Anda di halaman 1dari 14

“INDONESIA PADA MASA ORDE BARU”

Nama : Sabrina Oktaviantri Sagita Putri (28)

Kelas : XII MIA 1

Mapel : Sejarah Wajib

Sekolah : SMA Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon

Tahun Ajaran : 2020 s/d 2021

Tanggal : 16 Oktober 2020


KATA PENGANTAR

Puji-puji dan syukur kami panjatkan pada Allah SWT. Hanya kepada-Nya lah kami
memuji dan hanya kepada-Nya lah kami memohon pertolongan. Tidak lupa shalawat serta
salam kami haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad SAW. Risalah beliau
lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk menjalani kehidupan.Dengan
pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Indonesia pada masa orde
baru”. Pada isi makalah akan diuraikan kebijakan kebijakan politik presiden Soeharto ketika
menjabat, dampak-dampak menguatnya peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan
bernegara, juga krisis yang terjadi pada masa akhir orde baru di bidang politik, ekonomi, dan
hukum. Disusun guna memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Kami menantikan kritik dan
saran yang membangun dari setiap pembaca agar perbaikan dapat dilakukan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cilegon , 16 Oktober 2020

Penyusun

(Sabrina Oktaviantri Sagita Putri)


LATAR BELAKANG

Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela. Meski telah merdeka, Indonesia pada tahun 1950 hingga 1960-an berada dalam
kondisi yang relatif tidak stabil.

Bahkan setelah Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun
1949, keadaan politik maupun ekonomi di Indonesia masih labil karena ketatnya persaingan di
antara kelompok-kelompok politik. Keputusan Soekarno untuk mengganti sistem parlemen
dengan Demokrasi Terpimpin memperparah kondisi ini dengan memperuncing persaingan
antara angkatan bersenjata dengan Partai Komunis Indonesia, yang kala itu berniat
mempersenjatai diri. Sebelum sempat terlaksana, peristiwa Gerakan 30 September terjadi dan
mengakibatkan diberangusnya Partai Komunis Indonesia dari Indonesia.

Sejak saat itu, kekuasaan Soekarno perlahan-lahan mulai melemah. Munculnya surat
Supersemar lalu pemberantasan prtai komunis Indonesia Pada tanggal 20 Juni hingga 5 Juli
1955, diadakanlah Sidang Umum IV MPRS Hasil dari Sidang Umum IV MPRS ini menjadi
landasan awal tegaknya Orde Baru dan dinilai berhasil memenuhi dua dari tiga tuntutan rakyat
(tritura), yaitu pembubaran Partai Komunis Indonesia dan pembersihan kabinet dari unsur-
unsur Partai Komunis Indonesia. Adanya pembentukan kabinet ampera Soeharto dengan
dukungan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 membentuk kabinet baru yang diberi nama
Kabinet Ampera. Kabinet Ampera dipimpin oleh Presiden Soekarno, namun pelaksanaannya
dilakukan oleh Presidium Kabinet yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto.

Akibatnya, muncul dualisme kepemimpinan yang menjadi kondisi kurang


menguntungkan bagi stabilitas politik saat itu. Akhirnya pada 22 Februari 1967, untuk
mengatasi situasi konflik yang semakin memuncak kala itu, Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan kepada Jenderal Soeharto. Penyerahan ini tertuang dalam Pengumuman Presiden
Mandataris MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20 Februari 1967. Pengumuman itu
didasarkan atas Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila presiden
berhalangan, pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai pemegang jabatan
presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan keterangan pemerintah di
hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan kekuasaan.

Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu dilaksanakan agar
penyerahan kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah Sidang Istimewa MPRS
pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya secara resmi mengangkat Soeharto
sebagai presiden Republik Indonesia hingga terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan
umum. Apakah setelah turunnya Presiden Soekarno dari jabatan masalah tidak terjadi lagi?
Ataukah malah memperparah masalah yang ada? Sebaiknya kitta baas bersama dengan
makalah di bawah ini.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas kita dapat mengetahui penyebab perubahan masa dari
Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, lalu munculah pertanyaan pertanyaan berikut:

• Apasaja kebijakan kebijakan yang berlaku saat masa orde baru?


• Dampak dampak apa saja yang ditimbulkan dari menguatnya peran negara
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara?
• Krisis apa saja yang terjadi pada masa akhir orde baru di bidang politik,
ekonomi, dan hukum?

TUJUAN

Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui dalam makalah ini membahas:

• Kebijakan kebijakan yang berlaku saat masa orde baru


• Dampak menguatnya peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara
• Krisis yang terjadi pada masa akhir orde baru di bidang politik, ekonomi, dan hukum
Kebijakan Kebijakan yan Berlaku saat Masa Orde Baru

1) Kebijakan penyederhanaan partai politik


Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 43 yang dikeluarkan tanggal 23 Mei
1970 yang mengikuti pemilihan umum adalah partai politik yang pada saat Pemilu
sudah ada dan diakui serta mempunyai wakil di DPR atau DPRD
• Ikatan pendukung kemerdekaan Indonesia (IPKI)
• Murba
• Nahdlatul Ulama
• Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islam (P.I. Perti)
• Partai Katolik
• Partai Kristen Indonesia
• Partai Muslimin Indonesia
• Partai Nasional Indonesia (PNI)
• Partai Serikat Islam Indonesia (PSII)
• dan satu organisasi golongan karya (Sekber Golkar)

Dimenangi oleh Sekber Golkar selama 6 kali dan selalu mengusulkan Soeharto
menjadi presiden. 1971 pemerintah memberikan gagasan agar melakukan
penyederhanaan pengelompokan partai. Pada 1973 terbentuk dua partai politik dan
satu golongan karya.

a) Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


terdiri dari NU, Partai Muslimin Indonesia, P. I. Perti, dan PSII
b) Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
terdiri dari PNI, Partai Katolik, IPKI, dan Parkindo
c) Golongan Karya (Golkar)
Yang awalnya Sekber Golkar

Ditujukan untuk menciptakan stabilitas nasional dalam kehidupan berbangsa dan


bernegara.

2) Kebijakan pelaksanaan pemilu yan berkesinambungan


Pemilu yang sudah dilaksanakan menimbulkan kean bahwa demokrasi
berjalan dengan baik dalam pelaksanaannya. Didominasi oleh Golongan Karya
(Golkar) sehingga Soeharto selalu terpilih menjadi presiden selama enam periode
yang ia sampaikan selalu disetujui oleh MPR usulan pemerintah dan RUU selalu
mendapat persetujuan dari MPR dan DPR.
3) Kebijakan peran ganda atau dwifungsi ABRI
Maksud konsep ini adalah ABRI tidak hanya berpera sebagai apatur
pemerintah yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan negara, tetapii juga
sebagai salah satu unsur golongan karya yng ikut aktif dalam menentukan haluan dan
politik negara. Hal ini tertuang dalam Dokrin Kekaryaan ABRI pada 1975. Banyak
anggotanya yang ditempatkan di DPR,MPR ataupun DPD provinsi atau kabupaten,
melalui golkar ABRI dan Korpri dijadikan sebagai salah satu tulang punggung yang
menyangga keberadaan golkar sebagai organisasi politik yang berkuasa pada saat itu.
4) Pedoman, penghayatan, dan pengamalan pancasila (P-4)
Pemerintah membuat rancangan pedoman, penghayatan, dan pengamalan
acasila (P4) pada 21 maret 1978 lalu disahkan oleh MPR menjadi tap MPR
No.II/MPR/1978. Komisi yang dipimpin oleh Dr. Roeslan Abdulgani ini ertugas
mengkoordinasika pelaksanaan program penataran P4, pada 1985 pemerintah
menerapka Pancasila sebagai Asas Tunggal dalam kehidupan berorganisasi.
5) Penataan politik luar negeri Indonesia
Pada 1 januari 1965 indonesia menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, lal
pada masa orde baru tepatnya pada 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi
anggota PBB lalu kembali menyelesaikan masalah nya dengan Malaysia dan
Singapura, Indonesia juga berperan aktif pada organisasi seperti OKI,OPEC, APEC,
dan ASEAN.

Dampak menguatnya peran negara terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara

Adapun Dampak menguatnya peran negara dalam kehidupan masyarakat yaitu:


Dampak positif:
a. Harga sembako dan BBM murah
b. Pendidikan yang murah untuk semua jenjang pendidikan
c. Terbukanya kesempatan memperoleh pekerjaan
d. Berkembangnya pertanian rakyat
Dampak negatif:
a. Pemerintahan orde baru yang bersifat sentralistik telah memasung kebebasan rakyat

1. Bidang Politik
Dampak positif:
a. Keamanan tetap terjamin (tidak ada demonstrasi)
b. Difusi parpol (untuk mempermudah dalam penyusunan parpol dan pengawasan )
c. Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga
kepresidenan
Dampak negatif:
a. Terbentuknya pemerintahan otoriter, demostrative, dan sentralistik
b. Pemerintahan tidak berhasil memberikan pelajaran tentang demokrasi kepada rakyat
c. Golkar menjadi alat politik untuk menjadi stabilitas yang diinginkan, sedangkan dua
partai lainnya hanya sebagai boneka.
d. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara

2. Dibidang Ekonomi
Dampak positif:
a. Harga sembako dan BBM murah
b. Masyarakat berhasil melakukan swasembada pangan
Dampak negatif:
a. Munculnya kolusi, korupsi, dan nepotisme
b. Adanya kesenjangan ekonomi dan sosial
c. Munculnya konglomerasi

Krisis yang terjadi pada masa akhir orde baru di bidang politik, ekonomi, dan hukum

A. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan
pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi
Pancasila. Namun yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan
kekuasaan Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang
dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan
demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti
dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk
penguasa. Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya
tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang
berpikir kritis. Ciri-ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:

1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).

2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau


demokrasi rekayasa.

3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.

4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara
(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.

5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.

B. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada
bidang politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya,
kekuasaan peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa
dan bukan untuk melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering
dijadikan alat pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan
ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah(eksekutif).

C.Krisis Ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996
mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi Indonesia
tidak mampu menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis ekonomi
Indonesia diawali dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat. Pada tanggal 1 Agustus 1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00
menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1997, nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun menjadi Rp 5,000.00 per dollar.
Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus melemah dan mencapai titik
terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak
dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1)Hutang luar negeri Indonesia yang
sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan
sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap upaya-upaya
untuk mengatasi krisis ekonomi.

D. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial.
Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada
meletusnya berbagai kerusuhan di beberapa daerah. Ketimpangan perekonomian
Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran,
persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya
beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.

E. Krisis Kepercayaan
Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden Suharto. Ketidakmampuan
pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang demokratis, menegakkan
pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan pembangunan ekonomi
yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis kepercayaan. Kronologi
Peristiwa Reformasi Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan
sebagai berikut:

1. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto
membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-
barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.

3. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti
Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat
orang mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan
Hendriawan Sie) tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami
luka-luka. Kematian empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para
mahasiswa dan kalangan kampus untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran.

4. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal
dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam
peristiwa itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati
terbakar.

5. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Jakarta dan sekitarnya menduduki DPR dan MPR Pada saat yang bersamaan, tidak
kurang dari satu juta manusia berkumpul di alunalun utara Keraton Yogyakarta untuk
menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan maklumat dari Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.

6. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan


pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri.

7. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk
Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto.

8. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto
meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung.
Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan jabatannya kepada
Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI. Pada waktu itu juga B.J. Habibie
dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
Beberapa sebab lahirnya gerakan reformasi adalah krisis moneter, ekonomi, politik,
hukum, sosial, budaya, dan kepercayaan terhadap pemerintahan Presiden Suharto.
Nilai tukar rupiah terus merosot. Para investor banyak yang menarik investasinya.
Inflasi mencapai titik tertinggi dan pertumbuhan ekonomi mencapai titik terendah
selama pemerintahan Orde Baru. Kehidupan politik hanya kepentingan para
penguasa. Hukum dan lembaga peradilan tidak dapat menjalankan fungsi dan
perannya. Pengangguran dan kemiskinan terus meningkat. Nilai-nilai budaya bangsa
yang luhur tidak dapat dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara telah sampai pada titik yang paling kritis.
Oleh karena itu, krisis kehidupan masyarakat Indonesia sering disebut sebagai krisis
multidimensional. Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa,
terutama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos
angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para
mahasiswa mencakup beberapa tuntutan, seperti:

1. Adili Soeharto dan kroni-kroninya


2. Laksanakan Amandemen UUD1945
3. Penghapusan Dwi fungsi ABRI
4. Pelaksanaan Otonomi daerah seluas-luasnya
5. Tegakkan Supermasi Hukum
6. Ciptakan pemerintahan yang bersih dari KKN
Setelah peristiwa penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei
1998, seluruh lapisan masyarakat Indonesia berduka dan marah. Akibatnya, tragedi
ini diikuti dengan peristiwa anarkis di Ibu kota dan di beberapa kota lainnya pada
tanggal 13— 14 Mei 1998, yang menimbulkan banyak korban baik jiwa maupun
material. Semua peristiwa tersebut makin meyakinkan mahasiswa untuk menguatkan
tuntutan pengunduran Soeharto dari kursi kepresidenan. Pilihan aksi yang kemudian
dipilih oleh kebanyakan kelompok massa mahasiswa untuk mendorong turunnya
Soeharto mengerucut pada aksi pendudukan gedung DPR/MPR. Pendudukan Gedung
DPR/MPR RI adalah peristiwa monumental dalam proses pelengseran Soeharto dari
tampuk kekuasaan Presiden dan tuntutan reformasi. Dalam peristiwa ini, ribuan
mahasiswa dari berbagai kampus bergabung menduduki gedung DPR/MPR untuk
mendesak Soeharto.

Latar belakang terjadinya Reformasi


Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat
yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk
memperbaiki tatanan perikehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kesulitan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau
penyebab utama lahirnya gerakan reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul
secara tiba-tiba. Banyak faktor yang mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam
kehidupan politik, ekonomi, dan hukum. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin
Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam
melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru
bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam pelaksanaannya, pemerintahan
Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan
ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat
kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan.
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidak puasan dan
keprihatinan atas kehidupan politik, ekonomi, hukum, dan social. Reformasi bertujuan
untuk menata kembali kehidupan berma-sayarakat, berbangsa, dan bernegara yang
lebih baik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila. Dengan demikian, hakikat gerakan
reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru, apalagi untuk
menurunkan Suharto dari kursi kepresidenan Namun, karena pemerintahan orde baru
pimpinan Suharto dipandang tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara,
maka Suharto diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan
Negara Indonesia yang akan dating. Reformasi yang tidak terkontrol akan kehilangan
arah, dan bahkan cenderung menyimpang dari norma-norma hukum. Dengan
demikian, cita-cita reformasi yang telah banyak sekali menimbulkan korban baik jiwa
maupun harta akan gagal. Untuk itu, kita sebagi pelajar Indonesia harus dan wajib
penjaga kelangsungan reformasi agar berjalan sesuai dengan harapan para pahlawan
reformasi yang gugur.
DAFTAR PUSTAKA

Hapsari, Ratna dan M. Edi . 2019. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII . Jakarta:
_____Erlangga.

https://id.wikipedia.org/wiki/Orde_Baru

https://rinaastrina.blogspot.com/p/blog-page_38.html

http://cyndiamalita.blogspot.com/2013/11/krisis-ekonomi-sosial-hukum-politik-dan.html

Anda mungkin juga menyukai