Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

NAMA : ANGGUN FEBRI TIRANI


NPM: 2013201026

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
TAHUN 2021

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... I


Daftar Isi ..................................................................................................................... II
A. Etika Kesehatan ................................................................................................... 1
1. Etika dan Etiket ............................................................................................. 1
a. Pengertian Etika....................................................................................... 1
b. Pengertian Etiket ..................................................................................... 1
c. Perbedaan Etika & Etiket ....................................................................... 1
2. Jenis-jenis Etika ............................................................................................. 2
a. Etika Umum ............................................................................................. 2
b. Etika Khusus ............................................................................................ 2
3. Nilai Etika ....................................................................................................... 2
4. Etika Kesehatan ............................................................................................. 3

B. Hukum Kesehatan ............................................................................................... 4


1. Pengertian Hukum Kesehatan ...................................................................... 4
2. Sejarah Hukum Kesehatan ........................................................................... 5
3. Kelompok-kelompok Hukum Kesehatan .................................................... 5
4. Fungsi Hukum Kesehatan ............................................................................. 6

C. Nilai Nilai Etika dan Hukum Kesehatan ........................................................... 6


Daftar Pustaka ........................................................................................................... 11

ii
A. Etika Kesehatan

Masalah etika dalam bidang kesehatan masyarakat merupakan hal yang sudah
diperbincangan sejak dulu. Etika kesehatan masyarakat umumnya berhubungan
dengan proses pengambilan keputusan. Salah satu contoh adalah konflik kepentingan
yang dialami dokter okupasi atau klinisi yang telah bekerja bertahun- tahun di industri
yang berisiko tinggi (misalnya industri asbes). Biasanya dokter perusahaan berada
dalam kondisi “serba salah”. Di satu sisi harus mengikuti keinginan manajemen
perusahaan agar tidak terlalu mengekspos informasi bahaya kepada karyawan agar
tidak mengganggu proses produksi. Di sisi lain, ada pertentangan hati nurani dalam
dokter karena setiap karyawan memiliki hak untuk mengetahui informasi tentang
bahaya kerja. Etika kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan etika kedokteran
yang menyatakan bahwa dalam menjalankan pekerjaan kedokteran seorang dokter
janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seorang dokter harus
senantiasa mengingat kewajiban melindungi hidup makhluk insani, seorang dokter
memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan, seorang
dokter harus tetap memelihara kesehatan dirinya

1. Etika dan Etiket


a. Pengertian etika
Berasal dari bahasa Inggris yaitu ethics adalah istilah yang muncul dari
aristoteles. Asal kata ethos yaitu adat, budi pekerti. Etika pada umumnya adalah setiap
manusia mempunyai hak kewajiban untuk menentukan sendiri tindakan-tindakannya
dan mempertanggung jawabkanya dihadapan tuhan.
b. Pengertian etiket
Etiket yaitu cara melakukan perbuatan sesuai dengan etika yang berlaku.
c. Perbedaan etika dengan etiket
1. Etika menetapkan norma perbuatan apakah perbuatan itu dapat dilakukan atau
tidak, contoh: masuk tanpa izin tidak boleh.
Etiket menetapkan cara melakukan perbuatan sesuai dengan yang diinginkan, masuk
kerumah orang mengetuk pintu dan salam.
2. Etika berlaku tidak bergantung pada ada tidaknya orang. Contoh larangan
mencuri walau tidak ada orang.

1
Etiket berlaku jika ada orang.contoh orang makan pakai baju tidak ada orang, tidak
apa-apa.
3. Etika bersifat absolut tidak dapat ditawar. contoh mencuri dan membunuh.
Etiket bersifat relatif. contoh koteka wajar dipapua, diaceh wajib menutup aurat
4. Etika memandang manusia dari segi dalam (batiniah). contoh: orang-orang
bersifat baik tidak munafik.
Etiket memandang manusia dari segi luar (lahiriah).contoh: bersifat sopan dan santun
tapi munafik.

