Manajemen Perpajakan - RMK#13
Manajemen Perpajakan - RMK#13
RMK #13
BAB XI
PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH
b. Pasai 13 ayat (1) huruf e juncto Pasai 13 ayat (2) K U P yang menyatakan:
Daiam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderai Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
daiam hai-hai sehagai herikut:
apahila kepada Wajih Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajih Pajak dan/atau
dikukuhkan sehagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sehagaimana
dimaksud daiam Pasai 2 ayat (4a).
Jumiah kekurangan pajak yang terutang daiam Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sehagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e
ditambah dengan sanksi administrasi berupa hunga sebesar 2% (dua
persen) per hulan paling iama 24 (dua puluh empat) hulan, dihitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar.
2. Dengan terlamhatnya waktu pengukuhan PKP maka ada kemungkinan KPP akan
melakukan pengukuhan secara jabatan atau K P P akan melakukan penghitungan
atas P P N yang seharusnya terutang sebelum PKPtersehut dikukuhkansehagai
PKP.
Tempat atau lokasi Kantor Pelayanan Pajak ( K P P ) yang dipilih untuk dilaporkan
sehagai tempat pengukuhan P K P daiam hai perusahaan memiliki satu atau lehih
kantor cahang.
Untuk memutuskan tempat atau lokasi KPP yang akan dipilih untuk dilaporkan
sehagai tempat pengukuhan PKP dalam hai perusahaan memiliki satu atau lehih
kantor cahang, hai yang harus diperhatikan adaiah:
Maksud dari pengendalian atas pajak keluaran adalah memastikan hahwa semua
ohjek PPN yang PPN-nya harus dipungut oleh P K P berdasarkan ketentuan
perundang-undangan P P N , telah dipenuhi dan tidak ada yang terlewati. Untuk itu
sebaiknya selalu dilakukan koordinasi antara divisi/suhdivisi perpajakan dengan
bagian operasional lain perusahaan agar setiap rencana selalu dikonsultasikan
dengan Divisi/suhdivisi perpajakan. Kelalaian memungut PPN atas suatu ohjek PPN
akan merugikan perusahaan karena jika dilakukan pemeriksaan atau verifikasi atau
himbauan selain akan dikenakan P P N yang seharusnya terutang, juga akan
dikenakan sanksi administrasi, setidak-tidaknya sanksi administrasi pasal 13 ayat (2)
K U P sebesar 2% per hulan maksimum sanksi untuk 24 hulan dan sanksi denda
pasal 14 ayat (4) K U P sebesar 2% dari Dasar Pengenaan P P N . Padahal P P N
hukanlah pajak yang menjadi hehan pihak perusahaan, melainkan menjadi hehan
pihak yang dipungut yang akhirnya bermuara kepada konsumen akhir; namun
kelalaian memungut P P N atas suatu ohjek P P N , selain akan dikenakan sanksi
administrasi juga akan ditagihkan pokok PPN-nyakepada PKPyang bersangkutan
dan tentu saja menjadi hehan PKP tersehut.
1. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang terutang
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah.
2. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
sehagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemakaian sendiri untuk:
3. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak untuk
tujuan produktif tidak dilakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, kecuali
pemakaian sendiri yang digunakan untuk melakukan penyerahan yang: a.
tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai; atau
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dihayar atas perolehan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dalam rangka pemakaian sendiri Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dapat dikreditkan
Contoh pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak:
1. Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak untuk
tujuan konsumtif:
1. Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk
konsumsi karyawan atau para
tamu.
direksinya.
2. Pemakaian Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak untuk tujuan
produktif yang nyata-nyata
3. Pemakaian Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak untuk tujuan
produktif yang nyata-nyata
Pengendalian terhadap faktur pajak keluaran merupakan hal yang penting agar tidak
memboroskan keuangan perusahaan karena adanya sanksi administrasi yang
disebabkan faktur pajak yang diterbitkan oleh P K P tersebut tidak memenuhi syarat
formal dan material.
Agar faktur pajak yang diterbitkan P K P memenuhi syarat formal maka P K P harus
memperhatikan ketentuan faktur pajak yang diatur Pasal 13 ayat (5) Undang-undang
PPNjuncto Peraturan Dirjen Pajak No. PER - 24/ PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran,
Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka
Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan
Faktur Pajak; sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dirjen Pajak No.
08/PJ/2013.
Selain masalah pembuatan, pembetulan atau penggantian, dan pembatalan faktur
pajak, hal yang harus diperhatikan P K P terkait faktur pajak adalah waktu penerbitan
dan pelaporan faktur pajak.
Terkait pajak masukan yang harus diperhatikan adalah ketentuan yang diatur Pasal
9 ayat (8) Undang- undang PPN.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat,
dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak;
ayat (6);
8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
Masukannya ditagih dengan penerbitan
ketetapan pajak;
9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang pajak
masukannya tidak dilaporkan
pemeriksaan; dan
10. Perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena
Pasal 14 ayat (4) juncto Pasal 14 ayat (1) huruf f U U K U P mengatur bahwa
keterlambatan Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
masa penerbitan faktur pajak akan dikenakan sanksi administrasi STP berupa denda
2% dari dasar pengenaan PPN.Agar terhindar dari sanksi Pasal 14 ayat (4) ini,
Perusahaan harus menjamin bahwa tidak ada keterlambatan dalam melaporkan
faktur pajak yang telah diterbitkan.