati1, Agung Aji Prasetyo2, Puspita Kusuma Dewi3
1
Mahasiswa Program S-1 Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar belakang: Retinopathy of Prematurity (ROP) didefinisikan sebagai proliferasi
abnormal pembuluh darah retina pada bayi baru lahir akibat terpapar oksigen konsentrasi
tinggi. Patogenesis ROP ditandai dengan terbentuknya neovaskularisasi pada retina yang
dipengaruhi oleh kadar Vascular Endhotelial Growth Vactor (VEGF) dan kerusakan jaringan
akibat stress oksidatif. Glutation adalah antioksidan utama dalam tubuh yang mudah berikatan
dengan senyawa radikal bebas, pada penelitian ini digunakan untuk mengurangi terbentuknya
pembuluh darah abnormal pada retina.
Tujuan: Mengetahui adanya pengaruh pemberian glutation terhadap gambaran vaskularisasi
retina pada tikus Wistar yang diberi oksigen konsentrasi tinggi.
Metode: Penelitian true experimental dengan posttest only control group design. Penelitian
dilakukan selama 14 hari menggunakan tikus Wistar usia 1-7 hari (n=18) yang secara random
dibagi menjadi 3 kelompok (kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan
kelompok perlakuan). Kelompok kontrol negatif tidak diberikan perlakuan. Kelompok kontrol
positif diberikan paparan oksigen 95% selama 4 jam. Kelompok perlakuan diberikan paparan
oksigen 95% selama 4 jam dan injeksi glutation. Tikus di terminasi dan dilakukan enukleasi
pada hari ke 15. Bulbus oculi tikus diambil untuk dilakukan pengecatan HE dan diperiksa
gambaran histopatologi dengan cara menghitung fokus proliferasi sel endotel yang terbentuk.
Uji statistik menggunakan uji Saphiro Wilk dilanjutkan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-
Whitney untuk melihat pebedaan antar kelompok.
Hasil: Jumlah neovaskularisasi paling tinggi ditemukan pada kelompok kontrol positif.
Penurunan jumlah neovaskularisasi terjadi pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan
bermakna jumlah neovaskularisasi retina kelompok kontrol positif dibandingkan dengan
kontrol negatif (p=0,003) dan kelompok perlakuan (p=0,006). Tidak terdapat perbedaan
bermakna jumlah neovaskularisasi retina antara kelompok kontrol negatif dan kelompok
perlakuan (p=0,212).
Simpulan: Pembentukan pembuluh darah abnormal pada retina yang diberikan glutation
lebih sedikit dibandingan dengan yang tidak diberi glutation.
Kata Kunci: Retinopathy of Prematurity (ROP), glutation, radikal bebas, oksigen,
neovaskularisasi

ABSTRACTS
EFFECT OF ADMINISTERING GLUTATHIONE TOWARDS RETINA
VASCULARIZATION IMAGES AFTER EXPOSED TO HIGH-CONCENTRATION
OXYGEN (EXPERIMENTAL STUDY OF RETINOPATHY OF PREMATURITY IN
WISTAR RATS)
Background: Retinopathy of Prematurity (ROP) is defined as abnormal proliferation of the
retina blood vessels in newborn caused by high-concentration oxygen exposure, marked by
retina neovascularization, influenced by the Vascular Endhotelial Growth Vactor (VEGF)

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1707
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

levels, and tissue damage caused by oxidative stress. Glutathione is a major antioxidant which
could easily bind free radicals, in this study used to reduce abnormal proliferation blood
vessels in the retina.
Aim: To know the effects of administering glutathione towards retina vascularization images
in Wistar rats exposed to high-concentration oxygen.
Methods: This study was a true experimental research with posttest only control group design
approach towards 18 wistar rats, aged 1-7 days, for 14 days which were randomly divided into
3 groups (negative and positive control, and experimental group). Negative control group did
not receive intervention, while positive control did in form of 95% oxygen exposure for 4
hours. Experimental group was given 95% oxygen for 4 hours followed by glutathione
injection. The rats were terminated and enucleated on day 15. Rats’ bulbus oculi were taken
for HE staining and examined histopathologic images by calculating the focus of proliferation
of endothelial cells formed. Saphiro Wilk test, followed by Kruskal Wallis and Mann
Whitney test, were done to see the difference among all groups.
Results: The highest amount of neovascularization was found in the positive control group,
while a decline was found in the experimental group. Significant difference of the number of
neovascularization between positive control group and negative control (p=0.003) and
experimental group (p=0.006) was found, while no significant difference between negative
control and experimental group (p=0.212) was found.
Conclusion: Abnormal proliferation blood vessels in the retina given glutathione is less than
given’t glutathione.
Keywords: Retinopathy of Prematurity (ROP), glutathione, free radicals, oxygen,
neovascularization

PENDAHULUAN Bayi prematur lahir sebelum


Retinopati pada prematuritas atau pertumbuhan pembuluh darah mencapai
Retinopathy of Prematurity (ROP) tepi retina, maka pertumbuhan pembuluh
merupakan penyebab kebutaan terbesar darah akan terhenti, sehingga bagian tepi
pada neonatus diseluruh dunia.1–4 Istilah retina yang tidak ditumbuhi pembuluh
ROP digagas oleh Heath pada 1952 yang darah tidak mendapatkan oksigen dan
didefinisikan sebagai proliferasi abnormal nutrisi yang cukup.1 Bagian tepi retina
pembuluh darah retina pada bayi baru lahir akan mengirimkan sinyal ke daerah retina
akibat terpapar oksigen konsentrasi yang lain untuk mecukupi kebutuhan
tinggi.1,5 Retinopathy of Prematurity oksigen dan nutrisinya, akibatnya
(ROP) terjadi pada lebih dari 16% dari pembuluh darah mulai tumbuh dengan
semua kelahiran prematur di dunia.6 Bayi sangat lemah dan mudah pecah (imatur).1,5
dengan berat kurang dari 1.700 gram saat Oxygen Induced Retinopathy (OIR)
lahir, lebih dari 50% berpotensi menjadi adalah model retinopati iskemik yang
ROP.5 memperlihatkan proses vasoobliterasi dan

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1708
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

neovaskularisasi pada ROP. Oxygen reaktif. Antioksidan bersifat sangat mudah


Induced Retinopathy merupakan cara yang dioksidasi, sehingga dapat melindungi
tepat untuk mempelajari retinopati iskemik molekul lain dalam sel.13 Antioksidan
seperti ROP.8 Penelitian mengenai OIR endogen secara alami dibentuk di dalam
sudah banyak dilakukan sebelumnya. Hasil tubuh, namun peningkatan produksi radikal
penelitian menunjukkan bahwa oksigen bebas mengakibatkan ketersediaan
terbukti dapat menginduksi retinopati antioksidan kurang memadai, sehingga
9,10
terutama pada prematuritas. diperlukan tambahan antioksidan dari
Patogenesis stage awal ROP adalah luar.14 -L-Glutamyl-L-Cysteine-glycine
keadaan hiperoksia yang menekan aktivitas atau yang umum dikenal sebagai glutation
Vascular Endothelial Growth Factor (GSH) merupakan antioksidan endogen
(VEGF) dan merusak pembuluh darah utama dalam tubuh.14 Glutation merupakan
imatur karena terjadi vasokonstriksi serta kunci utama dalam sinyal redoks,
11
vasoobliterasi. Keadaan hiperoksia juga apoptosis, fungsi imun, dan fibrogenesis.
berperan dalam terbentuknya Reactive Sediaan glutation di luar tubuh sangat
Oxygen Species (ROS) dan Reactive mudah ditemukan dan sering digunakan.
Nitrogen Species (RNS) atau disebut Glutation merupakan salah satu protektor
9
radikal bebas. Radikal bebas bersifat sel yang sangat bernilai melalui efek
sangat reaktif dan dapat menyebabkan langsungnya pada penetralan radikal bebas.
12
kerusakan sel, termasuk kerusakan pada Penelitian ini meneliti pengaruh
pembuluh darah imatur yang mendasari glutation sebagai penangkal radikal bebas
ROP. Terapi ROP cukup beragam, namun pada keadaan hiperoksia akibat paparan
masih belum efektif. Oleh karena itu, oksigen konsentrasi tinggi, sehingga
dibutuhkan suatu suplementasi pencegahan diharapkan dapat digunakan sebagai salah
untuk menghindari terbentuknya pembuluh satu pilihan terapi ROP yang lebih efektif.
darah abnormal pada retina, yaitu suatu Glutation sudah banyak diteliti dan terbukti
senyawa biokimia yang mudah teroksidasi memiliki pengaruh positif terhadap
sehingga dapat bereaksi dengan oksigen berbagai organ seperti hepar, ginjal, dan
berlebih dalam tubuh. bahkan organ reproduksi. Perlu dilakukan
Antioksidan adalah senyawa kimia penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
yang dapat menghambat reaksi oksidasi pengaruh glutation terhadap organ mata,
oleh molekul radikal bebas yang sangat

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1709
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

terutama vaskularisasi pada retina pasca Sampling pada penelitian ini


pemberian oksigen konsentrasi tinggi. dilakukan dengan cara allocation random
sampling. Randomisasi langsung dapat
METODE dilakukan karena sampel diambil dari tikus
Jenis penelitian yang digunakan Wistar yang sudah memenuhi kriteria
adalah true experimental dengan posttest inklusi sehingga dianggap cukup homogen.
only control group design, yang Berdasarkan rekomendasi World
menggunakan hewan coba sebagai objek Health Organization (WHO) penelitian ini
penelitian. Perlakuan berupa pemberian menggunakan 5 ekor tikus pada setiap
terapi oksigen konsentrasi tinggi pada satu kelompok perlakuan. Setiap kelompok
kelompok percobaan. Kelompok perlakuan akan ditambahkan 1 ekor tikus
percobaan lainnya diberikan terapi oksigen untuk mengantisipasi terjadinya kriteria
konsentrasi tinggi dan diberikan glutation dropout, sehingga total jumlah sampel
yang di injeksi melalui intramuscular. adalah 18 ekor tikus.
Gambaran vaskularisasi retina dinilai Variabel bebas pada penelitian ini
menggunakan pemeriksaan histopatologi. adalah glutation, sedangkan variabel
organ hanya bisa dilakukan satu kali terikatnya adalah gambaran vaskularisasi
sehingga tidak mungkin dilakukan retina tikus Wistar. Penelitian ini
keduanya. menggunakan data primer yang didapatkan
Populasi pada penelitian ini adalah dari gambaran mikroskopis vaskularisasi
bayi tikus Wistar jantan dan betina. Sampel retina bayi tikus Wistar.
penelitian diambil dari populasi secara Pengamatan gambaran
acak dan memenuhi kriteria inklusi, vaskularisasi dilakukan dengan mikroskop
eksklusi, dan dropout. Tikus Wistar yang dengan perbesaran 100x dan 400x.
memasuki kriteria inklusi yaitu tikus Gambaran histologi vaskularisasi retina
Wistar jantan dan betina berusia 1-7 hari diamati sepanjang lapisan nerve fiber layer
dengan berat badan 10-20 gram. Tikus retina kemudian dinilai dengan cara
Wistar memasuki kriteria eksklusi apabila menghitung banyaknya fokus proliferasi
terdapat kecacatan anatomis pada mata, sel endotel yang merupakan awal dari
dan akan memasuki kriteria dropout terjadinya neovaskularisasi.16 Pengamatan
apabila tikus mati selama penelitian dilakukan dr. Yovi Nita Wardani, Sp.PA
selaku ahli Patologi Anatomi dan

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1710
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

dilakukan juga oleh peneliti, sebelumnya sepanjang lapisan nerve fiber layer retina
dilakukan uji reabilitas menggunakan kemudian dinilai dengan cara menghitung
rumus Cohen’s Kappa. banyaknya fokus proliferasi sel endotel.
Analisis secara statistik Perhitungan jumlah fokus
menggunakan program Statistical Product proliferasi sel endotel ini dilakukan peneliti
and Service Solution (SPSS). Uji hipotesis setelah melakukan pengamatan bersama dr.
yang digunakan adalah uji ANOVA karena Yovi Nita Wardani, Sp.PA selaku ahli
penelitian ini menggunakan skala numerik, Patologi Anatomi.
lebih dari dua kelompok, dan tidak Tabel 1. Uji Reliabilitas Data Antara Dua
berpasangan. Uji deskriptif data Pembaca

menggunakan uji Saphiro Wilk dilanjutkan ICC % p


uji Kruskall-wallis dan dilanjutkan uji Single
0,938 93,8%
Mann-whitney. Nilai p dianggap bermakna measures
0,083
bila p<0,05 dan p dianggap tidak bermakna Average
0,968 96,8%
apabila p>0,05.17 measures
Keterangan:

HASIL ICC = Intraclass Correlation Coefficient

Penelitian ini dilakukan pada bulan Nilai kesesuaian = 93,8%

Juni-Agustus 2017 di Laboratorium Tabel uji reliabilitas dengan

Biologi Universitas Negeri Semarang dan menggunakan metode Cohen’s Kappa

Laboratorium Patologi Anatomi Rumah didapatkan nilai p=0,083 dengan nilai

Sakit Nasional Diponegoro. Penelitian ini kesesuaian 93,8%, maka dianggap hasil

dilakukan selama 14 hari menggunakan perhitungan peneliti setara dengan

sampel sebanyak 18 ekor tikus Wistar. perhitungan ahli. Hasil tersebut dijadikan

Analisis statistik dari berat badan landasan oleh peneliti dalam perhitungan

dilakukan dengan uji ANOVA dan jumlah proliferasi sel endotel pada retina

didapatkan bahwa tikus wistar telah tikus Wistar.

memenuhi kriteria homogenitas dengan Pengaruh pemberian glutation

nilai p=0,083. terhadap pembentukan neovaskularisasi

Setiap preparat diperiksa retina diperiksa dengan membandingkan

menggunakan mikroskop dengan jumlah proliferasi sel endotel yang

perbesaran 100x dan 400x diamati terbentuk antar kelompok.

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1711
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

Tabel 2. Perbedaan Jumlah Fokus Proliferasi Tabel 3. Analisis Perbandingan Jumlah


Sel Endotel Proliferasi Sel Endotel antar Kelompok
Jumlah Proliferasi
Kelompok‡ K (+) P
Kelompok Sel Endotel Median p
K (-) 0,003* 0,212
(Min-Max)
K (+) – 0,006*
K (-) 0 (0 – 1)
Keterangan :
K (+) 2,5 (2 – 3) 0,002*§
* = Signifikan
P 1 (0 – 2) ‡
= Uji Mann Whitney
Keterangan : K (-) = Kelompok kontrol negatif
* = Signifikan K (+) = Kelompok kontrol positif
§
= Uji Kruskal Wallis P = Kelompok perlakuan
K (-) = Kelompok kontrol negatif Tabel analisis perbandingan jumlah
K (+) = Kelompok kontrol positif proliferasi sel endotel antar kelompok
P = Kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan bermakna antara
Tabel perbeadaan jumlah fokus
kelompok kontrol positif dengan kontrol
proliferasi sel endotel menggunakan uji
negatif dan kelompok perlakuan. Tidak
Kruskal Wallis didapatkan p=0,002. Hal
terdapat perbedaan bermakna antara
tersebut menunjukkan signifikansi hasil
kelompok kontrol negatif dengan
penelitian, sehingga hipotesis yang
kelompok perlakuan.
diajukan terbukti.

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1712
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

A B

9
10

8
7
6
5
1 2 3 4 10 9 8

Gambar 1. Gambaran histologi retina tikus Wistar kelompok kontrol negatif

Preparat menggunakan pengecatan terlihat gambaran fokus proliferasi sel


HE dengan perbesaran 100x (A) dan 400x endotel pada lapisan nerve fiber layer.
(B). Terlihat lapisan retina mulai dari
sclera (1), choroidea (2),
pigmented epitelium (3), rods and cones
layer (4), outer nuclear layer (5), outer
plexiform layer (6), inner nuclear layer
(7), inner plexiform layer (8), ganglion cell
layer (9), nerve fiber layer (10). Tidak

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719

1713
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

A B

10

8 7 6 5 4 3 2 1 10

C 9 D

10

7
6
5
4

1 2 3 10 9 8

Gambar 2. Gambaran histopatologi retina tikus Wistar kelompok kontrol positif (A dan B) dan
kelompok perlakuan (C dan D)

Preparat menggunakan pengecatan layer (9), nerve fiber layer (10). Terlihat
HE dengan perbesaran 100x (A dan C) dan fase permulaan terbentuknya
400x (B dan D). Terlihat lapisan retina neovaskularisasi yang ditandai dengan
mulai dari sclera (1), choroidea (2), gambaran fokus proliferasi sel endotel
pigmented epitelium (3), rods and cones (panah hitam) pada lapisan nerve fiber
layer (4), outer nuclear layer (5), outer layer. Terlihat jumlah fokus proliferasi sel
plexiform layer (6), inner nuclear layer endotel pada kelompok kontrol positif (B)
(7), inner plexiform layer (8), ganglion cell