2. Jenis - Jenis etika


a. Etika umum
Etika umum membicarakan mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, teori-teori Etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi
pegangan bagi manusia dalam bertindak, serta tolok ukur menilai baik atau buruk.

b. Etika khusus
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Etika khusus dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap diri sendiri.
2. Etika social mengenai kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota masyarakat. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia
baik secara perseorangan dan langsung atau bersama-sama dalam bentuk
kelembagaan, sikap kritis terhadap dunia dan ideologi, dan tanggung jawab manusia
terhadap lainnya.

3. Nilai etika
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Penilaian Etika itu di dasarkan pada beberapa factor yaitu :
a) Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau
jahat, susila atau tidak susila.

2
b) Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam
jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti .

Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :
1. Tingkat pertama: semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa
rencana dalam hati, niat.
2. Tingkat Tingkat kedua : setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
3. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.

4. Etika kesehatan
Pengertian Etika Kesehatan
Menurut Leenen: suatu penerapan dari nilai kebiasaan (etika) terhadap bidang
pemeliharaan/pelayanan kesehatan.
Menurut Soerjono Soekanto: penilaian terhadap gejala kesehatan yang disetujui, dan
juga mencakup terhadap rekomendasi bagaimana bersikap tidak secara pantas dalam
bidang kesehatan.

Hubungan Etika Kesehatan dan hukum kesehatan


a. Hukum kesehatan lebih diutamakan dibanding Etika kesehatan.
Contoh: Mantri dapat memberi suntikan tanpa ada dokter tapi Hukum kesehatan tidak
membenarkan ini.
b. ketentuan hukum kesehatan dapat mengesampingkan etika tenaga kesehatan.
Contoh: kerahasian dokter (etika kedokteraan) jika terkait dengan masalah hukum
maka dikesampingkan.
c. Etika kesehatan lebih diutamakan dari etika dokter. Dokter dilarang
mengiklankan diri, tapi dalam menulis artikel kesehatan tidak masalah.

3
B. Hukum Kesehatan

Pengertian Hukum
Hukum adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh suatu kekuasaan
dalam mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat agar masyarakat bisa teratur.
Hukum perdata mengatur subjek dan antar subjek dalam hubungan interrelasi
(kedudukan sederajat) (1887)

Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

1. Pengertian Dari Hukum Kesehatan


Beberapa pengertian hukum kesehatan menurut beberapa ahli dan undang-umdamg:
Van Der Mijn: Hukum Kesehatan diartikan sebagai hukum yang berhubungan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan, meliputi: penerapan perangkat hukum
perdata, pidana dan tata usaha negara.
Leenen: Hukum kesehatan sebagai keseluruhan aktivitas yuridis dan peraturan
hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.
Hukum kesehatan (No. 23 tahun 1992) adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan / pelayanan dan penerapannya.
Yang diatur menyangkut hak dan kewajiban baik perorangan dan segenap
lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak
penyelenggara pelayanan kesehatan dalam segala aspeknya, organisasi, sarana
pedoman standar pelayanan medic, ilmu pengetahuan kesehatan dan hukum
serta sumber-sumber hukum lainnya.

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban
individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada
satu pihak, hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing
pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara
lokal, regional, nasional dan internasional.

4
Secara ringkas hukum kesehatan adalah:
a. Kumpulan peraturan yang mengatur tetang hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan
b. Seperangkat kaidah yang mengatur seluruh aspek yang berkaitan dengan upaya
dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
c. Rangkaian peraturan perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang
mengatur pelayanan medik dan sarana medik.

2. Sejarah Hukum Kesehatan


Pada awalnya masyarakat menganggap penyakit sebagai misteri, sehingga
tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan secara benar tentang mengapa suatu
penyakit menyerang seseorang dan tidak menyerang lainnya. Pemahaman yang
berkembang selalu dikaitkan dengan kekuatan yang bersifat supranatural. Penyakit
dianggap sebagai hukuman Tuhan atas orang-orang yang yang melanggar hukumNya
atau disebabkan oleh perbuatan roh-roh jahat yang berperang melawan dewa
pelindung manusia. Pengobatannya hanya bisa dilakukan oleh para pendeta atau
pemuka agama melalui do’a atau upacara pengorbanan
Pada masa itu profesi kedokteran menjadi monopoli kaum pendeta, oleh
karena itu mereka merupakan kelompok yang tertutup, yang mengajarkan ilmu
kesehatan hanya di kalangan mereka sendiri serta merekrtu muridnya dari kalangan
atas. Memiliki kewenangan untuk membuat undang-undang, karena dipercayai
sebagai wakil Tuhan untuk membuat undang-undang di muka bumi. Undang-undang
yang mereka buat memberi ancaman hukuman yang berat, misalnya hukuman potong
tangan bagi seseorang yang melakukan pekerjaan dokter dengan menggunakan
metode yang menyimpang dari buku yang ditulis sebelumnya, sehingga orang enggan
memasuki profesi ini.

3. Kelompok-Kelompok Dalam Hukum Kesehatan


Hukum kesehatan dapat di kelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan yaitu antara
lain :
a. UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah menjadi UU No 36/2009
tentang Kesehatan
b. UU No. 29/2004 tentang Praktek kedokteran
c. UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit

5
d. PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
e. Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
2. Hukum Kesehatan yang tidak secara laingsung terkait dengan pelayanan Kesehatan
antara lain:
a. Hukum Pidana
Pasal-pasal hukum pidana yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 359 KUHP tentang kewajiban untuk bertanggung jawab secara
pidana bagi tenaga kesehatan atau sarana kesehatan yang dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan menyebabkan pasien mengalami
cacat, gangguan fungsi organ tubuh atau kematian akibat kelalaian atau
kesalahan yang dilakukannya.
b. Hukum Perdata
Pasal-pasal Hukum perdata yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Misalnya Pasal 1365 KUHPerd. Mengatur tentang kewajiban hukum untuk
mengganti kerugian yang dialami oleh pasien akibat adanya perbuatan
wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan terhadap pasien
c. Hukum Administrasi
Ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan baik yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun oleh sarana kesehatan yang
melanggar hukum adminstrasi yang menyebabkan kerugian pada pada pasien
menjadi tanggung jawab hukum dari penyelenggara pelayanan kesehatan
tersebut
3. Hukum Kesehatan yang berlaku secara Internasional
Konvensi
Yurisprudensi
Hukum Kebiasaan
4. Hukum Otonomi
Perda tentang kesehatan
Kode etik profesi

6
4. Fungsi Dari Hukum Kesehatan
Fungsi hukum kesehatan adalah:
1. Menjaga ketertiban di dalam masyarakat. Meskipun hanya mengatur tata
kehidupan di dalam sub sektor yang kecil tetapi keberadaannya dapat memberi
sumbangan yang besar bagi ketertiban masyarakat secara keseluruhan
2. Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat (khususnya di bidang
kesehatan). Benturan antara kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat.
3. Merekayasa masyarakat (social engineering). Jika masyarakat menghalang-
halangi dokter untuk melakukan pertolongan terhadap penjahat yang luka-luka
karena tembakan, maka tindakan tersebut sebenarnya keliru dan perlu diluruskan.
Contoh lain: mengenai pandangan masyarakat yang menganggap doktrer sebagai
dewa yang tidak dapat berbuat salah. Pandangan ini juga salah, mengingat dokter
adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan di dalam menjalankan
profesinya, sehingga ia perlu dihukum jika perbuatannya memang pantas untuk
dihukum.
Keberadaan Hukum Kesehatan di sini tidak saja perlu untuk meluruskan sikap
dan pandangan masyarakat, tetapi juga sikap dan pandangan kelompok dokter
yang sering merasa tidak senang jika berhadapan dengan proses peradilan.

C. Nilai – Nilai Etika dan Hukum Kesehatan


Teori Nilai membahas dua masalah yaitu masalah Etika dan Estetika. Etika
membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika
membahas mengenai keindahan. Pembahasan teori nilai ini bukanlah membahas
tentang nilai kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga. Pengertian nilai
itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau
sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Dan oleh karena itu nilai
sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga yang sama pula karena penilaian
seseorang terhadap sesuatu yang sama itu biasanya berlainan. Perbedaan antara nilai
sesuatu itu disebabkan sifat nilai itu sendiri. Jika kita kembali kepada ilmu
pengetahuan, maka kita akan membahas masalah benar dan tidak benar. Kebenaran
adalah persoalan logika dimana persoalan nilai adalah persoalan penghayatan,
perasaan, dan kepuasan. Ringkasan persoalan nilai bukanlah membahas kebenaran
dan kesalahan (benar dan salah) akan tetapi masalahnya ialah soal baik dan buruk,

7
senang atau tidak senang. Masalah kebenaran memang tidak terlepas dari nilai,
tetapi

nilai adalah menurut nilai logika. Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah
etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang
dikemukakan oleh beberapa golongan dan mepunyai pandangan yang tidak sama
terhadap nilai itu. Seperti nilai dikemukankan oleh agama, positifisme, fragmatisme,
fitalisme, hidunisme dan sebagainya.

Menurut Farelya (2015) Nilai merupakan sesuatu yang baik, sesuatu yang
menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai,
sesuatu yang diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hanh Jonas nilai adalah the address
of a yes, sesuatu yang ditujukan dengan ya kita. Sesuatu yang kita iyakan. NIlai
mempunyai konotasi yang positif. Nilai mempunyai tiga ciri:
1. Berkaitan dengan subjek
2. Tampil dalam suatu nilai yang praktis karena subjek ingin
membuat sesuatu
3. Nilai menyangkut pada sifat yang ditambah oleh subjek pada sifat
yang dimiliki objek.

Nilai menjadi ukuran (standar) bagi manusia dalam menentukan pilihan


aktivitas yang “baik” dan akan dilakukannya sehari – hari di dalam masyarakat.
Sutan Takdir Alisyahbana (1982) ketika menjelaskan kebudayaan asli Indonesia
menyebutkan ada enam nilai yaitu nilai ekonomi, teori, kuasa, solidaritas, estetika
dan agama.
1. Nilai Ekonomi
Dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan biaya, alat produksi atau
imbalan jasa. Kebutuhan terhadap layanan medis atau obat, senantiasa
menyertakan kebutuhan akan biaya (ekonomi), pada konteks ini maka layanan
kesehatan mengandung nilai ekonomi.
2. Nilai Estetis
Lingkungan yang bersih serta ruangan yang nyaman dan harum memberikan
dukungan emosional terhadap proses penyembuhan kesehatan. Terlebih lagi bila
dikaitkan dengan adanya pengembangan aromaterapi untuk kesehatan, maka
masalah keindahan dan kenyamanan menjadi sangat penting untuk kesehatan.

8
3. Nilai Solidaritas
Dalam menjalankan tugas profesinya, seorang perawat dapat bekerja sama
dengan pasien, keluarga pasien, dokter, atau pihak lain yang berkepentingan.
4. Nilai Kuasa
Seorang dokter memiliki peran dan fungsi yang berbeda, demikian pula
perawat, bidan maupun tenaga kesehatan yang lain. Terdapatnya struktur
pengelolaan rumah sakit.
5. Nilai teori
Sebelum melaksanakan praktik, setiap lulusan pendidikan kesehatan wajib
mengikuti pendidikan profesi.
6. Nilai Agama
Selaras dengan kode etik, ilmu pengetahuan dan keterampilan profesi yang
dimilikinya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu,
pelayanan kesehatan pun perlu dianggap sebagai bagian dari ibadah.

Berbeda dengan pandangan sutan takdir Alisyahbana, Sondang P.Siagian


menyebutkan bahwa ada tujuh nilai. Nilai reaktif (fisiologis), tribalistik (taat pada
norma atau pimpinan secara penuh), ego-sentrisme (diri sendiri), konformitas
(penyesuaian), manipulatif (menggunakan orang lain untuk kepentingan sendiri),
sosiosentris (kepentingan organisasi), eksistensial (fleksibel, bijak dan menghargai
orang lain).
1. Nilai Reaktif
Menunjukkan pada tindakan seseorang yang melakukan tindakan tertentu
karena bereaksi terhadap situasi tertentu yang dihadapinya. Pada dasarnya
ditujukan kepada pemuasan kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, dan
sebagainya.
2. Nilai Tribalistik
Sifat yang taat kepada norma social atau kelompok dan pimpinan formal.
Dengan kata lain, ketaatan kepada orang yang berkuasa dan kepada norma –
norma hidup yang telah disepakati bersama akan mengakibatkan hidup penuh
keserasian dan keseimbangan.

9
3. Nilai Ego-sentris
Sifat mementingkan diri sendiri. Mau bekerja sama dengan orang lain dalam
kelompok apabila yang bersangkutan yakin bahwa kebutuhan pribadinya dapat
terpenuhi.

4. Nilai Konformitas
Menerima nilai – nilai hidup orang lain yang berbeda disisi lain
tidak memaksakan nilai sendiri ke orang lain.
5. Nilai Manipulative
Berusaha mencapai tujuan pribadi dengan memanipulasi orang lain
sehingga orang itu membenarkan tindakannya.
6. Nilai Sosio-sentris
Penempatan kebersamaan jauh lebih penting ketimbang nilai
materialistic, manipulative atau konformitas.
7. Nilai Eksistensial
Tingkat toleransi tinggi terhadap pandangan orang lain yang berbeda
dari pandangan sendiri.

Jika kita berbicara tentang nilai dalam konteks etika, kita memaksudkan
suatu nilai spesifik yaitu nilai moral. Nilai lain merupakan sesuatu yang baik
menurut aspek tertentu saja sedangkan nilai moral mewujudkan sesuatu yang baik
bagi manusia sebagai manusia. Nilai moral bersifat normative. Nilai moral mengikat
kita sebagai manusia. Nilai moral wajib direalisasikan. Terhadap nilai moral kita
tidak boleh tinggal tak acuh saja. Sedangkan terhadap nilai lain, kita boleh bersikap
netral.
Etika sebagai ilmu, berefleksi tentang perilaku moral. Etika membahas
kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk moral. Etika bersifat normative.
(Bertens, 2003). Tujuan etika adalah mengidentifikasi aturan yang mengatur
perilaku orang – orang dan “barang – barang” yang layak dicari. Keputusan etis
ditentukan oleh nilai – nilai yang mendasari seseorang. Etika akan menjadi
persoalan yang semakin rumit ketika sebuah situasi mengharuskan suatu nilai
melampaui nilai yang lain. Etika adalah system aturan yang mengatur tatanan nilai –
nilai (Bateman, 2008).

10
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, Darna, dkk. 2015. Hukum Kesehatan. STIKES Surya Global. Yogyakarta.

Hanafiah, Jusuf M. dan Amri, Amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta: EGC

Romaningsih, Ani. 2015. Etika dan Hukum Kesehatan. JAMBI

https://aniromaningsih.blogspot.com/2015/05/makalah-tentang-etika-kesehatan.html

Farelya, Gita dan Nurrobikha. 2015. Etikolegal dalam Pelayanan Kebidanan.


Yogyakarta: Deepublish

Widyaningsih, Rafiqa. 2015. Norma dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai