Anda di halaman 1dari 22

Pengkajian adalah usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan dari klien

meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis,mnyeluruh,akurat,singkat dan berkesinambungan( Muttagin, Arif : 2010:2)

Pengkajian yang sistematisdalam keperawatan dibagi dalam empat

tahap kegiatan yang

meliputi :pengumpulan data, analisis

data, sistematika data dan penentuan

masalah. Adapula yang

menambahkannya dengan kegiatan

dokumentasi data.

Pengkajian adalah proses pengumpulan

data secara sistematis yang bertujuan

untuk menentukan status kesehatan dan

fungsional klien pada saat ini dan wktu

sebelumnya, serta untuk menentukan

pola respon klien saat ini dan waktu

sebelumnya ( Potter,Perry,2009:838 ).

Pengkajian adalah tahap awal proses

keperawatan dan merupakan suatu

proses pengumpulan data yang

sistematis dari berbagai sumber untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien (Iyer et al., 1996).

Tahap pengkajian merupakan dasar

utama dalam meberikan asuhan

keperawatan sesai dengan kebutuhan

individu (klien). Oleh karena itu

pengkajian yang benar, akurat, lengkap,

dan sesuai dengan kenyataan snagat

penting dalam merumuskan suatu

diagnosis keperawatan dan

dalammemberikan asuhan keperawatan


sesuai dengan respon individu, sebagiaman yang telah ditentukan

dalam standar praktik keperawatan.

kegiatan dalam pengkajian adalah

pengumpulan data. dalam pengumpulan

data adalah kegiatan untuk menghimpun

informasi tentang status kesehatan klien

Macam - Macam Data

•Data Dasar

informasi mengenai staus kesehatan

klien seperti : data umum, data

demografi, dan riwayat keperawatan

• Data Fokus

Seperti ungkapan klien maupun hasil

pemeriksaaan langsung dari perawat,

jika pasien tidak sadar dapat diambil

data hasil pemeriksaan.

•Data Subjektif

seperti ungkapan keluhan dari klien

secara langsung dan dapat diperoleh

dari orang lain yang mengetahui

keaadaan klien secara

langsung.contoh :merasa pusing, mual,

nyeri dada, dan lain lain.

•Data objektif

seperti data yang diperoleh oleh perawat

secara langsung melalui observasi dan

pemeriksaan pada klien. contoh :

tekanan darah 120/80 mmHg,

konjungtiva anemis

Sumber Data

1. Sumber Data Primer


sumbernya adalah klien itu sendiri. Jika

klien tidak sadar atau masih bayi

perawat dapat menggunakan data

objektif untuk menegakan Diagnosis

Keperawatan.

2. Sumber Data Sekunder

sumbernya adalah keluarga, orang

terdekat, dan orang lain yang tahu

tentang status kesehatan klien. Selain itu

tenaga kesehatan lain seperti dokter,

ahli gizi, laboratorius, ahli gizi, dll

Teknik Pengumpulan Data

1. Anamnesis

Anamnesis adalah tanya jawab secara

langsung dengan klien atau

autoanamnesis maupun secara tidak

langsung dengan keluarga atau

alloanamnesis utntuk menggali tentang

status kesehatan klien. dalam anamnesis

ini perawat membangun hubungan

saling percaya antara klien dengan

perawat.

2. Observatif

tindakan yang mengamati secara umum

terhadap perilaku dan keadaan klien.

3. Pemeriksaan

Pemeriksan fisik merupakan

pemeriksaan tubuh untuk menemukan

kelainan dari suatu sistim atau suatu

organ tubuh dengan empat metode yaitu

melihat (inspeksi), meraba (palpasi),


mengetuk (perkusi) dan mendengarkan

atau auskultasi (Raylene M Rospond,

2009;Lyrawati, 2009). Pemeriksaan

fisik head to toe perlu dilakukan dengan

benar karena hasil pemeriksaan fisik

dapat dijadikan dasar bagi perawat

untuk menegakkan diagnosa

keperawatan yang selanjutnya sebagdasar asuhan keperawatan. Hasil ini

dapat diperoleh selama proses

pendidikan.

Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan

yang dilakukan dengan wawancara baik

langsung pada pasien ( Auto anamnese )

atau pada orang tua atau sumber lain

( Allo anamnese ). 80% untuk

menegakkan diagnosa didapatkan dari

anamnese.

Tujuan anamnesis:

Untuk mendapatkan keterangan

sebanyak-banyaknya mengenai penyakit

pasien ,Membantu menegakkan

diagnosa sementara,Ada beberapa

penyakit yang sudah dapat ditegaskan

dengan anamnese saja,Menetapkan

diagnosa banding ,Membantu

menentukan penatalaksanaan

selanjutnya

Langkah-langkah anamnesis

Mula-mula dipastikan identitas pasien

dengan ,lengkap (informasi

biografi ),Keluhan utama,Riwayat


kesehatan saat ini ,Riwayat penyakit

terdahulu

Kaji data pasien:

• Nama

• Umur

• Jenis Kelamin

• Nama Orang tua

• Alamat

• Umur, Penduduk, & Pekerjaan Orang

Tua

• Agama dan Suku Bangsa

Tujuan

Tujuan Pemeriksaan Fisik

Secara umum, pemeriksaan fisik yang

dilakukan bertujuan:

•Untuk mengumpulkan data dasar

tentang kesehatan klien.

•Untuk menambah, mengkonfirmasi,

atau menyangkal data yang diperoleh

dalam riwayat keperawatan.

•Untuk mengkonfirmasi dan

mengidentifikasi diagnosa keperawatan.

•Untuk membuat penilaian klinis

tentang perubahan status kesehatan

klien dan penatalaksanaan.

•Untuk mengevaluasi hasil fisiologis

dari asuhan.

Metode

Penulisan kajian ini menggunakan

model metode penelitian kualitatif atau

mengulang penelitian tentang riset


yang bersifat deskriptif dan

menggunakan analisis kemudian

diinterpretasikan, memanfaatkan teori

yang ada sebagai bahan pendukung,

serta menghasilkan suatu teori,

Pengumpulan data dalam pengkajian ini

menggunakan jurnal dan buku. Jurnal

dan buku yang digunakan dalam

pengkajian ini untuk mengetahui tingkat

kemampuan Perawat dalam pengkajiandan pemeriksaan fisik melalui anamnese

dalam memberikan asuhan keperawatan

, dan menerapkan konsepnya ketika

melakukan pelayanan

kesehatan .perawat akan lebih banyak

membaca baik itu buku maupun jurnal

dan ini akan lebih mudah meningkatkan

kemampuan berpikir kritis

tersebut.penelitian kualitatif ini tidak

menggunakan statistik.

Hasil

Berdasarkan dari pengkajian kualitatif

tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini menjawab seluruh tujuan

dalam penelitian. Hasil penelitian ini

meliputi gambaran Data tentang

Konsep dasar dalam asuhan

keperawatan . Dalam penelitian

kualitatif beberapa metode

pengumpulan data dalam penelitian

kualitatif ini dapat meningkatkan

kemampuan dalam Pemberian asuhan


oleh perawat kepada klien. Sehingga

dengan adanya pengumpulan data ini

akan membuat mahasiswa lebih banyak

membaca baik itu buku maupun jurnal

dan ini akan lebih mudah meningkatkan

kemampuan dalam pemberian asuhan

tersebut.Hasil kajian menunjukkan

bahwa perawat yang mempersepsikan

dirinya menerapkan Pelayanan asuhan

keperawatan dalam pemberian asuhan

sehingga dapat terlaksana dengan

baik,Klien menjadi percaya kepada

perawat. Hasil analisis menunjukkan

ada hubungan yang bermakna antara

kemampuan memberikan layanan dari

asuhan keperawatan , sehingga

tercapainya Asuhan keperawatan

bermutu tinggi atau “great nursing”.

Pembahasan

Pemeriksaan fisik dalam keperawatan

digunakan untuk mendapatkan data

objektif daricerita keperawatan klien.

Pemeriksaan fisik berharap dilakukan

bersamaan denganwawancara. Fokus

pengkajian fisik keperawatan adalah

pada kemampuan fungsionalklien.

Misalnya kompilasi klien meningkat

gangguan sistem muskuloskeletal,

makaperawat mengkaji apakah

gangguan tersebut berpengaruh klien

dalam melaksanakanKegiatan seharihari atau tidak.


Metode dan Langkah Pemeriksaan

Fisik

1. Inspeksi

Merupakan metode pemeriksaan pasien

dengan melihat langsung seluruh tubuh

pasien atau hanya bagian tertentu yang

diperlukan. Metode ini berupaya

melihat kondisi klien dengan

menggunakan ‘sense of sign’ baik

melalui mata telanjang atau alat bantu

penerangan (lampu). Inspeksi adalah

kegiatan aktif, proses ketika perawat

harus mengetahui apa yang dilihatnydan dimana lokasinya. Metode inspeksi

ini digunakan untuk mengkaji warna

kulit, bentuk, posisi, ukuran dan lainnya

dari tubuh pasien.

Pemeriksa menggunakan indera

penglihatan berkonsentrasi untuk

melihat pasien secara seksama,

persistem dan tidak terburu-buru sejak

pertama bertemu dengan cara

memperoleh riwayat pasien dan

terutama sepanjang pemeriksaan fisik

dilakukan. Inspeksi juga menggunakan

indera pendengaran dan penciuman

untuk mengetahui lebih lanjut, lebih

jelas dan lebih memvalidasi apa yang

dilihat oleh mata dan dikaitkan dengan

suara atau bau dari pasien. Pemeriksa

kemudian akan mengumpulkan dan

menggolongkan informasi yang


diterima oleh semua indera tersebut

yang akan membantu dalam membuat

keputusan diagnosis atau terapi.

2.Palpasi

Merupakan metode pemeriksaan pasien

dengan menggunakan ‘sense of touch’

Palpasi adalah suatu tindakan

pemeriksaan yang dilakukan dengan

perabaan dan penekanan bagian tubuh

dengan menggunakan jari atau tangan.

Tangan dan jari-jari adalah instrumen

yang sensitif digunakan untuk

mengumpulkan data, misalnya metode

palpasi ini dapat digunakan untuk

mendeteksi suhu tubuh(temperatur),

adanya getaran, pergerakan, bentuk,

kosistensi dan ukuran.

Rasa nyeri tekan dan kelainan dari

jaringan/organ tubuh. Teknik palpasi

dibagi menjadi dua:

a. Palpasi ringan

Caranya : ujung-ujung jari pada

satu/dua tangan digunakan secara

simultan. Tangan diletakkan pada area

yang dipalpasi, jari-jari ditekan

kebawah perlahan-lahan sampai ada

hasil.

b. Palpasi dalam (bimanual)

Caranya : untuk merasakan isi

abdomen, dilakukan dua tangan. Satu

tangan untuk merasakan bagian yang


dipalpasi, tangan lainnya untuk

menekan ke bawah. Dengan Posisi

rileks, jari-jari tangan kedua diletakkan

melekat pd jari2 pertama

3. Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan

pemeriksaan dengan mendengarkan

bunyi getaran/ gelombang suara yang

dihantarkan kepermukaan tubuh dari

bagian tubuh yang diperiksa.

Pemeriksaan dilakukan dengan ketokan

jari atau tangan pada permukaan tubuh.

Perjalanan getaran/ gelombang suara

tergantung oleh kepadatan media yang

dilalui. Derajat bunyi disebut dengan

resonansi. Karakter bunyi yang

dihasilkan dapat menentukan lokasi,

ukuran, bentuk, dan kepadatan struktur

di bawah kulit. Sifat gelombang suara

yaitu semakin banyak jaringan, semakin

lemah hantarannya dan udara/ gas

paling resonan.

4. Auskultasi

Adalah pemeriksaan fisik yang

dilakukan dengan cara mendengarkansuara yang dihasilkan oleh tubuh.

Biasanya menggunakan alat yang

disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang

didengarkan adalah: bunyi jantung,

suara nafas, dan bising usus.

Penilaian pemeriksaan auskultasi

meliputi :
 Frekuensi yaitu menghitung

jumlah getaran permenit.

 Durasi yaitu lama bunyi yang

terdengar.

 Intensitas bunyi yaitu ukuran

kuat/ lemahnya suara

 Kualitas yaitu warna nada/

variasi suara.

 Suara tidak normal yang dapat

diauskultasi pada nafas adalah :

 Rales : suara yang dihasilkan

dari eksudat lengket saat

saluran-saluran halus pernafasan

mengembang pada inspirasi

(rales halus, sedang, kasar).

Misalnya pada klien pneumonia,

TBC.

 Ronchi : nada rendah dan sangat

kasar terdengar baik saat

inspirasi maupun saat ekspirasi.

Ciri khas ronchi adalah akan

hilang bila klien batuk. Misalnya

pada edema paru.

 Wheezing : bunyi yang

terdengar “ngiii….k”. bisa

dijumpai pada fase inspirasi

maupun ekspirasi. Misalnya

pada bronchitis akut, asma.

 Pleura Friction Rub ; bunyi yang

terdengar “kering” seperti suara

gosokan amplas pada kayu.


Misalnya pada klien dengan

peradangan pleura.

D. Pemeriksaan Tanda Vital

Pemeriksaan tanda vital merupakan

bagian dari data dasar yang

dikumpulkan oleh perawat selama

pengkajian. Perawat mengkaji tanda

vital kapan saja klien masuk ke bagian

perawatan kesehatan. Tanda vital

dimasukkan ke pengkajian fisik secara

menyeluruh atau diukur satu persatu

untuk mengkaji kondisi klien.

Penetapan data dasar dari tanda vital

selama pemeriksaan fisik rutin

merupakan control terhadap kejadian

yang akan datang.

Pemeriksaan tanda vital terdiri atas

pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan

darah dan suhu. Pemeriksaan ini

merupakan bagian penting dalam

menilai fisiologis dari sistem tubuh

secara keseluruhan

1. Pemeriksaan Nadi

Denyut nadi merupakan denyutan atau

dorongan yang dirasakan dari proses

pemompaan jantung. Setiap kali bilik

kiri jantung menegang untuk

menyemprotkan darah ke aorta yang

sudah penuh, maka dinding arteria

dalam sistem peredaran darah

mengembang atau mengembung untuk


mengimbnagi bertambahnya tekanan.

Mengembangnya aorta menghasilkangelombang di dinding aorta yang akan

menimbulkan dorongan atau denyutan.

Tempat-tempat menghitung denyut nadi

adalah:

 Ateri radalis : Pada

pergelangan tangan

 Arteri temporalis : Pada

tulang pelipis

 Arteri carotis : Pada leher

 Arteri femoralis : Pada

lipatan paha

 Arteri dorsalis pedis : Pada

punggung kaki

 Arteri popliteal : pada

lipatan lutut

 Arteri bracialis : Pada

lipatan siku

 Jumlah denyut nadi yang

normal berdasarkan usia

seseorang adalah:

 Bayi baru lahir : 110 – 180

kali per menit

 Dewasa : 60 – 100 kali per

menit

 Usia Lanjut : 60 -70 kali

per menit

2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah dapat

dilakukan. Beberapa langkah yang

dilakukan pada pemeriksaan tekanan


darah menggunakan sfigmomanometer

air raksa. Tempat untuk mengukur

tekanan darah seseorang adalah :

Jumlah tekanan darah yang normal

berdasarkan usia seseorang adalah:

 Bayi usia di bawah 1

bulan : 85/15 mmHg

 Usia 1 – 6 bulan : 90/60

mmHg

 Usia 6 – 12 bulan : 96/65

mmHg

 Usia 4 – 6 tahun : 100/60

mmHg

 Usia 6 – 8 tahun : 105/60

mmHg

 Usia 8 – 10 tahun : 110/60

mmHg

 Usia 10 – 12 tahun : 115/60

mmHg

 Usia 12 – 14 tahun : 118/60

mmHg

 Usia 14 – 16 tahun : 120/65

mmHg

 Usia 16 tahun ke atas :

130/75 mmHg

 Usia lanjut : 130-139/85-89

mmHg

3. Pemeriksaan Pernafasan

Pemeriksaan Pernafasan merupakan

pemeriksaan yang dilakukan untuk

menilai proses pengambilan oksigen


dan pengeluaran karbondioksida.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk

menilai frekwensi, irama,

kedalaman,dan tipe atau pola

pernafasan. Pernapasan adalah tanda

vital yang paling mudah di kaji namunpaling sering diukur secara

sembarangan. Perawat tidak boleh

menaksir pernapasan. Pengukuran yang

akurat memerlukan observasi dan

palpasi gerakan dinding dada.

Berikut adalah usia dan frekuensi per

menitnya :

Bayi baru lahir : 35-40

Bayi (6 bulan) : 30-50

Toodler : 25-32

Anak-anak : 20-30

Remaja : 16-19

Dewasa : 12-20

4. Pemeriksaan Suhu

Merupakan salah satu pemeriksaan

yang digunakan untuk menilai kondisi

metabolisme dalam tubuh, dimana

tubuh menghasilkan panas secara

kimiawi maupun metabolisme

darah.Suhu dapat menjadi salah satu

tanda infeksi atau peradangan yakni

demam (di atas > 37°C). Suhu yang

tinggi juga dapat disebabkan oleh

hipertermia. Suhu tubuh yang jatuh atau

hipotermia juga dinilai. Untuk

pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan


punggung tangan dapat dilakukan,

tetapi untuk pemeriksaan yang akurat

harus dengan menggunakan

termometer. Termometer yang

digunakan bisa berupa thermometer

oral, thermometer rectal dan

thermometer axilar.

Proses pengaturan suhu terletak

pada hypotalamus dalam sistem saraf

pusat. Bagian depan hypotalamus dapat

mengatur pembuangan panasdan

hypotalamus bagian belakang mengatur

upaya penyimpanan panas.

Pemeriksaan suhu dapat dilakukan

melalui oral, rektal, dan aksila yang

digunakan untuk menilai keseimbangan

suhu tubuh serta membantu menentukan

diagnosis dini suatu penyakit.

Tempat untuk mengukur suhu badan

seseorang adalah:

 Ketiak/ axilea, pada area ini

termometer didiamkan

sekitar 10 – 15 menit.

 Anus/ dubur/ rectal, pada

area ini termometer

didiamkan sekitar 3 – 5

menit.

 Mulut/oral, pada area ini

termometer didiamkan

sekitar 2 – 3 menit

 Seseorang dikatakan
bersuhu tubuh normal, jika

suhu tubuhnya berada pada

36ºC – 37,5ºC.

E. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

Sebelum pemeriksaan dilakukan, pasien

perlu dipersiapkan sehingga

kenyamanan tetap terjaga, misalnya

pasien dianjurkan buang air kecil

terlebih dahulu. Jaga privasi pasien

dengan hanya membuka bagian yang

akan diperiksa, serta ajak teman ketiga

bila pemeriksa dan pasien berlainan

jenis kelamin. Beri tahu pasien tentang

tindakan yang akan dilakukan. Atur

waktu seefisien mungkin sehingga

pasien maupun pemeriksa tidakkecapaian. Atur posisi pasien untuk

mempermudah pemeriksaan.

1. Pemeriksaan Fisik Kepala

Tujuan pengkajian kepala adalah

mengetahui bentuk dan fungsi kepala.

Pengkajian diawalai dengan inspeksi

kemudian palpasi.

2. Pemeriksaan Fisik Mata

Kelengkapan dan keluasan pengkajian

mata bergantung pada informasi yang

diperlukan. Secara umum tujuan

pengkajian mata adalah mengetahui

bentuk dan fungsi mata.

Dalam inspeksi mata, bagian-bagian

mata yang perlu diamati adalah bola

mata, kelopak mata, konjungtiva, sklera,


dan pupil.

a. Amati bola mata terhadap adanya

protrusi, gerakan mata, lapang pandang,

dan visus.

b. Amati kelopak mata, perhatikan

bentuk dan setiap kelainan

c. Amati konjungtiva dan sclera

Cara palpasi mata

Pada palpasi mata dikerjakan dengan

tujuan untuk mengetahui tekanan bola

mata dan mengetahui adanya nyeri

tekan. Untuk mengukur tekanan bola

mata secara lebih teliti, diperlukan alan

tonometri yang memerlukan keahlian

khusus.Lakukan palpasi pada kedua

mata. Bila tekanan bola mata meninggi,

mata teraba keras.

3. Pemeriksaan Fisik Telinga

Pengkajian telinga secara umum

bertujuan untukmengetahui keadaan

teling luar, saluran telinga, gendang

telinga/membrane tipani, dan

pendengaran. Alta yang perlu disiapkan

dalam pengkajian antara lain otoskop,

garpu tala dan arloji.

4.Pemeriksaan Fisik Dada

Dada diinspeksi terutama postur,

bentuk, dan kesimetrisan ekspansi, serta

keadaan kulit. Postur dapat bervariasi,

misalnya pada pasien dengan masalah

pernafasan kronis, klavikulanya menjadi


elevasi. Bentuk dada berbeda antara

bayi dan orang dewasa. Dada bayi

berbentuk melingkar dengan diameter

dari depan ke belakang (anteroposterior) sama dengan diameter

transversal.

5.Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi dilakukan pertama kali untuk

mengetahui bentuk dan gerakan –

gerakan abdomen.

Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan

tubuh klien secara keseluruhan atau

hanya bagian tertentu yang dianggap

perlu, untuk memperoleh data yang

sistematif dan komprehensif,

memastikan/membuktikan hasil

anamnesa, menentukan masalah dan

merencanakan tindakan keperawatan

yang tepat bagi klien.

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan

pada setiap klien, tertama pada klien

yang baru masuk ke tempat pelayanan

kesehatan untuk di rawat, secara rutinpada klien yang sedang di rawat,

sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.

Jadi pemeriksaan fisik ini sangat

penting dan harus di lakukan pada

kondisi tersebut, baik klien dalam

keadaan sadar maupun tidak sadar.

Pemeriksaan fisik menjadi sangat

penting karena sangat bermanfaat, baik

untuk untuk menegakkan diagnosa


keperawatan, memilih intervensi yang

tepat untuk proses keperawatan,

maupun untuk mengevaluasi hasil dari

asuhan keperawatan.

Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan

dengan baik, maka perawat harus

memahami ilmu pemeriksaan fisik

dengan sempurna dan pemeriksaan fisik

ini harus dilakukan secara berurutan,

sistematis, dan dilakukan dengan

prosedur yang benar.

Referensi

Achmadi, L. D., Pondaag, L., &

Babakal, A. (2015).

Gambaran Tingkat

Pengetahuan Perawat

Dalam Penerapan Standar

Asuahan Keperawatan

Diruang Rawat Inap Interna

Rsud Datoe Bhinangkang.

E-Journal Keperawatan (EKp) , 3 (3).

Alimul, A. (2010). Pengantar

Pendidikan Keperawatan .

Jakarta: Sagung Seto.

Barbara, K. (2010). Buku Ajar

Fundamental Keperawata :

Konsep Proses Dan Praktik

(7 Ed.). Jakarta: Egc.

Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku

Pemeriksaan Fisik dan


Riwayat Kesehatan

Bates.Jakarta. EGC.

Deswani. (2009). Proses Keperawatan

Dan Berpikir Kritis .

Jakarta: Salemba Medika.

Doeges, & Dkk. (2014). Penerapan

Proses Keperawatan Dan

Diagnosis Keperawatan.

Jakarta: Egc.

Kasim, M., & Abdurrouf, M. (2016).

Peningkatan Kualitas

Pelayanan Dan

Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan Dengan

Metode Tim. Nurseline

Journal , 1 (1), 62-72.

Manalu, N.V . 2016. Pelaksanaan

Pemeriksaan Fisik Oleh

perawata di Rumah Sakit

Advent Bandar LampungJurnal Skolastik

Keperawatan. Vol 2, No. 1

Januari-Juni 2016 . ISSN:

2443-0935. E-ISSN: 2443-

1699

S. Suarli dan Yanyan Bahtiar. 2010.

Manajemen Keperawatan.

Jakarta : Erlangga Medical

Series. Trikaloka H. Putrid an Achmad

Fanani. 2010. Etika dan

Profesi Keperawatan.

Yogyakarta : Citra Pustaka.


Setiawan, & Rutami. (2012).

Pelaksanaan Proses

Pengkajian Keperawatan Di

Ruang Rawat Inap Rsud

Adam Malik Medan. 52-57.

Simamora, R. H. (2009). Dokumentasi

Proses Keperawatan.

Jember University Press.

Simamora, R. H. (2010). Komunikasi

Dalam Keperawatan.

Jember University Press.

Simamora, R. H. (2008). Peran Manajer

Dalam Pembinaan Etika

Perawat Pelaksana Dalam

Peningkatan Kualitas

Pelayanan Asuhan

Keperawatan. IKESMA , 2

(4).

Sumijatun. (2009). Konsep Dasar Dan

Aplikasi Pengambilan

Keputusan Klinis. Jakarta:

Trans Info Media.

Wirdah, H., & Yusuf, M. (2016).

Penerapan Asuhan

Keperawatan Oleh Perawat

Pelaksana Di Rumah Sakit

Banda Aceh. 1-6.

Zaidin, A. (2009). Dasar-Dasar

Keperawatan Profesional .

Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai