ABORTUS SPONTAN
Disusun oleh :
KELOMPOK 15
FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
anugerah yang diberikan-Nya, kami bisa menyelesaikan laporan skenario 1 ini dengan
tepat waktu. Kami berharap agar laporan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya dan
dapat membantu memajukan setiap Mahasiswa/i Kedokteran dalam berpikir dan
memecahkan masalah-masalah Kedokteran yang ada saat ini.
Atas tersusunnya laporan ini kami tidak lupa untuk mengucapkan terimakasih
kepada:
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Kami berharap
laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terimakasih dan apabila ada salah penulisan kata dalam laporan ini kami mohon
maaf.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Ny Cantik 28 th dating dan dikirim dari bidan dengan keterangan perdarahan dari
kemaluan sejak 2 jam sebelumnya.Pasien mengaku hamil 2 bulan.Pasien pergi ke bidan
untuk mencari pertolongan, namun bidannya menyarankan untuk segera pergi kerumah
sakit.
BAB II
KATA KUNCI
3. Penyakit-penyakit atau kelainan-kelainan apa saja yang dapat perdarahan pada ny.
Cantik ?
4. Bagaimana cara menegakan diagnosa pasti dari perdarahan pada ny. Cantik ?
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan berat badan dibawah 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 20
minggu (Nanny, 2011). Peneliti mengambil kesimpulan bahwa abortus merupakan
pengeluaran hasil konsepsi dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu sebelum janin
dapat bertahan hidup.
Macam-macam abortus
1. Abortus spontan terjadi secara alamiah tanpa interfensi luar (buatan) untuk
mengakhiri kehamilan tersebut. Berdasarkan gambaran kliniknya abortus dapat
dibagi menjadi (Prawirohardjo, 2010):
c) Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian tetapi tidak semua hasil
konsepsi pada umur >20 minggu kehamilan lengkap.
f) Abortus habitualis adalah kehilangan 3 atau lebih hasil kehamilan secara
spontan yang belum viabel secara berturut- turut.
2. Abortus Provocatus
a) Abortus medisinalis adalah abortus yang dilakukan atas dasar indikasi vital ibu
hamil jika diteruskan kehamilannya akan lebih membahayakan jiwa sehingga terpaksa
dilakukan abortus buatan. Tindakan itu harus disetujui oleh paling sedikit tiga orang
dokter.
b) Abortus kriminalis adalah abortus yang dilakukan pada kehamilan yang tidak
diinginkan, diantaranya akibat perbuatan yang tidak bertanggung jawab, sebagian besar
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih sehingga menimbulkan komplikasi.
4.2 Anatomi
HLA (Human Leukocyte Antigen) suami di permukaan zygot dan bersifat sebagai
antigen asing bagi ibunya. Antigen permukaan sel fetus yang lainnya merupakan
antigen organ spesifik dan antigen embrional (oncoferal). Sistem imun wanita
berperan menyebabkan abortus spontan. Misalnya sel sistem imun non spesifik
ibu seperti sel natural killer (NK), sel lymphpkone avtivated killer (LAK), dan
makrofag dapat mengenal jaringan emrbrio primitif dan sel tumor lainnya sebagai
serum pemblok reaksi limfosit istri terhadap plasenta dan terhadap antigen
leukosit suami. Wanita tersebut bila diimunisasi dengan limfosit suaminya akan
tersebut serupa dengan reaksi penolakan graft baik karena mekanisme sel efektor
perkembangan fetus tergantung pada daya reaksi sel efektor ibu menolak graft
(fetus) yang dianggap asing oleh sistem imun ibu (Adhi, 2014).