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1714
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

lebih banyak dibandingkan kelompok intoksikasi oksigen, ditandai dengan


perlakuan (D). terbentuknya pembuluh darah baru yang
abnormal (neovaskularisasi) pada retina.16
PEMBAHASAN Neovaskularisasi pada retina diawali
Oksigen adalah salah satu dengan terbentuknya fokus proliferasi sel
komponen gas dan unsur vital dalam endotel yang dikelilingi sel glial.
proses metabolisme.18 Kadar oksigen yang Neovaskularisasi juga dapat terjadi karena
tidak adekuat di dalam tubuh akan ekspresi Vascular Endothelial Growth
menyebabkan kematian jaringan sehingga Factor (VEGF) yang tidak stabil, kadar
dapat mengancam kehidupan. Terapi VEGF dipengaruhi oleh kadar oksigen
oksigen merupakan salah satu dari terapi jaringan.16,21
pernapasan untuk mempertahankan Glutation (GSH) merupakan
oksigenasi jaringan yang adekuat. Terapi antioksidan utama dalam tubuh yang
oksigen biasanya diperlukan pada neonatus berfungsi mengikat radikal bebas. Secara
ketika terdapat gangguan pernapasan, fisiologis GSH diproduksi oleh tubuh di
ditandai dengan SaO2 < 90% atau gejala organ hepar. Ketika stress oksidatif
klinis sianosis. Kadar oksigen yang berkepanjangan kadar GSH dalam tubuh
berlebihan juga dapat menimbulkan reaksi tidak mampu lagi menanggulangi,13
toksik karena radikal bebas yang sehingga dibutuhkan suplementasi GSH
dihasilkan. Produksi radikal bebas akan dari luar tubuh. Suplementasi GSH akan
mengganggu homeostasis atau mengikat radikal bebas dan meminimalisir
menstimulasi pertumbuhan sel, tergantung efek toksik oksigen sehingga dapat
pada seberapa besar produksinya.19 menurunkan tingkat keparahan ROP.
Radikal bebas dapat menyebabkan Hasil uji statistik pada kelompok
kerusakan jaringan yang reversibel kontrol negatif (tikus yang tidak diberikan
20
maupun ireversibel. Risiko terjadinya perlakuan) dibandingkan dengan kelompok
kerusakan sel akibat radikal bebas akan kontrol positif (tikus yang diberikan terapi
meningkat karena proses pembentukan oksigen) terdapat perbedaan jumlah fokus
jaringan yang belum sempurna pada bayi proliferasi sel endotel yang bermakna
prematur. (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa
Retinopathy of Prematurity (ROP) pemberian oksigen dalam konsenterasi
merupakan salah satu akibat dari tinggi dan waktu yang lama dapat

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1715
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

menyebabkan terbentuknya retinopati. Hasil uji statistik pada kelompok


Sejalan dengan penelitian Michael Joao kontrol positif dan kelompok perlakuan
dkk (2012) yang menyebutkan bahwa (tikus yang diberikan terapi oksigen dan
pemberian oksigen dalam konsenterasi injeksi glutation) didapatkan perbedaan
tinggi dan waktu yang lama dapat jumlah fokus proliferasi sel endotel yang
menimbulkan retinopati sehingga bermakna (Tabel 3). Hasil tersebut
menyebabkan ketidakmampuan vaskular membuktikan bahwa glutation dapat
22
pada retina. Menurut penelitian Andrew mengurangi pembentukan neovaskularisasi
Scott dkk (2010) induksi oksigen pembuluh darah retina. Glutation akan
berlebihan dapat menyebabkan penyakit berikatan dengan senyawa radikal bebas,
iskemik pada retina, terutama pada bayi sehingga produksi radikal bebas yang
kurang bulan karena pembentukan berlebihan akan seimbang dengan
pembuluh darah masih berkembang.9 kapasitas antioksidan yang dibutuhkan.23
Bagian retina yang belum ditumbuhi Kerusakan jaringan karena stress oksidatif
pembuluh darah tidak mendapatkan dapat dihindari. Neovaskularisasi akan
pasokan oksigen, sehingga akan direspon terjadi minimal karena tidak diperberat
sebagai hipoksia jaringan. Keadaan oleh adanya stress oksidatif.
hipoksia jaringan akan memicu Hasil uji statistik pada kelompok
peningkatan VEGF berlebihan, VEGF kontrol negatif dan kelompok perlakuan
menstimulasi terjadinya revaskularisasi. didapatkan perbedaan jumlah fokus
Peningkatan kadar oksigen yang proliferasi sel endotel yang tidak bermakna
berlebihan pada saat revaskularisasi (Tabel 3). Pemberian glutation dapat
berlangsung akan menyebabkan penurunan mengurangi pembentukan neovaskularisasi
VEGF secara drastis sehingga retina hampir sebaik retina normal.
revaskularisasi terhenti sebelum pembuluh Pembentukan neovaskularisasi sangat
darah matur. Siklus seperti ini jika terjadi dipengaruhi oleh kadar VEGF yang tidak
dalam waktu yang lama akan stabil akibat keadaan hipoksia dan
menyebabkan semakin banyak pembuluh hiperoksia jaringan saat proses
darah imatur yang terbentuk. Stress revaskularisasi.24,25 Neovaskularisasi akan
oksidatif akibat kadar oksigen berlebihan tetap terjadi secara minimal walaupun
akan mempermudah kerusakan jaringan kerusakan jaringan akibat stress oksidatif
pada proses revaskularisasi.19

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1716
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

dapat dihindari dengan pemberian antisipasi kriteria drop out. Suhu pada
glutation. kandang serta kecukupan nutrisi bayi tikus
Penelitian ini memiliki beberapa juga harus diperhatikan. Perlu dilakukan
keterbatasan, yaitu pada penelitian ini penelitian lebih lanjut menggunakan dosis
hanya menggunakan 1 ekor tikus untuk glutation yang bervariasi untuk mengetahui
antisipasi kriteria drop out, sedangkan saat dosis optimal penggunaan glutation dalam
diberi perlakuan terdapat banyak tikus mencegah terbentuknya pembuluh darah
yang mati. Mortalitas tikus mencapai 60% abnormal. Pembentukan pembuluh darah
karena berbagai faktor seperti usia, suhu, baru sangat dipengaruhi oleh kadar
dan induk tikus yang ikut mengalami stres Vascular Endothelial Growth Factor
akibat dipaparkan dalam keadaan oksigen (VEGF) sehingga pengaruh antioksidan
yang tinggi sehingga induk tikus tidak mau terhadap kadar VEGF juga perlu dilakukan
menyusui bayinya. Penelitian ini hanya penelitian lebih lanjut. Penelitian ini
menggunakan satu dosis glutation sehingga membuktikan bahwa glutation berpengaruh
belum diketahui dosis optimal glutation postif terhadap organ mata tikus Wistar,
untuk mencegah pembentukan namun masih perlu dilakukan penelitian
neovaskularisasi. Faktor lain yang lebih lanjut mengenai pemberian glutation
mengakibatkan peningkatan dan penurunan sebagai salah satu pilihan dalam
VEGF juga belum dibahas pada penelitian tatalaksana medikamentosa Retinopathy of
ini, sehingga memungkinkan faktor-faktor Prematurity (ROP).
tersebut menjadi perancu pada hasil
penelitian. DAFTAR PUSTAKA
1. Lukitasari A. Retinopati pada
SIMPULAN DAN SARAN Prematuritas. Universitas Syiah
Simpulan Kuala. 2012;118–21.
Pembentukan pembuluh darah 2. Asano MK, Dray PB. Retinopathy
abnormal pada retina yang diberikan of Prematurity. Int J Ophthalmol.
glutation lebih sedikit dibandingan dengan 2014; 60(3): 282–91.
yang tidak diberi glutation. 3. American Academy of Pediatrics.
Saran Screening Examination of
Penelitian selanjutnya perlu Premature Infants for Retinopathy
memperbanyak jumlah sampel untuk of Prematurity. Pediatr. 2006;

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1717
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

131(1):189–95. Retinopathy in The Mouse. Investig


4. Jordan CO. Retinopathy of Ophthalmol Vis Sci. 1994;
Prematurity. Vol. 61, Pediatr Clin 35(1):101–11.
North Am. 2014; 567–77. 11. Putu N, Lestari D, Sutyawan IWE,
5. Taliwongso DG, Sumual V, Saerang Agung A. Profil Bayi Prematur
JSM. Hubungan Faktor Risiko Dengan Skrining Retinopathy of
dengan Terjadinya Retinopathy of Prematurity di Divisi Pediatri
Prematurity (ROP). Universitas Sam Oftalmologi Poliklinik. Universitas
Ratulangi. 2016;1(1):116–25. Udayana. 2016; (2):1–11.
6. Siswanto JE, Lumbuun N. Prevalens 12. Arief S. Radikal Bebas. Ilmu
Retinopathy of Prematurity. Kesehatan Anak Universitas
Universitas Pelita Harapan. 2012;2– Airlangga. 2007;1–9.
11. 13. Werdhasari A. Peran Antioksidan
7. Kaunang A, Wilar R, Rompis J. Bagi Kesehatan. J Biomedik
Kadar Saturasi Oksigen Hari Medisiana Indonesia. 2014;3(2):59–
Pertama pada Bayi Baru Lahir. 68.
Universitas Sam Ratulangi. 14. Kesuma Y. Antioksidan Alami dan
2015;3(4):397–401. Sintetik. 2015; 15-16 p.
8. Sapieha P, Joyal JS, Rivera JC, 15. Keles S, Caner I, Ates O, Cakici Ö,
Kermorvant-Duchemin E, Sennlaub Saruhan F, Mumcu UY, et al.
F, Hardy P, et al. Retinopathy of Protective Effect Of L-Carnitine In
Prematurity: Understanding A Rat Model of Retinopathy of
Ischemic Retinal Vasculopathies at Prematurity. Turkish J Med Sci;
An Extreme of Life. Vol. 120, J of 2014. 44:471–5.
Clin Investig. 2010; 22–32. 16. Hogan M, Zimmerman L.
9. Scott a, Fruttiger M. Oxygen- Opthalmic Pathology An Atlas and
Induced Retinopathy: A Model For Textbook Second Edition. 2nd ed.
Vascular Pathology In The Retina. London: Saunders Company; 1962.
Eye (Lond). 2010; 24(3):416–21. 1-6.
10. Smith L, Wesolowski E, McLellan 17. Dahlan MS. Statistik untuk
A, Kostyk S, D’Amato R, Sullivan Kedokteran dan Kesehatan. 6th ed.
R, et al. Oxygen-Induced Kurniawan W, editor. Jakarta:

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1718
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 4, Oktober 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Tita Erlanggawati, Agung Aji Prasetyo, Puspita Kusuma Dewi

Epidemiologi Indonesia; 2014. 9-17. Lauer AK, Appukuttan B, Bailey


18. Harahap IA. Terapi Oksigen dalam ST, et al. Imaging Retinal Vascular
Asuhan Keperawatan. Fakultas Changes in the Mouse Model of
Kedokteran Universitas Sumatera Oxygen-Induced Retinopathy.
Utara; 2004. 1–2. Transl Vis Sci Technol; 2012.1(2):
19. Widayati E. Oxidasi Biologi, 5.
Radikal Bebas, dan Antioxidant. 23. Meschino BJP. Glutathione: The
Bagian Kimia dan Biokimia FK Body’ s Master Detoxifier and
Unissula; 2015.1:1–7. Antioxidant. Dyn Chiropr; 2009.
20. Rejeki ES, Ningsih D, Farmasi F, 27(25):1–11.
Setia U. Buah Nanas Terhadap 24. Kumar VH. Pathogenesis and
Radikal Bebas (Antioxidant Activity Management of Retinopathy of
Test). Fakultas Farmasi Universitas Prematurity in Premature Infants.
Setia Budi. 2012;1–5. Pediatr Neonatal Nurs-Open J.
21. Penn JS, Madan A, Caldwell RB, 2015; 2(2):62–9.
Bartoli M, Caldwell RW, Hartnett 25. Hartnett ME, Penn JS. Mechanisms
ME. Vascular Endothelial Growth and Management of Retinopathy of
Factor in Eye Disease. Vol. 27. Prog Prematurity. Dep Ophthalmol
Retin Eye Res. 2008; 31–71. Moran Eye Center Univ Utah. 2012;
22. Furtado JM, Davies MH, Choi D, 367(26):2515–26.

JKD, Vol. 7, No. 4, Oktober 2018 : 1707-1719


1719

Anda mungkin juga menyukai