Oleh:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah tentang "Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita dan Pendidikan Anak
Tunadaksa dan Tunalaras" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh Ibu Nur Istiqomah
Hidayati, serta menambah ilmu dan wawasan para mahasiswa.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.
Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca sekalian. Semoga, dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi keilmuan
para pembaca.
Kelompok 2
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PEMBUKAAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
MODUL 6: PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA............ ...... 4
KB 1 Definisi, Klasifikasi, Penyebab, Dan Cara Pencegahan Tunagrahita
A. Definisi............ ............................................................................................... 4
B. Klasifikasi ....................................................................................................... 5
C. Penyebab dan Cara Pencegahan ..................................................................... 6
iii
KB 2 Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunadaksa ...................... 15
A. Kebutuhan ....................................................................................................... 15
B. Profil ............................................................................................................... 15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki gangguan serta anak
mengalami suatu kelainan sehingga proses pertumbuhan dan perkembanganya
terlambat. Salah satu anak yang berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Secara
harafiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran, dengan demikian
ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya
kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata (Mulyono
Abdulrachman, 1994 : 19).Menurut (Mohammad Efendi, 2006:9), Anak berkelainan
mental atau tunagrahita, yaitu “anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan
yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata, sehingga untuk mengerjakan tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, termasuk
kebutuhan program pendidikan dan bimbingan.
Seorang anak seharusnya sangat menikmati masa kecilnya, dimana mereka
bermain dan bersahabat dengan teman-temanya. Akan tetapi pada kenyataanya
seringkali terjadi penyandang tunagrahita didiskrimasi karena kekuranganya.
Perkembangan psikis dan fisik anak tunagrahita ini sangatlah berbeda dengan anak
normal pada umumnya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa mereka bisa diperlakukan
dengan tidak baik oleh lingkungan.
Anak yang mengalami gangguan tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari juga
menginginkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Mereka juga
memerlukan pendidikan yang layak agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat.
Namun, layanan pendidikan ini juga harus ringan dan disesuaikan dengan kepentingan
anak. Anak tunagrahita bisa diberikan mata pelajaran umum dan pembelajaran bina
diri, seperti bisa menolong dan merawat diri sendiri. Proses pembelajaran ini tidaklah
mudah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan peran serta guru yang sangat keras dan
aktif serta penuh kesabaran.
Selain gangguan tunagrahita, terdapat pula jenis anak yang mengalami
berkebutuhan khusus seperti tunadaksa dan tunalaras. Anak yang mengalami
gangguan tunadaksa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik, seperti gangguan
pada system otot, tulang, persendian, dll sehingga mengakibatkan keterlambatan
dalam perkembanganya. Anak dengan gangguan jenis seperti ini juga memerlukan
penanganan khusus, dari orang tua, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
1
Aldy dalam Ummah (2013: 44) menyatakan bahwa anak tunalaras merupakan
anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan dengan menunjukkan
penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat seperti mencuri, mengganggu,
dan menyakiti orang lain. Anak tunalaras ini tentu memiliki karakter yang harus
dibatasi dan diminimalisasi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Anak yang mengalami kebutuhan khusus seperti tunagrahita, tunadaksa, dan
tunalaras adalah anak yang membutuhkan pembelajaran spesifik dibandingkan dengan
anak pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita
a. Apa yang dimaksud dengan tunagrahita?
b. Apa saja klasifikasi tunagrahita?
c. Bagaimana tunagrahita dapat terjadi?
d. Bagaimana cara pencegahan tunagrahita?
e. Apa dampak ketunagrahitaan?
f. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunagrahita?
2. Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras
Tunadaksa
a. Apa yang dimaksud dengan tunadaksa?
b. Bagaimana tundaksa dapat terjadi?
c. Apa saja klasifikasi tunadaksa?
d. Apa dampak tunadaksa?
e. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunadaksa?
Tunalaras
a. Apa yang dimaksud dengan tunalaras?
b. Bagaimana tunalaras dapat terjadi?
c. Apa saja klasifikasi tunalaras?
d. Apa dampak tunalaras?
e. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunalaras?
C. Tujuan
1. Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunagrahita
2
b. Untuk mengetahui klasifikasi tunagrahita
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunagrahita
d. Untuk mengetahui cara pencegahan tunagrahita
e. Untuk mengetahui dampak tunagrahita
f. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunagrahita
Tunadaksa
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunadaksa
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunadaksa
c. Untuk mengetahui klasifikasi tunadaksa
d. Untuk mengetahui dampak tunadaksa
e. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunadaksa
Tunalaras
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunalaras
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunalaras
c. Untuk mengetahui klasifikasi tunalaras
d. Untuk mengetahui dampak tunalaras
e. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunalaras
D. Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi mahasiswa,
pendidik, dan pembaca untuk menambah wawasan dalam kaitanya dengan bagaimana
usaha-usaha yang dilakukan dalam menangani anak yang mengalami tunagrahita dan
dalam meningkatkan kemandirian anak tunagrahita.
3
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 6
KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN
TUNAGRAHITA
A. DEFINISI TUNAGRAHITA
1. Down Syndrome (Mongoloid), cirinya memiliki raut muka yang menyerupai orang
mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal dan suka menjulur ke luar, telinga
kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
5
2. Kretil (Cebol), cirinya badan gemuk dan pendek, kaki-tangan pendek dan bengkok,
kulit kering tebal dan keriput, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil, telapak tangan
dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephalus, cirinya kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran
tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephalus, cirinya ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephalus, cirinya ukuran kepala lebih besar dari orang normal.
1. Penyebab Ketunagrahitaan
Pemahaman penyebab ketunagrahitaan diharapkan adapat berguna dan dapat membantu para
pendidik dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak tersebut. Menurut Smith
(1998) penyebab terjadinya ketunagrahitaan, yaitu:
Selain cedera otak, faktor gizi yang buruk atau keracunan juga dapat merusak otak.
Studi yang dilakuakan oleh Kirk menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang
tingkat sosial dan ekonominya rendah karena kurangnya rangsangan intelektual
mengakibatkan anak menjadi tunagrahita.
6
2. Usaha pencegahan ketunagrahitaan
Berbagai alternatif upaya pencegahan yanng disarankan, antara lain berikut ini:
a. Penyuluhan genetik
b. Diagnostik prenatal
c. Tes darah
e. Tindakan operasi
f. Sanitasi lingkungan
g. Pemeliharaan kesehatan
i. Intervensi dini
KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNAGRAHITAAN
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
1. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
Anak Tunagrahita memiliki kapasitas belajar yang terbatas terutama mengenai hal-hal
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (role learning), sering melakukan
kesalahan yang sama, cenderung menghindari perhatian, cepat lupa dan sukar membuat kreasi
baru.
2. Sosial/Emosional
Dampak ini berasal dari ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma
sosial (seperti aturan keluarga, sekolah serta masyarakat) dan pandangan masyarakat yang
mengganggap anak tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam pergaulan anak
tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara, dan memimpin diri. Mereka cenderung
bergaul dengan anak yang lebih muda darinya. Meraka tidak mampu menyatakan rasa bangga
dan kagum. Kepribadiannya kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
7
berpandangan luas. Namun, sebenarnya mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati
yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakukan dan lingkungan yang
kondusif.
3. Fisik/Kesehatan
Kelainan terjadi pada pusat pengolahan di otak, sehingga anak tunagrahita melihat dan
mendengar tetapi tidak memahaminya. Kurangnya kemampuan bina diri, seperti: merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi sosial, dan okupasi. Sehingga
mereka tidak tampak sehat, tidak segar dan mudah terserang penyakit.
1. Tunagrahita ringan
Dalam belajar, mereka tidak mampu mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak. Mereka dapat
mengerjakan pekerjaan yang sifatnya semi skilled. Guru perlu memberikan perhatian
tambahan, misalanya diberikan tambahan belajar, program pelajaran yang dimodifikasi sesuai
dengan kemampuannya.
2. Tunagrahita sedang
Mereka dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya rutin dan membutuhkan pengawasan. Dalam
hal akademik, mereka hanya mampu melakukannya dalam hal-hal yang sifatnya sosial, seperti
menulis nama, alamat, dan nama orang tuanya.
8
kembali, kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi sensorik motorik,
perhatiannya mudah beralih.
KEGIATAN BELAJAR 3
b. Waktu belajar
Kebutuhan waktu untuk mengulang pelajaran dan mereka membutuhkan kebutuhan contoh-
contoh yang kongkret serta alat bantu pembelajaran.
Sedangkan Suhaeri H.N (1980) menjelaskan lebih terperinci lagi mengenai tujuan pendidikan
anak tunagrahita disesuaikan dengan tingkatannya: Anak tunagrahita ringan: (1) dapat
mengurus dan membina diri, (2) dapat bergaul di masyarakat, (3) dapat mengerjakan sesuatu
untuk bekal kehidupan.
· Anak tunagrahita sedang: (1) dapat mengurus diri sendiri (makan minum,berpakaian
dan membersihakan badan), (2) dapat bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat, (3)
dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.
· Anak tunagrahita berat: (1) dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau
kata bila ingin sesuatu), (2) dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat, (3) dapat
bergembira (berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang
berbicara dengannya).
a. Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah di tempat khusus terutama bagi anak
tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita ringan dapat
ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan
keadaan anak tersebut.
1) Sekolah khusus
Jenjang pendidikan ialah: TKLB (3 tahun), SDLB (6 tahun), SLTPLB (3
tahun), SMLB (3 tahun). Jumlah mujrid tiap kelas 5 -12 siswa.
Pengelompokkan siswa saat KBM berdasarkan usia kronologis dan mentalnya
dengan model Individualized Education Program (IEP) yaitu program
berdasarkan kebutuhan individu. Kenaikan kelas diadakan setiap saat karena
kemajuan tiap anak berbeda. Anak mempelajari bahan kelas berrikutnya
sementara ia tetap berada di kelasnya semula.
2) Kelas jauh
Administrasi dikerjakan di sekolah induknya, sedangkan KBM dikerjakan guru
di kelas jauh.
10
3) Guru kunjung
Guru berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai
dengan kebutuhan anak.
4) Lembaga perawatan (institusi khusus)
Layanan pendidikan dan perawatan bagi anak yang tergolong berat dan sangat
berat ketunagrahitaannya karena terkadang anak menderita penyakit lain.
a) Di kelas biasa tanpa kekhususan, hanya memerlukan waktu belajar yang lebih
lama dan perhatian khusus dari guru kelas.
b) Di kelas biasa dengan guru konsultan, sesekali guru konsultan berkunjung
untuk membantu guru kelas dalam cara menangani, merancang bahan
pelajaran, dan metode yang sesuai kebutuhan anak tunagrahita.
c) Di kelas biasa dengan guru kunjung, berkunjung apabila guru kelas mengalami
kesulitan dan memberi saran kepada guru kelas.
d) Di kelas biasa dengan ruang sumber, Ruangan khusus yang dimenyediakan
berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita.
e) Di kelas khusus sebagian waktu, bila di kelas biasa mengalami kesulitan maka
anak tunagrahita belajar di kelas khusus dengan guru pendidikanluar biasa.
f) Kelas khusus, belajar di kelas khusus namun untuk kegiatan umum seperti
upacara, olahraga, dan penggunaan kantin bersam dengan anak normal lainnya.
a. Ciri-ciri khusus
➢ Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan menggunakan kata yang sering didengar.
➢ Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak yang
mempunyai sikap keakraban tinggi.
11
➢ Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan
b. Prinsip khusus
3. Strategi Pembelajaran
Dalam menentukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan pembelajaran,
karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Beberapa strategi yang cocok untuk
anak tunagrahita, diantaranya:
12
peran tiap anak yang adapat menunjang terciptanya ketergantuang positif antara anak
tunagrahita ringan dengan anak normal.
4. Media
Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik, latihan keseimbangan, dan
latihan konsentrasi dengan ketentuan: (1) bahan tidak berbahaya, (2) warna tidak mencolok,
(3) ukuran harus sesuai.
5. Sarana
Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran, bentuk, dan warna perlu dimodufikasi sesuai
keadaan anak tunagrahita.
6. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat permaianan, miniatur yang berkaitan
dengan pelajaran.
7. Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus, diantaranya:
➢ Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga bagaimana
reaksi anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
➢ Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita sama
dengan anak normal, hanya berbeda pada urutan dan penggunaan.
➢ Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar dibandingkan dengan kemajuan anak itu
sendiri dari waktu ke waktu.
➢ Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan kualitatif.
13
PEMBAHASAN
MODUL 7
PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS
KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, PENYEBAB, KLASIFIKASI, DAN DAMPAK TUNADAKSA
14
D. DAMPAK TUNADAKSA
1. Dampak Aspek Akademik
2. Dampak Sosial/ Emosional
3. Dampak Fisik/Kesehatan
KEGIATAN BELAJAR 2
15
3. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Perencanaan kegiatan belajar-mengajar
1. Membentuk tim PPI atau Tim Penilai Progam Pendidikan yang
diindividualisasikan
2. Menilai kekuatan dan kelemahan serta minat siswa yang dapat
dilakukan dengan assessment
3. Mengembangkan tujuan-tujuan jangka panjang dan sasaran-sasaran
jangka pendek
4. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan
5. Menentukan metode dan evaluasi kemajuan
b. Prinsip Pembelajarn
1. Prinsip multisensory (banyak indra)
2. Prinsip individualisasi
16
b. Guru yang memililki keahlian khusus,misalnya ketrampilan dan
kesenian
c. Guru sekolah biasa
d. Dokter umum
e. Dokter ahli ortopedi
f. Neurolog
g. Ahli terapi lainnya, seperti ahli terapi bicara,dan bimbingan konseling
6. Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.
KEGIATAN BELAJAR 3
KEGIATAN BELAJAR 4
18
3. Tempat Layanan
a. Tempat khusus
b. Di sekolah Inklusi
1. Hiperaktif
a. Gerakan terlalu aktif
b. Suka mengacau teman-teman sebayanya
c. Sulit memperhatikan dengan baik
2. Distrakbilitas
a. Short attencion span dan frequen attention shifts
b. Underselection attention
c. Overselective attention
4. Sarana
Sarana pndidikan pada dasarnya tidak berbeda dengan sarana pendidikan biasa (
sekolah regular).
5. Personil
Di lembaga pendidikan anak tunalaras dibutuhkan beberapa tenaga
professional, seperti guru yang professional
6. Evaluasi
Evaluasi yang dapat digunakan dalam pendidikan anak tunalaras adalah
evaluasi yang berkaitan dengan prestasi belajar.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis anak
dengan berkebutuhan khusus, seperti tunagrahita, tunadaksa, dan tunlaras. Anak yang
mengalami tunagrahita merupakan anak yang mengalami kelainan secara intelektual.
Kelainan ini terjadi tidak sesuai dengan umur fisik anak sehingga mereka biasanya
mengalami keterlambatan dalam berfikir. Sedangkan anak yang mengalami gangguan
tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fisik sehingga anggota tubuh tidak bisa
menjalankan fungsinya secara normal. Kemudian, anak tunalaras adalah anak yang
mempunyai perilaku penyimpangan, anak tunalaras biasanya cenderung menentang
aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Anak-anak yang mengalami kebutuhan
khusus diatas juga membutuhkan penanganan khusus dan berbeda dari anak normal,
tergantung dari tingkat kemampuanya. Mereka juga mempunyai hak yang sama atas
layanan pendidikan. Oleh karena itu, sangat diperlukan peran aktif dan dukungan dari
berbagai pihak seperti orang tua, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita sebagai manusia sebaiknya
bersyukur atas apa yang sudah diberikan Allah. Apabila kita menjumpai anak yang
berkebutuhan khusus, hendaknya tidak mengucilkan mereka, akan tetapi memperlakukan
mereka secara baik. Panulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca untuk menambah informasi, wawasan, pengetahuanataupun
sebagai sumber referensi dalam menyelesaikan tugas. Namun,penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik dalam penulisan ataupun
materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk penulis kedepannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
21