Anda di halaman 1dari 9

Kimia Lingkungan II

Dampak Pembuangan Limbah Tahu Yang Tidak Diolah Bagi


Hidrosfer Dan Biosfer

Nama Kelompok :
Septian Putra Pratama(17513145)
Vito Satra Bintang (18513066)
Rexa Nakula Iftikhar M. (18513073)
Alma Rizky Aurellya (18513107)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kimia
Lingkungan II.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
dosen Kimia Lingkungan II kami yang telah membimbing dalam menulis makalah
ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 09 Desember 2019

Penulis
PENDAHULUAN

Tahu adalah adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Tahu juga merupakan salah satu jenis makanan sumber protein

dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala kecil yang

sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut berkembang pesat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Namun, di sisi lain industri tahu ini juga

menghasilkan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Pada dasarnya, proses

produksi tahu menghasilkan dua macam limbah yaitu limbah padat dan limbah cair.

Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Industri tahu

membutuhkan air untuk melakukan proses sortasi, perendaman, pengupasan kulit,

pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan. Kemudian, air buangan dari proses

tersebut yang dinamakan limbah cair. Limbah cair industri tahu ini memiliki kandungan

senyawa organik yang sangat tinggi.

Limbah tahu berasal dari buangan atau sisa pengolahan kedelai menjadi tahu

yang terbuang karena tidak terbentuk dengan baik menjadi tahu sehingga tidak dapat

dikonsumsi. Limbah tahu terdiri atas dua jenis yaitu limbah cair dan limbah padat.

Limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Limbah

ini terjadi karena adanya sisa air tahu yang tidak menggumpal, potongan tahu yang

hancur karena proses penggumpalan yang tidak sempurna serta cairan keruh kekuningan

yang dapat menimbulkan bau tidak sedap bila dibiarkan.


Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah, yaitu

limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil

pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel

pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu. Limbah

padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal (pencucian) bahan baku kedelai dan

umumnya limbah padat yang terjadi tidak begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai).

Sedangkan limbah padat yang berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur

kedelai. Ampas tahu yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu

yang dihasilkan.
PEMBAHASAN

Proses terjadinya limbah cair pada tahu yang pertama adalah


suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan
kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari
air bakunya, yaitu 400 0C sampai 460 0C. Suhu yang meningkat
di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis,
kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
tegangan permukaan. Yang kedua bahan-bahan organik yang
terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya
sangat tinggi. Senyawa-senyawa organik di dalam air buangan
tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak.
Di antara senyawa-senyawa tersebut, protein dan lemaklah yang
jumlahnya paling besar, yang mencapai 40% – 60% protein, 25
– 50% karbohidrat, dan 10% lemak . Dan yang terakhir air
buangan industri tahu kualitasnya bergantung dari proses yang
digunakan. Apabila air prosesnya baik, maka kandungan bahan
organik pada air buangannya biasanya rendah.

Dampak Limbah Tahu terhadap Hidrosfer

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan


kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi
dari air bakunya, yaitu 400C sampai 46 0C. Suhu yang
meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi
kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain,
kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan.
Air buangan industri tahu kualitasnya
tergantung dari proses yang digunakan. Apabila air
prosesnya baik, maka kandungan bahan organik pada air
buangannya biasanya rendah. Pada umumnya konsentrasi
ion hidrogen buangan industri tahu ini cenderung bersifat
asam. Komponen terbesar dari limbah cair tahu yaitu
protein (N-total) sebesar 226,06 sampai 434,78 mg/l.
sehingga masuknya limbah cair tahu ke lingkungan
perairan akan meningkatkan total nitrogen di peraian
tersebut.
Limbah cair yang dikeluarkan oleh
industri-industri masih menjadi masalah bagi lingkungan
sekitarnya, karena pada umumnya industri-industri,
terutama industri rumah tangga mengalirkan langsung air
limbahnya ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih
dahulu. Demikian pula dengan industri tahu yang pada
umumnya merupakan industri rumah tangga.
Keadaan ini akibat masih banyaknya pengrajin tahu yang
belum mengerti akan kebersihan lingkungan dan disamping
itu pula tingkat ekonomi yang masih rendah, sehingga
pengolahan limbah akan menjadi beban yang cukup berat
bagi mereka. Namun demikian keberadaan industri tahu
harus selalu didukung baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat karena makanan tahu merupakan makanan
yang digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat
Indonesia, disamping nilai gizinya tinggi harganya pun
relatif murah.
Limbah industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang
cukup berat karena mengandung polutan organik yang
cukup tinggi. Dari beberapa hasil penelitian, konsentrasi
COD (Chemical Oxygen Demand) di dalam air limbah
industri tahu cukup tinggi yakni berkisar antara 7.000 -
10.000 ppm, serta mempunyai keasaman yang rendah yakni
pH 4-5. Dengan kondisi seperti tersebut di atas, air limbah
industri tahu merupakan salah satu sumber pencemaran
lingkungan yang sangat potersial.
Saat ini pengelolaan air limbah industri tahu umumnya
dilakukan dengan cara membuat bak penampung air
limbah sehingga terjadi proses anaerob. Dengan adanya
proses biologis anaerob tersebut maka kandungan polutan
organik yang ada di dalam air limbah dapat diturunkan.
Tetapi dengan proses tersebut efisiesi pengolahan hanya
berkisar antara 50 % - 70 % saja. Dengan demikian jika
konsertarsi COD dalam air limbah 7000 ppm, maka kadar
COD yang keluar masih cukup tinggi yakni sekitar 2100
ppm, sehinga hal ini masih menjadi sumber pencemaran
lingkungan. Dengan sistem penampungan anaerob terjadi
penguraian secara biologis anaerobik, maka zat organik
akan terurai dan menghasilgan produk gas methan dan gas
H2S serta NH3 yang menyebabkan bau yang kurang sedap.
Suatu alternatif pengolahan limbah yang cukup sederhana
adalah pengolahan secara biologis, yakni dengan kombinasi
proses biologis "Anaerob-Aerob". Sistem ini cocok
diterapkan pada pengolahan limbah yang banyak
mengandung bahan-bahan organik. Limbah industri tahu
merupakan salah satu jenis limbah yang banyak
mengandung bahan-bahan organik.
Inti dari dampak pencemaran limbah
pabrik tahu terhadap lingkungan hidup yaitu rusaknya
kualitas lingkungan terutama perairan sebagai salah satu
kebutuhan umat manusia dan makhluk hidup lainnya.
Rusaknya lingkungan akibat limbah pabrik tahu yang
berdampak buruk terhadap kehidupan ekosistem yang
berada diperairan dan juga mengancam kesehatan manusia.
Ganguan terhadap perairan sangat merugikan kualitas
mutu air serta manfaatnya. Limbah tahu membawa akibat
bagi lingkungan, karena mempunyai bahan–bahan
berbahaya yang dibuang ke perairan salah satunya limbah
berbahaya dan beracun. Jika pencemaran limbah tahu
dibiarkan terus menerus ditanah air kita, maka
kelangsungan hidup ekosistem diperairan pun semakin
terancam.

Dampak Lingkungan Biosfer


Limbah pabrik yang dialirkan langsung ke sungai dapat
mencemarkan lingkungan, jika tidak diolah terlebih dahulu. Air
yang digunakan oleh masyarakat dapat menimbulkan berbagai
jenis penyakit, seperti diare, gatal-gatal, radang usus, dan
penyakit lainnya.

Dampak lainnya juga mempengaruhi estetika dari lingkungan itu


sendiri. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap, endapan
dari limbah tahu itu mempengaruhi estetika permukaan perairan.
PENUTUP

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai