Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim yang ingin mendekatkan diri, atau setidaknya
berusaha untuk taat kepada Allah Sang Maha Pencipta, tentulah kita harus
menjalankan ibadah kepada Allah, baik itu yang wajib maupun yang sunnah agar
Allah ridho kepada kita. Namun ada hal lain yang tak boleh kita abaikan dalam
usaha memperoleh ridho Allah, yaitu makanan.
Apabila makanan kita terjaga dari makanan yang diharamkan Allah, atau
dengan kata lain kita hanya makan makanan yang dihalalkan Allah, niscaya ridho
Allah itu tidak mustahil kita peroleh jika kita taat kepada-Nya. Tetapi sebaliknya,
meskipun kita taat, namun kita makan dari makanan yang haram yang bukan karena
terpaksa, maka akan sia-sialah usaha kita.
Untuk itu dalam makalah ini kami mencoba mengupas masalah makanan yang
halal dan yang haram.

B. Rumusan Masalah
A. Menjual barang haram
B. Hukum menjual barang haram
C. Barang yang haram di perdagangkan

1.3.       Tujuan Penulisan


Untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan makanan yang haram.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Menjual Barang Haram

Dewasa ini, banyak pedagang yang menjual barang-barang yang diharamkan


oleh syari’at Islam. Padahal hukum menjual barang-barang yang diharamkan agama
jelas tidak bolehkan oleh agama.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إن هللا إذا حرم أكل شيء حرم عليهم ثمنه‬

“Sesungguhnya Allah ketika mengharamkan sesuatu, maka Allah juga


mengharamkan uang hasil menjual barang haram itu.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan Al-Albani)

Berdasarkan hadis di atas, ada 2 kesimpulan hukum:

1. Terlarangnya melakukan jual beli barang haram, seperti minuman keras, atau
daging anjing.

2. Uang hasil menjual barang haram itu statusnya haram dan tidak boleh dimiliki
oleh penjual. Oleh karena itu, jika Anda sudah terlanjur menjual benda itu,
ambil uang seharga benda itu, dan berikan kepada fakir miskin.

Sebagai contoh menjual pakaian-pakaian yang tidak menutup aurot. Dalam


hal ini, Al-Lajnah Ad-Daa-imah Lil Buhuuts Al-Ilmiyah Wal Ifta, suatu lembaga riset
ilmiah dan fatwa milik kerajaan Saudi Arabia pernah mengeluarkan fatwa yang
berkaitan dengan menjual pakaian yang tidak menutup aurot.

Segala hal yang digunakan, atau diduga kuat akan dalam perbuatan haram,
maka haram untuk diproduksi, didatangkan, dijual-belikan, dan dipasarkan di
tengah-tengah umat islam. Diantaranya ialah berbagai barang yang banyak
menyebar di kalangan kaum wanita muslimah berupa : pakaian transparan, sempit
dan pendek, atau segala pakaian yang dapat menonjolkan kecantikan, keindahan
dan lekak-lekuk tubuh wanita dihadapan para lelaki non mahrom.

2
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Setiap pakaian yang diduga kuat
akan dikenakan untuk melakukan tindak kemaksiatan, maka anda tidak boleh
menjual, atau membuatkannya untuk orang yang akan mengenakannya dalam
kemaksiatan dan perbuatan kezhaliman. Oleh karena itu dibenci menjual roti, dan
daging kepada orang yang diketahui akan menjadikannya sebagai hidangan
penyerta acara minum khamer, atau menjual wewangian kepada orang yang akan
menjadikannya sebagai pelengkap acara minum khamer atau perzinaan. Demikian
juga halnya setiap barang yang pada asalnya mubah diperjualbelikan bila digunakan
sebagai penunjang kemaksiatan.”

Dan juga dalam masalah rokok, maka menjualnya juga merupakan sebuah
keharaman. Rokok merupakan barang yang sangat buruk lagi berbahaya, yang tidak
boleh dihisap dan diperjualbelikan. Sebab jika Alloh mengharamkan sesuatu, pasti
Dia juga mengharamkan hasil penjualannya. Dan yang wajib dikukan bagi yang
telah menjualnya adalah bertaubat dari menjualnya lagi serta hanya memfokuskan
diri menjual barang-barang yang dibolehkan saja, yang di dalamnya mengandung
kebaikan dan berkah.

B. Hukum Jual Beli Barang Haram

Imam Ahmad Rahimahullah menukil perkataan Rasululllah shalallahu ‘alaihi wa


ahlihi wa salam dalam Musnad-nya (6/342):

‫وب ْب ُن اْل َح َس ِن َح َّدثََنا َخ ِال ٌد َع ْن َب َر َك ةَ أَبِي اْل َوِلي ِد َع ِن ْاب ِن‬


ُ ‫َح َّدثََنا َم ْح ُب‬

َ ‫ال لَ َع َن اللَّ ُه ا ْل َي ُه‬


َ َ‫سلَّ َم ق‬ ِ
‫ود ُح ِّر َم َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫صلَّى اللَّ ُه َعلَ ْيه َو‬ َّ ‫َن‬
َ ‫الن ِب َّي‬ ٍ ‫َع َّب‬
َّ ‫اس أ‬

َ ‫وها فَ أَ َكلُوا أَثْ َما َن َه ا َوإِ َّن اللَّ َه إِ َذا َح َّر َم َعلَى قَ ْوٍم‬
‫ش ْي ًئا َح َّر َم‬ َ ‫اع‬
ُ ‫وم فَ َب‬ ُّ
ُ ‫الش ُح‬

‫َعلَ ْي ِه ْم ثَ َم َن ُه‬
... dari Ibn ‘Abbas bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “Allah
melaknat orang Yahudi. Diharamkan atas mereka shuhum (lemak sapi yang ada
dipunuk) kemudian mereka menjualnya. Kemudian mereka makan hasil

3
(penjualannya), dan sungguh Allah bila telah mengharamkan sesuatu pasti dia
mengharamkan pula hasil penjulannya.”
Faidah hadist:
Hadist diatas menegaskan bahwa
1. Yahudi diharamkan makan shuhum (lemak sapi yang ada dipunuk)
2. Allah melaknat Yahudi karena menjual sesuatu yang diharamkan dan makan
(memanfaatkan) hasil penjualan sesuatu yang diharamkan
3. Bila Allah mengharamkan sesuatu maka Allah pasti mengharamkan hasil
penjualannya.
Berdasarkan hadist di atas tak diragukan lagi bahwa kita dilarang melakukan
jual beli sesuatu yang diharamkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam.

C. Barang yang haram Di Perdagangkan


Banyak warung, toko dan pusat perbelanjaan tidak lagi mengenal halal dan
haram, pokoknya apa saja dijual asalkan mendapatkan untung. Dengan modal yang
berusaha sekecil mungkin, diharap bisa meraih keuntungan yang besar. Maka
segala cara pun ditempuh bahkan untuk memperdagangkan barang yang haram.
Padahal Islam tidak menghalalkan segala cara untuk meraih rizki. Ada cara yang
benar yang mesti ditempuh. Seorang muslim harus menghindarkan diri dari
memperdagangkan barang yang haram demi mendapatkan rizki yang barokah.

Berikut adalah beberapa komoditi atau barang yang haram diperdagangkan atau
diperjual belikan:

1. Khomr (minuman keras atau setiap yang memabukkan)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika turun ayat-ayat akhir surat Al Baqarah
(tentang haramnya khomr), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar lantas
bersabda,

‫ارةُ فِى ْال َخمْ ِر‬


َ ‫ت ال ِّت َج‬
ِ ‫حُرِّ َم‬

“Perdagangan khomr telah diharamkan” (HR. Bukhari no. 2226).

4
ِ ‫رَّ حْ َم ِن ب‬aa‫ْن أَسْ َل َم َعنْ َع ْب ِد ال‬
‫ْن‬ َ ‫َّد َث َنا س َُو ْي ُد بْنُ َسعِي ٍد َح َّد َث َنا َح ْفصُ بْنُ َمي‬
ِ ‫ْس َر َة َعنْ َز ْي ِد ب‬
َّ ‫و‬aa‫ َّد َث َنا أَ ُب‬a‫َّاس ح و َح‬
‫الطاه ِِر‬ ٍ ‫دَ هَّللا ِ ب َْن َعب‬aa‫ ا َء َع ْب‬a‫ َر أَ َّن ُه َج‬a ‫ِص‬
ْ ‫ ِل م‬a ْ‫ ٌل ِمنْ أَه‬a‫ َة َر ُج‬a‫َوعْ َل‬
ْ‫ َل َم َعن‬a‫ْن أَ ْس‬
ِ ‫ ِد ب‬a‫ ُرهُ َعنْ َز ْي‬a‫س َو َغ ْي‬ ٍ ‫ك بْنُ أَ َن‬
ُ a ِ‫رنِي َمال‬a َ a‫ب أَ ْخ َب‬ ٍ ْ‫ظ َل ُه أَ ْخ َب َر َنا ابْنُ َوه‬
ُ ‫َواللَّ ْف‬
‫اس َع َّما‬ ٍ ‫دَ هَّللا ِ ْبنَ َع َّب‬DD‫أَل َ َع ْب‬D‫س‬ َ ‫ َر أَ َّن ُه‬D‫ِص‬
ْ ‫ ِل م‬Dْ‫ي مِنْ أَه‬ َّ ‫الر ْح َم ِن ْب ِن َو ْع َل َة‬
ِّ ِ‫ َبإ‬D‫الس‬ َّ ‫َع ْب ِد‬
‫ ِه‬DD‫ َّلى هَّللا ُ َع َل ْي‬DD‫ص‬
َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ DD‫س‬ ُ ‫ َدى ل َِر‬DDْ‫اس إِنَّ َر ُجاًل أَه‬ٍ ‫ال َ ا ْبنُ َع َّب‬DD‫ب َف َق‬ِ ‫ ُر مِنْ ا ْل ِع َن‬DD‫ص‬
َ ‫ُي ْع‬
ْ‫د‬D‫ لْ َعل ِْم َت أَنَّ هَّللا َ َق‬D‫ َّل َم َه‬D‫س‬ َ ‫ ِه َو‬D‫ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي‬
َ ِ ‫سول ُ هَّللا‬
ُ ‫او َي َة َخ ْم ٍر َف َقال َ َل ُه َر‬
ِ ‫س َّل َم َر‬
َ ‫َو‬
‫ار ْر َت ُه‬
َ D‫س‬ َ ‫ َّل َم ِب َم‬D‫س‬َ ‫ ِه َو‬D‫ َّلى هَّللا ُ َع َل ْي‬D‫ص‬ َ ِ ‫سول ُ هَّللا‬ُ ‫سا ًنا َف َقال َ َل ُه َر‬
َ ‫ار إِ ْن‬ َ ‫َح َّر َم َها َقال َ اَل َف‬
َّ ‫س‬
ُ ‫َف َقال َ أَ َم ْر ُت ُه ِب َب ْي ِع َها َف َقال َ إِنَّ ا َّلذِي َح َّر َم‬
َ D‫ال َ َف َف َت َح ا ْل َم‬DD‫ا َق‬DD‫ َّر َم َب ْي َع َه‬D‫ش ْر َب َها َح‬
‫زادَ َة َح َّتى‬D
)243 ‫ ص‬/ 8 ‫ (ج‬- ‫َب َما فِي َها صحيح مسلم‬ َ ‫َذه‬
Shahih Muslim (8/243): ... dari Abdurrahman bin Wa’lah as-Sabai penduduk Mesir
bahwa dia bertanya Abdullah bin ‘Abbas tentang jus anggur. Kemudian Ibn ‘Abbas
berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki memberikan hadiah kepada Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam sebejana khamr (minuman keras), maka Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam berkata: “Tahukan engkau bahwa sungguh Allah telah
mengharamkannya?” Ia menjawab: ‘Tidak.” Kemudian mereka berbisik. maka
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam berkata kepadanya: “Apa yang engkau
bisikkan kepadanya?” Ia menjawab: “Saya sarankan dia agar menjualnya.”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya (Dzat) yang telah
mengharamkan untuk meminumnya – yaitu khamr – telah mengharamkan pula
penjualannya.” Ibn ‘Abbas berkata: “Kemudian ia membuka bejana tersebut hingga
keluar apa yang ada di dalamnya.”

2. Bangkai,Babi,Berhala

Dari Jabir bin Abdillah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda di Mekah saat penaklukan kota Mekah,

‫و َل‬a ‫ا َر ُس‬aa‫ َل َي‬a ‫ َفقِي‬. » ‫ َن ِام‬a ‫ص‬ ْ َ‫ير َواأل‬ ِ ‫إِنَّ هَّللا َ َو َرسُو َل ُه َحرَّ َم َبي َْع ْال َخمْ ِر َو ْال َم ْي َت ِة َو ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫ َو َيسْ َت‬، ‫و ُد‬aaُ‫ا ْال ُجل‬aa‫ َوي ُْد َهنُ ِب َه‬، ُ‫شحُو َم ْال َم ْي َت ِة َفإِ َّن َها ي ُْط َلى ِب َها ال ُّسفُن‬
‫ ِب ُح‬a‫ص‬ ُ ‫ْت‬ َ ‫ أَ َرأَي‬، ِ ‫هَّللا‬

5
- ‫لم‬aa‫ صلى هللا عليه وس‬- ِ ‫ ُث َّم َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬. » ‫ ه َُو َح َرا ٌم‬، َ‫ َف َقا َل « ال‬. ُ‫ِب َها ال َّناس‬
‫شحُو َم َها َج َملُوهُ ُث َّم َباعُوهُ َفأ َ َكلُوا َث َم َن ُه‬
ُ ‫ إِنَّ هَّللا َ َلمَّا َحرَّ َم‬، َ‫عِ ْندَ َذل َِك « َقا َت َل هَّللا ُ ْال َيهُود‬

"Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai,


babi, dan patung." Ada yang bertanya, "Wahai Rasulullah, apa pendapatmu
mengenai jual beli lemak bangkai, mengingat lemak bangkai itu dipakai untuk
menambal perahu, meminyaki kulit, dan dijadikan minyak untuk penerangan?" Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak boleh! Jual beli lemak bangkai itu
haram." Kemudian, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Semoga
Allah melaknat Yahudi. Sesungguhnya, tatkala Allah mengharamkan lemak bangkai,
mereka mencairkannya lalu menjual minyak dari lemak bangkai tersebut, kemudian
mereka memakan hasil penjualannya." (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim, no.
4132).

‫اح‬a َ ِ ‫ ا ِء ب‬a‫ب َعنْ َع َط‬ ٍ ‫ْن أَ ِبي َح ِبي‬ ِ ‫دَ ب‬aa‫ْث َعنْ َي ِزي‬ُ ‫َح َّد َث َنا قُ َت ْي َب ُة َح َّد َث َنا اللَّي‬
ٍ a‫ْن أ ِبي َر َب‬
ُ ‫ َّلى هَّللا‬D‫ص‬
َ ِ ‫ول َ هَّللا‬D‫س‬ َ ‫ا أَ َّن ُه‬DD‫ َي هَّللا ُ َع ْن ُه َم‬D‫ض‬
ُ ‫م َِع َر‬D‫س‬ ِ ‫ ِد هَّللا ِ َر‬D‫ ِاب ِر ْب ِن َع ْب‬D‫َعنْ َج‬
‫ ِر‬D‫ع ا ْل َخ ْم‬D
َ D‫ َّر َم َب ْي‬D‫سو َل ُه َح‬ُ ‫س َّل َم َيقُول ُ َعا َم ا ْل َف ْت ِح َوه َُو ِب َم َّك َة إِنَّ هَّللا َ َو َر‬َ ‫َع َل ْي ِه َو‬
)484 ‫ ص‬/ 7 ‫ (ج‬- ‫ام صحيح البخاري‬ ِ ‫ص َن‬ْ َ ‫ير َواأْل‬ِ ‫َوا ْل َم ْي َت ِة َوا ْل ِخ ْن ِز‬
Shahih Bukhari (7/484): ... dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhuma bahwa ia
mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam pada saat tahun Pembukaan dan
beliau sedang di Makkah bersabda: “Sesungguhnya Allah dan Rasulnya
mengharamkan penjualan khamr, bangkai, babi, dan patung (termasuk gambar
makhluk bernyawa - penulis).” ...5. Anjing

Dari Abu Mas’ud Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

ِ ‫و‬aَ a‫ر ْال َبغِىِّ َوح ُْل‬a


‫ان‬ ِ ‫ َن َهى َعنْ َث َم ِن ْال َك ْل‬-‫لم‬aa‫ه وس‬aa‫لى هللا علي‬aa‫ص‬- ِ ‫أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬
ِ a‫ب َو َم ْه‬
‫ْال َكاه ِِن‬
6
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan anjing,
penghasilan pelacur dan upah perdukunan” (HR. Bukhari no. 2237 dan Muslim no.
1567).

Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah dikecualikan anjing yang dimanfaatkan untuk
buruan. Dari Jabir, ia berkata,

‫ص ْي ٍد‬ َ ‫ب إِاَّل َك ْل‬


َ ‫ب‬ َ ِ ‫أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َن َهى َعنْ َث َم ِن ال ِّس َّن ْو ِر َو ْال َك ْل‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang upah penjualan kucing dan anjing
kecuali anjing buruan” (HR. An Nasai no. 4668. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih).

6. Darah

Dari Abu Juhaifah, beliau berkata,

ِ aa‫ َو َك ْس‬، ‫ب‬


‫ب‬ ِ ‫ َو َث َم ِن ْال َك ْل‬، ‫ َن َهى َعنْ َث َم ِن ال َّد ِم‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫إِنَّ َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫ َو َل َع َن ْال ُم‬، ‫ َومُو ِك َل ُه‬، ‫ َوآ ِك َل الرِّ َبا‬، ‫ َو َل َع َن ْال َواشِ َم َة َو ْالمُسْ َت ْوشِ َم َة‬، ‫األَ َم ِة‬
‫صوِّ َر‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang hasil penjualan darah, hasil


penjualan anjing dan upah dari budak wanita (yang berzina). Beliau juga melaknat
orang yang mentato dan yang meminta ditato, memakan riba (rentenir) dan yang
menyerahkannya (nasabah), begitu pula tukang gambar (makhluk yang memiliki
ruh)” (HR. Bukhari no. 2238). Yang termasuk di sini adalah darah yang haram
dimakan disebut "dideh" (dikumpulkan dari hasil penyembelihan hewan lalu diolah)
atau darah untuk transfusi (donor darah).

7. Kucing

Dari Jabir, beliau berkata,

ِ ‫ َن َهى َعنْ َث َم ِن ْال َك ْل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- َّ‫أَنَّ ال َّن ِبى‬
‫ب َوال ِّس َّن ْو ِر‬

7
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari hasil penjualan anjing dan kucing”
(HR. Abu Daud no. 3479 dan An Nasai no. 4668. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih).

8. Gambar yang memiliki ruh (manusia dan hewan)

Dari Sa’id bin Abil Hasan, ia berkata,

ٍ ‫ا َعب‬aa‫ا أَ َب‬aa‫ا َل َي‬aa‫ ٌل َف َق‬a‫اهُ َر ُج‬aa‫ إِ ْذ أَ َت‬- ‫ا‬aa‫ى هللا عنهم‬aa‫ رض‬- ‫َّاس‬
‫َّاس إِ ِّنى‬ ٍ ‫ْن َعب‬ِ ‫دَ اب‬aa‫ت عِ ْن‬ُ ‫ُك ْن‬
ُ‫ا َل ابْن‬aa‫ َف َق‬. ‫ير‬
َ ‫او‬
ِ a‫ص‬ ْ َ‫ َوإِ ِّنى أ‬، ‫ دِى‬a‫ ْن َع ِة َي‬a‫ص‬
َ ‫ ِذ ِه ال َّت‬a‫ َن ُع َه‬a‫ص‬ َ ‫ إِ َّن َما َمع‬، ٌ‫إِ ْن َسان‬
َ ْ‫تِى ِمن‬a‫ِيش‬
‫ ِمعْ ُت ُه‬a‫و ُل َس‬aaُ‫ َيق‬- ‫لم‬aa‫ه وس‬aa‫لى هللا علي‬aa‫ ص‬- ِ ‫ت َرسُو َل هَّللا‬ َ ‫َّاس الَ أ ُ َح ِّد ُث‬
ُ ْ‫ك إِالَّ َما َس ِمع‬ ٍ ‫َعب‬
َ ‫ َو َلي‬، ‫وح‬
‫اف ٍِخ‬aa‫ْس ِب َن‬ َ ُّ‫ر‬aa‫ا ال‬aa‫ َح َّتى َي ْنفُ َخ فِي َه‬، ‫ ُه‬a‫إِنَّ هَّللا َ م َُع ِّذ ُب‬aa‫ُور ًة َف‬
َ ‫صوَّ َر ص‬ َ ْ‫َيقُو ُل « َمن‬
ْ‫ْت إِالَّ أَن‬َ ‫ك إِنْ أَ َبي‬َ aa‫ َف َقا َل َوي َْح‬. ‫ َف َر َبا الرَّ ُج ُل َرب َْو ًة َشدِيدَ ًة َواصْ َفرَّ َوجْ ُه ُه‬. » ‫فِي َها أَ َب ًدا‬
َ ‫ ُك ِّل َشىْ ٍء َلي‬، ‫ْك ِب َه َذا ال َّش َج ِر‬
‫ْس فِي ِه رُو ٌح‬ َ ‫ َف َع َلي‬، ‫َتصْ َن َع‬

“Aku dahulu pernah berada di sisi Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma-. Ketika itu
ada seseorang yang mendatangi beliau lantas ia berkata, “Wahai Abu ‘Abbas, aku
adalah manusia. Penghasilanku berasal dari hasil karya tanganku. Aku biasa
membuat gambar seperti ini.” Ibnu ‘Abbas kemudian berkata, “Tidaklah yang
kusampaikan berikut ini selain dari yang pernah kudengar dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Aku pernah mendengar beliau bersabda, “Barangsiapa yang
membuat gambar, Allah akan mengazabnya hingga ia bisa meniupkan ruh pada
gambar yang ia buat. Padahal ia tidak bisa meniupkan ruh tersebut selamanya.”
Wajah si pelukis tadi ternyata berubah menjadi kuning. Kata Ibnu ‘Abbas, “Jika
engkau masih tetap ingin melukis, maka gambarlah pohon atau segala sesuatu
yang tidak memiliki ruh” (HR. Bukhari no. 2225).

9. Segala benda yang haram dan yang dimanfaatkan untuk tujuan haram

Dari Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إِنَّ هَّللا َ َت َعا َلى إِ َذا َحرَّ َم َش ْي ًئا َحرَّ َم َث َم َن ُه‬

8
“Sesungguhnya jika Allah Ta’ala mengharamkan sesuatu, maka Allah
mengharamkan upah (hasil jual belinya)” (HR. Ad Daruquthni 3: 7 dan Ibnu Hibban
11: 312. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Dalam lafazh musnad Imam Ahmad disebutkan,

‫ َحرَّ َم َث َم َن ُه‬، ‫َوإِنَّ هَّللا َ َع َّز َو َج َّل إِ َذا َحرَّ َم أَ ْك َل َشيْ ٍء‬

“Sesungguhnya jika Allah ‘azza wa jalla mengharamkan memakan sesuatu, maka


Dia pun melarang upah (hasil penjualannya)” (HR. Ahmad 1: 293. Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Oleh karenanya segala
makanan atau minuman yang diharamkan, maka diharamkan pula jual belinya
semisal jual beli hewan buas yang bertaring, darah, anjing, burung yang bercakar,
hewan jalalah (yang mengkonsumsi najis), tikus, ular, semut dan katak.

Contoh yang dimanfaatkan untuk tujuan haram adalah alat musik dengan berbagai
macam jenisnya, bahkan terdapat hadits khusus yang menyebutkan penjualannya
yang haram. Dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari telah menceritakan bahwa dia
tidak berdusta, lalu dia menyampaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ a‫ َو َل َي ْن‬، ‫ف‬
َّ‫ز َلن‬a َ ‫از‬a ِ a‫ َر َو ْال َم َع‬aْ‫ر َو ْال َخم‬a
َ a‫ر َو ْال َح ِري‬a َ a‫ون ْال ِح‬َ ُّ‫ َت ِحل‬a‫وا ٌم َي ْس‬aَ a‫َل َي ُكو َننَّ ِمنْ أ ُ َّمتِى أَ ْق‬
َ a‫ َيعْ نِى ْال َف ِق‬- ‫ِيه ْم‬ ْ ِ ‫وا ٌم إِ َلى َج ْن‬aَ a‫أَ ْق‬
‫ ٍة‬a‫اج‬ َ ‫ ل َِح‬- ‫ير‬a ِ ‫أت‬aa‫ َي‬، ‫ار َح ٍة َل ُه ْم‬ِ a ‫ رُو ُح َع َلي ِْه ْم ِب َس‬a‫ب َع َل ٍم َي‬
‫ير‬َ ‫از‬a ِ a‫ردَ ًة َو َخ َن‬a
َ a‫ين ِق‬ َ ‫ ِر‬a‫آخ‬ َ ‫مْس ُخ‬ َ ‫ َف ُي َب ِّي ُت ُه ُم هَّللا ُ َو َي‬. ‫َف َيقُولُوا ارْ ِجعْ إِ َل ْي َنا َغ ًدا‬
َ ‫ َو َي‬، ‫ض ُع ْال َع َل َم‬
‫إِ َلى َي ْو ِم ْال ِق َيا َم ِة‬

“Sungguh, benar-benar akan ada di kalangan umatku sekelompok orang yang


menghalalkan zina, sutera, khamr, dan alat musik. Dan beberapa kelompok orang
akan singgah di lereng gunung dengan binatang ternak mereka. Seorang yang fakir
mendatangi mereka untuk suatu keperluan, lalu mereka berkata, ‘Kembalilah
kepada kami esok hari.’ Kemudian Allah mendatangkan siksaan kepada mereka dan
menimpakan gunung kepada mereka serta Allah mengubah sebagian mereka
menjadi kera dan babi hingga hari kiamat” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa
sanad- dengan lafazh jazm/ tegas).

9
Yang termasuk dalam hal ini lagi adalah jual beli rokok, dadu, kartu judi, buku yang
berisi kekufuran, kebid’ahan, pemikiran sesat atau berisi akhlak yang rusak seperti
buku porno, buku yang berisi gambar perempuan yang membuka aurat, baju yang
terdapat gambar makhluk yang memiliki ruh –seperti pada baju anak atau kaos bola
yang terdapat gambar pemain bola-, baju yang terdapat gambar wanita, pakaian
wanita yang ketat dan seksi, dan baju yang memiliki salib.

Semoga Allah memudahkan para pedagang dan setiap yang terjun dalam bisnis
untuk memperhatikan yang haram untuk dijauhi dan mencukupkan diri dengan yang
halal.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Terlarangnya melakukan jual beli barang haram, seperti minuman keras,


atau daging anjing.

2. Uang hasil menjual barang haram itu statusnya haram dan tidak boleh
dimiliki oleh penjual. Oleh karena itu, jika Anda sudah terlanjur menjual
benda itu, ambil uang seharga benda itu, dan berikan kepada fakir miskin.

B. Saran-saran

1.  Agar pembaca dapat membedahkan mana yang haram dan halal.

2.   Lebih memperkenalkan mana yang haram dan halal kepada masyarakat


dengan memasukkan ke situs internet agar dapat dibuka oleh masyarakat
umum.

11
Daftar Pustaka

Al Mulakhosh Al Fiqhiy, Syaikh Dr. Sholih bin Fauzan bin ‘Abdullah Al


Fauzan, terbitan Darul Ifta’, cetakan kedua, 1430 H.
Al Wajiz fi Fiqhis Sunnah wal Kitabil ‘Aziz, Syaikh Dr. ‘Abdul ‘Azhim Badawi,
terbitan Dar Ibnu Rajab, cetakan ketiga, 1421 H.
Syarh ‘Umdatul Fiqh, Syaikh Prof. Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin,
terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan keenam, 1431 H.
http://taruna-alquran.com/menjual-barang-haram/
http://pcmdekso.blogspot.com/2011/09/hukum-jual-beli-barang-haram.html
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/muamalah/27-macam-perilaku-
islami/916/barang-yang-haram-diperdagangkan.html

12

Anda mungkin juga menyukai