Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGANGGARAN

“Penyusunan Anggaran Persediaan”


Dosen Pengampu :
Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.
Disusun Oleh :
Muhammad Firdaus Saputra
C1C019149
R.013

Program Studi Akuntansi


Fakultas Eknomi dan Bisnis
Universitas Jambi
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai
tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi
( Handoko, 1997: hal 333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan,
mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan. Manajer operasi diseluruh
dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di
satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat
persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya
habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan
tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian
persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli
atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah
meramalkan permintaan. Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan
untuk melayani permintaan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penganggaran persediaan?
2. Apa saja kegunaan penganggaran persediaan?
3. Apa saja data dan informasi untuk menyusun anggaran persediaan?
4. Apa saja metode penilaian persediaan?
5. Apa saja yang menjadi biaya-biaya persediaan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian penganggaran persediaan
2. Mengetahui apa saja kegunaan penganggaran persediaan
3. Mengetahui data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan
4. Mengetahui metode penilaian perusahaan
5. Mengetahui biaya-biaya persediaan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penganggaran Persediaan


Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan
tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau
untuk suku cadang dari peralatan atau mesin.
Persediaan sebagai salah satu asset penting dalam perusahaan karena biasanya mempunyai nilai yang
cukup besar serta mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya biaya operasi. Perencanaan dan
pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan penting untuk mendapat perhatian khusus dari
manajemen perusahaan, agar proses produksi dapat berjalan dengan optimal. Salah satu caranya dengan
membuat sebuah anggaran persedian.
Anggaran persediaan atau inventoty budget ialah budget atau anggaran yang merencanakan secara
sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waktu ke waktu (bulan ke bulan)
selama periode tertentu yang akan datang. Pada umumnya barang-barang tersebut meliputi barang-barang
hasil produksi (output), bahan-bahan mentah dan bahan-bahan pembantu untuk keperluan produksi. Jadi
persediaan membentuk hubungan antara produksi dan penjualan produk. Pada perusahaan manufaktur
persediaan yang ada terdiri dari 3 jenis, yakni persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi.

2.2 Kegunaan Penyusunan Penganggaran Persediaan


Secara umum, semua penganggaran termasuk penganggaran persediaan, mempunyai tiga kegunaan
pokok, yaitu :
 Sebagai pedoman kerja
 Sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja
 Sebagai alat manajemen untuk melakukan evaluasi dan pengawasan kerja.
Sedangkan secara khusus, penganggaran persediaan berguna sebagai dasar untuk menyusun anggaran
unit yang akan diproduksikan (persediaan barang jadi), dan anggaran pembelian bahan mentah
(persediaan bahan mentah), serta menetapkan persediaan agar tidak terlalu kecil dan terlalu besar.
Selain itu dengan adanya persediaan juga mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri pada
perusahaan.Keuntungan meningkatkan persediaan perusahaan dapat mempengaruhi ekonomi produksi,
mempengaruhi pembelian dan dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat.Sedangkan kerugian adanya
persediaan adalah adanya biaya penyimpanan, biaya pemindahan, dan pengembalian modal yang
tertanam dalam bentuk persediaan.
2.3 Data dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Persediaan
Agar sesuatu anggaran dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang termuat di
dalamnya harus cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya nanti. Untuk bisa
melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan data, informasi dan pengalaman, yang merupakan
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran.
Adapun data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan barang jadi adalah :
1. Persediaan barang jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti misalnya:

a. Fluktuasi penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang tertuang
dalam Anggaran penjualan.
Untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan meningkat, diperlukan persediaan barang
jadi dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan menurun,
hanya diperlukan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya, bilamana
fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
c. Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang tersedia
terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
d. Biaya simpan barang jadi (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan barang
jadi, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang
tertanam dalam barang yang disimpan, dan sebagainya. Bilamana biaya simpan murah, mak akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
e. Risiko simpan barang jadi.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan barang jadi, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang menjadi
ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan baran jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
f. Tingkat perputaran barang jadi (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan barang jadi rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana tingkat perputaran barang jadi tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan
barang jadi dalam jumlah sedikit.
g. Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang
jadi.
Bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi membutuhkan
waktu lama, maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana
untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi hanya membutuhkan waktu singkat,
maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
2. Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti misalnya :

a. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang tertuang
dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.
Untuk menghadapi jumlah produksi yang akan meningkat, diperlukan persediaan bahan
mentah dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah produksi yang akan
menurun, hanya diperlukan pesediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.
b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya, bilamana
fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
c. Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang tersedia
terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
d. Biaya simpan bahan mentah (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan
mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan, barang yang disimpan, dan sebagainya.
Bilamana biaya penyimpanan murah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan
bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan
bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
e. Risiko simpan baham mentah.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan bahan mentah, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang
menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka
akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
f. Tingkat perputaran bahan mentah (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan mentah rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana tingkat perputaran bahan mentah tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan
bahan mentah dalam jumlah sedikit.
g. Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan (dibeli), dengan bahan mentah
tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba digudang perusahaan (lead time).
Bilamana tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan mentah dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana tenggang waktunya singkat, maka ditetapkan persediaan
bahan mentah dalam jumlah sedikit.

2.4 Metode Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan bertujuan untuk mengetahui nilai persediaan yang dipakai/dijual atau
persediaan yang tersisa dalam suatu periode.
Terdapat tiga metode yang digunakan dalam penilaian persediaan, yaitu :

1. Metode First In First Out (FIFO)


Pada metode FIFO barang yang masuk (dibeli) lebih awal, dianggap dikeluarkan (diproses)
lebih awal pula. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi
dinilai berdasarkan harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal.
Akibatnya sisa persediaan bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir.
Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi perubahan
tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai berdasarkan
tarif (standar) biaya produksi lama.

2. Metode Last In First Out (LIFO)


Pada metode LIFO barang yang masuk (dibeli) lebih akhir dianggap dikeluarkan (diproses)
lebih awal. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai
berdasarkan harga beli bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir. Akibatnya sisa
persediaan akhir bahan mentah akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari pembelian yang
dilakukan lebih awal.
Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi adalah apabila terjadi peubahan
tarif (standar) biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses dinilai berdasarkan
tarif (standar) biaya produksi yang baru.

3. Metode Moving Average


Pada metode ini, barang yang dikeluarkan (diproses) dinilai berdasarkan rata-rata harga beli
yang pernah dibeli. Ini berarti bahwa bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi
dinilai berdasarkan rata-rata harga beli bahan mentah dari pembelian-pembelian yang telah
dilakukan. Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah juga akan dinilai dengan rata-rata
harga beli bahan mentah tersebut.
Penerapan metode ini pada penilaiaan barang jadi, apabila terjadi perubahan tarif (standar)
biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diprose dinilai berdasarkan tarif (standar)
biaya produksi yang lama dengan tarif (standar) biaya produksi yang baru tersebut.
2.5 Biaya – biaya Persediaan
Persediaan pada dasarnya akan menimbulkan biaya-biaya.Biaya-biaya yang ditimbulkannya
tersebut dapat berupa biaya tetap dan biaya variable. Menurut Bambang Rianto (1995) “menyatakan
bahwa untuk tujuan perencanaan besarnya persediaan kita hanya memperhatikan yang variabelnya saja
dari biaya-biaya persediaan tersebut yang secara langsung akan terpengaruh oleh rencana tersebut”.
Biaya Variabel dari persediaan tersebut dapat digolongkan kedalam :
1. Biaya penyimpanan persediaan atau Carrying Cost
Carrying cost adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan.
Penentuan besarnya carrying cost didasarkan pada “Average Inventory ” (persediaan rata-rata),
dan biaya ini dinyatakan dalam persentase dari nilai dalam rupiah dari average inventory. Biaya-
biaya yang termasuk kedalam carrying cost adalah :
a. Biaya penggunaan/sewa ruangan gudang
b. Biaya pemeliharaan material dan allowances untuk kemungkinan rusak
c. Biaya untuk menghitung atau menimbang barang yang dibeli
d. Biaya asuransi
e. Biaya modal
f. Biaya absolescence
g. Pajak dari persediaan yang ada dalam gudang

Total biaya penyimpanan :


- TCC = C. P. A
Persediaan rata-rata
- A =Q/2
=(S/N)/2
Keterangan :
Q = kuantitas pesanan
S = Penjualan tahunan
N = Frekuensi pemesanan
C = Biaya penyimpanan
P = Harga beli per unit
2. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost
Ordering cost adalah biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan,
yang terdiri dari :
a. Biaya selama proses pesanan
 Persiapan-persiapan yang diperlukan untuk pemesanan
 Penentuan besarnya kuantitas yang akan dipesan
b. Biaya pengiriman pesanan
c. Biaya penerimaan barang yang dipesan
 Pembongkaran dan pemasukan ke Gudang
 Pemeriksaan material yang diterima
 Mempersiapkan laporan penerimaan
 Mencatat kedalam “Material Record Card”
d. Biaya-biaya processing pembayaran
 Auditing dan perbandingan antara laporan penerimaan dengan pesanan yang asli
 Persiapan pembuatan cheque untuk pembayaran
 Pengiriman cheque dan kemudian auditnya
Total biaya pemesanan
- TOC = F. ( S / Q )
Keterangan :
Q = kuantitas pesanan
S = Penjualan tahunan
F = Biaya tetap
Total Biaya Persediaan
• TIC = TCC + TOC
atau
• TIC = C. P. ( Q / 2 ) + F. ( S / Q)

3. Biaya Kehabisan Bahan atau Stockout Costs


Biaya Kehabisan Bahan, timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan
karena persediaan yang tidak cukup. Biaya kehabisan bahan ini meliputi biaya pesan secara cepat
atau khusus dan biaya produksi karena adanya operasi ekstra.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian penganggaran perusahaan (Budgeting) adalah anggaran yang merencanakan secara
sistematis dan lebih terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waktu ke waktu (bulan ke bulan)
selama periode tertentu yang akan datang.
Dalam menyusun anggaran perlu diperhatikan biaya-biaya yang akan ditimbulkan dari adanya
pengadaan atau pembelian persediaan. Selain itu kuantitas pemesanan yang optimal juga harus
diperhatikan agar persediaan yang dibeli dapat mengoptimalkan proses produksi, dan jumlah stock
persediaan tidak terlalu banyak sehingga efisien dalam biaya penyimpanan.
Manfaat anggaran perusahaan antara lain adalah adanya perencanaan terpadu, sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan perusahaan, sebagai alat pengkoordinasian kerja, sebagai alat pengawasan kerja
sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan.
Pengganggaran sangat penting perannya dalam sebuah perusahaan/ manajemen dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

https://umifs.blogspot.com/2018/01/penganggaran-persediaan.html
https://www.academia.edu/29314308/Anggaran_Persediaan

Anda mungkin juga menyukai