Anda di halaman 1dari 11

Gregorius Wahyu Gusti Tanditasik

A031191197

PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS

2.1 PENGERTIAN ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A. Pengertian Etika dan Pengambilan Keputusan
1. Etika
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya
sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan.
Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun.
Istilah etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang
mengatur dan mengukur perilaku professional seseorang.
Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif atau pola perilaku seseorang
atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang dapat diterima umum dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks lain secara luas dinyatakan bahwa
etika adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah
etika merupakan suatu ilmu.
Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda
dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
2. Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka
membuat pilihan-pilihan dari dua alternatif atau lebih. Sebagai contoh : manajer puncak
bertugas menentukan tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan cara terbaik
untuk membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur
yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah menetukan jadwal produksi, menyeleksi
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan baru, dan
merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran karyawan. Karyawan nonmanajerial juga
membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan organisasi tempat mereka bekerja.
Sedangkan pengambilan keputusan mengandung arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah
alternatif yang tersedia.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilhan-
pilhan semacam itu dibuat.
Beberapa pengertian keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo: 2) adalah
sebagai berikut :
 Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur
perencanaan. Keputusan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan
yang terjadi terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya
sederajat dengan tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
 Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data. Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengambilan keputusan yang dilakukan biasanya memiliki beberapa tujuan seperti:
tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan
tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif).
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya
sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya
sebelum kita mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini :
1) Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian terhadap orang
lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh
karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan
keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya
upah tersebut tidak layak untuk hidup.
2) Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan, nyaris setiap
peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu mencederai bagi pihak
lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya
menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi pihak lain.

3) Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan merupakan solusi
terbaik yang bisa diambil.
4) Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna namun
tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal dimana memperlakukan
tiap orang dengan sejajar.

2.2 PENGERTIAN ETIKA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka
ini menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan
yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan menyediakan:
 Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap.
 Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis.
Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
 konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
 hak dan kewajiban yang terkena dampak,
 keadilan yang terlibat,
 motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

2. Pendekatan filosofi
 Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu benar
secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain,
suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih
besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas
keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu hanya dari manfaat parsial dalam
pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan organisasi.
Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka
disebut juga teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk menganalisis
keputusan dalam hal kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk
mencapai sebuah keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar.
Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara moral jika dan hanya
jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan bersih. Dengan kata lain, tindakan dan
sebuah keputusan akan menjadi etis jika konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi
negatifnya.
 Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung
jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari
tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat
penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya.
Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa pertimbangan
konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk membenarkan tindakan ilegal
atau tidak etis dalam mencapai tujuan.

 Virtue Ethics (Etika Kebajikan)


Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari tindakan atau
tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk membenarkan kebiasaan
moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi dari karakter moral yang ditunjukkan
oleh pengambil keputusan.
Kebajikan adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang
tersebut menjadi manusia yang bermoral. Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada
karakter atau integrasi moral para pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti
masyarakat profesional, untuk membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan tindakan
etis.

3. Analisis Biaya Manfaat


Manajemen perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis
sering kali memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah menggunakan analisis
akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan khusus dengan cepat
menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan bisnis tidak tercermin dalam
(atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak
lain, bukan oleh perusahaan yang menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian,
eksekutif perusahaan mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat
eksternal tersebut ketika mereka berunding tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak lagi
mereka meminta kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis biaya-manfaat yang
diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang biasa dilakukan. Analisis biaya-
manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
 Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
 Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek
Penggunaan analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
 Organisasi sektor swasta
- Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif.
- Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat.
- Penilaian waktu karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publik Evaluasi alokasi
sumber daya untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum.
- Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata, tungkai
dan lain-lain.
- Perhitungan waktu luang.
 Organisasi sektor public
Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
- Program kesehatan
- Program pendidikan
- Fasilitas rekreasi
- Proyek konservasi
- Proyek-proyek perbaikan transportasi
- Perumusan peraturan untuk pengendalian polusi.

2.3 KEKURANGAN DATA AKUNTANSI TRADISIONAL


Adapun kekurangan data akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan analisis biaya
manfaat memiliki kelemahan yaitu :
 Hal ini berfokus pada tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa depan
dalam pengambilan keputusan.
 Tidak memperhitungkan faktor-faktor eksternal.
 Mempertimbangkan beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa
biaya.
 Fokusnya jauh lebih sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang
saham, bukan kepentingan pemangku kepentingan (atau masyarakat).

1. Teknik Analisis Biaya-Manfaat


Daripada menggunakan keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan laba
bersih, terminology yang dipakai dalam ABM adalah keuntungan, biaya, dan kelebihan manfaat
atas biaya. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas dari pendapatan dan biaya,
karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa depan sampai sekarang. Proyek
harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya atau rasio keuntungan/ biaya lebih besar dari
satu.
2. Tingkat Diskon
Uang yang digunakan untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain.
Dengan demikian, biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan
yang dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah pajak yang hilang dari
investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan konsumsi mereka.
Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal rata-rata tertimbang berdasarkan
proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang digunakan.
3. Pengukuran Biaya Dan Manfaat
Meskipun terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini merupakan
masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur biaya
tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri). Sayangnya, banyak biaya dan manfaat tidak
dapat ditentukan secara langsung, dan pengganti atau cara tidak langsung harus digunakan
untuk memperkirakan nilai yang terlibat, meskipun diakui hampir tidak mungkin menangkap
semua karakteristik dari niali pengganti.
4. Kekurangan Dari Analisis Biaya Manfaat
Beberapa akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari misi
tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument ini tidak melihat
kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan sebelum tahun 1844, keunggulan
anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan pemerintah. Selain itu kecenderungan
yang jelas adalah bahwa tehnik anggaran biaya manfaat akan dipakai di sektor swasta untuk
memberikan fokus dalam pengambilan keputusan program-progam perusahaan yang
berdampak pada masyarakat.
Akuntan secara tradisional telah mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan data
untuk keputusan di sektor swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah kepentingan
terbaik akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu
akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sektor public, mereka akan
membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal spesifik ABM secara
efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan. Alasan kami menekankan
pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas ketika berbagai kekurangan dan
keseriusan ABM dipahami. Kekurangan dapat dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:
 Pilihan yang tersedia untuk yang mempersiapkannya (preparer).
 Kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
 Masalah yang tidak dapat diatasi oleh ABM.
Adapun kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna
ABM maka penting jika proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.
Kadang-kadang kendala anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu untuk
menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya kesempatan dari
uang yang dibelanjakan.
5. Pilihan Yang Tersedia
Pilihan yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi ABM sampai di
titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada metode yang bisa mencegah
bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan pertama kali harus memahami apa saja
potensi masalahnya. Sangat penting bahwa biaya kesempatan yang akurat diperkirakan untuk
uang yang dipergunakan untuk membiayai setiap proyek ABM.
Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan buruk sebagai pengganti dan metode
yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai masyarakat
6. Kendala-Kendala
Sehubungan dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan
pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu sama lain, atau jika sedang
dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek.
Selain itu, proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.
Isu yang tidak terselesaikan pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada
banyak isu yang tidak pernah dapat sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM tidak
memperhitungkan masalah ekuitas, seperti kelayakan dari menghukum satu kelompok atas
keuntungan kelompok lain. Abm disini untuk tetap dipakai, akuntansi tradisional tetap berharga,
tetapi dalam masyarakat maju, organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak
eksternal mereka. Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan
analisis biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau jika tidak mereka akan
kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari pengambil keputusan.
7. Analisis Etika Untuk Pemecahan Masalah
Kebanyakan para pelaku bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para
pemilik atau para pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional.
Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama asumsi bahwa
seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka pendek. Kedua, hak dan
kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder seperti karyawan, konsumen atau klien,
supplier, kreditor, tokoh masyarakat dan pemerintah memiliki kepentingan dari hasil keputusan
yang dibuat dan juga tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam pengambilan
keputusan perusahaan.
Perusahaan yang modern saat ini sangat mempertimbangkan kelompok Shareholder
dan kelompok diluar shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah
stakeholder yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure stakeholder
atau biasa disebut primary stakeholder.
Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh, dan
mungkin dapat menimbulkan kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan jangka
panjang yang sedang mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan yang modern
mencari shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada
keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan formal dan informal melalui kegiatan perusahaan
mereka, mereka juga memutuskna bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta
bagaimana pendekatan ke direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup
atas perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai lebih
terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.
8. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder
Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan
menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan keputusan yang
dapat mengakomodir kepentingan mereka suatu keputusan sebaiknya mempertimbangkan
pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak-hak Stakeholder, termasuk
hak dalam membuat keputusan:
 Well-offnes adalah Keputusan sebaiknya menghasilkan lebih banyak keuntungan
daripada Biaya.
 Fairness adalah Pendistribusian hendaknya mempertimbangkan keseimbangan antara
keuntungan dan biaya.
 Right adalah Hasil keputusan hendaknya tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.

9. Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir


Keuntungan adalah kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham
dan merupakan hal yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu
perusahaan. Pada waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih
tinggi.
10. Pengkajian Terhadap Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir
Keadilan bukan merupakan konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk yang
berasal dari suatu kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya
yang menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah keputusan untuk menaikan
pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil sesuai dengan kapasitas
mereka untuk membayar pajak. alasan dan perspektif diperlukan untuk menilai kewajaran
dengan teliti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya
sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria
dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada
hak, penekanan pada keadilan, dan relativisme (self-interest).
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai