Pengertian Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan dikenal dengan kata imamah, sedangkan kata yang terkait
dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada 7 (tujuh) macam, yaitu:
khalifah, malik, wali, ‘amir, ra’in, sultan, rais, serta ulil ‘amri. Kata imam diambil dari kata
amma-ya’ummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Kata khalifah berakar dari
kata khalafa, yang pada mulanya berarti “di belakang.” Kata khalifah, sering diartikan
“pengganti” karena yang menggantikan selalu berada di belakang, atau datang sesudah yang
digantikannya selanjutnya. Al-Qur’an menggunakan kedua istilah ini untuk menggambarkan
ciri seorang pemimpin ketika berada di depan sebagai panutan, dan ketika dibelakang sebagai
seorang pendorong sekaligus mengikuti kehendak dan arah yang dituju oleh yang
dipimpinnya.
Menurut Fazlur Rahman, pemimpin dalam Islam atau lebih tepatnya kepala negara,
haruslah dipilih oleh rakyat sendiri, dengan begitu kepala negara mendapatkan kekuasaan
dari rakyat. Demikian Muhammad A. Al-Buraey menyatakan bahwa:
“Pemerintahan dan penguasa hanya untuk Allah dan harus sesuai dengan syariat, tidak
ada seorang pun atau kelompok yang memiliki hak untuk mengingkari Tuhan, kedaulatan
hanya untuk Allah semata, legislasi juga hanya untuk Allah, sehingga pemerintahan negara
Islam memperoleh keabsahannya hanya dengan melaksanakan hukum-hukum Allah atau
syariah-Nya.”
Beberapa ayat Alquran yang menjadi dalil dan landasan bahwa kedaulatan rakyat
bersumber pada hukum Allah adalah Q.S. Fâthir [35]: 16-17, Q.S. Al-Ma’ârij [70]: 40-41 dan
Q.S. Al-Furqôn [25]: 36-39. Dengan demikian, dipertegas oleh Kasman Singodimedjo
bahwa: