EDUKASI
TEMA: Meningits TB
Nama kelompok
KASUS:
Seorang pasien bernama Tn. Nizam (35 thn) di diagnosa mengalami penyakit
meningitis TB. Setelah menerima resep dari dokter ia langsung menuju Apotek menebus obat
tersebut, terkait dengan penyakit di alami dan baru belum pernah mengkomsumsi obat
tersebut, sehingga dilakukan konseling terhadap penggunaan obat yang terkait.
Pasien : Selamat Siang Ibu, saya mau menebus resep dari dokter.
Apoteker : Iy selamat siang Pak, ( mengambil resep membaca dan menganalisa resep
dan menyerahkan resep kepada asisten apoteker untuk menyiapkan obatnya).
Apoteker : Ibu, sambil menunggu obatnya disiapkan, bisa ikut saya ke ruangan
konseling? Ada yang ingin saya diskusikan.
(Ruangan konseling)
Apoteker : Silahkan duduk dahulu pak. Perkenalkan saya Noris apoteker yang bertugas
hari ini, Sebelumnya saya boleh bertanya apakah benar ini dengan bapak Tn.
Nizam umur 35 tahun?
Apoteker : Baik pak, boleh saya minta waktunya 5-10 menit? Saya ingin menanyakan
beberapa pertanyaan tentang obat yang baru anda peroleh.
Pasien : Iya boleh
Apoteker : Apa yang di katakan dokter mengenai kegunaan obat-obat yang diberikan?
Pasien : Kata dokter obat yang diminum untuk memperlambat bahkan memusnakan
bakteri yang terdapat yang ada di paru-paru saya agar tidak menyebar ke
organ tubuh yang lainnya.
Pasien : Saya harus meminum tabletnya 1 sehari sebelum makan pada pagi hari.
Apoteker : Iya, benar sekali apa yang anda sampaikan. Saya akan menjelaskan ulang
mengenai obat yang di resepkan oleh dokter, jadi disini ada 5 jenis obat bapak
di antaranya ada obat Isoniazid 300mg 1x1 sehari diminum, Rifampisin
600mg 1x1 sehari, Pirazinamid 1000mg 1x1 sehari, Etambutol 1000mg 1x1
sehari untuk pengobatan TBnya, dan obat Pyridoxin (vit b6) 1x1 sehari untuk
mencegah efek samping dari obat isoniazid. Jadi obat ini di komsumsi pada
saat perut sedang kosong atau 1 jam sebelum makan pada pagi hari.
Apoteker : Bapak obat ini perpaket ya artinya obat ini di minum dengan jangka
panjang, kalau bisa konsultasinya setiap bulan sama dokter. Obat inii tidak
boleh habis atau putus jadi 2 atau 3 hari sebelum obatnya habis bapak harus
kembali konsultasi ke dokter.
Pasien : Baik bu. Apakah ada efek samping dari obat tersebut?
Apoteker : Dari obat ini ada beberapa hal yang perlu bapak ketahui terkait efek samping
obat Isoniazid bisa menyebabkan kesemutan dan mual, Rifampisin
menyebabkan urine berwarna orange kemerahan,Pirazinamid bisa
menyebabkan demam dan nyeri,Etambutol bisa mnyebabkan gangguan
penglihatan. Jika terjadi hal tersebut bapak tidak perlu khawatir karena ini
merupakan efek samping dari obat-obat tersebut.
Apoteker : kalo begitu bisa bapak ulang lagi tentang pemakaian obat yang sudah saya
jelaskan.
Pasien : (mengulangi apa yang di jelaskan oleh apoteker terkait efek obat, aturan
pakai dan cara minum obat).
Apoteker : Baik pak, saya rasa bapak sudah paham. Oh iya pak, saya sarankan agar
bapak mengkomsumsi air putih llebih banyak agar tidak kekurangan cairan
dan jangan mudah lelah harus istrahat yang cukup,apabila bapak merokok
saya sarankan untuk berhenti merokok. Apakah ada yang mau ditanyakan
lagi?
Pasien : Baik bu, saya rasa cukup informasi yang ibu berikan sangat lengkap dan
membantu, terimakasih bu.
Apoteker : Sama-sama pak, semoga informasi yang saya berikan bermanfaat. Ini kartu
nama saya jika ada kendala atau informasi yang kurang jelas silahkan
hubungi nomor yang terterah (sambil memberikan kartu nama), dan ini ada
kartu konseling yang harus bapak tandatangani.
-seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam; atau
Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama sedikitnya 5 hari,
dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada
gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan harus diberikan secara parenteral. Lama
pengobatan seluruhnya 10 hari.
Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau abses serebral. Jika
hal ini dicurigai, rujuk.
Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti selulitis pada
daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis.
Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 3–5 hari, ulangi
pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS
Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat ditambahkan.
Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:
Steroid
Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu, dilanjutkan
tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan deksametason dengan
dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu.
Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason pada
semua pasien dengan meningitis bakteri.
Perawatan Penunjang
Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai denganpkebutuhan. Lihat tata laksana pemberian
cairan dan nutrisi.
Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.
- Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau
perubahan perilaku anak.
- Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam, selama
setidaknya dalam 48 jam pertama.
- Periksa tetesan infus secara rutin.
Pada saat pulang, nilai masalah yang berhubungan dengan syaraf, terutama gangguan
pendengaran. Ukur dan catat ukuran kepala bayi. Jika terdapat kerusakan syaraf, rujuk anak
untuk fisioterapi, jika mungkin; dan berikan nasihat sederhana pada ibu untuk melakukan
latihan pasif. Tuli sensorineural sering terjadi setelah menderita meningitis. Lakukan
pemeriksaan telinga satu bulan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
Komplikasi
Kejang
Hipoglikemia