Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 10 TRANSFORMASI DIGITAL

BERPIKIR KRITIS

Dosen Pengampu : Dr. WARSONO, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh :
Nama : M FARIS BINAWAN
NIM : 1930224400
Kelas :Pendidikan Fisika A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
RANGKUMAN VIDEO 1
Pada video ini membahas tentang pengertian berpikir kritis dan mengapa kita p perlu
menguasai keterampilan ini. Di zaman sekarang kita tidak pernah kekurangan informasi,
apalagi dengan kondisi teknologi informasi dan komunikasi yang sudah semaju sekarang.
Kalau tidak pandai mengolah informasi yang kita terima, kita bisa lumpuh karena bingung,
tidak tahu mana informasi yang bisa dipercaya atau tidak. Lebih buruk lagi, kita bisa tertipu
dan akhirnya melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan penting. Nah, keterampilan
berpikir kritis akan menjadi “perisai” kita dalam melindungi diri dari informasi yang
menyesatkan, dan “pegangan” dalam kita mengambil keputusan. Seorang pemikir kritis
adalah orang yang berpikir secara sistematis, logis, dan objektif dalam menilai sesuatuatau
dalam membuat keputusan; bukan orang yang suka mencari-cari kelemahan sesuatu.
Beberapa contoh ciri-ciri pemikir kritis adalah tidak mudah mempercayai informasi yang
tidak jelas sumbernya, tidak mudah tersinggung ketika dikritik, dan selalu menimbang sisi
baik dan buruk sebelum memutuskan sesuatu. Cara menjadi seorang pemikir kritis dengan
mempelajari konsep-konsep seperti apa itu argumen, penalaran, kesalahan-kesalahan dalam
berpikir atau kesesatan logika, dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itulah,
serial ini disebut dengan Latih Logika. Berpikir kritis adalah suatu bentuk keterampilan.

RANGKUMAN VIDEO 2
Pada Video yang kedua ini yaitu membahas tentang langkah pertama yang harus
dilakukan setelah mendengar atau membaca sebuah pernyataan sebelum mengambil sikap.
Langkah-langkah yang harus kita lakukan saat menerima sebuah informasi, sebelum
menanggapinya. Caranya yaitu dengan cara kerja default atau bawaan. Otak manusia adalah
berpikir instan, dangkal, dan umumnya sangat dipengaruhi oleh emosi. Cara ini disebut
pemikiran Sistem 1. Sistem 1 membuat penilaian instan terhadap informasi apa pun tanpa
pemikiran mendalam. Jika tanggapan kita terhadap sebuah informasi dibentuk Sistem 1,
maka kualitas tanggapan kita patut diragukan. Tapi, otak kita juga mampu berpikir
mendalam, sistematis, dan perlahan. Ini disebut pemikiran Sistem 2. Saat menggunakan
Sistem 2, kita melakukan usaha ekstra untuk menyerap dan menilai informasi secara rasional.
Setelah membaca atau mendengar sebuah pernyataan, kita harus menanyakan beberapa hal
agar dapat menyikapi atau menanggapinya dengan kritis.

RANGKUMAN VIDEO 3
Pada Video ke 3 ini membahas tentang pengertian argumen dan ciri-cirinya. Argumen
adalah serangkaian kalimat yang bersifat persuasif atau bertujuan mengubah pandangan
orang terhadap suatu hal.Yang membedakan argumen dari opini biasa adalah argumen harus
terdiri dari beberapa kalimat. Ada kalimat yang menjadi kesimpulan, dan ada satu atau
beberapa kalimat yang dijadikan alasan atau dasar dari kesimpulan itu. Kalimat yang menjadi
alasan atau dasar dinamakan juga premis. Oleh karena itu, opini seseorang tentang sebuah
topik belum tentu dapat disebut sebagai argumen. Opini baru menjadi sebuah argumen jika
memiliki premis-premis yang mendukung opini tersebut. Ada dua jenis penalaran untuk
menyusun argumen, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran induktif. Dalam penalaran
deduktif, jika semua premis benar atau sesuai fakta, maka kesimpulan yang diambil pasti
benar juga. Sedangkan, dalam penalaran induktif, walaupun premis-premis yang kita miliki
sesuai fakta, kesimpulan yang kita ambil belum tentu benar.

RANGKUMAN VIDEO 4
Pada video ke 4 ini membahas tentang pengertian generalisasi. Generalisasi
merupakan satu jenis penalaran induktif. Apa sih generalisasi itu? Jika kita mengambil
kesimpulan tentang seluruh kelompok berdasarkan informasi tentang sebagian anggotanya,
maka kita melakukan generalisasi. Kelompok bisa berupa: sebuah organisasi, suatu suku
bangsa, sejenis benda, atau topik tertentu. Sedangkan informasi yang dimaksud bisa berasal
dari pengamatan kita sendiri terhadap sebagian anggota kelompok itu, atau dari sumber lain
Namun, dalam generalisasi, informasi yang kita gunakan untuk menilai kelompok sebenarnya
tidak lengkap, karena hanya diambil dari sebagian, bukan seluruh anggota kelompok. Karena
itu, kesimpulan yang didapat dari generalisasi hanyalah sebuah dugaan, bukan pernyataan
yang mutlak benar.

Anda mungkin juga menyukai