Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

UTS GEOMETRI JALAN RAYA

Oleh :
Nama: Muhammad Edi Supriadi
NIM : 020.01.1050

PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Jalan Raya adalah suatu jalur tanah yang permukaannya dibentuk dengan kemiringan
tertentu dan diberi perkerasan yang dipergunakan untuk lintasaan kendaraan maupun orang yang
menghubungkan lalu lintas antara dua atau lebih tempat.

Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik
beratkan pada pernecanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar jalan yaitu
memberikan pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas. Dalam ruang lingkup Perencanaan
Geometrik tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, begitu pula drainase jalan.
Meskipun perkerasan termasuk bagian dari perencanan geometrik sebagai bagian dari
perencanaan jalan seutuhnya. Dengan tujuan untuk menghasilkan infrastruktur yang aman,
efisiensi pelyanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya
pelaksaanan. Ruang, bentuk dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman
dan nyaman kepada pemakai jalan.

Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan,
sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan karakteristik arus lalu lintas.
Hal-hal tersebut haruslah menjadi pertimbangan perencanaan untuk menghasilkan bentuk dan
ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan
yang diharapkan.

Dengan demikian haruslah memperhatikan elemen penting dalam perencanaan geometrik


jalan, diantaranya :

1. Alinyemen Horizontal (trase jalan)


2. Alinyemen Vertikal (penampang memanjang jalan)
3. Penampang melintang jalan

Namun di makalah ini kita hanya akan membahas atau berfokus sampai Alinyemen Horizontal
(Trase jalan) saja.
BAB II
STANDAR PERENCANAAN JALAN RAYA

1. Ketentuan Dasar

Ketentuan dasar “Perencanaan Geometrik Jalan Raya” telah tercantum dalam daftar I
buku No. 13/1970 merupakan syarat batasan yang dijadikan sebagai pedoman untuk
Perencanaan Geometrik Jalan Raya.

2. Lalu Lintas

Setiap jenis kendaraan dapat mempengaruhi terhadap keseluruhan arus lalu lintas, yang
diperhitungkan dengan membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu mobil
penumpang. Yaitu dengan “Satuan Mobil Penumpang (SMP)”.

3. Keadaan Topografi

Keadaan Topografi/medan yang akan duganakan untuk perencanaan pembangunan


jalan terbagi dalam tiga golongan umum yang dibedakan menurut besarnya lereng
melinta ng dalam arah yang kurang lebih tegak lurus sumbu jalan raya.
Klasifikasi medan dan besarnya lereng melintang adalah sebagai berikut :
No. Golongan Medan Lereng Melintang

1. Datar (D) 0 sampai 9,9 %

2. Perbukitan (B) 10,0 sampai 24,5 %

3. Pegunungan (G) ≥ 25,0 %

4. Klasifikasi Lalu Lintas Jalan Raya

Menurut fungsinya jalan raya dibagi menjadi 3 golongan, yaitu jalan Primer, jalan
Sekunder dan jalan raya penghubung.
a. Jalan Primer adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-
kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor.
Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk melayani lalu lintas
yang sangat cepat dan berat.

b. Jalan Skunder adalah jalan raya yang melayani arus lalu lintas yang cukup tinggi
antara kota-kota besar dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah di
sekitarnya.

c. Jalan Penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga dipakai
sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau
berlainan.

5. Alinyemen Horizontal

Alinyemen Horizontal haruslah memenuhi syarat-syarat dasar teknik lalu lintas. Bukan
hanya bagian dari alinyemennya saja yang memenuhi syarat, tapi dari keseluruhan bagian
jalan haruslah memberikan kesan aman dan nyaman. Termasuk juga dalam perencanaan
drainase harus dipertimbangka n sebaik-baiknya dan memperkecil pekerjaan tanah yang
diperlukan. Penambahan biaya di kemudian hari juga haruslah ditekan sekecil mugkin. Baik
itu dikarenakan adanya peningkatan kekuatan perkerasan, perbaikan alinyemen baik
horizontal maupun vertical, maupun perbaikan dan atau penambahan lain dari bagian jalan
itu sendiri.

1. Jari Lengkung Minimum

Jari-jari lengkung minimum untuk setiap kecepatan rencana ditentukan berdasarkan


miring tikungan maksimum dan koepisien gosokan melintang maksimum dengan
rumus:

Dimana:

2
R= V

127 (e + ƒm)

R : Jari-jari Lengkung minimum…………………… (m)

e : Miring tikungan……………………………..(%)
2. Jari-Jari Lengkung Minimum Dimana Miring Tikungan Tidak Diperlukan

Suatu tikungan dengan jari-jari lengkung yang cukup besar sampai batas-batas
tertentu tidak perlu diadakan miring tikungan.ari-jari

3. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk


mengadakan peralihan dari bagian jalan yang lurus kebagian jalan yang mempunya
i jari-jari lengkung dengan miring tikungan tertentu atau sebaliknya. Batas besarnya
jari-jari lengkung dimana suatu tikungan harus sudah menggunakan lengkung
peralihan yang digunakan adalah lengkung spiral atau clothoide. Panjang minimum
lengkung peralihan pada umumnya ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk
peruban miring tikungan yang tergantung pada besarnya landai relatif maksimum
antara kedua sisi perkerasan.Besar landai relatif maksimum antar kedua sisi
perkerasan.

4. Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Untuk membuat tikungan pelayanan suatu jalan selalu tetap sama, baik dibagian
lurus maupun di tikungan, perlu diadakan pelebaran pada perkerasan
tikungan.Besarnya dapat ditentukan dengan menggunakan grafik I .

5. Pandangan Bebas Pada Tikungan

Untuk memenuhi kebebasan pandangan pada tikungan sesuai dengan syarat


panjang jarak pandangan yang diperlukan, harus diadakan kebebasan samping yang
besarnya dapat ditentukan dengan menggunakan grafik II .
BAB III

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

A. ALINYEMEN HORIZONTAL

Pada Peta Topograpfi suatu daerah dengan Skala 1 : 1000 dengan interval kontur 1,00 m,
direncanakan sebuah jalan Kelas II B dari titik A menuju titik C melalui titik I dan titik
II. Dimana titik A terletak pada Koordinat (3120 ; 2540) dan terletak pada Tangent dengan
0
JJ. Azimut 120 pada Stasion 60+350.

Dari data-data yang ada, dicoba direncanakan suatu atau trase jalan dari titik A
menuju titik C melalui titik I dan titik II.

1. Menentukan Koordinat Titik dan Jarak

Jarak A - a, a - I, I - f, f – II, II – c dan c – C diambil dari gambar !

369

85° 53 142 172

425 348
SKETSA TRASE JALAN
a. Menghitung Sudut
 a  900  850  50
  arcTg 53 0
 0.124  7.10
1
425
 II  arcTg 142  0.384  21.040 369
 III  arcTg 172  0.494  26.300 348
 0
 7.10  21.04  28.14  2808'24"
0 0

1 1 II
 2 II III  21.040  26.300  47.340  4720'24"

b. Menghitung Jarak

d AI  425 2 53 2
 428 .29 m
d I II  369 2 142 2395 .37 m
d II C  348 2 172 2 388 .18 m
c. Menghitung Koordinat Titik
Koordinat A = 3120 ; 2540
Koordinat I = 3545 ; 2593
Koordinat II = 3914 ; 2451
Koordinat C = 4262 ; 2623
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Perencanaan geometrik jalan sebaiknya berdasarkan data hasil survey langsung di


lapangan agar diperoleh perencanaan yang optimal.

2. Perencanaan geometrik jalan sebaiknya didukung panduan standar perencanaan baik


panduan dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga atau dari panduan – panduan
lainyang menjadi Standar perencanaan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai