III-1
SOAL III
CURAH HUJAN MAKSIMUM DAN RATA – RATA DAERAH
III-2
III-3
𝟏
̅𝑹= (𝑹
𝟏 + 𝑹𝟐 + … + 𝑹𝒏)
𝒏
Keterangan :
III-4
seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus dibuat lagi poligon yang
baru. (Triatmodjo, 2008).
𝑨𝟏 𝑹 𝟏 + 𝑨𝟐 𝑹 𝟐 + … + 𝑨𝒏 𝒏
̅=
𝑹
𝑨𝟏 + 𝑨𝟐 + … + 𝑨𝒏
Keterangan :
𝑅̅ = curah hujan rata-rata daerah (mm)
A1, A2, An = luas daerah yang diwakili tiap titik pengamatan (m2)
R1 ,R2, Rn = curah hujan di titik pengamatan 1 (mm)
III-5
𝑨𝟏 𝑹 𝟏 + 𝑨𝟐 𝑹 𝟐 + … + 𝑨𝒏 𝒏
̅=
𝑹
𝑨𝟏 + 𝑨𝟐 + … + 𝑨𝒏
Keterangan :
𝑅̅ = curah hujan rata-rata daerah (mm)
A1, A2, An = luas bagian antara tiap garis kontur (km2)
R1 ,R2, Rn = curah hujan rata-rata pada luasan A1, A2, An (mm)
III-6
Untuk menghitung hujan maksimum daerah dan hujan rata – rata daerah selain
data hujan dari tiap stasiun pengukur atau pencatat hujan yang didapat dari hasil
pengerjaan soal sebelumnya, diperlukan juga peta topografi sebuah DAS (daerah aliran
sungai) yang terdapat keempat stasiun hujan tersebut. Berikut peta topografi tersebut.
III-7
Berdasarkan kedua hal di atas, akan dihitung nilai curah hujan maksimal dan
rata-rata daerah pada DAS di atas dengan tiga metode, yaitu Metode Rata-rata
Aritmatik, Metode Poligon Thiessen, dan Metode Isohyet.
III-8
Tabel 3.2 Perhitungan Curah hujan Rata – Rata dan Maksimum Daerah
III-9
Berikut
merupakan gambar yang menjelaskan pembagian area DAS berdasarkan metode
Poligon Thiessen ini.
Gambar 3.5 Peta Topografi DAS dan Letak Stasiun Poligon Thiessen
Sumber: Hasil Perhitungan, 2021
III-10
283+198,1+184+169,85
R= = 2087,25
4
III-11
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan Rerata Daerah Harian
Maksimum Tahunan Metode Poligon Thiessen
PA.AA PB.AB PC.AC PD.AD Pmax
No. Tahun
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 2004 40,0 31,7 30,2 90,7 192,7
2 2005 35,6 28,2 26,9 80,8 171,6
3 2006 30,0 36,5 34,8 104,5 205,8
4 2007 40,3 31,9 30,4 91,4 194,0
5 2008 33,5 26,5 25,3 76,0 161,4
6 2009 30,7 24,3 23,2 69,6 147,7
7 2010 42,8 33,9 32,4 97,1 206,3
8 2011 38,3 29,7 28,3 112,0 208,3
9 2012 27,2 21,5 24,2 61,6 134,4
10 2013 39,0 30,9 29,5 88,5 187,9
11 2014 45,7 36,2 34,5 103,6 219,9
12 2015 44,3 35,1 33,4 100,3 213,1
3. Metode Isohyet
Berikut perhitungan curah hujan rata – rata daerah dan curah hujan maksimum
Diketahui :
A-B 8,4463
B-C 8,6114
C-D 11,093
A-D 14,0367
A-C 9,651
B-D 16,88
III-12
1. Tahun 2004
>> Mencari garis isohyet tahun 2004
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 283,00 mm
PB : 198,1 mm
PC : 184,0 mm
PD :169,8 mm
III-13
X = 2,28cm
X
- Garis B – C : 198,1−X
=
198,1−184 8,61
X = 2,852 cm
X
- Garis A – C : 283−X
=
283-184 9,65
X = 2,242 cm
X
- Garis B – D : 198,1−X
=
198,1-169,8 16,9
III-14
III-15
III-16
2. Tahun 2005
>> Mencari garis isohyet tahun 2005
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 252 mm
PB : 176,4 mm
PC : 163,8 mm
PD : 151,2 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 240 mm
X
- Garis A – B : 252−X
=
252−176,4 8,446
X = 1,34 cm
176,4−X
- Garis B – C : =
X
176,4−163,8 8,61
X = 1,67 cm
X
- Garis A – C : 252−X
=
252-163,8 9,65
X = 1,31 cm
176,4−X
- Garis B – D : =
X
210,8−151,2 16,8
III-17
III-18
III-19
3. Tahun 2006
>> Mencari garis isohyet tahun 2006
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 211,9 mm
PB : 228,2 mm
PC : 211,9 mm
PD : 195,6 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 220 mm
X
- Garis A – B : 211,9−X
=
211,9−228,2 8,46
X = 4,19 cm
228,2−X
- Garis B – C : =
X
228,2−211,9 8,61
X = 4,33 cm
X
- Garis C – D : 211.9−X
=
211,9-195,6 11,09
X = 4,24 cm
Rifqy A. Fadhil |205060400111062
HIDRLOGI TEKNIK
TEKNIK PENGAIRAN DASAR
III-20
III-21
III-22
4. Tahun 2007
>> Mencari garis isohyet tahun 2007
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 285 mm
PB : 199,5 mm
PC : 185,3 mm
PD : 171 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 220 mm
285−X X
- Garis A – B : =
285−199,5 8,46
X = 6,42 cm
199,5−X
- Garis B – C : =
X
199,5−185,3 8,61
X = 8,003 cm
285−X X
- Garis A – C : =
285-185,3 9,65
X = 6,29
185,3−X
- Garis B – D : =
X
185,3-171 16,8
III-23
III-24
III-25
5. Tahun 2008
>> Mencari garis isohyet tahun 2008
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 237 mm
PB : 165,9 mm
PC : 154,1 mm
PD : 142,2 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 200 mm
X
- Garis A – B : 237−X
=
237-165,9 8,46
X = 7,014 cm
165,9−X
- Garis B – C : =
X
165,9−154,1 8,61
X = 8,238 cm
237−X X
- Garis A – D : =
237-142,2 14,03
X = 6,94 cm
165,9−X
- Garis B – D : =
X
165,9-142,2 16,8
X = 10,156cm
Rifqy A. Fadhil |205060400111062
HIDRLOGI TEKNIK
TEKNIK PENGAIRAN DASAR
III-26
III-27
III-28
6. Tahun 2009
>> Mencari garis isohyet tahun 2009
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 217 mm
PB : 151,9 mm
PC : 141,1 mm
PD : 130,2 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 200 mm
X
- Garis A – B : 217−X
=
217-151,9 8,46
X = 2,206 cm
151,9−X
- Garis B – C : =
X
151,9−141,1 8,61
X = 2,749 cm
217−X X
- Garis A – C : =
217-141,1 9,65
X = 6,94 cm
151,9−X
- Garis B – D : =
X
151,9-130,2 16,8
III-29
III-30
III-31
7. Tahun 2010
>> Mencari garis isohyet tahun 2010
7 2010 303,0 212,1 197,0 181,8
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 303 mm
PB : 212,1 mm
PC : 197 mm
PD : 181,8 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 300 mm
X
- Garis A – B : 303−X
=
303-212,1 8,46
X = 0,279 cm
212,1−X
- Garis B – C : =
X
212,1−197 8,61
X = -75,17 cm
303−X X
- Garis A – D : =
303-181,8 14,03
X = 0,347 cm
303−X X
- Garis A – C : =
303-197 9,65
X = 0,273 cm
III-32
III-33
III-34
8. Tahun 2011
>> Mencari garis isohyet tahun 2011
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 271 mm
PB : 185,5 mm
PC : 172,3 mm
PD : 209,6 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 250 mm
X
- Garis A – B : 271−X
=
271-185,5 8,46
X = 2,075 cm
185,5−X
- Garis B – C : =
X
185,5−172,3 8,61
X = 4,80cm
271−X X
- Garis A – C : =
271-209,6 9,65
III-35
III-36
III-37
9. Tahun 2012
>> Mencari garis isohyet tahun 2012
Diketahui :
Garis A – B : 8,446 cm
Garis B – C : 8,611cm
Garis C – D : 11,09 cm
Garis A – D : 14,03 cm
Garis A – C : 9,651 cm
Garis B – D : 16,88 cm
PA : 192 mm
PB : 134,4 mm
PC : 147,2 mm
PD : 115,2 mm
Contoh perhitungan garis Isohyet 150 mm
X
- Garis A – B : 192−X
=
192-134,4 8,46
X = 6,159 cm
134,4−X
- Garis B – C : =
X
134,4−147,2 8,61
X = 7,67 cm
192−X X
- Garis A – C : =
192-147,2 9,65
X = 15,825cm
Rifqy A. Fadhil |205060400111062
HIDRLOGI TEKNIK
TEKNIK PENGAIRAN DASAR
III-38
III-39
III-40
X = 9,429 cm
276−X X
- Garis A – D : =
276-165,6 14,03
X = 13,159 cm
276−X X
- Garis A – C : =
276-179,4 9,65
X = 6,94 cm
193,2−X
- Garis B – D : =
X
193,2-165,6 16,8
III-41
III-42
III-43
X = 6,36 cm
226,1−X
- Garis B – C : =
X
226,1−210 8,61
X = 7,93 cm
323−X X
- Garis A – C : =
323-210 9,65
X = 6,24 cm
226,1−X
- Garis B – D : =
X
226,1-193,8 16,8
III-44
III-45
III-46
X = 1,17 cm
219,1−X
- Garis B – C : =
X
219,1−203,5 8,61
X = 1,457 cm
313−X X
- Garis A – C : =
313-203,5 9,65
X = 1,146 cm
219,1−X
- Garis B – D : =
X
219,1-187,8 16,8
III-47
III-48
III-49
250
Curah Hujan (mm)
200
Rata-
150 Rata
Hitung
100
50
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
III-50
3.6 Kesimpulan
Analisa frekuensi curah hujan adalah berulangnya curah hujan baik jumlah
frekuensi persatuan waktu maupun periode ulangnya. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menghitung besarnya curah hujan pada kala ulang
tertentu.Untuk menganalisa frekuensi curah hujan ini menggunakan tiga metode
sebagai perbandingan, yaitu : Metode aljabar atau aritmatik, metode polygon thiessen,
metode isoyet. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan
pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan harian rata rata
di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu (Point
Rainfall). Curah hujan ini disebut curah hujan daerah dan dinyatakan dalam mm.
Curah hujan ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan.
Setelah dilakukan perhitungan curah hujan rata – rata dan maksimum daerah
menggunakan Metode Rata-rata Aritmatik, Metode Poligon Thiessen, dan Metode
Isohyet, didapat hasil yang berbeda. Penghitungan curah hujan rata – rata dan
maksimum daerah mengunakan Metode Rata-rata Aritmatik memiliki nilai paling
besar dibandingkan dengan Metode Poligon Thiessen dan Metode Isohyet. Sedangkan
Metode Isohyet menghasilkan hasil paling besar daripada menggunakan Metode Rata-
rata Aritmatik dan Metode Poligon Thiessen. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
parameter yang digunakan untuk menentukan nilai curah hujan rata – rata dan
maksimum daerah. Dari ketiga metode yang digunakan untuk menentukan nilai curah
hujan rata – rata dan maksimum daerah, Metode Isohyet bisa dikatakan paling akurat
karena membagi DAS (daerah aliran sungai) menjadi pias – pias. Meskipun begitu,
nilai curah hujan menggunakan Metode Rata-rata Aritmatik, Metode Poligon
Thiessen, dan Metode Isohyet tidak jauh berbeda sehingga data curah hujan tersebut
dianggap akurat.
III-51
DAFTAR PUSTAKA
BR, Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Istiarto. 2012. Dasar Simple Geometri River. Yogyakarta.
Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.
Triatmodjo, Bambang .2008. Hidrologi Terapan.Yogyakarta: Beta Offset.