PENGANGGARAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian penganggaran persediaan
2. Mengetahui apa saja kegunaan penganggaran persediaan
3. Mengetahui data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran persediaan
4. Mengetahui metode penilaian perusahaan
5. Mengetahui biaya-biaya persediaan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Fluktuasi penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang tertuang
dalam Anggaran penjualan.
Untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan meningkat, diperlukan persediaan barang
jadi dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah penjualan yang akan menurun,
hanya diperlukan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya, bilamana
fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
c. Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang tersedia
terbatas, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
d. Biaya simpan barang jadi (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan barang
jadi, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang
tertanam dalam barang yang disimpan, dan sebagainya. Bilamana biaya simpan murah, mak akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
e. Risiko simpan barang jadi.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan barang jadi, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang menjadi
ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan baran jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan barang jadi ditetapkan dalam jumlah sedikit.
f. Tingkat perputaran barang jadi (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan barang jadi rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana tingkat perputaran barang jadi tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan
barang jadi dalam jumlah sedikit.
g. Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang
jadi.
Bilamana untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi membutuhkan
waktu lama, maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana
untuk memproses bahan mentah hingga menjadi barang jadi hanya membutuhkan waktu singkat,
maka ditetapkan persediaan barang jadi dalam jumlah sedikit.
2. Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti misalnya :
a. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang tertuang
dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.
Untuk menghadapi jumlah produksi yang akan meningkat, diperlukan persediaan bahan
mentah dalam jumlah banyak. Sedangkan untuk menghadapi jumlah produksi yang akan
menurun, hanya diperlukan pesediaan bahan mentah dalam jumlah sedikit.
b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
Bilamana fasilitas penyimpanan tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan
penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak pula. Sebaliknya, bilamana
fasilitas yang tersedia terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
c. Modal kerja yang tersedia.
Bilamana modal kerja yang tersedia cukup banyak, maka akan memungkinkan penetapan
persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana modal kerja yang tersedia
terbatas, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
d. Biaya simpan bahan mentah (carrying cost)
Yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan
mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya perawatan, barang yang disimpan, dan sebagainya.
Bilamana biaya penyimpanan murah, maka akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan
bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana biaya simpan mahal, maka persediaan
bahan mentah ditetapkan dalam jumlah sedikit.
e. Risiko simpan baham mentah.
Yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus ditanggung oleh perusahaan karena
menyimpan bahan mentah, seperti misalnya rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang
menjadi ketinggalan zaman (out of date), dan sebagainya. Bilamana resiko simpan rendah, maka
akan memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak.
Sebaliknya, bilamana resiko simpan tinggi, maka persediaan bahan mentah ditetapkan dalam
jumlah sedikit.
f. Tingkat perputaran bahan mentah (Inventory turn over) di waktu-waktu yang lalu.
Bilamana di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan mentah rendah,
maka akan mendorong penetapan persediaan bahan mentah dalam jumlah banyak. Sebaliknya,
bilamana tingkat perputaran bahan mentah tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan
bahan mentah dalam jumlah sedikit.
g. Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan (dibeli), dengan bahan mentah
tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba digudang perusahaan (lead time).
Bilamana tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan mentah dalam
jumlah banyak. Sebaliknya, bilamana tenggang waktunya singkat, maka ditetapkan persediaan
bahan mentah dalam jumlah sedikit.
https://umifs.blogspot.com/2018/01/penganggaran-persediaan.html
https://www.academia.edu/29314308/Anggaran_Persediaan