akumulasi sel efektor di tempat implantasi, mekanisme sel efektor ibu gagal
menekan sel efektor kekebalan spesifik maupun non-spesifik ibu oleh sel ibu
sendiri maupun oleh sel fetus atau akibat interaksi keduanya, atau terjadi
salah satu faktor penekan sel efektor ibu dalam sistem imun spesifik dan non-
Toleransi ibu terhadap janin dapat diterangkan dengan teori reaksi alogenik
yang bersifat bipolar, yaitu merusak dan reaksi penguat. Efek merusak seperi
yang bersifat sitotoksik dan merusak target antigenik. Efek penguat (enhancing
effect) bekerja dengan cara memberi respons humoral yang dapat mengimbangi
reaksi penolakan dan menimbulkan efek positif pada target antigenik. Reaksi
fasilitasi ini pada kehamilan lebih dominan daripada reaksi merusak. Terjadinya
toleransi sistem imun maternal ini memunculkan beberapa hipotesis, antara lain
berinteraksi dengan Killing Inhibitory Receptor (KIR) dan akan menekan aktivitas
sitotoksisitas dari sel NK, sehingga memicu toleransi sistem imun maternal
endometrium dan implantasi embrio merupakan suatu proses yang komplek. Dari
apa yang diketahui tentang sel T Helper dimana pada penelitian dengan model
tikus didapatkan penolakan kehamilan yang dipengaruhi oleh sitokin Th1, dan
terjadi peningkatan ratio Th1/Th2 dalam darah tepi (Agius, et al., 2012).
Sel T helper (CD4+) naïve (Th0) saat mengenali antigen yang dipresentasikan
oleh APC dapat berdiferensiasi menjadi Th1 apabila mendapat sinyal berupa IL-
IL-13. Meski demikian , Th1 dan Th2 juga sama-sama menghasilkan IL-3, TNF
dengan peningkatan kejadian keguguran. Oleh karena itu, yang dianggap sebagai
dihasilkan oleh sel-sel imun saja, tetapi juga oleh sel-sel trofoblas (Hyde, et al.,
2014).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sitokin tipe 1 memiliki pengaruh
membunuh sel trofoblas. IFN-γ di sekresi oleh sel-sel uNK yang menyebabkan
sel-sel trophoblas manusia menjadi lisis akibat pengeluaran IL-2 yang merangsang
dari sel-sel trofoblas in vitro dan stimulasi makrofag di desidua. Lebih jauh lagi
TNF-α dan IFN-γ juga dapat mempengaruhi perkembangan janin dengan cara
mengaktivasi protrombinase yang akhirnya mendegenerasi trombin. Aktivasi
trombin memicu pembekuan dan produksi IL-8 yang menstimulasi granulosit dan
sel endotelial untuk menghentikan aliran darah plasenta. Bersama dengan sitokin
atau kemokin, sel uNK juga mengeluarkan gelatin-1 dan gelatin A. gelatin-1
dengan penurunan TNF-α, IL-2, dan IFN-γ yang diproduksi oleh sel T yang
trofoblas. Gambaran yang paling dapat diterima saat ini adalah baik di dalam
desidua ataupun aliran darah perifer, selama kehamilan menjadi lebih predominan.
Pentingnya dominasi relative sitokin tipe 2 jika dibandingkan dengan tipe 1 dapat
Beberapa jenis sitokin dan hormon telah terbukti dapat dihasilkan oleh
plasenta. Hormon yang cukup penting yang dihasilkan oleh plasenta adalah
akan memicu produksi LIF (Leukemia Inbibitory Factor) pada endometrium, dan
juga akan memodulasi sistem imun maternal sehingga keseimbangan Th1 dan Th2
meski saat ini baru terbukti pada spesies Roden. Dalam masa kehamilan plasenta
(Widiyanti, 2014) .
pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa beberapa tingkat inflamasi sistemik
dan uterus diperlukan baik untuk implantasi normal dan kehamilan. Namun, jika
inflamasi yang normal pada sistem fetomaternal terlihat sebagai uterine CD16
and CD56 bright natural killer cells. Debris trofoblas, sel apoptosis dan
progesteron mungkin mengatur produksi sitokin inflamasi dari sel-sel ini. Abortus
embrio yang normal secara karyotipikal dapat terjadi ketika tingkat inflamasi
berada di luar kisaran optimal, ini mungkin berhubungan dengan produksi yang
TNF-α adalah sebuah polipeptida 17 kDa dikenal juga dengan berbagai nama,
aktivitas IL-2, meningkatkan fungsi NK sel, dan aktivasi sitotoksik pada sel.
banyak jenis sel tumor. TNF-α terbukti juga merupakan modulator respon imun
kuat yang memperantarai induksi molekul adhesi, sitokin lain dan aktivasi
netrofil. Disamping berfungsi meningkatkan ekspresi molekul adhesi yang
TNF yang diproduksi dalam jangka panjang dengan konsentrasi rendah dapat
angiogenesis dan membentuk pembuluh darah baru, dan dapat berfungsi sebagai
al., 2011).
sekarang dikenal sebagai mediator sel pluripotent dan sitokin angiogenik yang
ditandai oleh berbagai jenis sel, termasuk fibroblas, sel-sel imunitas, sel-sel
pembuluh darah dan sel-sel epitel, yang semuanya mengekpresikan TNF- α. Studi
trofoblas, yang dipercaya secara klinis cukup penting dalam proses implantasi.
Gambar Peran TNF-α dalam Proses Imflantasi (Adhi, 2014)
Kadar TNF-α pada wanita yang mengalami abortus tidak meningkat pada
wanita dengan kelainan bentuk uterus dan fetus dengan kariotip normal. Hal ini
menunjukkan peningkatan konsentrasi dari sitokin ini terjadi pada abortus yang
Pada gambar 2.4 dapat digambarkan bahwa Antigen dari trofoblas akan
dikenali oleh Antigen Precenting Cell (APC), dan aktivasi APC akan menginduksi
deferensiasi Sel T menjadi TH1 dan TH2. Tingginya kadar TNF-α (Th1) akan
trofoblas, dan berakibat ke penolakan sel trofoblas dan abortus akan terjadi.
(Adhi, 2014).
yang sukses. TNF-α, tipe sitokin Th1 terutama dihasilkan oleh mononuklear
fagosit, sel natural killer (NK), dan antigen yang merangsang T-sel. TNF-α
adalah dikenal sebagai sitokin abortif, menyebabkan cedera sel membran pada
lapisan endometrium dan perubahan aliran darah arteri spiral desidua sehingga
Wanita dengan riwayat abortus memiliki tingkat yang lebih tinggi sitokin tipe
Th1 seperti IL-2, TNF-α, dan IFN γ dibandingkan dengan wanita dengan
ibu mengakibatkan abortus pada tikus. TNF-α yang menyebabkan abortus dapat
pada tikus hamil menyebabkan plasenta nekrosis dan resorpsi janin dan
meningkatkan apoptosis pada sitotrofoblas sehingga menyebabkan kematian sel
factor (CSIF) adalah tipe khusus dari sitokin pada manusia yang memainkan
Peran ini tidak termasuk dari kelas Th1 dan Th2. Namun, IL-10 pada awalnya
sitokin yang diproduksi oleh sel Th1, dan menghambat respon NK. Yang cukup
tergantung pada IL-10. Peran peraturan IL-10 (sitokin pleomorfik) pada aktivitas
aktivitas Th1-Th2 dan dapat mengurangi Th1 (IL-2 dan IFN-γ). Dalam kehamilan
trofoblas plasenta, memiliki efek penekanan pada sel KC, pada produksi autokrin
IL-10 adalah sitokin kunci pada awal kehamilan karena terlibat dalam
inflamasi, seperti IL-6, TNF-α, dan IFN-γ; bersama-sama dengan IL-4 dan IL-13,
IL-10 tampaknya memodulasi invasi trofoblas. Menurut Thaxton dan Sharma, IL-
sinyal sintesis makrofag berupa TNFa, IL1, IL6, dan oksida nitrat dengan
penghambatan langsung dari IL10 pada sintesis IFN-γ sel NK akan ditambah
secara tidak langsung melalui supresi makrofag yang menghasilkan IL12 dan
TNFa. Dengan demikian, tampak jelas bahwa efek perlindungan dari IL10
4.3 Patofisiologi
1
BAB V
A. Etiologi
Sedangkan pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi
akan menempel dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya.
Kondisi ini paling sering terjadi di daerah saluran telur hingga
persentasi terjadinya menyentuh angka 98%. Meskipun demikian,
kehamilan ektopik juga dapat terjadi di indung telur, rongga perut,
atau leher rahim.
B. Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko atau kondisi yang bisa menjadi penyebab
KET adalah:
- Riwayat dengan kehamilan KET sebelumnya
- Konsumsi obat tertntu
- Masih menggunakan Kb pada saat hamil
- Kerusakan sel telur
2
C. Manifestasi Klinis
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik akan memiliki tanda-
tanda seperti kehamilan pada umumnya, seperti terlambat haid, mual
dan muntah, mudah lelah, dan kondisi payudara yang mengeras.
Oleh karena itu, perlu pemeriksaan secara mandiri yang lebih intensif
dengan memperhatikan:
- Rasa nyeri hebat pada perut bagian bawah. Awalnya nyeri
ini dapat terasa tajam, kemudian perlahan-lahan menyebar
ke seluruh perut.
- Rasa nyeri akan bertambah hebat bila bergerak
- Perdarahan vagina. Kondisinya bisa bervariasi, dapat
berupa bercak atau pendarahan yang banyak seperti
menstruasi.
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik memiliki gejala di
atas, berarti wanita tersebut mengalami kehamilan ektopik terganggu
(KET).
3
Risiko hamil anggur cenderung lebih tinggi pada wanita yang hamil di atas usia
35 tahun, dibanding mereka yang hamil di bawah 30 tahun.
Seorang wanita yang pernah keguguran lebih berisiko mengalami hamil anggur
dibanding mereka yang tidak.tiologi
C. Manifestasi Klinis
3. Blighted Ovum
4
A. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya blighted ovum,
yaitu:
Kualitas sperma
Genetik, terutama jika suami dan istri memiliki hubungan kekerabatan yang dekat
B. Faktor Risiko
Segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan
di atas. Perdarahan pada trimester pertama tidak selalu menandakan terjadinya
5
keguguran. Oleh sebab itu, pemeriksaan perlu dilakukan guna menentukan
penyebab dan penanganan yang tepat.
Pemeriksaan juga perlu dilakukan jika Anda pernah mengalami hamil kosong
pada kehamilan sebelumnya dan ingin merencanakan kehamilan. Hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah berulangnya kondisi yang sama.
C. Manifestasi Klinis
Pada kondisi kehamilan normal, sel telur yang telah dibuahi oleh sel
sperma akan mengalami pembelahan sel. Sekitar 10 hari kemudian,
sebagian dari sel-sel tersebut akan membentuk embrio dan
berimplantasi ke dinding rahim, sementara sebagian sel lainnya akan
membentuk plasenta dan kantong kehamilan
Terlambat haid
Mual
Muntah
6
Setelah jangka waktu tertentu, pasien akan mulai merasakan gejala-
gejala keguguran, seperti:
7
BAB VI
6.1 Identitas
Nama : Nn. Rani
Umur : 20 tahun
Alamat : Dukuh Kupang, Surabaya
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan : Mahasiswi
6.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :Bercak merah bersisik di kedua siku dan lutut
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Bercak merah bersisik di kedua siku dan lutut sejak 2 bulan yang lalu
- Ukuran bercak merah bersisik mula – mula berukuran 0,5 cm
- Bercak merah bersisik membesar hingga berukuran sebesar 2 cm
- Bercak merah jika di garuk timbul sisik berwarna putih seperti lilin
- Ada rasa sedikit gatal
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada panas di bercak merah
- Tidak ada demam
3. Riwayat Pengobatan : -
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Sebelumnya belum pernah seperti ini
- Alergi (-)
- Trauma pada lokasi bercak merah bersisik (-)
- Diabetes mellitus (-)
8
- Hipertensi (-)
- 6 bulan yang lalu sakit tenggorokan
5. Riwayat Keluarga :
- Keluarga ada yang sakit seperti ini
Kepala :
Kesan umum : DBN
o Inspeksi = Simetris, benjolan (-), jejas (-)
o Palpasi = Nyeri (-)
Lain-lain DBN
a. Rambut :
o Inspeksi = Warna rambut hitam, botak (-)
o Palpasi : Rambut tidak mudah di cabut
Lain-lain DBN
b. Mata :
o Inspeksi = Ikterus (-), Mata merah (-)
o Palpasi: Anemi (-)
Lain-lain DBN
9
c. Hidung :
o Inspeksi = Nafas cuping hidung (-), dispnea (-)
o Palpasi = Krepitasi (-)
Lain-lain DBN
d. Mulut :
o Inspeksi = Sianosis (-)
o Palpasi = Nyeri ketok gigi (-)
Lain-lain DBN
e. Telinga :
o Inspeksi = Simetris, Benjolan (-)
o Palpasi = Nyeri tekan (-)
Lain-lain DBN
Leher :
Kesan umum : DBN
o Inspeksi : Simetris, Benjolan (-), jejas (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-), pembesaran
thyroid (-)
Lain-lain DBN
Thorax :
Kesan Umum : Bentuk simetris
o Inspeksi : Simetris, Pembesaran (-), jejas (-)
o Palpasi : Pembesaran (-), nyeri (-)
Lain-lain DBN
10
b. Jantung :Inspeksi : Trill(-), benjolan (-), jejas (-)
Palpasi : Trill(-)
Perkusi : Batas jantung DBN
Auskultasi : Suara S1, S2 tunggal normal, murmur (-)
Abdomen:
Kesan umum : DBN
o Inspeksi : Benjolan (-),jejas (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Tympani
o Auskultasi : Bising usus normal
Lain-lain DBN
a. Hepar :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
Lain-lain DBN
b. Lien :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
Lain-lain DBN
c. Ginjal :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
11
Lain-lain DBN
12
BAB VII
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)
13
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSIS
Identitas Anamnesa
Nama : Nn. Rani Keluhan Utama :Bercak merah bersisik di
Umur : 20 tahun kedua siku dan lutut
Alamat : Dukuh Kupang, Riwayat Penyakit Sekarang :
Sby - Bercak merah bersisik di
kedua siku dan lutut sejak 2
Pekerjaan : Mahasiswi
bulan yang lalu
Pendidikan : Mahasiswi - Ukuran bercak merah bersisik
mula – mula berukuran 0,5 cm
Pemeriksaan Fisik - Bercak merah bersisik
KU : Baik membesar hingga berukuran
Kesadaran : Compos Mentis sebesar 2 cm
Keadaan umum : Baik - Bercak merah jika di garuk
Kesadaran : Compos Mentis timbul sisik berwarna putih
Vital sign seperti lilin
a. Tensi : 120/80 mmHg - Ada rasa sedikit gatal
b. Nadi : 80x/menit - Tidak ada nyeri
c. RR : 24x/menit - Tidak ada panas di bercak
d. Suhu : 36 C merah
Kepala : - Tidak ada demam
o Kesan umum : DBN
o Inspeksi = Simetris, benjolan (-), jejas (-) Riwayat Penyakit Dahulu :
- Sebelumnya belum pernah
o Palpasi = Nyeri (-)
seperti ini
Lain-lain DBN
- Alergi (-)
Rambut : - Trauma pada lokasi bercak
o Inspeksi = Warna rambut hitam, botak (-) merah bersisik (-)
o Palpasi : Rambut tidak mudah di cabut - Diabetes mellitus (-)
Lain-lain DBN - Hipertensi (-)
Mata : - 6 bulan yang lalu sakit
o Inspeksi = Ikterus (-), Mata merah (-) tenggorokan
o Palpasi: Anemi (-)
Lain-lain DBN Riwayat Keluarga :
Hidung :
o Inspeksi = Nafas cuping hidung (-), dispnea (-) - Keluarga ada yang sakit
o Palpasi = Krepitasi (-)
Riwayat Penyakit sosial :
Lain-lain DBN
Mulut : - Stres karena tugas kuliah
o Inspeksi = Sianosis (-) - Merokok (-)
o Palpasi = Nyeri ketok gigi (-) - Alkohol (-)
Lain-lain DBN
o Telinga :
o Inspeksi = Simetris, Benjolan (-)
o Palpasi = Nyeri tekan (-)
Lain-lain DBN
o Leher :
o Kesan umum : DBN
o Inspeksi : Simetris, Benjolan (-), jejas (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-), pembesaran KGB (-),
pembesaran thyroid (-)
Lain-lain DBN 14
o Thorax :
o Kesan Umum : Bentuk simetris
Vital Sign o Inspeksi : Simetris, Pembesaran (-), jejas
TD : 120/80 mmHg (-)
Nadi : 80x/menit o Palpasi : Pembesaran (-), nyeri (-)
RR : 24x/menit Lain-lain DBN
Suhu : 36 ᴼC Paru-paru:
o Inspeksi : Gerak nafas simetris
o Palpasi : Fremitus raba normal
o Perkusi : Sonor
o Auskultasi : Suara nafas vesikuler,
wheezing -/-, rornchi
Deferrential Diagnosis Jantung :
1. Psoriasis Vulgaris o Inspeksi : Trill(-), benjolan (-),
2. Liken Simpleks Chronic jejas (-)
(Neurodermatitis) o Palpasi : Trill(-)
3. Dermatitis seboroik o Perkusi : Batas jantung DBN
o Auskultasi : Suara S1, S2 tunggal
normal, murmur (-)
Abdomen:
o Kesan umum : DBN
o Inspeksi : Benjolan (-),jejas (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
Diagnosis : Psoriasis Vulgaris
o Perkusi : Tympani
o Auskultasi : Bising usus normal
Lain-lain DBN
o Hepar :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
Lain-lain DBN
o Lien :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
Lain-lain DBN
o Ginjal :
o Inspeksi : Pembesaran (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Redup
o Auskultasi : (-)
Lain-lain DBN
Ekstremitas:
o Kesan umum : DBN
o Inspeksi :
- Perfusi Hangat, Edema (-)
- Kuku Jari : Tampak Pitting Nails
15
BAB IX
9.1 Penatalaksanaan
Terdapat banyak variasi pengobatan psoriasis, tergantung dari
lokasi lesi, luasnya lesi, dan beratnya penyakit, lamanya menderita
penyakit dan usia penderita. Pada pengobatan awal sebaiknya diberikan
obat topikal, tetapi bila hasilnya tidak memuaskan dapat dipertimbangkan
pengobatan sistemik, atau diberikan kombinasi dari keduanya. Terapi
dengan menggunakan pengobatan topikal merupakan pilihan untuk
penderita dengan psoriasis plak yang terbatas atau mengenai kurang dari
20% luas permukaan tubuh.
9.1.1 Farmakologis
a. Pengobatan sistemik
Dengan pemberian kortikosteroid yakni metilpredinolon
tablet 8 mg setiap 12 jam dan anti histamine berupa
cetririzine tablet 10 mg tiga kali sehari (bila gatal).
b. Pengobatan topikal
Benosonkrim10 gr dioleskan pada lesi tiga kali sehari.
c. Fototerapi
16
dipertahankan sebanyak 1 kali per 2 minggu selama 2
minggu, lalu dikurangi sampai 25% 1 kali per 4 minggu.
Pada terapi menggunakan broadband UV B, pemberian
dosis juga dilakukan berdasarkan tipe kulit Fitzpatrick,
dimana terapi inisial dilakukan pada keadaan 50% dari
MED diikuti dengan 3-5 terapi per minggu, kemudian pada
terapi ke 1-10 kenaikan dosis 25% dari dosis MED inisial,
dan pada terapi 11-20 kenaikan dosis 10% dari MED inisial,
lalu pada terapi ≥21 kenaikan diberikan berdasarkan
permintaan dokter.
Fototerapi juga dapat diberikan menggunakan psoralen dan
UV A (PUVA) dengan dosis berdasarkan minimal
phototoxic dose (MPD), namun jika MPD sulit dilakukan
maka dosis diberikan berdasarkan tipe kulit. Dosis inisial
diberikan 0.5-2.0 J/cm2 dilakukan 2 kali per minggu dengan
kenaikan 40% tiap minggu hingga eritema, selanjutnya
kenaikan maksimum 20% per minggu dengan dosis
maksimal 15J/ cm2.
17
{0,1(Eh+Ih+Sh)Ah} + {0,2(Eul+Iul+Sul)Aul} + {0,3(Et+It+St)At} +
{0,4(Ell+Ill+Sll)All}.
Keterangan:
A (area) = luas permukaan tubuh dalam 4 bagian yang terkena yaitu: kepala
dan leher (h = head), badan (t = trunk), ekstremitas atas (ul = upper limb),
ekstremitas bawah (ll = lower limb); E = eritema; I = infiltrat; S = skuama.
<10 % 1
10- 29 % 2
30- 49 % 3
50- 69 % 4
70- 89 % 5
90- 100 % 6
18
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
10.1 Komplikasi
Komplikasi psoriasis adalah psoriasis pustular, psoriasis eritrodermi,
psoriasis arthritis
10.3 Prognosis
Prognosis penyakit Psoriasis ini cukup baik, karena tidak menimbulkan kematian.
Namun penyakit psoriasis tidak dapat sembuh sama sekali dan penyakit ini dapat
kambuh sewaktu- waktu sepanjang hidup.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hajar, Sitti. 2015. Manifestasi Klinis Dermatitis Seboroik Pada Anak. Jurnal
Kedokteran Syiah Kuala. 15( 3) :176-177
Aprilliana, Kurnia Fitri dan Hanna Mutiara. 2017. Psoriasis Vulgaris Pada Laki-
Laki 46 Tahun. 4(1): 160-163
Ariyanti, Pramita dan Sunarso Suyoso. 2014. Pemahaman Klinis Linken Simplek
Kronikus. 26(2): 122-123
20