Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA DAN


PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS
Tutor Pengampu: Nur Istiqomah Hidayati, S.Pd., M.Psi

Disusun sebagai syarat memenuhi tugas


Mata Kuliah “Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”

Oleh:

1. Ardwina Khoirun Nisak (858695759)


2. Ayu Kumida Ningsih (858696013)
3. Endah Sulistyowati (858695842)
4. Hendri Puspitasari (858696425)
5. Heni Indriana (858696432)
6. Vian Purnamasari (858695992)

PROGRAM STUDI PGSD BI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIIVERSITAS TERBUKA
UT TUBAN
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga kami dapat
menyusun makalah tentang "Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita dan Pendidikan Anak
Tunadaksa dan Tunalaras" dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang diampu oleh Ibu Nur Istiqomah
Hidayati, serta menambah ilmu dan wawasan para mahasiswa.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memfasilitasi,
memberi masukan, dan mendukung penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya.
Semoga dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.
Meski kami telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak menutup kemungkinan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif
dari pembaca sekalian. Semoga, dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi keilmuan
para pembaca.

Tuban, 6 April 2021

Kelompok 2

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PEMBUKAAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
MODUL 6: PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA............ ...... 4
KB 1 Definisi, Klasifikasi, Penyebab, Dan Cara Pencegahan Tunagrahita

A. Definisi............ ............................................................................................... 4
B. Klasifikasi ....................................................................................................... 5
C. Penyebab dan Cara Pencegahan ..................................................................... 6

KB 2 Dampak Ketunagrahitaan............ ................................................................ .7


A. Dampak secara Umum .................................................................................... 7
B. Ditinjau dari Ketunagrahitaan......................................................................... 8
C. Ditinjau dari Waktu Terjadinya Ketunagrahitaan ........................................... 8

KB 3 Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunagrahita .................... 9


A. Kebutuhan ....................................................................................................... 9
B. Profil ............................................................................................................... 10

MODUL 7 PENDIDIKAN KHUSUS ANAK TUNADAKSA DAN


TUNALARAS............ ......................................................................................... 14
KB 1 Definisi, Penyebab, Klasifikasi, Dan Dampak Tunadaksa………………...14
A. Definisi............ ............................................................................................... 14
B. Penyebab ......................................................................................................... 14
C. Klasifikasic ..................................................................................................... 14
D. Dampak Tunadaksa ........................................................................................ 15

iii
KB 2 Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunadaksa ...................... 15
A. Kebutuhan ....................................................................................................... 15
B. Profil ............................................................................................................... 15

KB 3 Definisi, Klasifikasi, Penyebab, dan Dampak Ketunalarasan ..................... 17


A. Pengertian............ ........................................................................................... 17
B. Klasifikasi ....................................................................................................... 17
C. Penyebab ......................................................................................................... 17
D. Dampak Tunalaras .......................................................................................... 17

KB 4Kebutuhan Khusus dan Profil Pendidikan Anak Tunalaras ......................... 18


A. Kebutuhan ....................................................................................................... 18
B. Profil ............................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 20


A.Kesimpulan ....................................................................................................... 20
B.Saran.................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki gangguan serta anak
mengalami suatu kelainan sehingga proses pertumbuhan dan perkembanganya
terlambat. Salah satu anak yang berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Secara
harafiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita adalah pikiran, dengan demikian
ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya
kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata (Mulyono
Abdulrachman, 1994 : 19).Menurut (Mohammad Efendi, 2006:9), Anak berkelainan
mental atau tunagrahita, yaitu “anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan
yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata, sehingga untuk mengerjakan tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, termasuk
kebutuhan program pendidikan dan bimbingan.
Seorang anak seharusnya sangat menikmati masa kecilnya, dimana mereka
bermain dan bersahabat dengan teman-temanya. Akan tetapi pada kenyataanya
seringkali terjadi penyandang tunagrahita didiskrimasi karena kekuranganya.
Perkembangan psikis dan fisik anak tunagrahita ini sangatlah berbeda dengan anak
normal pada umumnya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa mereka bisa diperlakukan
dengan tidak baik oleh lingkungan.
Anak yang mengalami gangguan tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari juga
menginginkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis. Mereka juga
memerlukan pendidikan yang layak agar dapat berpartisipasi dalam masyarakat.
Namun, layanan pendidikan ini juga harus ringan dan disesuaikan dengan kepentingan
anak. Anak tunagrahita bisa diberikan mata pelajaran umum dan pembelajaran bina
diri, seperti bisa menolong dan merawat diri sendiri. Proses pembelajaran ini tidaklah
mudah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan peran serta guru yang sangat keras dan
aktif serta penuh kesabaran.
Selain gangguan tunagrahita, terdapat pula jenis anak yang mengalami
berkebutuhan khusus seperti tunadaksa dan tunalaras. Anak yang mengalami
gangguan tunadaksa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik, seperti gangguan
pada system otot, tulang, persendian, dll sehingga mengakibatkan keterlambatan
dalam perkembanganya. Anak dengan gangguan jenis seperti ini juga memerlukan
penanganan khusus, dari orang tua, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah.
1
Aldy dalam Ummah (2013: 44) menyatakan bahwa anak tunalaras merupakan
anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan lingkungan dengan menunjukkan
penentangan terhadap norma-norma sosial masyarakat seperti mencuri, mengganggu,
dan menyakiti orang lain. Anak tunalaras ini tentu memiliki karakter yang harus
dibatasi dan diminimalisasi agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
Anak yang mengalami kebutuhan khusus seperti tunagrahita, tunadaksa, dan
tunalaras adalah anak yang membutuhkan pembelajaran spesifik dibandingkan dengan
anak pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita
a. Apa yang dimaksud dengan tunagrahita?
b. Apa saja klasifikasi tunagrahita?
c. Bagaimana tunagrahita dapat terjadi?
d. Bagaimana cara pencegahan tunagrahita?
e. Apa dampak ketunagrahitaan?
f. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunagrahita?
2. Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras
Tunadaksa
a. Apa yang dimaksud dengan tunadaksa?
b. Bagaimana tundaksa dapat terjadi?
c. Apa saja klasifikasi tunadaksa?
d. Apa dampak tunadaksa?
e. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunadaksa?
Tunalaras
a. Apa yang dimaksud dengan tunalaras?
b. Bagaimana tunalaras dapat terjadi?
c. Apa saja klasifikasi tunalaras?
d. Apa dampak tunalaras?
e. Apa saja kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunalaras?

C. Tujuan
1. Pendidikan Khusus Anak Tunagrahita
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunagrahita
2
b. Untuk mengetahui klasifikasi tunagrahita
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunagrahita
d. Untuk mengetahui cara pencegahan tunagrahita
e. Untuk mengetahui dampak tunagrahita
f. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunagrahita

2. Pendidikan Anak Tunadaksa dan Tunalaras

Tunadaksa
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunadaksa
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunadaksa
c. Untuk mengetahui klasifikasi tunadaksa
d. Untuk mengetahui dampak tunadaksa
e. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunadaksa

Tunalaras
a. Untuk mengetahui pengertian dari tunalaras
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya tunalaras
c. Untuk mengetahui klasifikasi tunalaras
d. Untuk mengetahui dampak tunalaras
e. Untuk mengetahui kebutuhan khusus dan profil pendidikan anak tunalaras
D. Manfaat
Dari pembuatan makalah ini diharapkan dapat memiliki manfaat bagi mahasiswa,
pendidik, dan pembaca untuk menambah wawasan dalam kaitanya dengan bagaimana
usaha-usaha yang dilakukan dalam menangani anak yang mengalami tunagrahita dan
dalam meningkatkan kemandirian anak tunagrahita.

3
BAB II
PEMBAHASAN
MODUL 6

KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, KLASIFIKASI, PENYEBAB, DAN CARA PENCEGAHAN
TUNAGRAHITA

A. DEFINISI TUNAGRAHITA

Istilah untuk tunagrahita yang sering digunakan antara lain:

1. Mental retardation (Amerika Serikat), Mental subnormality (Inggris), Intelectual


handicapped (New Zealand) dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
keterbelakangan mental
2. Feebleminded (lemah pikiran) digunakan di Inggris untuk melukiskan kelompok
tunagrahita ringan.
3. Mental deficiency, menunjukkan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat penyakit
yang menyeranng organ tubuh.
4. Mentally handicapped, yang artinya cacat mental.
5. Intelectual disable, istilah yang digunakan oleh PBB.
6. Development mental disability, hambatan perkembangan mental yang lebih menitik
beratkan pada kepemilikan potensi belajar dan pengembangan kehidupan di
masyarakat.
Perkembangan istilah tunagrahita sendiri di Indonesia sebagai berikut:

a. Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967


b. Terbelakangan mental, digunakan sejak tahun 1967-1983.
c. Tunagrahita, digunakan sejak 1983 hingga sekarang dan diperkuat dengan terbitnya
PP No.72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
Sedangkan definisi untuk tunagrahita sendiri dirumuskan oleh Grossmann (1983) yang secara
resmi digunakan AAMD (American Association on Mental Deficiency) yang bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi
intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal)
bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan berlangsung
(termanifestasi) pada masa perkembangannya. AFMR menjelaskan bahwa seseorang yang
4
dikategorikan tunagrahita harus melebihi komponen keadaan kecerdasannya yang jelas-jelas
di bawah rata-rata, adanya ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri dengan norma dan
tuntutan yang berlaku di masyarakat.

Kategori penyandang tunagrahita harus memiliki ketiga ciri-ciri dibawah ini:

1. Fungsi intelektual umum secara signifikan berada di bawah rata-rata


2. Kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian (perilaku adaptif)
3. Ketunagrahitaan berlangsung pada periode perkembangan
Pada tahun 1992, AAMR memperbarui definisi tunagrahita dan lebih menitik beratkan pada
kebutuhan bagi anak-anak tunagrahita (perilaku adaptif) ketimbang pada kecacatannya.
Kategori perilaku adaptif antara lain: kemampuan komunikasi, kemampuan sosial,
kemampuan kerja, serta kemampuan tata laksana pribadi.

B. KLASIFIKASI ANAK TUNAGRAHITAE

Klasifikasi yang digunakan AAMR sebagai berikut:

1. Mild mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 ringan)


2. Mederate mental retardation (tunagrahita IQ-nya 55-40 sedang)
3. Severe mental retardation (tunagrahita IQ-nya 40-25 berat)
4. Profound mental retardation (tunagrahita IQ-nya 70-55 sangat berat)
Kemudian diperbarui pada tahun 1992 yang menitik beratkan pada kebutuhannya, yaitu:

1. Intermitten needs, tidak selalu membutuhkan bantuan.


2. Limited needs, sering membutuhkan bantuan.
3. Extensive needs, membutuhkan bantuan dalam jangka lama dan bantuannya serius
4. Pervasive needs, kebutuhan bantuan sepanjang waktu.
Sedangkan, klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini sesuai dengan PP 72 tahun 1991
adalah sebagai berikut:

1. Tunagrahita ringan IQ-nya 50-70.


2. Tunagrahita sedang IQ-nya 30-50.
3. Tunagrahita berat dan sangat berat IQ-nya kurang dari 30.
Ada pula pengelompokkan berdasarkan kelainan jasmani/ Tipe Klinis, diantaranya:

1. Down Syndrome (Mongoloid), cirinya memiliki raut muka yang menyerupai orang
mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal dan suka menjulur ke luar, telinga
kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.

5
2. Kretil (Cebol), cirinya badan gemuk dan pendek, kaki-tangan pendek dan bengkok,
kulit kering tebal dan keriput, lidah dan bibir tebal, kelopak mata kecil, telapak tangan
dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephalus, cirinya kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran
tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephalus, cirinya ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephalus, cirinya ukuran kepala lebih besar dari orang normal.

C. PENYEBAB DAN CARA PENCEGAHAN KETUNAGRAHITAAN

1. Penyebab Ketunagrahitaan

Pemahaman penyebab ketunagrahitaan diharapkan adapat berguna dan dapat membantu para
pendidik dalam memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak tersebut. Menurut Smith
(1998) penyebab terjadinya ketunagrahitaan, yaitu:

a. Penyebab Genetik dan Kromosom


Biasa dikenal dengan Phenylketonuria, merupakan kerusakan otak yang disebabkan dari gen
orang tua yang mengalami kurangnya produksi enzim yang memproses dan terjadi
penumpukan asam phenypyruvic. Down’s Syndrome disebabkan oleh adanya faktor
kromosom ekstra karena adanya kerusakan perpindahan (trysomi).

b. Penyebab pada prakelahiran


Terjadi setelah pembuahan/ karena penyakit Rubella (campak Jerman) dan infeksi
penyakit Syphilis. Dapat juga karena ibu hamil menggunakan alkohol dan obat-obatan ilegal.

c. Penyebab pada saat kelahiran


Kelahiran prematur dikarenakan kekurangan oksigen, trauma kepala karena kelahiran dibantu
alat kedokteran.

d. Penyebab-penyebab selama masa perkembangan anak-anak dan remaja


Penyakit radang selaput otak (meningitis) dan radang otak (encephalitis) mengakibatkan
kerusakan otak.

Selain cedera otak, faktor gizi yang buruk atau keracunan juga dapat merusak otak.
Studi yang dilakuakan oleh Kirk menemukan bahwa anak yang berasal dari keluarga yang
tingkat sosial dan ekonominya rendah karena kurangnya rangsangan intelektual
mengakibatkan anak menjadi tunagrahita.

6
2. Usaha pencegahan ketunagrahitaan

Berbagai alternatif upaya pencegahan yanng disarankan, antara lain berikut ini:

a. Penyuluhan genetik

b. Diagnostik prenatal

c. Tes darah

d. Melalui program keluarga berencana

e. Tindakan operasi

f. Sanitasi lingkungan

g. Pemeliharaan kesehatan

h. Pemeriksaan kesehatan selama hamil

i. Intervensi dini

j. Diet sesuai dengan petunjuk ahli kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 2
DAMPAK KETUNAGRAHITAAN
A. DAMPAK KETUNAGRAHITAAN SECARA UMUM
1. Dampak Terhadap Kemampuan Akademik
Anak Tunagrahita memiliki kapasitas belajar yang terbatas terutama mengenai hal-hal
abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan membeo (role learning), sering melakukan
kesalahan yang sama, cenderung menghindari perhatian, cepat lupa dan sukar membuat kreasi
baru.

2. Sosial/Emosional
Dampak ini berasal dari ketidakmampuannya dalam menerima dan melaksanakan norma
sosial (seperti aturan keluarga, sekolah serta masyarakat) dan pandangan masyarakat yang
mengganggap anak tunagrahita tidak dapat berbuat sesuatu. Dalam pergaulan anak
tunagrahita tidak dapat mengurus diri, memelihara, dan memimpin diri. Mereka cenderung
bergaul dengan anak yang lebih muda darinya. Meraka tidak mampu menyatakan rasa bangga
dan kagum. Kepribadiannya kurang dinamis, mudah goyah, kurang menawan, dan tidak
7
berpandangan luas. Namun, sebenarnya mereka menunjukkan ketekunan dan rasa empati
yang baik asalkan mereka mendapatkan layanan atau perlakukan dan lingkungan yang
kondusif.

3. Fisik/Kesehatan
Kelainan terjadi pada pusat pengolahan di otak, sehingga anak tunagrahita melihat dan
mendengar tetapi tidak memahaminya. Kurangnya kemampuan bina diri, seperti: merawat
diri, mengurus diri, menolong diri, komunikasi, adaptasi sosial, dan okupasi. Sehingga
mereka tidak tampak sehat, tidak segar dan mudah terserang penyakit.

B. DAMPAK DITINJAU DARI KETUNAGRAHITAAN

1. Tunagrahita ringan
Dalam belajar, mereka tidak mampu mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak. Mereka dapat
mengerjakan pekerjaan yang sifatnya semi skilled. Guru perlu memberikan perhatian
tambahan, misalanya diberikan tambahan belajar, program pelajaran yang dimodifikasi sesuai
dengan kemampuannya.

2. Tunagrahita sedang
Mereka dapat mengerjakan sesuatu yang sifatnya rutin dan membutuhkan pengawasan. Dalam
hal akademik, mereka hanya mampu melakukannya dalam hal-hal yang sifatnya sosial, seperti
menulis nama, alamat, dan nama orang tuanya.

3. Tunagrahita berat dan sangat berat


Mereka membutuhkan bantuan secara terus menerus, namun dapat dilatih untuk melakukan
sesuatu yang sifatnya sederhana dan berulang-ulang dengan pengawasan.

C. DAMPAK DILIHAT DARI WAKTU TERJADINYA KETUNAGRAHITAAN


1. Ketunagrahitaan sejak lahir
Anak tunagrahita sejak lahir tidak mereaksi dengan baik terhadap rangsangan yang
diperolehnya. Dampak ketunagrahitaan pada masa ini akan mempengaruhinya dalam bermain,
reaksi yang lambat, cepat tetapi tidak tepat. Akibatnya mereka tidak mengeksplorasi
lingkungan dengan baik dan tentu saja akan dijauhi oleh teman-teman seusianya.

2. Ketunagrahitaan pada masa sekolah


Mereka mengalami kesulitan dalam calistung yang menyebabkan prestasi belajarnya
berkurang. Anak tunagrahita mengalami kelainan dalam persepsi, asosiasi, mengingat

8
kembali, kekurangmatangan motorik, dan gangguan koordinasi sensorik motorik,
perhatiannya mudah beralih.

3. Ketunagrahitaan pada masa puber


Pertumbuhan fisik berkembang normal, tetapi perkembangan berpikir dan kepribadian berada
di bawah usianya. Dampaknya mereka mengalami kesulitan dalam pergaulan dan
mengendalikan diri.

KEGIATAN BELAJAR 3

KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL PENDIDIKAN BAGI ANAK


TUNAGRAHITA

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNAGRAHITA


1. Kebutuhan Pendidikan
Pendidikan harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki individu, yaitu sebagai berikut:

a. Jenis mata pelajaran


Penentuan mata pelajaran lebih banyak diarahkan pada pelajaran keterampilan.

b. Waktu belajar
Kebutuhan waktu untuk mengulang pelajaran dan mereka membutuhkan kebutuhan contoh-
contoh yang kongkret serta alat bantu pembelajaran.

c. Kemampuan bina diri


Kajian biina diri dibutuhkan agar anak tidak tergantung pada orang lain. Anak tunagrahita
harus diajarkan secara rutin dan terencana.

2. Kebutuhan Sosial dan Emosi


Kebutuhan sosialisasi anak tunagrahita mengalami kesulitan karena kelainannya dan respon
lingkungan yang kurang memahami keberadaannya. Mereka mengalami kesulitan dalam
membersihkan diri, memasuki dunia remaja, mencari kerja, sementara kebutuhan seksual
mereka berkembang secara normal. Masalah tersebut akan berkembang menjadi gangguan
emosional. Untuk itu diperlukan bantuan para ahli untuk mengembangkan potensi yang
dimilikinya.

3. Kebutuhan Fisik dan Kesehatan


Bagi tunagrahita sedang dan berat mengalami gangguan keseimbangan dan ketidakmampuan
dalam memelihara diri sehingga mereka cenderung mengalami sakit.
9
B. PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNAGRAHITA

1. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita


Tujuan pendidikan anak tunagrahita perlu disesuaikan dengan tingkatan kemampuan mereka
dan dirumuskan lebih terperinci. Menurut Kirk (1986) tujuan pendidikan anak tunagrahita
adalah (a) dapat mengembangkan potensi sebaik-baniknya, (b) dapat menolong diri, berdiri
sendiri, dan berguna bagi masyarakat, (c) memiliki kehidupan lahir batin yang layak.

Sedangkan Suhaeri H.N (1980) menjelaskan lebih terperinci lagi mengenai tujuan pendidikan
anak tunagrahita disesuaikan dengan tingkatannya: Anak tunagrahita ringan: (1) dapat
mengurus dan membina diri, (2) dapat bergaul di masyarakat, (3) dapat mengerjakan sesuatu
untuk bekal kehidupan.

· Anak tunagrahita sedang: (1) dapat mengurus diri sendiri (makan minum,berpakaian
dan membersihakan badan), (2) dapat bergaul dengan anggota keluarga dan masyarakat, (3)
dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan sederhana.

· Anak tunagrahita berat: (1) dapat mengurus diri secara sederhana (memberi tanda atau
kata bila ingin sesuatu), (2) dapat melakukan kesibukan yang bermanfaat, (3) dapat
bergembira (berlatih mendengarkan nyanyian, menonton TV, menatap mata orang yang
berbicara dengannya).

a. Tempat pendidikan anak tunagrahita ialah di tempat khusus terutama bagi anak
tunagrahita yang kelainannya sedang dan berat. Sedangkan tunagrahita ringan dapat
ditempatkan di sekolah umum dengan segala variasinya yang disesuaikan dengan
keadaan anak tersebut.

1) Sekolah khusus
Jenjang pendidikan ialah: TKLB (3 tahun), SDLB (6 tahun), SLTPLB (3
tahun), SMLB (3 tahun). Jumlah mujrid tiap kelas 5 -12 siswa.
Pengelompokkan siswa saat KBM berdasarkan usia kronologis dan mentalnya
dengan model Individualized Education Program (IEP) yaitu program
berdasarkan kebutuhan individu. Kenaikan kelas diadakan setiap saat karena
kemajuan tiap anak berbeda. Anak mempelajari bahan kelas berrikutnya
sementara ia tetap berada di kelasnya semula.
2) Kelas jauh
Administrasi dikerjakan di sekolah induknya, sedangkan KBM dikerjakan guru
di kelas jauh.
10
3) Guru kunjung
Guru berkunjung ke tempat anak tersebut dan memberi pelajaran sesuai
dengan kebutuhan anak.
4) Lembaga perawatan (institusi khusus)
Layanan pendidikan dan perawatan bagi anak yang tergolong berat dan sangat
berat ketunagrahitaannya karena terkadang anak menderita penyakit lain.

b. Di sekolah umum dengan sistem integrasi (terpadu)


Sistem terpadu bervariasi memberikan kesempatan kepada anak tunagrahita
belajar, bermain, atau bekerja sama dengan anak normal. Tempat pendidikan sistem
integrasi yang diadaptasi dari Moh. Amin (1995) diantaranya:

a) Di kelas biasa tanpa kekhususan, hanya memerlukan waktu belajar yang lebih
lama dan perhatian khusus dari guru kelas.
b) Di kelas biasa dengan guru konsultan, sesekali guru konsultan berkunjung
untuk membantu guru kelas dalam cara menangani, merancang bahan
pelajaran, dan metode yang sesuai kebutuhan anak tunagrahita.
c) Di kelas biasa dengan guru kunjung, berkunjung apabila guru kelas mengalami
kesulitan dan memberi saran kepada guru kelas.
d) Di kelas biasa dengan ruang sumber, Ruangan khusus yang dimenyediakan
berbagai fasilitas untuk mengatasi kesulitan belajar anak tunagrahita.
e) Di kelas khusus sebagian waktu, bila di kelas biasa mengalami kesulitan maka
anak tunagrahita belajar di kelas khusus dengan guru pendidikanluar biasa.
f) Kelas khusus, belajar di kelas khusus namun untuk kegiatan umum seperti
upacara, olahraga, dan penggunaan kantin bersam dengan anak normal lainnya.

c. Di sekolah biasa dengan sistem inklusif


Pada sistem inklusi, anak tunagrahita berada di sekolah bersama anak biasa
selama mengikuti pendidikan dan memndapat program yang sesuai dengan
kemampuannya.

2. Ciri Khas Pelayanan

a. Ciri-ciri khusus

➢ Bahasa yang digunakan sederhana, jelas, dan menggunakan kata yang sering didengar.
➢ Penempatan anak tunagrahita di depan kelas dan berdekatan dengan anak yang
mempunyai sikap keakraban tinggi.
11
➢ Ketersediaan program khusus bagi tunagrahita yang mengalami kesulitan
b. Prinsip khusus

➢ Prinsip skala perkembangan mental, pemahaman guru mengenai usia kecerdasan


tunagrahita.
➢ Prinsip kecepatan motorik, mempelajari sesuatu dengan melakukannya.
➢ Prinsip keperagaan, alat peraga yang digunakan tidak abstrak dan menonjolkan pokok
materi yang diajarkan.Contoh: tulisan bebek harus tebal sementara gambar bebek tipis,
karena gambar hanya membantu pengertian anak.
➢ Prinsip pengulangan, anak tunagrahita cepat lupa untuk itu dibutuhkan pengulangan
materi disertai contoh yang bervariasi.
➢ Prinsip individualisasi, menekankan pada perhatian individu dengan kedalaman materi
yang berbeda dengan anak normal.
2. Materi
Lebih mengutamakan materi yang mengandung kecepatan motorik / unsur praktik.

3. Strategi Pembelajaran
Dalam menentukan strategi pembelajaran, harus memperhatikan tujuan pembelajaran,
karakteristik murid dan ketersediaan sumber (fasilitas). Beberapa strategi yang cocok untuk
anak tunagrahita, diantaranya:

a. Strategi pengajaran yang diindividualisasikan


Materi disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Dalam pelaksanaannya guru
perlu melakukan hal-hal berikut ini:

➢ Pengelompokan murid disesuaikan dengan minat dan kemampuan belajar yang


memungkinkan dapat berinteraksi dan bekerja sama.
➢ Pengaturan lingkungan belajar yang memungkinkan murid melakukan kegiatan yang
beraneka ragam.
➢ Mengadakan pusat belajar (learning center), dilakuakn di sudut-sudut ruang kelas
dengan pelajaran yang berbeda dan disediakan bahan yang dapat dipilih dan bernuansa
aplikasi.
b. Strategi kooperatif
Efektif diterapkan pada kelompok murid yang heterogen, Karena semangat kerjanya adalah
yang lebih pandai membantu yang lemah (mengalami kesulitan) dalam suasana keakraban.
Jonshon D.W (1984) menyatakan bahwa guru harus mampu merancang bahan pelajaran dan

12
peran tiap anak yang adapat menunjang terciptanya ketergantuang positif antara anak
tunagrahita ringan dengan anak normal.

c. Strategi modifikasi tingkah laku


Tujuannya mengubah, menghilangkan, atau mengurangi tingkah laku yang tidak baik. Guru
harus terampil memilih tingkah laku yang harus dihilangkan dan ditambahkan
teknik reinforcement. (hadiah penguatan)

4. Media
Diperlukan media khusus seperti: media untuk latihan motorik, latihan keseimbangan, dan
latihan konsentrasi dengan ketentuan: (1) bahan tidak berbahaya, (2) warna tidak mencolok,
(3) ukuran harus sesuai.

5. Sarana
Sarana sama dengan anak normal, hanya ukuran, bentuk, dan warna perlu dimodufikasi sesuai
keadaan anak tunagrahita.

6. Fasilitas Pendukung
Fasilitas pendukung seperti: alat terapi wicara, alat permaianan, miniatur yang berkaitan
dengan pelajaran.

7. Evaluasi
Evaluasi sama dengan anak biasa, dengan ketentuan khusus, diantaranya:

➢ Waktu mengadakan evaluasi: dilakukan selama proses belajar. Dilihat juga bagaimana
reaksi anak, sikap anak, kecepatan atau kelambatan setiap anak.
➢ Alat evaluasi: alat yang digunakan untuk menilai hasil belajar anak tunagrahita sama
dengan anak normal, hanya berbeda pada urutan dan penggunaan.
➢ Kriteria keberhasilan : keberhasilan belajar dibandingkan dengan kemajuan anak itu
sendiri dari waktu ke waktu.
➢ Pencatatan hasil evaluasi: berbentuk kuantitatif dan kualitatif.

13
PEMBAHASAN
MODUL 7
PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA DAN TUNALARAS

KEGIATAN BELAJAR 1
DEFINISI, PENYEBAB, KLASIFIKASI, DAN DAMPAK TUNADAKSA

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI ANAK TUNADAKSA


Anak tunadaksa sering disebut dengan istilah anak cacat,cacat fisik,dan cacatortopedi.
Anak tunadaksa dapat didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau
kecacatan pada system otot,tulang,dan persendian yang dapat mengakibatkan
gangguan koordinasi,komunikasi,adaptasi,mobilisasi,dan gangguan perkembangan
keututuhan pribadi.
B. PENYEBAB KETUNADAKSAAN
1. Penyebab Ketunadaksaan
a. Sebab-sebab sebelum kelahiran (fase prenatal)
b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal)
c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase postnatal)
C. KLASIFIKASI ANAK TUNADAKSA
1. Poliomyelitis
Ini merupakan suatu infeksi pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh
virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap.
a. Tipe spinal
b. Tipe bulbaris
c. Tipe bulbospinalisis
d. Encephalitis
2. Muscle Dystrophy
Jenis penyakit yang mengakibatkan otot tidak berkembang karena mengalami
kelumpuhan yang sifatnya progresif dan simetris.
3. Spina Bifida
Merupakan jenis kelainan pada tulang belakang yang ditandai dengan terburuknya
satu atau tiga ruas tulang belakang dan tidak tertutupnya kembali selama proses
perkembangan.

14
D. DAMPAK TUNADAKSA
1. Dampak Aspek Akademik
2. Dampak Sosial/ Emosional
3. Dampak Fisik/Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 2

KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNADAKSA


1. Kebutuhan akan Keleluasaan Gerak dan Memosisikan Diri
2. Kebutuhan Komunikasi
3. Kebutuhan Ketrampilan Memelihara Diri
4. Kebutuhan Psikososial
B. PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA
1. Tujuan Pendidikan
a. Pengembangan intelektual dan akademik
b. Membantu perkembangan fisik
c. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
d. Mematangkan aspek social
e. Meningkatkan ekspresi diri
f. Mempersiapkan masa depan anak
2. Sistem Pendidikan
a. Pendidikan integrasi ( terpadu)
1. Penempatan dikelas regular
2. Penempatan diruang sumber belajar dan kelas khusus
b. Pendidikan segregasi (terpisah)
1. TKLB ( Taman Kanak-kanak Luar Biasa)
2. SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa)
3. SLTPLB (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa)
4. SMLB (Sekolah Menengah Lanjutan Biasa)
c. Sistem inklusif
Anak tunadaksa yang kelainannya ringan lebih baik mengikuti pendidikan
bersama-sama dengan anak biasa di kelas atau sekolah reguler.

15
3. Pelaksanaan Pembelajaran
a. Perencanaan kegiatan belajar-mengajar
1. Membentuk tim PPI atau Tim Penilai Progam Pendidikan yang
diindividualisasikan
2. Menilai kekuatan dan kelemahan serta minat siswa yang dapat
dilakukan dengan assessment
3. Mengembangkan tujuan-tujuan jangka panjang dan sasaran-sasaran
jangka pendek
4. Merancang metode dan prosedur pencapaian tujuan
5. Menentukan metode dan evaluasi kemajuan

b. Prinsip Pembelajarn
1. Prinsip multisensory (banyak indra)
2. Prinsip individualisasi

4. Penataan Lingkungan Belajar dan Sasaran khusus


a. Macam-macan ruangan khusus
b. Jalan masuk menuju sekolah sebaiknya dibuat keras dan rata
c. Tangga sebaiknya disediakan jalur lantai yang dibuat miring dan landai
d. Lantai bangunan baik di dalam dan lebih lebar dari pintu biasa dan
daun pintunya dibuat mengatup ke dalam
e. Untuk menghubungkan bangunan/kelas yang satu dengan yang lain
sebaiknya disediakan lorong (koridor) yang lebar dan pegangan di
tembok agar anak dapat mandiri berambulasi
f. Pada beberapa dinding lorong dapat dipasang cermin
g. Kamar mandi/kecil sebaiknya dekat dengan kelas-kelas agar anak
mudah dan segera dapat menjangkaunya
h. Dipasang WC duduk agar anak tidak perlu berjongkok pada waktu
menggunakanya
i. Kelas sebaiknya dilengkai dengan meja dan kursi yang konstruksinya
disesuiakan dengan kondisi kecacatan anak
5. Personel
a. Guru yang berlatar belakang pendidikan luar biasa, khususnya
pendidikan anak tunadaksa

16
b. Guru yang memililki keahlian khusus,misalnya ketrampilan dan
kesenian
c. Guru sekolah biasa
d. Dokter umum
e. Dokter ahli ortopedi
f. Neurolog
g. Ahli terapi lainnya, seperti ahli terapi bicara,dan bimbingan konseling
6. Evaluasi
Evaluasi belajar dilakukan sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.

KEGIATAN BELAJAR 3

DEFINISI,KLASIFIKASI,PENYEBAB,DAN DAMPAK KETUNALARASAN

A. PENGERTIAN DAN DEFINISI ANAK TUNALARAS


Istilah resmi “tunalaras” baru dikenal dalam dunia Pendidikan Luar Biasa (PLB).
Istilah tunaalaras berasaL dari kata “tuna” yang berarti kurang dan “laras” berarti
sesuai.
B. KLASIFIKASI ANAK TUNALARAS
1. Klasifikasi yang dikemukakan oleh Rosembera,dkk (1992) adalah anak
tunalaras dapat dikelompokan atas tingkah laku yang beresiko tinggidan
rendah.
2. Sistem klasifikasi kelainan perilaku yang dikemukakan oleh Quay,1979
dalam Samuel A. Kirk and J.Gallagher (1986) yang dialihkan oleh Moh.
Amin,dkk ( 1991:51)
C. PENYEBAB KETUNALARASAN
1. Faktor Keturunan
2. Faktor Kerusakan Fisik
3. Faktor Lingkungan
4. Faktor Lain
D. DAMPAK ANAK TUNALARAS
1. Dampak Akademik
2. Dampak Sosial/emosional
a. Aspek sosial
b. Aspek emosional
17
3. Dampak Fisik/Kesehatan

KEGIATAN BELAJAR 4

KEBUTUHAN KHUSUS DAN PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNALARAS

A. KEBUTUHAN KHUSUS ANAK TUNALARAS


1. Kebutuhan akan pernyesuaian lingkungan belajar maupun proses pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi anak tunalaras
2. Kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan fisik sebaik-baiknya
3. Kebutuhan akan penguasaan ketrampilan intelektual
4. Kebutuhan akan adanya kesempatan sebaik-baiknya agar anak dapat
menyesuaiakan diri dengan baik
5. Kebutuhan akanadanya rasa aman, agar mereka memiliki rasa percaya diri
6. Kebutuhan akan adanya suasana yang tidak menambah rasa rendah diri
B. PROFIL PENDIDIKAN ANAK TUNALARAS
1. Tujuan Layanan
a. Lingkungan fisik yang kurang memenuhi syarat,seperti bangunan sekolah dan
fasilitas yang tidak memenuhipersyaratan
b. Displin sekolah yang kaku dan tidak konsisten
c. Guru yang tidak simpatik sehingga situasi belajar tidak menarik
d. Kurikulum yang digunakan tidak berdasarkan kebutuhan anak
e. Metode dan teknik mengajar yang kurang mengaktifkan anak dapat
mengakibatkan anak bosan dan merasa lelah.
2. Model/Strategi Pembelajaran
a. Model layanan
1. Model biogenetik
2. Model behavioral (tingkah laku)
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
b. Teknik/Pendekatan
1. Perawatan dengan obat
2. Modifikasi perilaku
3. Strategi psikodinamika
4. Strategi ekologi

18
3. Tempat Layanan
a. Tempat khusus
b. Di sekolah Inklusi

1. Hiperaktif
a. Gerakan terlalu aktif
b. Suka mengacau teman-teman sebayanya
c. Sulit memperhatikan dengan baik
2. Distrakbilitas
a. Short attencion span dan frequen attention shifts
b. Underselection attention
c. Overselective attention
4. Sarana
Sarana pndidikan pada dasarnya tidak berbeda dengan sarana pendidikan biasa (
sekolah regular).
5. Personil
Di lembaga pendidikan anak tunalaras dibutuhkan beberapa tenaga
professional, seperti guru yang professional
6. Evaluasi
Evaluasi yang dapat digunakan dalam pendidikan anak tunalaras adalah
evaluasi yang berkaitan dengan prestasi belajar.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis anak
dengan berkebutuhan khusus, seperti tunagrahita, tunadaksa, dan tunlaras. Anak yang
mengalami tunagrahita merupakan anak yang mengalami kelainan secara intelektual.
Kelainan ini terjadi tidak sesuai dengan umur fisik anak sehingga mereka biasanya
mengalami keterlambatan dalam berfikir. Sedangkan anak yang mengalami gangguan
tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fisik sehingga anggota tubuh tidak bisa
menjalankan fungsinya secara normal. Kemudian, anak tunalaras adalah anak yang
mempunyai perilaku penyimpangan, anak tunalaras biasanya cenderung menentang
aturan-aturan yang ada di lingkungan masyarakat. Anak-anak yang mengalami kebutuhan
khusus diatas juga membutuhkan penanganan khusus dan berbeda dari anak normal,
tergantung dari tingkat kemampuanya. Mereka juga mempunyai hak yang sama atas
layanan pendidikan. Oleh karena itu, sangat diperlukan peran aktif dan dukungan dari
berbagai pihak seperti orang tua, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap kita sebagai manusia sebaiknya
bersyukur atas apa yang sudah diberikan Allah. Apabila kita menjumpai anak yang
berkebutuhan khusus, hendaknya tidak mengucilkan mereka, akan tetapi memperlakukan
mereka secara baik. Panulis berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca untuk menambah informasi, wawasan, pengetahuanataupun
sebagai sumber referensi dalam menyelesaikan tugas. Namun,penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan baik dalam penulisan ataupun
materi yang disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk penulis kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta

Efendi, Mohammad. 2006. Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara

Ummah, M. 2013. Pendidikan Agama Islam pada Anak Tunalaras di SLB E


Prayuwana Yogyakarta. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta

Wardani, IGAK, et al. 2020. Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.


Universitas Terbuka: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai