Anda di halaman 1dari 4

REPFRESENTASI NARSISISME TOKOH HANNIBAL LECTER DALAM NOVEL

TERJEMAHAN HANIBBAL RISING

Yosi Suliawati

Universitas Islam Nusantara

yosisulia@gmail.com

INTISARI

Kata Kunci : (max 5 kata kunci)

PENDAHULUAN

Hannibal Lecter seorang tokoh atau karakter fiksi dalam novel serial rekaan
Thomas Harris. Karakternya diperkenalkan dalam novel thriller Red Dragon (1981)
sebagai seorang psikiater dan pembunuh berantai kanibal. Novel sekuelnya, The
Silence of the Lambs (1988), menampilkan Lecter sebagai satu dari dua tokoh
antagonis utama. Di novel ketiganya, Hannibal (1999), Lecter menjadi tokoh utama.
Perannya sebagai protagonist dan anti- hero muncul di novel keempat, Hannibal Rising
(2006), yang mengungkapkan masa kecilnya dan perkembangannya hingga menjadi seorang
pembunuh berantai. Sebuah peristiwa terbunuhnya seluruh anggota keluarganya membuat
Hannibal Lecter menjadi seorang pribadi yang sangat berbeda.
Teori yang digunakan yaitu teori dari Freud tentang “On Narcissism Introduce”
Konsep dan istilah narsisisme berawal dari sebuah mitologi Yunani kuno tentang seorang
pemuda tampan dari Thespian bernama Narcissus yang ditakdirkan untuk hidup hingga ia
melihat dirinya dan jatuh hati pada citra diri yang dilihatnya.

Berdasarkan mitologi tersebut berkembanglah konsep narcisism (dalam tulisan ini


penulis menggunakan kata: narsisisme) yang pada mulanya digunakan untuk
menggambarkan orang yang jatuh cinta dengan citra dirinya sendiri atau suatu bentuk
hukuman bagi orang-orang yang tidak dapat mencintai orang lain. Pada tahun 1899, Paul
Nacke, seorang psikiater berkebangsaan Jerman menggunakan istilah Narcismus yang
merujuk pada “attitude of a person who treats his own body in the same way as otherwise the
body of sexual object is treated ”. Dengan perkataan lain , seseorang mengalami kenikmatan
seksual pada saat menatap, membelai dan mencintai tubuhnya. Konsep narsisisme dari Nacke
inilah yang kemudian menjadi dasar bagi konsep narsisisme yang digunakan oleh Freud
(1914). Dalam perkembangannya, pemahaman narsisisme dalam teori Freud tidak hanya
mengenai perilaku abnormal dalam kehidupan seksual individu, tetapi lebih menekankan
pada instink untuk melindungi diri sendiri (self perseveration) yang ada pada setiap makhluk
hidup.

Freud (1914) menggambarkan konsep narsisisme dalam teorinya mengenai


metapsikologi (metapsychological). Konsep ini digunakan untuk menggambarkan tahapan
perkembangan libido normal antara tahap autoerotik (autoeroticism) dan object love.
Narsisisme timbul ketika libido (energi psikis) diinvestasikan untuk memenuhi kepuasan diri
sendiri sehingga ada ketidakmampuan untuk menginvestasikannya kepada orang lain atau
demi kepentingan orang lain. Perilaku yang muncul sebagai akibat dari narsisisme ini terlihat
sebagai rasa cinta diri (self love) yang berlebihan.

Selanjutnya, di bidang klinis, Freud (dalam Raskin & Terry, 1988) menggunakan
konsep narsisime dalam kategori diagnostik untuk menggambarkan fenomena perilaku
sebagai berikut :

Selanjutnya, di bidang klinis, Freud (dalam Raskin & Terry, 1988) menggunakan
konsep narsisime dalam kategori diagnostik untuk menggambarkan fenomena perilaku
sebagai berikut : (1) Sikap seseorang terhadap dirinya sendiri, misalnya cinta terhadap diri
sendiri (self love), mengagumi diri sendiri (self admiration), membesar-besarkan diri sendiri
atau perilaku ekspansif (self aggrandizement) (2). Kerentanan self esteem seseorang yang
meliputi ketakutan akan kehilangan cinta dan ketakutan akan kegagalan (3). Orientasi
pertahanan diri yang meliputi megalomania, idealisasi, penyangkalan (denial) dan proyeksi
(4). Kebutuhan untuk dicintai, memenuhi diri sendiri (self sufficiency) dan kebutuhan untuk
menjadi sempurna (5) Dalam hubungan dengan orang lain memperlihatkan sikap yang
menunjukkan bahwa dirinya “lebih” dari orang lain

