Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PSIKOLOGI

OLEH :
HANNA LIDIA EMOR
NIM :
7114 3011 6021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN KEPERAWATAN
PSIKOLOGI

1. Pengertian
1. George A. Miller dalam bukunya Psycology and communication: “Psycology is
the science that attempts to describe, predict and control mental and bahavioral
events” (psikologi adalah ilamu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku)
2. Roberts Woodworth dan Marquis DG dalam bukunya Psycology: “Psycology is
the scientific studies of individual activities relations to the inveronment”
(psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau
tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).

2. Pendekatan-pendekatan Terhadap Psikologi


1. Pendekatan Neorobiologi

Pada pokoknya, kejadian-kejadian psikologi tergambat dalam kebiasaan yang digerakkan oleh
otak dan sistem saraf. Suatu pendekatan terhadap studi manusia berusaha menghubungkan
perilaku dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem syaraf,
pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan
kegiatan mental. Contoh: perubahan yang terjadi dalam sistem saraf karena adanya proses
belajar mengenai hal yang baru.

2. Pendekatan perilaku (Behaviorisme)

Dengan pendekatan ini, seorang ahli psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati
perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.

3. Pendekatan kognitif

Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa kita bukanlah penerima rangsangan yang pasif,
otak kita secara aktif mengolah informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan
kategori baru.

4. Pendekatan Psikoanalitik

Dasar pemikiran teori freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang
tidak disdari (unconscious processes) yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari ialah
pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa
pengaruh terhadap perilakunya. Ia percaya bahwa banyak dari implus pada masa kanak-kanak
yang dilarang dan dihukum oleh para orang tua dan masyarakat berasal dari naluri pembawaan
(innate instine)
5. Pendekatan Fenomenologis

Memusatkan perhatian pada pengalaman subjektif. Pendekatan ini berhubungan dengan


pandangan pribadian mengenai dunia dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang
dihadapinya.

3. Ruang Lingkup Psikologi Kontemporer

Bidang-bidang psikologi antara lain:

1. Psikologi eksperimental dan fisiologi


2. Psikologi perkembangan, psikologi sosial, dan psikologi kepribadian
3. Psikologi klinis dan penyuluhan
4. Psikologi sekolah dan pendidikan
5. Psikologi industri dan rekayasa

INGATAN (MEMORY)

Perbedaan-perbedaan dalam ingatan


1. Tahapan ingatan

Kekuatan ingatan minor dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:

1. Tahapan encoding

Anda mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang
diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan dan anda menempatkan kode tersebut dalam
ingatan

2. Tahapan penyimpanan (storage stage)

Anda mempertahankan atua menyimpan nama itu selama waktu antara kedua pertemuan tadi

3. Tahapan mengingat kembali (retrieval stage)

Anda dapat mendapatkan kembali nama itu dari penyimpanan pada waktu pertemuan kedua

2. Jenis Ingatan
1. Ingatan jangka pendek
1. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk dapat menyimpan informasi ke dalam ingatan jangka pendek, harus


memperhatikan informasi tersebut. Karena kita sangat selektif tentang apa yang kita perhatikan,
ingatan jangka pendek kita hanya berisi apa yang dipilih. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
dari apa yang telah terlihat oleh kita tidak pernah memasuki ingatan jangka pendek dan tentu
saja tidak akan mungkin dapat digunakan untuk pengingat kembali di kemudian hari.

2. Penyimpanan (storage)

Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan pendek ialah bahwa
ingatan ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau
kurang dua (7 ± 2). Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat
menyimpan 9. Jumlah tertinggi merupakan rentang ingatan subjek (subject’s memory span)
Dengan adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka
pendek sebagai sebuah kotak mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang
memasuki ingatan jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot. Selama jumlah butir
tidak melebihi jumlah slot kita akan dapat mengingat butir-butir dengan sempurna. Ketika
semua slot sudah terisi dan sebuah butir baru akan masuk, salah satu butir lama harus pergi.
Butir yang baru menggantikan butir yang lama.

3. Pengingatan Kembali (retrieval)


Pengingatan kembali disusun dalam tiga tahapan

1. Subjek memasukkan stimulus probe ke dalam suatu bentuk yang dapat


dibandingkan dengan butir-burit yang sudah tersimpan dalam ingatan jangka
pendek
2. Subjek membandingkan kede yang berurutan dengan setiap butir yang ada
dalam ingatan pendek
3. Subjek mulai dengan memberikan sebuah respon yang berakibat pada
ditekannya tombol “ya” atau “tidak”

2. Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan
rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup.

1. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)

Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik
atau visual, melainkan tampaknya didasarkan pada pegertian akan butir-butir tersebut. Jika kita
menghafal suatu kata yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit
kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Sebagian kata-kata yang keliru itu mempunyai
pengertian yang sama dengan kata-kata yang benar. Misalnya jika kata “lekas” dalam daftar
mungkin kita akan keliru ingat dengan kata “cepat”.
Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan
semakin mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin baik ingatan yang
terjadi. Maka, kalau kita harus mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan
mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan pikiran pada pengertiannya dan bukan pada
kata-kata yang tercantum dan semakin mendalam dan menyeluruh kita menghayati maknanya
semakin baik kita mengingatnya.

2. Penyimpanan dan pengingatan kembali (storage and retrieval)

Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya
merupakan akibat dari tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak
adanya informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah dapat mencerminkan kegagalan
pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Oleh karena itu
penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.

1. Faktor yang meningkatkan pengingatan kembali ialah mengorganisasi dalam


penyimpanan dan memastikan bahwa konteks informasi yang diingat kembali
sama dengan konteks informasi di mana kita memasukkan pesan dalam ingat.
2. Faktor yang menurunkan pengingat kembali ialah interferensi
INTELEGENSI

1. Pengertian Intelegensi

Alfred Binet, dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes inteligensi, mengemukakan
pendapatannya bahwa inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan yaitu:

1. Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus


dipecahkan
2. Adaptation, kemampuan untuk mendapatkan adaptasi terhadap masalah yang
dihadapinya atau fleksibel dalam menghadapi masalah
3. Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik baik terhadap masalah yang
dihadapi maupun terhadap dirinya sendiri

Pengertian inteligensi, menurut Whitherington, mempunyai ciri-ciri hakiki berikut:

1. Cepat, makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang
menyelesaikan
2. Cekatan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan, dengan mudah dan ringkas
menjelaskan sesuatu
3. Tepat sesuai dengan tuntutan keadaan

2. Ciri-ciri Pelaku Inteligensi

Menurut Effendi dan Praja, ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi adalah sebagai berikut:

1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang inteligensi selalu terarah pada
tujuan
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkordinasi, tidak acak-acakan
3. Physical well taned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh
tenaga dan tangkas
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang fleksibel, tidak statis dan kaku
5. Success oriented bahavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman,
tenang, penuh kepercayaan akan sukses
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan
pandangan luas serta jiwa yang terbuka
Distribusi Normal tingkat kecerdasan
Persentase Populasi
IQ / tingkat kecerdasan Deskripsi Verbal
dalam Setiap Kelompok

0 – 19 Idiot 1
20 – 49 Embicile -
50 – 69 Moron 2
70 – 79 Inferior 6
80 – 89 Bodoh 15
90 – 109 Normal 46
110 – 119 Pandai 18
120 – 129 Superior 8
130 – 139 Sangat superior 3
140 – 179 Gifted -
180 ke atas Genius 1

KEPRIBADIAN

1. Definisi Kepribadian

Kata kepribadian (personality) berasal dari kata latin: persona. Kata persona
menunjukan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi
dalam memainkan peranan-peranannya.
Alport mendefinisikan kepribadian yaitu bahwa setiap individu bertingkah laku dalam
caranya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, sehingga tidak akan ada dua
orang yang bertingkah laku sama, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri.

1. Teori-teori Kepribadian

1. Teori kepribadian psikoanalisis

Dalam mencoba memahami sistem kepribadian manusia, freud, membangun model


kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik
dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Ketiga sistem itu
yaitu:

1. Id, bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls


biologis
2. Ego, mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan
cara yang diterima masyarakat
3. Superego (hati nurani) memiliki standar moral pada individu

Selanjutnya, teori frud mengenai dinamika kepribadian, menyatakan bahwa terdapat


sejumlah energi psikis (libido) yang konstan untuk setiap individu. Teori ini berpendapat bahwa
dorongan id yang tidak bisa diterima dapat menimbulkan kecemasan, yang bisa diturunkan oleh
mekanisme pertahanan. Kemudian, teori feud mengenai perkembangan kepribadian
menyatakan bahwa individu melewati tahap psikoseksual (seperti oral, onal, falik) dan harus
memecahkan konflik oedipal.

2. Teori-teori Sifat (Trait Theories)

Yang dimaksud dengan teori-teori sifat pada dasarnya meliputi “psikologi individu”
Gordon Williard Allport “Psikologi Konstitusi William Sheldon” “teori faktor” Roymond (attell).
Teori-teori ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories).
Bagi Allport, sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis namun tidak terlihat. Itu
terletak dalam bagian tertentu dalam sifat saraf. Meskipun tidak terlihat, kita bisa merasakan
kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku seseorang.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi
(personal disposition) sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu
sama lainnya, kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat
yang ada dalam diri individu.

3. Teori kepribadian Behaviorisme

Menurut skinner, individu adalah organisme yang memperoleh pembendaharaan tingkah


lakunya melalui belajar. Kemudian, skinner menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk
mengontrol perilaku. Kemudian banyak diantaranya dipelajari oleh social learning theoritist,
yaitu:

1. Pengekangan fisik (physical restraints)


2. Bantuan fisik (physical aids)
3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
5. Melakukan respons-respons lain (perforning alternative responses)
6. Menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement)
7. Menghukum diri sendiri (self punishment)
2. Teori Psikologi Kognitif

Pandangan tori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain
adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan
kesadaran. Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya
termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor di
luar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran manusia.

3. Tipe-tipe Kepribadian

Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kita
mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi
4 golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. Yaitu:

1. Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak empedu hitamnya,


sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung, pesimistis dan selalu
menaruh rasa curiga
2. Sanguinicus (sanguinisi) yakni orang-orang yang banyak darahnya, sehingga orang-
orang tipe ini selalu menunjukkan waja yang berseri-seri, periang, dan bersikap
optimistis
3. Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya. Orang tipe ini
sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu pucat, pesimis, pembawaannya selalu
tenang, pendiriannya tidak mudah berubah.
4. Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang tipe ini bertubuh
besar dan kuat, namun penarik darah dan sukar mengenalikan diri, sifatnya garang dan
agresif.

Menurut Jung, tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:

1. Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya,
kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat
2. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya pada “aku”
nya

PERSEPSI

1. Pengertian Persepsi

Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa
Latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya
dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaigu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devita, persepsi ialah proses ketika kita
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Gulo mendefinisikan
persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera-indera yang dimilikinya. Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil
pengamatan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini sebagai proses
menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi
kepada rangsangan pancaindra atau data.

2. Proses Persepsi

Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara
dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari
merubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sbeagai reaksi

Jadi, proses persepsi ialah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai. Dalam definisi pesepsi dikemukakan Pareek di atas, mencakup
beberapa segi atau proses yaitu:

1. Proses menerima rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber.
Kebanyakan data diterima melalui panca indra.

2. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah diterima, rangsangan / data diseleksi. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi
rangsangan itu yaitu faktor intern dan eksternal.

1. Faktor-faktor intern yang mempengaruhi seleksi persepsi


1. Kebutuhan psikologis
2. Latar belakang
3. Pengalaman
4. Sikap dan kepercayaan umum
5. Penerimaan diri
2. Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi seleksi persepsi
1. Intensitas
2. Ukuran
3. Kontras
4. Gerakan
5. Ulangan
6. Keakraban
7. Sesuatu yang baru

Sementara itu, Devito menyebutkan enam proses yang mempengaruhi persepsi yaitu
teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi –
resensi, konsistensi dan stereotip

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi
utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni:

1. Pengelompokan

Beberapa faktor digunakan untuk mengelompokkan rangsangan antara lain:

1. Kesamaan, rangsangan-rangsangan yang mirip dijadikan satu kelompok


2. Kedekatan, hal-hal yang dekat antara satu dengan yang lain juga
dikelompokkan menjadi satu
3. Ada suatu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap
belum lengkap
2. Bentuk timbul dan latar

Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada
gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian / gejala lainnya berada di
latar belakang.

3. Kematangan persepsi

Ada suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan-perubahan konteks


tidak mempengaruhinya.

4. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan
berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.

5. Proses pengecekan

Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data itu dapat dicek dengan menanyakan
kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka.

6. Proses reaksi

Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah
diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan
persepsinya.

3. Perkembangan Perseptual

Peneliti mengenai perkembangan persepsi mempelajari sampai tingkat mana kapasitas


pesepsi si diturunkan dan sampai tingkat mana dipelajari oleh pengelaman. Menurut Atkinson
untuk menentukan kapasitas turunan, para penelitia mempelajari kapasitas diskriminasi bayi
dengan menggunakan metode melihat preferensial dan visual-evoked potential. Ketajaman
penglihatan, yang penting untuk pengenalan, meningkat secara cepat selama 6 bulan pertama
kehidupan dan kemudian meningkat lebih lambat sampai mencapai tingkat dewasa antara usia
1-5 tahun. Persepsi kedalaman mulai tampak pada sekitar usia 3 bulan, tetapi tidak
sepenuhnya terbentuk sampai sekitar usia 6 bulan. Kokonstanan mulai berkembang pada usia
6 bulan, tetapi tidak sepenuhnya berkembang selama bertahun-tahun.

4. Fungsi dan Sifat-sifat Dunia Persepsi


1. Fungsi Persepsi

Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi yaitu lokalisasi
atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan menentukan jenis objek tersebut. Menurut
atkinson dkk, untuk melokalisasi objek, kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek
kemudian mengorganisasikan objek menjadi kelompok.

2. Sifat-sifat Dunia Persepsi

1. Sifat-sifat umum dunia persepsi


1. Dunai persepsi mempunyai sifat ruang
2. Dunai persepsi mempunyai dimensi waktu
3. Dunai persepsi itu berstruktur menurut berbagai objek prsepsi
4. Dunai persepsi adalah suatu dunia yang penuh dengan arti
2. Sifat-sifat yang khusus bagi masing-msing indra tersendiri.

Di antara sifat-sifat terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra, merah dan
kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam dan asin, suatu keseluruhan sifat
sensoris yang khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu
modalitas yang khusus bagi mata, bunyi bagi telinga.

5. Persepsi dan Sensasi

Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi,
atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya
dianugerahi dengan indra atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek
kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi,
warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Benyamin B Wolman menyebut sensasi sebagai
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, sensasi
ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus
yang telah ada di dalam otak, meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap
individu, interpretasinya berbeda.

6. Persepsi dan Kognisi

Persepsi, kognisi, penalaran dan perasaan sesungguhnya berlangsung secara simultan,


dan kebanyakan dari apa yang disebut pemikiran, impian, bayangan, berkhayal, belajar dan
semacamnya merupakan kombinasi unsur-unsur persepsi, kognisi, penalaran dan perasan
tersebut.
Secara singkat, persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia
menangkap rangsangan. Kognisi (cognition) adalah cara manusia memberi arti pada
rangsangan. Penalaran (reason) adalah proses sewaktu rangsangan dihubungkan dengan
rangsangan pada tingkat pembentukan kegiatna psikolotis. Perasaan (feeling) adalah konotasi
emosional yang dihasilkan oleh rangsangan, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
rangsangan lain pada tingkat kognisi atau konseptual.

7. Dunia Persepsi Sebagai Dunia Bentuk


Robert Fontz adalah pelopor dalam bidang ini dengan satu peneuan yang ia beri nama
“alat preferensi visual”. Ia memberi alasan bahwa kita pada bayi diperlihatkan dua pola secara
bersamaan dan si bayi lebih menyukai pola yang satu dibandingkan dengan yang lain, ia
seharusnya dapat membedakan pola tersebut. Ia merancang sebuah dipan untuk bayi, yang
disebut “bilik pandangan”. Di atas dipan itu bisa diperlihatkan dua pola kartu berbeda, ia
menghitung berapa lama tiap bayi memandang tiap-tiap pola.
Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Obejk-objek ini kurang lebih berdiri sendiri
mengandung struktur di dalamnya dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain,
objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinkan kita untuk
mengenal dan mengingat kembali objek-objek tersebut yang memungkinkan kita
mengorientasikan diri dan sebagainya.

DIRI, KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI

1. Diri (Self)

William James, menanamkan diri cermin itu sebagai “diri publik” (public self atau me)
yang dibedakannya dari “diri pribadi atau “aku” (private self atau I). Jadi, menurut James ada
dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain
atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati,
berfikir dan berkehendak (subjective self).
Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono, sulit
dikembangkan lebih lanjut karena baik dalam praktek maupun dalam penelitian-penelitian, sulit
dibedakan antara dua diri itu. Oleh karena itu dalam pandangan Sarwono, teori-teori yang
timbul kemudian menggunakan salah satu dari konsep itu saja, yaitu self (diri) atau ego (aku)
atau menggabungkan kedua konsep itu dalam satu konsep yang lebih menyeluruh yaitu
kepribadian.
Dalam pandangan para ahli psikologi, ego selain lebih luas dari self, juga lebih bersifat
hakikat, lebih inti dari pada pribadi manusia, sedangkan self adalah lebih sebagai perwujudan
fungsional daripada ego.

1. Konsep Diri (Self Concept)

1. Diri sebagai bangunan konsep

Dalam kaitan ini, kita dapat melihat sekurangnya lima aspek dari diri, yakni:
1. Fisik diri, tubuh dan semua aktivitas biologis berlangsung di dalamnya.
Walaupun banyak orang mengidentifikasikan diri mereka lebih pada akal pikiran
daripada tentang tubuh mereka sendiri.
2. Didi-sebagai-proses. Suatu aliran akal pikiran emosi dan perilaku kita yang
konstan. Apabila kita mendapat suatu masalah, memberikan respons secara
emosional, membuat suatu rencana untuk memecahkannya dan kemudian
melakukan tindakan, semua peristiwa tersebut adalah bagian dari diri-sebagai-
proses.
3. Diri-sosial, terdiri atas akal pikiran dan perilaku yang kita ambil sebagai respons
secara umum terhadap orang lain dan masyarakat. Dalam masyarakat kita
memainkan peran tertentu dan kita mengidentifikasi diri dengan peran tersebut
secara kuat.
4. Konsep-diri adalah apa yang terlintas dalam pikiran saat anda berpikir tentnag
“saya”, masing-masing kita melukis sebuah gambaran mental tentang diri sendiri,
dan meskipun gambaran ini mungkin sangat tidak realistis, hal tersebut tetap
milik kita dan berpengaruh besar pada pemikiran dan perilaku kita.
5. Cita-diri, apa yang anda inginkan. Cita diri merupakan faktor yang paling penting
dari perilaku anda. Lebih jauh lagi, cita-diri anda akan menentukan konsep-diri
anda, dengan mengukur prestasi anda yang sebenarnya dibandingkan dengan
cita-diri yang membentuk konsep-diri anda.
2. Hakikat konsep diri

Menurut Jalaluddin Rakhmat, walupun konsep diri merupakan tema utama psikologi
humanistik yang muncul belakangan ini. Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai
William James. James membedakan antara “The I” diri yang sadar dan aktif, menurut James
ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana yang dipersepsikan oleh
orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif,
mengamati, berpikir dan berkehendak (subjective self).
Lalu, apakah konsep diri itu? Siapakah saya? Apakah saya? Jawaban dari pertanyaan
tersebut akan mengandung konsep diri yang terdiri atas:

1. Citra-diri (self-image). Bagian ini merupakan deskripsi sederhana, misalnya saya


seorang pelajar, saya seorang kakak dan sebagainya
2. Penghargaan-diri (self esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu
perkiraan, mengenai kepantasan-diri (self worth), misal saya peramah, saya
pintar dan sebagainya.

Jadi konsep diri adalah semua persepsi kita terhadap aspek diri yang meliputi aspek
fisik, aspek sosial dan aspek psikologis, yang didasarkan pada pengalaman dan interaksi kita
dengan orang lain.
3. Bagaimana kosep diri terbentuk?

Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan yang paling dasar adalah
konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap
lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep diri yang baru dan berbeda
dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri
sekunder.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang di
sekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak terlepas dari struktur,
peran dan status sosial yang disandang seorang individu. Struktur peran dan status sosial
merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu satu dan individu lain,
individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok.

4. Proses perkembangan konsep diri

Pada dasarnya, pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif pasif. Pada
pokoknya anda berperilaku dengan cara tertentu dan mengamati reaksi orang lain terhadap
perilaku Anda. Hal ini tidak perlu berupa proses pemikiran, bahkan sering kali terjadi melalui
berbagai kesempatan yang tersedia. Mead dan Cooley yakin bahwa konsep diri merupakan
sesuatu cerminan cara yang disajikan orang lain sebagai tanggapan kepada kita. Kesan pribadi
seseorang merupakan cerminan cara yang dipikirkan orang tersebut mengenai reaksi orang lain
kepadanya selama masa kecilnya.
Ada 2 hal yang mendasari perkembangan konsep diri kita yaitu:

3. Pengalaman kita secara situasional

Segenap pengalaman yang datang pada diri kita tidak seluruhnya mempunyai pengaruh
kuat pada diri kita. Jika pengalaman-pengalaman itu merupakan sesuatu yang sesuai dan
konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional dapat kita terima. Sebaliknya,
jika pengalaman tersebut tidak konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional
tidak dapat kita terima.

4. Interaksi kita dengan orang lain

Pandangan kita terhadap diri sediri adalah dasar dari konsep diri kita dan untuk
memperoleh pengertian mengenai diri kita tersebut dapat dilakukan melalui interaksi dengan
orang lain yang tentunya disertai persepsi dan kesadaran kita tentang cara orang lain tersebut
melihat kita dan reaksi mereka terhadap kita.

5. Faktor yang mempengaruhi konsep diri


Menurut William Brooks ada empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:

1. Self Apprasial – Viewing self asan objct

Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam
komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri

2. Reaction and Response of others

Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita, misalnya saja
dalam berbagai perbincangan masalah sosial

3. Roles you play – role taking

Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan
sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.

4. Reference groups

Yang dimaksud adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita
anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi
kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.

1. Penyesuaian Diri

1. Apakah penyesuaian diri itu?

Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri dan kelainan-
kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidaklah
heran bila dikemukakan istilah maladjustment, artinya tidak ada penyesuaian. Menurut
Musthofa Fahmi, penyesuaian adalah suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan
untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan
lingkungan.

2. Bentuk-bentuk penyesuaian diri

1. Yang adaptive

Sering disebut dengan istilah adaptasi. Bentuk ini lebih bersifat badani. Artinya perubahan-
perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.
2. Yang adjustive

Bentuk ini bersangkutan dengan kehidupan psikis kita, karena tersangkutnya kehidupan psikis
dalam penyesuaian yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan
tingkah laku.

3. Reaksi-reaksi penyesuaian diri


1. Rasionalisasi (rationalization)

Ini terjadi bila seorang individu berupaya memberi penjelasan yang menyenangkan (rasional)
penjelasan untuk perilaku yang khusus dan sering tidak diinginkan.

2. Kompensasi (compensation)

Kita merujuk pada konsep konpensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang
dengan perasaan ketidakcukupan berusaha sendiri dengan upaya tambahguna mengatasi
perasaan-perasaan tidak aman.

3. Negativisme (negativism)

Adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang /
objek-objek lain

4. Kepasrahan (resignation)

Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan
mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individu-individu.

5. Pelarian (flight)

Reaksi ini boleh jadi dikacaukan dengan kepasrahan. Namun, pelarian mencakup sesuatu yang
lebih jauh, yakni melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau
kegelisahan.

6. Represi (represion)

Jika tanpa diketahui seseorang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari
kesadarannya

7. Kebodohan-semu (pseudostupidity)
8. Pemikiran obsesif (obsessive thinking)
Merujuk pada perilaku seseorang yang memperbesar semua ukuran realistik dari masalah /
situasi yang dialami

9. Pengalihan (displacement)

Proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan ke arah objek-
objek lain daripada ke arah sumber pokok kekecewaan

10. Perubahan (conversion)

Anda mungkin juga menyukai