Tugas Psikologi
Tugas Psikologi
OLEH :
HANNA LIDIA EMOR
NIM :
7114 3011 6021
1. Pengertian
1. George A. Miller dalam bukunya Psycology and communication: “Psycology is
the science that attempts to describe, predict and control mental and bahavioral
events” (psikologi adalah ilamu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan
mengendalikan peristiwa mental dan tingkah laku)
2. Roberts Woodworth dan Marquis DG dalam bukunya Psycology: “Psycology is
the scientific studies of individual activities relations to the inveronment”
(psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas atau
tingkah laku individu dalam hubungan dengan alam sekitarnya).
Pada pokoknya, kejadian-kejadian psikologi tergambat dalam kebiasaan yang digerakkan oleh
otak dan sistem saraf. Suatu pendekatan terhadap studi manusia berusaha menghubungkan
perilaku dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem syaraf,
pendekatan ini mencoba mengkhususkan proses neurobiologi yang mendasari perilaku dan
kegiatan mental. Contoh: perubahan yang terjadi dalam sistem saraf karena adanya proses
belajar mengenai hal yang baru.
Dengan pendekatan ini, seorang ahli psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati
perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian dalam tubuh.
3. Pendekatan kognitif
Para ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa kita bukanlah penerima rangsangan yang pasif,
otak kita secara aktif mengolah informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk dan
kategori baru.
4. Pendekatan Psikoanalitik
Dasar pemikiran teori freud ialah bahwa sebagian besar perilaku kita berasal dari proses yang
tidak disdari (unconscious processes) yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari ialah
pemikiran, rasa takut, keinginan-keinginan yang tidak disadari seseorang tetapi membawa
pengaruh terhadap perilakunya. Ia percaya bahwa banyak dari implus pada masa kanak-kanak
yang dilarang dan dihukum oleh para orang tua dan masyarakat berasal dari naluri pembawaan
(innate instine)
5. Pendekatan Fenomenologis
INGATAN (MEMORY)
1. Tahapan encoding
Anda mengubah fenomena fisik (gelombang-gelombang suara) yang sesuai dengan nama yang
diucapkan ke dalam kode yang diterima ingatan dan anda menempatkan kode tersebut dalam
ingatan
Anda mempertahankan atua menyimpan nama itu selama waktu antara kedua pertemuan tadi
Anda dapat mendapatkan kembali nama itu dari penyimpanan pada waktu pertemuan kedua
2. Jenis Ingatan
1. Ingatan jangka pendek
1. Pemasukan pesan dalam ingatan (encoding)
2. Penyimpanan (storage)
Mungkin kenyataan yang paling mencolok mengenai ingatan pendek ialah bahwa
ingatan ini mempunyai kapasitas yang terbatas. Batas rata-ratanya adalah 7 butir lebih atau
kurang dua (7 ± 2). Sebagian orang dapat menyimpan paling sedikit 5 butir, yang lainnya dapat
menyimpan 9. Jumlah tertinggi merupakan rentang ingatan subjek (subject’s memory span)
Dengan adanya kapasitas yang begitu pasti kita cenderung memandang ingatan jangka
pendek sebagai sebuah kotak mental yang mempunyai tujuh slot (bilik). Setiap butir yang
memasuki ingatan jangka pendek masuk ke dalam masing-masing slot. Selama jumlah butir
tidak melebihi jumlah slot kita akan dapat mengingat butir-butir dengan sempurna. Ketika
semua slot sudah terisi dan sebuah butir baru akan masuk, salah satu butir lama harus pergi.
Butir yang baru menggantikan butir yang lama.
Ingatan jangka panjang meliputi informasi yang telah disimpan dalam ingatan dengan
rentang waktu beberapa menit atau sepanjang hidup.
Untuk materi verbal, kode ingatan jangka panjang yang dominan tidak bersifat akustik
atau visual, melainkan tampaknya didasarkan pada pegertian akan butir-butir tersebut. Jika kita
menghafal suatu kata yang panjang dan mencobanya untuk mengingat kembali beberapa menit
kemudian, kita pasti akan membuat kekeliruan. Sebagian kata-kata yang keliru itu mempunyai
pengertian yang sama dengan kata-kata yang benar. Misalnya jika kata “lekas” dalam daftar
mungkin kita akan keliru ingat dengan kata “cepat”.
Pengkodean melalui pengertian, tampaknya menghasilkan ingatan yang terbaik. Dan
semakin mendalam atau lengkap seorang menyerap pengertian, semakin baik ingatan yang
terjadi. Maka, kalau kita harus mengingat satu hal dalam sebuah buku teks kita akan
mengingatnya lebih baik, jika kita memusatkan pikiran pada pengertiannya dan bukan pada
kata-kata yang tercantum dan semakin mendalam dan menyeluruh kita menghayati maknanya
semakin baik kita mengingatnya.
Banyak kasus mengenai proses lupa dari ingatan jangka panjang ini tampaknya
merupakan akibat dari tidak adanya cara untuk mencapai informasi itu bukan karena tidak
adanya informasi itu sendiri. Maka, ingatan yang lemah dapat mencerminkan kegagalan
pengingatan kembali dan bukan merupakan kegagalan penyimpanan informasi. Oleh karena itu
penting diketahui faktor yang meningkatkan dan menurunkan pengingatan kembali.
INTELEGENSI
1. Pengertian Intelegensi
Alfred Binet, dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes inteligensi, mengemukakan
pendapatannya bahwa inteligensi mempunyai 3 aspek kemampuan yaitu:
1. Cepat, makin cepat suatu pekerjaan diselesaikan, makin cerdaslah orang yang
menyelesaikan
2. Cekatan biasanya dihubungkan dengan pekerjaan tangan, dengan mudah dan ringkas
menjelaskan sesuatu
3. Tepat sesuai dengan tuntutan keadaan
Menurut Effendi dan Praja, ciri-ciri tingkah laku yang inteligensi adalah sebagai berikut:
1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang inteligensi selalu terarah pada
tujuan
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkordinasi, tidak acak-acakan
3. Physical well taned behavior, artinya memiliki sikap jasmaniah yang baik, penuh
tenaga dan tangkas
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang fleksibel, tidak statis dan kaku
5. Success oriented bahavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman,
tenang, penuh kepercayaan akan sukses
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi
kebutuhannya dan bermanfaat bagi orang lain
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efisien, efektif, dan cepat
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan
pandangan luas serta jiwa yang terbuka
0 – 19 Idiot 1
20 – 49 Embicile -
50 – 69 Moron 2
70 – 79 Inferior 6
80 – 89 Bodoh 15
90 – 109 Normal 46
110 – 119 Pandai 18
120 – 129 Superior 8
130 – 139 Sangat superior 3
140 – 179 Gifted -
180 ke atas Genius 1
KEPRIBADIAN
1. Definisi Kepribadian
Kata kepribadian (personality) berasal dari kata latin: persona. Kata persona
menunjukan pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi
dalam memainkan peranan-peranannya.
Alport mendefinisikan kepribadian yaitu bahwa setiap individu bertingkah laku dalam
caranya sendiri. Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, sehingga tidak akan ada dua
orang yang bertingkah laku sama, karena setiap individu memiliki kepribadian sendiri.
1. Teori-teori Kepribadian
Yang dimaksud dengan teori-teori sifat pada dasarnya meliputi “psikologi individu”
Gordon Williard Allport “Psikologi Konstitusi William Sheldon” “teori faktor” Roymond (attell).
Teori-teori ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories).
Bagi Allport, sifat adalah sesuatu yang sesungguhnya eksis namun tidak terlihat. Itu
terletak dalam bagian tertentu dalam sifat saraf. Meskipun tidak terlihat, kita bisa merasakan
kehadirannya dengan mengamati konsistensi dari perilaku seseorang.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi
(personal disposition) sifat umum adalah dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu
sama lainnya, kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat
yang ada dalam diri individu.
3. Tipe-tipe Kepribadian
Pada dasarnya, setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda satu sama lain. Kita
mengenal Hippocrates dan Galenus yang mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi
4 golongan menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya. Yaitu:
Menurut Jung, tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar yaitu:
1. Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan keluar dirinya,
kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat
2. Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada dirinya pada “aku”
nya
PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa
Latin perceptio, dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Kata persepsi biasanya
dikaitkan dengan kata lain, menjadi persepsi diri, persepsi sosial dan persepsi interpersonal.
Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaigu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Menurut Devita, persepsi ialah proses ketika kita
menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang memengaruhi indra kita. Gulo mendefinisikan
persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya
melalui indera-indera yang dimilikinya. Yusuf menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil
pengamatan. Pareek memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini sebagai proses
menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi
kepada rangsangan pancaindra atau data.
2. Proses Persepsi
Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara
dia memandang. Oleh karena itu untuk mengubah tingkah laku seseorang, harus dimulai dari
merubah persepsinya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sbeagai reaksi
Jadi, proses persepsi ialah melakukan seleksi, interpretasi dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai. Dalam definisi pesepsi dikemukakan Pareek di atas, mencakup
beberapa segi atau proses yaitu:
Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber.
Kebanyakan data diterima melalui panca indra.
Setelah diterima, rangsangan / data diseleksi. Dua kumpulan faktor menentukan seleksi
rangsangan itu yaitu faktor intern dan eksternal.
Sementara itu, Devito menyebutkan enam proses yang mempengaruhi persepsi yaitu
teori kepribadian implisit, ramalan yang dipenuhi sendiri, aksentuasi perseptual, primasi –
resensi, konsistensi dan stereotip
3. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi
utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni:
1. Pengelompokan
Dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada
gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol, sedangkan rangkaian / gejala lainnya berada di
latar belakang.
3. Kematangan persepsi
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan
berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data itu ditafsirkan.
5. Proses pengecekan
Setelah data diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakah penafsirannya benar atau salah. Data itu dapat dicek dengan menanyakan
kepada orang-orang lain mengenai persepsi mereka.
6. Proses reaksi
Tahap terakhir dari proses perseptual ialah bertindak sehubungan dengan apa yang telah
diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang berbuat suatu sehubungan dengan
persepsinya.
3. Perkembangan Perseptual
Penelitian tentang persepsi mencakup dua fungsi utama sistem persepsi yaitu lokalisasi
atau menentukan letak suatu objek, dan pengenalan menentukan jenis objek tersebut. Menurut
atkinson dkk, untuk melokalisasi objek, kita terlebih dahulu harus menyegregasikan objek
kemudian mengorganisasikan objek menjadi kelompok.
Di antara sifat-sifat terdapat berbagai kelompok yang khusus bagi indra-indra, merah dan
kuning termasuk kelompok yang berlainan dengan asam dan asin, suatu keseluruhan sifat
sensoris yang khas bagi suatu indra tertentu kita sebut modalitas. Warna adalah suatu
modalitas yang khusus bagi mata, bunyi bagi telinga.
Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi. Sensasi,
atau dalam bahasa Inggrisnya sensation, berasal dari kata latin, sensatus, yang artinya
dianugerahi dengan indra atau intelek. Secara lebih luas, sensasi dapat diartikan sebagai aspek
kesadaran yang paling sederhana yang dihasilkan oleh indra kita, seperti temperatur tinggi,
warna hijau, rasa nikmatnya sebatang coklat. Benyamin B Wolman menyebut sensasi sebagai
pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indra.
Jadi proses sensasi dan persepsi itu berbeda. Dalam ungkapan lain disebutkan, sensasi
ialah penerimaan stimulus lewat alat indra, sedangkan persepsi adalah menafsirkan stimulus
yang telah ada di dalam otak, meskipun alat untuk menerima stimulus itu serupa pada setiap
individu, interpretasinya berbeda.
Robert Fontz adalah pelopor dalam bidang ini dengan satu peneuan yang ia beri nama
“alat preferensi visual”. Ia memberi alasan bahwa kita pada bayi diperlihatkan dua pola secara
bersamaan dan si bayi lebih menyukai pola yang satu dibandingkan dengan yang lain, ia
seharusnya dapat membedakan pola tersebut. Ia merancang sebuah dipan untuk bayi, yang
disebut “bilik pandangan”. Di atas dipan itu bisa diperlihatkan dua pola kartu berbeda, ia
menghitung berapa lama tiap bayi memandang tiap-tiap pola.
Dalam persepsi, kita menangkap objek-objek. Obejk-objek ini kurang lebih berdiri sendiri
mengandung struktur di dalamnya dan mempunyai batas-batas di luarnya. Dengan kata lain,
objek-objek itu mempunyai bentuk. Bentuk inilah yang terutama memungkinkan kita untuk
mengenal dan mengingat kembali objek-objek tersebut yang memungkinkan kita
mengorientasikan diri dan sebagainya.
1. Diri (Self)
William James, menanamkan diri cermin itu sebagai “diri publik” (public self atau me)
yang dibedakannya dari “diri pribadi atau “aku” (private self atau I). Jadi, menurut James ada
dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain
atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif, mengamati,
berfikir dan berkehendak (subjective self).
Akan tetapi, teori James yang menggunakan dua diri ini, menurut Sarwono, sulit
dikembangkan lebih lanjut karena baik dalam praktek maupun dalam penelitian-penelitian, sulit
dibedakan antara dua diri itu. Oleh karena itu dalam pandangan Sarwono, teori-teori yang
timbul kemudian menggunakan salah satu dari konsep itu saja, yaitu self (diri) atau ego (aku)
atau menggabungkan kedua konsep itu dalam satu konsep yang lebih menyeluruh yaitu
kepribadian.
Dalam pandangan para ahli psikologi, ego selain lebih luas dari self, juga lebih bersifat
hakikat, lebih inti dari pada pribadi manusia, sedangkan self adalah lebih sebagai perwujudan
fungsional daripada ego.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, walupun konsep diri merupakan tema utama psikologi
humanistik yang muncul belakangan ini. Pembicaraan tentang konsep diri dapat dilacak sampai
William James. James membedakan antara “The I” diri yang sadar dan aktif, menurut James
ada dua jenis diri yaitu “diri” dan “aku”. Diri adalah aku sebagaimana yang dipersepsikan oleh
orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan aku adalah inti dari diri aktif,
mengamati, berpikir dan berkehendak (subjective self).
Lalu, apakah konsep diri itu? Siapakah saya? Apakah saya? Jawaban dari pertanyaan
tersebut akan mengandung konsep diri yang terdiri atas:
Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan yang paling dasar adalah
konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap
lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep diri yang baru dan berbeda
dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya. Ini menghasilkan konsep diri
sekunder.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi individu dengan orang-orang di
sekitarnya. Apa yang dipersepsi individu lain mengenai diri individu, tidak terlepas dari struktur,
peran dan status sosial yang disandang seorang individu. Struktur peran dan status sosial
merupakan gejala yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu satu dan individu lain,
individu dan kelompok atau antara kelompok dan kelompok.
Pada dasarnya, pengembangan konsep diri merupakan proses yang relatif pasif. Pada
pokoknya anda berperilaku dengan cara tertentu dan mengamati reaksi orang lain terhadap
perilaku Anda. Hal ini tidak perlu berupa proses pemikiran, bahkan sering kali terjadi melalui
berbagai kesempatan yang tersedia. Mead dan Cooley yakin bahwa konsep diri merupakan
sesuatu cerminan cara yang disajikan orang lain sebagai tanggapan kepada kita. Kesan pribadi
seseorang merupakan cerminan cara yang dipikirkan orang tersebut mengenai reaksi orang lain
kepadanya selama masa kecilnya.
Ada 2 hal yang mendasari perkembangan konsep diri kita yaitu:
Segenap pengalaman yang datang pada diri kita tidak seluruhnya mempunyai pengaruh
kuat pada diri kita. Jika pengalaman-pengalaman itu merupakan sesuatu yang sesuai dan
konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional dapat kita terima. Sebaliknya,
jika pengalaman tersebut tidak konsisten dengan nilai-nilai dan konsep diri kita, secara rasional
tidak dapat kita terima.
Pandangan kita terhadap diri sediri adalah dasar dari konsep diri kita dan untuk
memperoleh pengertian mengenai diri kita tersebut dapat dilakukan melalui interaksi dengan
orang lain yang tentunya disertai persepsi dan kesadaran kita tentang cara orang lain tersebut
melihat kita dan reaksi mereka terhadap kita.
Menurut William Brooks ada empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu:
Istilah ini menunjukkan suatu pandangan, yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam
komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri kita sendiri
Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respons orang lain terhadap diri kita, misalnya saja
dalam berbagai perbincangan masalah sosial
Dalam hubungan pengaruh peran terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan
sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita.
4. Reference groups
Yang dimaksud adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita
anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini akan menjadi
kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.
1. Penyesuaian Diri
Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri dan kelainan-
kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri. Karena itu tidaklah
heran bila dikemukakan istilah maladjustment, artinya tidak ada penyesuaian. Menurut
Musthofa Fahmi, penyesuaian adalah suatu proses dinamika terus menerus yang bertujuan
untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan
lingkungan.
Sering disebut dengan istilah adaptasi. Bentuk ini lebih bersifat badani. Artinya perubahan-
perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.
2. Yang adjustive
Bentuk ini bersangkutan dengan kehidupan psikis kita, karena tersangkutnya kehidupan psikis
dalam penyesuaian yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan
tingkah laku.
Ini terjadi bila seorang individu berupaya memberi penjelasan yang menyenangkan (rasional)
penjelasan untuk perilaku yang khusus dan sering tidak diinginkan.
2. Kompensasi (compensation)
Kita merujuk pada konsep konpensasi ketika membicarakan suatu situasi saat orang-orang
dengan perasaan ketidakcukupan berusaha sendiri dengan upaya tambahguna mengatasi
perasaan-perasaan tidak aman.
3. Negativisme (negativism)
Adalah suatu reaksi yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah sadar pada orang-orang /
objek-objek lain
4. Kepasrahan (resignation)
Kepasrahan adalah istilah psikologi yang umumnya merujuk pada suatu tipe kekecewaan
mendalam yang sangat kuat, yang adakalanya dialami oleh individu-individu.
5. Pelarian (flight)
Reaksi ini boleh jadi dikacaukan dengan kepasrahan. Namun, pelarian mencakup sesuatu yang
lebih jauh, yakni melarikan diri dari situasi khusus yang menyebabkan kekecewaan atau
kegelisahan.
6. Represi (represion)
Jika tanpa diketahui seseorang mengeluarkan pengalaman atau perasaan tertentu dari
kesadarannya
7. Kebodohan-semu (pseudostupidity)
8. Pemikiran obsesif (obsessive thinking)
Merujuk pada perilaku seseorang yang memperbesar semua ukuran realistik dari masalah /
situasi yang dialami
9. Pengalihan (displacement)
Proses psikologis dari perasaan-perasaan terpendam yang kemudian dialihkan ke arah objek-
objek lain daripada ke arah sumber pokok kekecewaan