Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Saifuddin, 2013).
B. Jenis Persalinan
1. Persalinan normal
Persalinan normal adalah jenis persalinan dimana bayi lahir melalui vagina, tanpa
memakai alat bantu, tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi), dan
biasanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Kekuatan mengejan ibu, akan
mendorong janin kebawah masuk ke rongga panggul. Saat kepala janin memasuki
ruang panggul, maka posisi kepala sedikit menekuk menyebabkan dagu dekat
dengan dada janin. Posisi janin ini akan memudahkan kepala lolos melalui jalan
lahir, yang diikuti dengan beberapa gerakan proses persalinan selanjutnya. Setelah
kepala janin keluar, bagian tubuh yang lain akan mengikuti, mulai dari bahu,
badan, dan kedua kaki buah hati anda.
2. Persalinan dengan vakum
Proses persalinan dengan alat bantu vakum adalah dengan meletakan alat di
kepala janin dan dimungkinkan untuk dilakukan penarikan, tentu dengan sangat
hati-hati. Persalinan ini juga disarankan untuk ibu hamil yang mengalami
hipertensi. Persalinan vakum bisa dilakukan apabila panggul ibu cukup lebar,
ukuran janin tidak terlalu besar, pembukaan sudah sempurna, dan kepala janin
sudah masuk ke dalam dasar panggul.
3. Persalinan dibantu forsep
Persalinan forsep adalah persalinan yang menggunakan alat bangu yang terbuat
dari logam dengan bentuk mirip sendok. Persalinan ini bisa dilakukan pada ibu
yang tidak bisa mengejan karena keracunan kehamilan, asma, penyakit jantung
atau ibu hamil mengalami darah tinggi. Memang persalinan ini lebih berisiko
apabila dibandingkan persalinan dengan bantuan vakum. Namun bisa menjadi
alternatif apabila persalinan vakum tidak bisa dilakukan, dan anda tidak ingin
melakukan persalinan caesar.
4. Persalinan dengan operasi section caesarea
Persalinan sectio caesarea adalah jenis persalinan yang menjadi solusi akhir,
apabila proses persalinan normal dan penggunaan alat bantu sudah tidak lagi bisa
dilakukan untuk mengeluarkan janin dari dalam kandungan. Persalinan ini adalah
dengan cara mengeluarkan janin dengan cara merobek perut dan rahim, sehingga
memungkinkan dilakukan pengambilan janin dari robekan tersebut.
5. Persalinan di dalam air
Melahirkan di dalam air (water birth) nadalah jenis persalinan dengan
menggunakan bantuan air saat proses peralinan. Ketika sudah mengalami
pembukaan sempurna, maka ibu hamil masuk ke dalam bak yang berisi air dengan
suhu 36-37 Celcius. Setelah bayi lahir, maka secara pelan-pelan diangkat dengan
tujuan agar tidak merasakan perubahan suhu yang ekstrem.
C. Persiapan persalinan
Menurut Harumawati (2012), menyatakan bahwa dalam persalinan ada empat hal
yang perlu dipersiapkan, yaitu:
1. Persiapan fisik
Persiapan fisik persiapan persalinan meliputi kesiapan kondisi kesehatan ibu,
meliputi kesiapan hal-hal yang berkaitan dengan perubahan fisiologis selama
hamil sampai menjelang persalinan. pengaturan kebutuhan nutrisi saat kehamilan,
serta upaya perencanaan persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi yang
mencakup tanda-tanda bahaya dan tanda-tanda persalinan (Depkes, 2010). Dalam
menyiapkan kondisi fisik, ibu perlu menyiapkan makan makanan bergizi dan
minum yang cukup banyak. Tetap melakukan aktivitas seperti berjalan pagi, atau
kegiatan rumah lainnya, dan tetap istirahat yang cukup juga merupakan persiapan
fisiologis yang dibutuhkan oleh ibu. Dengan mengetahui teknik mengedan dan
bernafas yang baik juga dapat memperlancar dan memberikan ketenangan dalam
proses persalinan (Isnandi dalam Harumawati, 2012). Penting untuk ibu menjaga
kebersihan badan dan kesesuaian pakaian. Kebersihan badan menjelang persalinan
bermanfaat karena dapat mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk
selama persalinan dan dapat mengurangi terjadinya infeksi sesudah melahirkan.
Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses persalinan (Iskandar dalam
Harumawati, 2012).
2. Persiapan psikologis
Salah satu yang harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu hindari
kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang, dimana ibu hamil dapat melalui
saat-saat persalinan dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari
orang-orang terdekat. Perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan melahirkan dan merupakan motivasi
tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam menghadapi persalinan
(Sjafriani dalam Harumawati, 2012). Perasaan takut dalam persalinan dapat
diatasi dengan meminta keluarga atau suami untuk memberikan sentuhan kasih
sayang, meyakinkan ibu bahwa persalinan dapat berjalan lancar, mengikutsertakan
keluarga untuk memberikan dorongan moril, cepat tanggap terhadap keluhan ibu
atau keluarga (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
3. Persiapan finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan merupakan suatu kebutuhan
yang mutlak harus disiapkan, dimana berkaitan dengan penghasilan atau keuangan
yang dimiliki untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai
persalinan seperti menyiapkan biaya persalinan, menyiapkan popok bayi dan
perlengkapan lainnya (Sjafriani dalam Harumawati, 2012).
4. Persiapan penolong dan tempat bersalin
Merencanakan tempat persalinan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan
pasutri perlu dilakukan sedini mungkin sehingga dapat diketahui sebelumnya
informasi mengenai biaya, fasilitas yang tersedia, dan penolong persalinan
(Depkes RI, 2009). Dimana ibu dalam kondisi siap menghadapi persalinan dalam
memilih tempat bersalin di tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
polindes, rumah bersalin, puskesmas bersalin, maupun bidan praktik dan penolong
persalinan oleh tenaga kesehatan terampil yaitu dokter spesialis kandungan dan
bidan.
5. Persiapan transportasi
Transportasi perlu dipersiapkan untuk mencegah terjadinya keterlambatan menuju
tempat persalinan bila terjadi komplikasi persalinan. Pemilihan jenis transportasi
yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan jarak tempat bersalin dari rumah
(Indiarti, 2007). Sehinngga ibu hamil beserta keluarganya dalam keadaan siap
keandaraan roda dua (sepeda motor) atau roda empat (ambulan maupun mobil
pribadi) untuk menuju ke tempat bersalin atau tempat rujukan.
6. Persiapan calon donor darah
Persiapan donor darah perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil karena setiap saat
proses persalinan yang fisiologis dapat menjadi patologis. Bila sewaktu-waktu
terjadi komplikasi maka sudah tersedia calon donor dengan golongan darah yang
sesuai untuk mendonorkan darahnya kepada ibu dan tidak terjadi keterlambatan
(Depkes RI, 2009). Sehingga ibu hamil dalam keadaan siap dengan calon donor
darah baik itu dari keluarga, suami, maupun teman yang sesuai dengan golongan
darah ibu, serta calon donor darah memenuhi syarat sebagai seorang pendonor
darah
7. Persiapan Perlengkapan ibu dan bayi
Persiapan perlengkapan ibu dan bayi bertujuan untuk tetap menjaga kenyamanan
ibu dan bayi setelah proses persalinan. Ibu bersalin beserta keluarganya tidak akan
kebingungan atau berkemas-kemas lagi untuk mencari perlengkapan ibu dan bayi
yang harus segera dibawa ke tempat bersalin (Subakti dan Anggarani, 2007). Ibu
dalam keadaan siap dimana ibu telah mempersiapkan perlengkapan ibu dan bayi
seperti baju ibu yang longgar berisi kancing di depan, handuk, waslap, sabun,
celana dalam, kain panjang, peralatan mandi, perlengkapan rambut, serta bra
khusus untuk menyusui dan perlengkapan bayi seperti handuk, selimut tebal,
penghalas kain, baju bayi, popok, kaos kaki, sarung tangan, topi serta perawatan
sehari-harinya, serta seluruh perlengkapan sudah siap dipakai, dicuci dan disetrika
untuk menjaga kebersihannya.
8. Persiapan kultural
Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi yang kurang baik
terhadap kehamilan agar persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan tidak
baik selama kehamilan dapat dihindari. Kepercayaan dan budaya akan perilaku
yang pantas selama masa kehamilan akan mempengaruhi respon suami maupun
petugas kesehatan terhadap kebutuhan ibu (Bobak, 2004).

Anda mungkin juga menyukai