Setiap manusia memiliki 2 bentuk objek seksual yaitu : diri mereka sendiri dan
wanita yang merawatnya. Selanjutnya, Freud membuat postulat mengenai narsisisme primer
pada setiap orang dimana di kemudian hari akan dimanifestasikan melalui dominasi
pemilihan objek (object-choice) cinta. Freud (1914) membagi individu ke dalam 2 kelompok
yang berbeda berdasarkan pemilihan objek: (1a). Narcissistic Type. Pada individu-individu
yang mengalami gangguan pada perkembangan libidinal, seperti pada homoseksual, dimana
pemilihan objek cinta bukanlah ibunya melainkan diri mereka sendiri. Mereka secara jelas
melihat diri mereka sebagai objek cinta. Berdasarkan tipe narsisistik ini, maka seseorang
mungkin akan memilih objek cinta : (1). diri mereka sendiri (2). diri mereka dahulu (3). diri
yang diinginkan (4). seseorang yang dulu pernah menjadi bagian dari dirinya (2b.) Anaclitic
Type. Pengalaman auto-erotic sexual gratification yang pertama terjadi ketika individu
melakukan self preservation. Yang muncul di awal adalah sexual instinct yang kemudian
dilanjutkan oleh ego-instinct; selanjutnya mereka terbebas dari insting-insting tersebut dan
mengubah objek seksual mereka ke dalam aktivitas feeding, perhatian dan perlindungan yang
diberikan oleh ibunya. Berdasarkan tipe anaclitik, maka seseorang mungkin akan memilih
objek cinta : (1). wanita yang mengasuh/ merawatnya, (2). laki-laki yang memberikan
proteksi. Dinamika Narsisisme Freud berpendapat bahwa seorang bayi merasa dirinya
sempurna dan sangat berpengaruh. Ia memiliki pikiran yang terbatas dan tidak terbatas
(omnipotence of thought). Semua energi libido digunakan untuk memuaskan kebutuhan
psikologisnya dan untuk merawat keberadaannya. Investasi dasar dari energi ini diberi nama
“Ego Libido” atau narsistik. Insting-insting autoerotis adalah instink yang sifatnya primodial
dan melalui insting inilah narsisisme mulai muncul pada diri individu. Selanjutnya, Freud
membagi narsisisme menjadi 2.

Perkembangan Konsep Narsisisme Konsep narsisisme yang dikembangkan oleh


Freud sangat mempengaruhi pemikiran psikoanalisa modern. Salah satu pemahaman
narsisisme dalam bidang klinis dari perspektif psikoanalisa modern dapat ditemukan pada
teori Kohut. Kohut (dalam Siegel, 1996) melihat narsisime sebagai suatu tahapan
perkembangan diri. Sementara itu, manifestasi dari narsisisme yang tidak sehat adalah
depresi dan kehampaan perasaan sebagaimana ia temui pada beberapa pasiennya. Keluhan
mereka berkisar pada kemungkinan hilangnya makna dan gairah hidup mereka sehingga
mereka menjalani hidup dengan berat hati. Kontekstualisasi Konsep Narsisisme Dalam era
modern saat ini, narsisisme muncul sebagai cara untuk mengatasi tekanan dan kecemasan
yang dirasakan. Lasch (1979) menggunakan konsep narsisisme dalam lingkup masyarakat
yang luas. Suatu bentuk masyarakat baru membutuhkan bentuk kepribadian yang baru dan
cara sosialisasi yang baru. Pada saat masyarakat memilih narsisisme, selanjutnya akan
berkembang menjadi kondisi sosial yang dapat meningkatkan trait narsistik yang ada dengan
derajat yang berbeda-beda pada setiap orang. Salah satu kondisi yang ada dalam masyarakat
modern sekarang ini hal-hal yang memiliki andil dalam membentuk masyarakat yang
narsistik.

Penelitian berjudul Representasi Narsisisme Tokoh Hannibal Lecter Dalam Novel


Terjemahan Hannibal Rising ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi. Pendekatan psikologi merupakan
pendekatan yang mendalam karya sastra berdasar pada pembaca, pengarang, maupun aspek
lain. Pada pendekatan ini juga dapat digunakan untuk menganalisis karakter suatu tokoh
dalam karya sastra. Sehingga pendekatan inilah yang digunakan sebagai pisau teori guna
mengkaji karya sastra novel Hannibal Rising Karya Thomas Harris.

Tujuan penulisan ini untuk lebih memahami karaktersistik yang dialami oleh tokoh
Hannibal Lecter dalam novel terjemahan karya Thomas Harris agar setiap orang yang
membaca tulisan ini mampu memahami bahwa karekteristik yang dialami oleh seorang
Hannibal Lecter ini sangat unik karena mampu membalaskan dendamnya yang terjadi pada
saat ia sejak kecil dengan peristiwa yang pada saat itu tengah berlangsung, dengan cara yang
elegan sosok Hanibbal Lecter mampu mebalaskan dendamnya yang pernah ia alami ketika
masih kecil dan yang terjadi kepada adiknya pada saat itu. Sehingga ia menjadi sosok yang
sangat berbeda.

Anda mungkin juga menyukai