Anda di halaman 1dari 12

AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019

MENDORONG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI BANDAR LAMPUNG


MELALUI PROGRAM DANCE FOUR LIFE

Rika Yuliana1, Novita Tresiana2 Dewi Brima Atika3


1;2;3
Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung
rikayulliana@gmail.com

Abstrak
Pulau Pisang adalah objek tujuan wisata yang menjadi andalan di wilayah pesisir, yaitu Kabupaten
Pesisir Barat. Kebutuhan akan pendidikan kesehatan reproduksi telah menjadi masalah yang perlu
ditangani di tingkat nasional. Pendidikan kesehatan reproduksi akan membantu remaja untuk
memiliki nilai-nilai positif dalam aspek reproduksi serta keterampilan untuk melindungi diri dari
berbagai risiko penyakit reproduksi dan seksual termasuk kemampuan untuk memperjuangkan hak-
hak remaja untuk menjalani kehidupan yang sehat. Untuk terus meningkatkan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja di Bandar Lampung, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi
Lampung mengambil peran penting dalam meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja
dengan menerapkan program Dance Four Life (Dance4life) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan analisis efektivitas program Dance Four Life (Dance4life) dalam meningkatkan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja di Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Itu Lokasi penelitian ini dilakukan di Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) di Provinsi Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas
program Dance Four Life (Dance4life) dalam meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja
di Bandar Lampung dapat dinilai berdasarkan indikator efektivitas Duncan di Steers (1985: 53), yaitu
pencapaian tujuan dan kerangka waktu dalam program Dance Four Life. (Dance4life); integrasi dalam
bentuk proses sosialisasi yang dilakukan dan prosedur dalam efektivitas program Dance Four Life
(Dance4life); adaptasi dalam bentuk peningkatan kemampuan dan fasilitas serta infrastruktur yang
mendukung jalannya program. Berdasarkan indikator tersebut, efektifitas program Dance Four Life
(Dance4life) dalam meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja di Bandar Lampung telah
dilakukan secara efektif, walaupun masih ada kendala, yaitu indikator kerangka waktu yang belum
efisien di mana waktu disediakan oleh sekolah tidak dijadwalkan secara teratur.

Kata kunci: Efektivitas, Program Dance4life, Pendidikan Kesehatan Reproduksi, Remaja

Abstract
The need for reproductive health education has become an issue that needs to be addressed at the national level.
Reproductive health education will help adolescents to have positive values in reproductive aspects as well as skills to
protect themselves from various risks of reproductive and sexual diseases including the ability to fight for the rights of
adolescents to live healthy lives. To continue to improve the reproductive health education of adolescents in Bandar
Lampung, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) of Lampung Province takes an important role in
improving adolescent reproductive health education by implementing the Dance Four Life program (Dance4life). The
purpose of this study was to obtain an analysis of the effectiveness of the Dance Four Life program (Dance4life) in
improving adolescent reproductive health education in Bandar Lampung. This type of research is descriptive research
with a qualitative approach. The location of this research was conducted at Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) in Lampung Province. The results of this study indicate that the effectiveness of the Dance Four Life
(Dance4life) program in improving adolescent reproductive health education in Bandar Lampung can be assessed
based on Duncan's indicators of effectiveness in Steers (1985: 53), namely the achievement of goals and timeframes in
the Dance Four Life program. (Dance4life); integration in the form of a socialization process carried out and
procedures in the effectiveness of the Dance Four Life program (Dance4life); adaptation in the form of increasing
capabilities and facilities and infrastructure that support the running of the program. Based on these indicators, the

43
effectiveness of the Dance Four Life (Dance4life) program in improving adolescent reproductive health education in
Bandar Lampung has been carried out effectively, although there are still obstacles, namely the indicators of
timeframes that have not been efficient where the time provided by the school is not scheduled regularly.

Keywords: Effectiveness, Dance4life Program, Reproductive Health Education, Youth.

I. PENDAHULUAN tidak tamat SLTA memiliki jumlah tertinggi.


Total penduduk Indonesia sebesar 258,7 Hal ini menunjukkan bahwa perilaku seks
juta jiwa dengan penduduk remaja berusia pranikah pada usia remaja terutama pada
10-24 tahun berjumlah 66,3 juta jiwa atau daerah perkotaan memiliki jumlah yang lebih
sekitar 25,6 %. Jumlah generasi millenial yang tinggi seiring dengan tingkat pendidikan yang
cukup besar tersebut memerlukan diperoleh.
pengelolaan secara terencana, terstruktur,
dan sistematis agar dapat bermanfaat dan Tabel 1. Pengalaman seks pranikah
menjadi modal pembangunan di masa pada remaja
mendatang
(Sumber:Https//lifestyle.okezone.com
diakses pada 26 Oktober 2018 Pukul 20.00
WIB). Masa remaja merupakan peralihan
masa kanak-kanak menjadi dewasa yang
melibatkan perubahan berbagai aspek seperti
psikologis dan fisik. Perubahan psikologis
yang mengakibatkan perubahan sikap dan
tingkah laku, seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan Sumber: SDKI 2017 Kesehatan
jenis, berusaha menarik perhatian, dan Reproduksi Remaja, Badan Pusat Statistik
muncul perasaan cinta yang kemudian akan
timbul dorongan seksual. Seiring dengan
proses perubahan psikologis pada remaja Meningkatnya perilaku seks pranikah pada
timbul juga perubahan fisik yang terjadi, yaitu remaja akan berdampak buruk apabila tidak
perkembangan dan pematangan fungsi disertai dengan pendidikan kesehatan
reproduksi (Marmi,2013:43). reproduksi yang mendukung karena
Remaja yang memiliki tingkat pengetahuan kelompok usia tersebut merupakan usia yang
rendah tentang kesehatan reproduksi akan paling rentan terinfeksi Penyakit Menular
menyebabkan penyimpangan perilaku seksual Seksual (PMS) seperti HIV dan AIDS.
berisiko. Salah satunya aktivitas dalam Kesehatan reproduksi hakekatnya telah
pacaran, seperti bergandengan tangan, ciuman tertuang dalam Pasal 71 Undang-Undang
pipi atau bibir, berpelukan, saling meraba, Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
necking, dan hubungan seksual. Terlihat pada yang menyatakan bahwa kesehatan
tabel 1, persentase remaja yang pernah reproduksi merupakan keadaan sehat secara
melakukan hubungan seksual pranikah di usia fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
15-19 tahun lebih tinggi dari umur 20-24 semata-mata bebas dari penyakit atau
tahun. Sedangkan dilihat dari daerah tempat kecacatan yang berkaitan tentang sistem,
tinggal di perkotaan memiliki jumlah fungsi, dan proses reproduksi pada laki-laki
persentase yang lebih tinggi dari pada dan perempuan. Setiap orang berhak untuk
pedesaan. Untuk karakteristik pendidikan mendapatkan keturunan, termasuk juga hak
terlihat bahwa jumlah persentase pendidikan untuk tidak mendapatkan keturunan, hak

44
AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019
untuk hamil, hak untuk tidak hamil, dan hak Tabel 2. Pengetahuan Tentang HIV-AIDS
untuk menentukan jumlah anak yang
diinginkan. Maka dari itu, dalam pemahaman
kesehatan reproduksi tersebut setiap orang
juga memiliki hak-hak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan reproduksi yang aman,
efektif dan terjangkau. Menurut UNESCO,
pendidikan kesehatan reproduksi adalah
sebuah pendidikan yang dikembangkan
dengan pendekatan yang sesuai dengan usia,
peka budaya, dan komprehensif yang
mencakup program yang memuat informasi
ilmiah akurat, realistis, dan tidak bersifat
menghakimi. Pendidikan kesehatan
reproduksi yang komprehensif memberikan
kesempatan bagi remaja untuk
mengeksplorasi nilai-nilai dan sikap diri serta Tabel 2, menunjukkan bahwa remaja juga
melatih kemampuan pengambilan keputusan, berhak dilibatkan dalam pemenuhan hak-hak
komunikasi, dan keterampilan penekanan seksual dan kesehatan reproduksi. Selama ini
risiko di semua aspek seksualitas remaja tidak mendapatkan informasi soal hak
(http://www.kisara.or.id /artikel/pentingnya- dan kesehatan seksualitas dan sulit
pendidikan-kesehatan-reproduksi-dan- mengakses layanan kesehatan reproduksi. Hal
seksual-pada-remaja.html/ diakses pada 06 tersebut yang membuat remaja tidak memiliki
November 2018 Pukul 20.30 WIB). kapasitas dan kendali dalam menentukan
Terlihat pada SDKI 2017 Kesehatan pilihan yang berhubungan dengan kehidupan
Reproduksi Remaja (KRR) menunjukkan seksual yang sehat, akibatnya adalah
bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak
reproduksi belum memadai, salah satunya aman, hingga infeksi menular seksual di
pengetahuan tentang HIV-AIDS. Dilihat secara kalangan remaja. Dampak dari kurangnya
keseluruhan remaja wanita (92%) memiliki pengetahuan remaja tentang pendidikan
tingkat pengetahuan yang lebih tinggi tentang kesehatan reproduksi tersebut yang
HIV-AIDS bila dibandingkan pria (86%). menyebabkan banyak remaja memilih jalan
Persentase wanita dan pria belum kawin umur pintas, salah satu nya yaitu dengan melakukan
20-24 tahun dan tinggal di perkotaan yang pernikahan di usia dini. Di Provinsi Lampung,
pernah mendengar tentang HIV-AIDS lebih jumlah pernikahan dini mencapai angka
tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Secara 1.740.263 jiwa. Sedangkan, Bandar Lampung
umum, tingkat pengetahuan tentang HIV-AIDS menjadi daerah tertinggi ketiga dengan jumlah
meningkat seiring tingkat pendidikan pria 197.161 jiwa atau sekitar 11,3%, hal ini dapat
maupun wanita. Sebagai contoh, 54 persen dilihat dari perilaku remaja dari beberapa
pria yang tidak sekolah dan 97 persen pria kasus, seperti menjadi pelanggan pekerja seks
tamat SLTA ke atas memiliki pengetahuan komersial (PSK), kehamilan siswi sekolah di
tentang HIV-AIDS. Berikut tabel pengetahuan satu sekolah di Bandar Lampung, melakukan
tentang HIV-AIDS menurut karakteristik latar hubungan seks pranikah dan melakukan
belakang : aborsi (http://lampung.tribunnews.com/2018
/10/25/20-persen-pelanggan-psk-di
lampung-ternyata- siswi–pkbi - ungkap-fakta-
lainnya/ diakses pada 29 Oktober 2018 Pukul
20.00 WIB). Berikut ini merupakan data
pernikahan dini Provinsi Lampung Tahun
2017 :

45
Tabel 3. Data Pernikahan Dini dalam penanggulangan HIV dan AIDS, serta
Provinsi Lampung kekerasan seksual dan kehamilan tidak di
inginkan. Program Dance four life (Dance4life)
dilaksanakan oleh Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi
Lampung yang bekerjasama dengan pihak
pemerintah dan stakeholder, diantaranya yaitu
kementrian pendidikan, kementrian
kesehatan, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional, dan Komisi
Penanggualangan AIDS Nasional, serta
beberapa sekolah di Bandar Lampung.
Berdasarkan hasil prariset yang dilakukan
oleh penulis pada Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi
Lampung bulan Agustus 2018 didapat
beberapa permasalahan atau kendala dalam
penerapan program Dance four life
(Dance4life) yaitu kurang efektifnya waktu
pembelajaran disekolah dan sulitnya
melakukan kerjasama antar sekolah karena
Tabel 3 terlihat bahwa masih tingginya banyak yang menganggap pendidikan
pernikahan usia dini 10-24 tahun di Provinsi kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu di
Lampung dengan jumlah 1.740.263. Lampung masyarakat. Maka dari itu kerjasama antara
selatan menjadi jumlah tertinggi pertama masyarakat dan pemerintah juga sangat
yaitu 230.762 sedangkan Kota Bandar diperlukan dalam keberlangsungan program
Lampung menjadi jumlah tertinggi ketiga Dance four life (Dance4life) agar dapat berjalan
yaitu mencapai 197.161. secara efektif. Menurut Emerson dalam
Berbagai permasalahan yang berkaitan Hadayaningrat (2017:16) efektivitas adalah
dengan pendidikan kesehatan reproduksi pengukuran dalam arti tercapainya tujuan
remaja di atas memerlukan upaya yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga
pengembangan program pendidikan program Dance four life (Dance4life) dapat
kesehatan reproduksi remaja yang mencakup dikatakan efektif apabila dalam
penyediaan pelayanan klinis, pemberian pelaksanaannya telah sesuai pada tujuan yang
informasi akurat, mempertimbangkan ditetapkan.
kemampuan dan sisi kehidupan remaja, Maka dari itu, Program Dance four life
menjamin program yang cocok atau relevan (Dance4life) merupakan salah satu bentuk
dengan remaja serta mendapat dukungan program yang dilakukan oleh stakeholder
masyarakat. Untuk terus meningkatkan dalam meningkatkan pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja di reproduksi remaja yang melibatkan peran
Lampung, Perkumpulan Keluarga Berencana pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial
Indonesia (PKBI) Provinsi Lampung Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, serta
mengambil peran penting dalam masyarakat yang dapat mengatasi masalah
meningkatkan pendidikan kesehatan seksualitas dan seputar kasus reproduksi
reproduksi remaja dengan menerapkan remaja di lingkungan masyarakat atau publik.
program Dance four life (Dance4life). Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas,
Program Dance four life (Dance4life) maka penulis tertarik untuk melakukan
merupakan gerakan berskala internasional penelitian yang berjudul “Efektivitas program
oleh remaja berusia 13-19 tahun yang Dance four life (Dance4life) dalam
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran meningkatkan pendidikan kesehatan
remaja mengenai HIV dan AIDS, kekerasan reproduksi remaja di Bandar Lampung (Studi
seksual dan kehamilan tidak diinginkan. Selain pada LSM PKBI Provinsi Lampung)”.
itu, program Dance four life (Dance4life) juga
mengajak rekan sebaya termasuk remaja
untuk berperan aktif menjadi agen perubahan

46
AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019
II. TINJAUAN PUSTAKA melakukan sosialisasi program sehingga
informasi mengenai pelaksanaan
Efektivitas program dapat tersampaikan kepada
masyarakat pada umumnya dan sasaran
Menurut Katz dan Kahn dalam Steers peserta program pada khususnya.
(1985:54), efektivitas ialah usaha mencapai Menurut Wilcox dalam Mardikonto
keuntungan maksimal bagi organisasi dengan (2013:86), Memberikan informasi
segala cara. Sedangkan menurut Emerson merupakan langkah awal yang
dalam Handayaningrat (2017:16) dilakukan untuk mendapatkan hasil
mengemukakan bahwa efektivitas adalah yang lebih maksimal dan memperlancar
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan dalam melanjutkan suatu pekerjaan,
yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut karena dengan memberikan informasi
Pasolong (2017:4) efektivitas pada dasarnya dapat dipergunakan dan meningkatkan
berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam pengetahuan bagi orang yang menerima
istilah ini sebagai suatu sebab dari variabel informasi tersebut.
lain. Efektivitas berarti tujuan yang telah c. Tujuan program, yaitu sejauh mana
direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau kesesuaian antara hasil program dengan
dengan kata sasaran tercapai karena adanya tujuan program yang telah ditetapkan
proses kegiatan. sebelumnya. Menurut Duncan dalam
Kemudian menurut Sedarmayanti Streers (1985:53) menyebutkan bahwa
(2006:61), efektivitas merupakan suatu pencapaian tujuan adalah keseluruhan
ukuran yang memberikan gambaran seberapa upaya pencapaian tujuan harus
jauh target dapat tercapai. Pendapat tersebut dipandang sebagai suatu proses. Oleh
menyatakan bahwa efektivitas merupakan karena itu, agar pencapaian tujuan akhir
suatu ukuran yang memberikan gambaran semakin terjamin, diperlukan
seberapa jauh target yang telah ditetapkan pentahapan baik dalam arti pentahapan
sebelumnya oleh lembaga atau organisasi pencapaian bagian-bagiannya maupun
dapat tercapai. Hal tersebut sangat penting pentahapan dalam arti periodesasinya.
perannya di dalam setiap lembaga atau Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa
organisasi dan berguna untuk melihat faktor yaitu : kurun waktu dan sasaran
perkembangan dan kemajuan yang dicapai yang merupakan target yang kongkrit.
oleh suatu lembaga atau organisasi. d. Pemantauan program, yaitu kegiatan
Sugiyono dalam Budiani (2007:53) yang dilakukan setelah dilaksanakan
menyebutkan beberapa indikator yang program sebagai bentuk perhatian
digunakan untuk mengukur efektivitas adalah kepada peserta program. Selanjutnya
sebagai berikut: menurut Winardi (2010:7), pengawasan
meliputi tindakan mengecek dan
a. Ketepatan sasaran program, yaitu membandingkan hasil yang dicapai
sejauh mana peserta program tepat dengan standar-standar yang telah
yang sudah ditentukan sebelumnya. digariskan. Apabila hasil yang dicapai
Menurut Makmur (2011:8) ketepatan menyimpang dari standar yang berlaku
sasaran lebih berorientasi kepada perlu dilakukan tindakan korektif untuk
jangka pendek dan lebih bersifat memperbaikinya. Selanjutnya menurut
operasional, penentu sasaran yang tepat Siagian dalam Situmorang Dkk
baik ditetapkan secara individu maupun (1993:19) menyebutkan bahwa
sasaran yang ditetapkan organisasi pengawasan merupakan proses
sesungguhnya sangat menentukan pengamatan daripada pelaksanaan
keberhasilan aktivitas organisasi. seluruh kegiatan organisasi untuk
Demikian pula sebaliknya jika sasaran menjamin agar supaya pekerjaan yang
yang ditetapkan itu kurang tepat maka sedang dilakukan berjalan sesuai
akan menghambat pelaksanaan dengan rencana yang telah ditetapkan
berbagai kegiatan itu sendiri. sebelumnya.
b. Sosialisasi program, yaitu kemampuan
penyelenggaraan program dalam

47
Menurut Sutrisno, (2007: 125-126), b. Integrasi
indikator – indikator yang digunakan untuk Integrasi yaitu pengukuran terhadap
mengukur efektivitas sebagai berikut : tingkat kemampuan suatu organisasi
a. Pemahaman program untuk mengadakan sosialisasi,
Pemahaman program dalam hal ini, pengembangan konsensus dan
dapat berkaitan dengan sejauh mana komunikasi dengan berbagai macam
kelompok kepentingan atau stakeholder organisasi lainnya. Integrasi terdiri dari
mengetahui dan memahami kegiatan beberapa faktor yaitu prosedur dan
program serta mengenai sosialisasi proses sosialisasi (Prihatmanti,2013).
tentang program tersebut. c. Adaptasi
b. Tepat sasaran Adaptasi adalah proses penyesuaian
Tepat sasaran yaitu, dilihat dari diri yang dilakukan untuk
adanya kesesuaian sasaran program menyelaraskan suatu individu terhadap
dengan tujuan yang telah ditentukan. perubahan-perubahan yang terjadi
Program yang telah dilaksanakan harus dilingkungan. Adaptasi terdiri dari
ditujukan kepada sasaran yang beberapa faktor yaitu peningkatan
kongkret, sehingga proses pelaksanaan kemampuan,sarana dan prasarana
program dapat berjalan dengan efektif. (Prihatmanti,2013).
c. Tepat waktu
Merupakan jangka waktu Kesehatan Reproduksi Remaja
pelaksanaan program yang telah Menurut BKKBN dalam Marmi (2013:2),
dilaksanakan dengan ketentuan yang definisi kesehatan reproduksi adalah
ditetapkan. kesehatan secara fisik, mental, dan
d. Tercapainya tujuan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua
Tercapainya tujuan yaitu diukur hal yang berhubungan dengan sistem dan
melalui pencapaian tujuan yang telah fungsi serta proses reproduksi dan bukan
dilaksanakan baik melalui pelatihan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
program, maupun dengan kegiatan kecacatan. Sedangkan kesehatan reproduksi
lainnya yang mendukung tercapainya menurut WHO dalam Marmi (2013:54) adalah
program. suatu keadaan fisik, mental dan sosial secara
e. Perubahan nyata utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
Perubahan nyata dapat diukur kecacatan dalam segala aspek yang
melalui sejauh mana pelaksanaan berhubungan dengan sistem reproduksi,
kegiatan memberikan suatu efek atau fungsi dan prosesnya.
dampak serta perubahan yang nyata Tujuan mempelajari kesehatan reproduksi
bagi masyarakat. remaja adalah agar remaja sadar akan
pentingnya kesehatan reproduksi sehingga
Sedangkan Duncan yang dikutip Steers para remaja bisa memutuskan peran dan
(1985:53) mengatakan ukuran efektivitas fungsi reproduksinya untuk dapat
adalah sebagai berikut: menciptakan keluarga yang berkualitas baik
a. Pencapaian Tujuan dalam hal fisik, mental, finansial maupun
Pencapaian adalah keseluruhan sosial. Menurut Departemen Kesehatan
upaya pencapaian tujuan harus (2010:88), tujuan dan manfaat diadakannya
dipandang sebagai suatu proses. Oleh pendidikan pemahaman reproduksi remaja
karena itu, agar pencapaian tujuan yaitu :
akhir semakin terjamin, diperlukan 1) Memberi pengertian yang memadai
pentahapan, baik dalam arti mengenai perubahan fisik, mental, dan
pentahapan pencapaian bagian- proses kematangan emosional yang
bagiannya maupun pentahapan dalam berkaitan seksual pada remaja.
arti periodisasinya. Pencapaian tujuan 2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan
terdiri dari beberapa faktor yaitu kurun sehubungan dengan perkembangan dan
waktu dan sasaran yang merupakan penyesuaian seksual (peran, tuntunan
target kongkrit (Prihatmanti,2013). dan tanggungjawab).

48
AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019
3) Membentuk sikap dan memberi b. Kurangnya bimbingan untuk
pengertian terhadap seks dan semua bersikap positif dalam hal yang
manivestasi yang bervariasi. berkaitan dengan seksualitas.
4) Memberikan pengertian mengenai c. Penyalahgunaan dan ketergantungan
esensi kebutuhan nilai moral, untuk napza, yang mengarah kepada
memberikan dasar nilai yang rasional penularan HIV/AIDS melalu jarum
dalam membuat keputusan, suntik dan melalui hubungan seks
berhubungan dengan perilaku seksual. bebas.
5) Memberikan pengetahuan tentang d. Penyalahgunaan seksual.
kesalahan dan penyimpangan seksual e. Kehamilan remaja.
agar individu dapat menjaga diri, f. Kehamilan pranikah atau diluar
melawan eksploitasi yang dapat ikatan pernikahan.
mengganggu kesehatan fisik dan mental 5) Masalah kesehatan reproduksi remaja
remaja. a. Ketidakmatangan secara fisik dan
mental.
Menurut Marmi (2013:50-51), beberapa b. Risiko komplikasi dan kematian ibu
faktor yang berpengaruh buruk terhadap dan bayi lebih besar.
kesehatan remaja termasuk kesehatan c. Kehilangan kesempatan untuk
reproduksinya yaitu : pengembangan diri remaja.
1) Masalah Gizi d. Risiko bertambah untuk melakukan
a. Kurangnya gizi seperti anemia, aborsi yang tidak aman.
kurang vitamin, mineral, dan Jadi dapat disimpulkan bahwa
protein. terdapat beberapa faktor yang
b. Pertumbuhan lambat atau terhambat menyebabkan kesehatan reproduksi
pada remaja putri menyebabkan remaja menjadi buruk antara lain
panggul sempit dan risiko untuk kurang gizi, stres, penyakit, cacat,
melahirkan bayi dengan berat lahir kepercayaan tradisional, kemiskinan
rendah di kemudian hari. serta tingkat pendidikan yang rendah.
2) Masalah pendidikan
a. Buta huruf yang mengakibatkan III. METODE PENELITIAN
remaja tidak mempunyai akses
terhadap informasi yang
Tipe penelitian yang digunakan dalam
dibutuhkannya, serta kurang mampu
penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif
mengambil keputusan yang baik
dengan pendekatan kualitatif. Adapun fokus
untuk kesehatan dirinya.
penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu
b. Pendidikan rendah mengakibatkan
indikator efektivitas menurut Duncan yang
remaja kurang mampu memenuhi
dikutip Streers (1985:53) yaitu pencapaian
kebutuhan fisik dasar etika
tujuan terdiri dari kurun waktu dan sasaran,
berkeluarga, dan hal ini akan
integrasi terdiri dari prosedur dan proses
berpengaruh buruk terhadap derajat
sosialisasi, adaptasi yang terdiri dari
kesehatan diri dan keluarganya.
peningkatan kemampuan sarana dan
3) Masalah lingkungan dan pekerjaan
prasarana.
a. Lingkungan dan suasana kerja yang
Peneliti mengambil lokasi penelitian dalam
kurang memperhatikan kesehatan
lingkup wilayah Kota Bandar Lampung dan
remaja yang bekerja akan
dilakukan pada unit lokasi penelitian yaitu
mengganggu kesehatan remaja.
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
b. Lingkungan sosial yang kurang sehat
(PKBI) Provinsi Lampung. Jenis dan sumber
dapat menghambat, bahkan merusak
data yang digunakan adalah data primer dan
kesehatan fisik, mental dan
sekunder.
emosional remaja.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
4) Masalah seks dan seksualitas
yaitu, (1) Observasi, (2) Wawancara, yaitu
a. Pengetahuan yang tidak lengkap dan
Koordinator Program Dance4life, Volunteer
tidak tepat tentang masalah
atau YouthFacil PKBI Provinsi Lampung, serta
seksualitas, misalnya mitos yang
tidak benar.

49
siswa/i SMA yang menjadi sasaran penerima 10-19 tahun agar berperan aktif menjadi agen
program (3) Dokumentasi. perubahan. Berdasarkan hasil penelitian
Analisis data yang peneliti gunakan yaitu bahwa penerapan program Dance four life
reduksi data, penyajian data, dan penarikan (Dance4life) sudah sesuai dengan sasaran dan
kesimpulan. Sedangkan teknis keabsahan data sebagian besar remaja menerima dan antusias.
yang peneliti gunakan yaitu derajat Dimana kita ketahui bahwa jumlah remaja
kepercayaan yaitu dengan triangulasi sumber, sangat mendominasi dan pada kenyataannya
keteralihan, kebergantungan, dan kepastian. banyak terjadi masalah-masalah terkait
remaja mulai dari pola pikir, tingkah laku dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagainya.
Dapat diketahui bahwa program tersebut
telah dilaksanakan di lima (5) sekolah yaitu
Pencapain Tujuan
SMK Negeri 4 Bandar Lampung, AL- Hikmah
Bandar Lampung, SMK Negeri 3 Bandar
Untuk dapat mengukur keberhasilan suatu
Lampung, SMA Negeri 6 Bandar Lampung dan
program dapat dilihat dari seberapa jauh
SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Dengan
program itu mencapai tujuannya, tujuan
demikian, berdasarkan hasil penelitian yang
program Dance four life (Dance4life) itu
dikaji dengan teori maka peneliti dapat
sendiri adalah untuk meningkatkan
menilai bahwa sasaran pada penerapan
kesadaran dan pengetahuan remaja akan isu-
program Dance Four Life (Dance4life) dalam
isu kesehatan seksual dan reproduksi bagi
meningkatkan pendidikan kesehatan
anak muda atau remaja. Adapun pencapaian
reproduksi remaja sudah tepat sasaran yaitu
tujuan Program Dance four life (Dance4life)
menjadikan remaja sebagai penerima
dapat juga dilihat dari:
program.
a. Kurun Waktu
1. Integrasi
Ketepatan waktu pelaksanaan dapat
Integrasi mempunyai pengertian
memaksimalkan tujuan dari suatu program.
pengukuran terhadap tingkat kemampuan
Dengan adanya konsistensi dari para
pihak PKBI Provinsi Lampung dalam
pelaksana program akan menghasilkan
mengadakan sosialisasi kepada masyarakat
dampak yang signifikan dari adanya program
atau pihak sekolah dalam mewujudkan
tersebut. Pelaksanaan Program Dance four life
efektivitas program Dance four life
(Dance4life) yaitu setiap per semester sekitar
(Dance4life) dalam meningkatkan pendidikan
6 bulan dan dilaksanakan di jam sekolah
kesehatan reproduksi remaja di Bandar
antara hari senin sampai jumat atau pun di
Lampung. Integrasi dapat dilhat dari beberapa
hari sabtu dan minggu dengan persetujuan
faktor yaitu :
pihak sekolah. Waktu penyampaian Program
Dance four life (Dance4life) juga sudah sesuai
a. Sosialisasi
dengan empat tahapan yaitu inspire, educate,
Sosialisasi merupakan suatu proses
activate, dan celebrate.
pembelajaran atau penanaman nilai,
Dalam pelaksanaan program dance4life
kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku
telah memiliki jadwal kegiatan, namun
di masyarakat sesuai dengan perannya
ketepatan waktu dalam pelaksanaan program
masing-masing. Menurut Berger dan Luckman
Dance4life belum efektif dimana waktu yang
(1990:201) agar sosialisasi dapat berjalan
disediakan oleh pihak sekolah tidak
dengan lancar, tertib dan berlangsung terus
ditetapkan secara terjadwal.
menerus maka terdapat dua tipe sosialisasi
yaitu :
b. Sasaran
1) Formal, sosialisasi ini terbentuk melalui
Sasaran merupakan apa yang akan dicapai
lembaga yang dibentuk oleh pemerintah
atau dihasilkan oleh organisasi dalam jangka
dan masyarakat yang memiliki tugas
waktu tertentu. Sasaran harus spesifik,
khusus dalam mensosialisasikan nilai,
terukur, jelas kriterianya dan memiliki
norma dan peranan-peranan yang harus
indikator rinci sehingga bisa tercapai secara
dipelajari oleh masyarakat.
efektif dan efisien. Sasaran dari program
Dance four life (Dance4life) yaitu remaja usia

50
AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019
2) Informal, sosialisasi ini terdapat dalam perkenalan terkait dance4life seperti
pergaulan sehari-hari yang bersifat melakukan senam serta pembelajaran latihan
kekeluargaan. drill di kelas atau aula sekolah dengan
memberikan latihan-latihan terhadap apa
Program Dance Four Life (Dance4life) telah yang telah dipelajari siswa sehingga
melakukan sosialisasi secara sistematis dari memperoleh suatu keterampilan tertentu.
atas sampai kebawah sesuai dengan tahapan 2. Educate
yang ada. Dilihat dari tipe sosialsiasi formal Educate dalam hal ini yaitu mengajak
dalam penerapan program Dance Four Life remaja untuk terlibat dalam loka karya yang
(Dance4life) sudah sesuai yaitu sosialisasi interaktif soal pengembangan diri serta
dilaksanakan di beberapa sekolah. Untuk pengetahuan dasar mengenai isu-isu Dance
sosialisasi tiap sekolah telah dibentuk four life (Dance4life). Berdasarkan
pembagian tugas yaitu menggunakan pengamatan penelitian, tahap educate yang
beberapa volunteer atau yang disebut youth dilakukan yaitu dengan melakukan
facil yang sebelumnya diseleksi terlebih pembelajaran terkait kesehatan reproduksi
dahulu dengan persyaratan usia maksimal 24 melalui modul Dance4life, tampilan vidio serta
tahun. Proses sosialiasi yang dilakukan juga alat peraga atau apron yang dilakukan di aula
telah sesuai dengan kesepakatan pihak sekolah. Biasanya proses pembelajaran
sekolah, misalnya sosialisasi dilaksanakan per dilakukan dengan membagi siswa/i menjadi
kelas atau di aula sekolah. Sedangkan apabila beberapa kelompok, dimana setiap kelompok
dilihat dari tipe sosialsiasi informal dalam memiliki satu modul untuk dijadikan bahan
penerapan program Dance Four Life bacaan.
(Dance4life) juga sudah sesuai, dimana dalam 3. Activate
sosialisasi ini menggunakan tahap kegiatan Remaja diajak untuk membagikan
activate atau mengaktifkan remaja yaitu pengetahuan yang telah diraih sebelumnya
dengan melakukan tindakan-tindakan yang kepada teman sebaya, keluarga dan
merubah cara pandang teman dan keluarga lingkungan. Pada tahap ini PKBI membuat
terhadap HIV dan AIDS. agen4change dengan melakukan kegiatan
disekolah. Berdasarkan hasil penelitian
b. Prosedur menunjukkan tahap activate yang dilakukan
Prosedur merupakan serangkaian aksi dilapangan yaitu dimana siswa/i bekerja sama
yang spesifik, tindakan atau operasi yang dengan OSIS melakukan aksi terkait
harus dijalankan dengan cara yang sama agar pentingnya kesehatan reproduksi remaja.
memperoleh hasil yang sama dari keadaan 4. Celebrate
yang sama. Prosedur pelaksanaan merupakan Setelah tiga tahap terpenuhi dengan baik,
suatu mekanisme yang diterapkan untuk tahap akhir adalah perayaan keberhasilan
organisasi yang didalamnya menyangkut yaitu dengan mengadakan kegiatan seperti
prosedur atau tata cara pelaksanaan kegitan Dance four life (Dance4life) drill, perlombaan
yang ada dalam suatu organisasi. Berdasarkan ataupun kegiatan seni lainnya. Berdasarkan
hasil penelitian, diketahui bahwa Program hasil penelitian menunjukkan tahap celebrate
dance four life (dance4life) menerapkan empat yang dilakukan dilapangan yaitu perlombaan
(4) tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya. tiap sekolah penerima program yang
Berikut ini penjabaran mengenai cara dilaksanakan di tiap akhir semester dengan
pelaksanaan dalam penerapan Program dance menguji sejauh mana pengetahuan yang telah
four life (dance4life) melalui empat tahap diperoleh serta kegiatan seni seperti gerakan
sebagai berikut : atau tarian Dance4life.
Pada kenyataan dilapangan dan
1. Inspire berdasarkan pemaparan hasil penelitian maka
Pada tahap ini remaja diajak untuk dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
berperan aktif dalam menyebarkan kesadaran prosedur dalam penerapan program Dance
mengenai HIV dan AIDS, kekerasan seksual four life (Dance4life) telah menerapkan
dan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) program sesuai prosedur dari atas sampai
melalui musik dan tarian. Berdasarkan hasil bawah secara sistematis dan diterima dengan
penelitian menunjukkan tahap inspire yang baik oleh para siswa/i penerima program.
dilakukan dilapangan yaitu dengan Dengan demikian, berdasarkan hasil

51
penelitian yang dikaji oleh teori maka peneliti b. Sarana dan Prasarana
menilai bahwa cara yang dilakukan dalam Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
penerapan program Dance four life Indonesia (KBBI), sarana adalah segala
(Dance4life) telah berjalan dengan baik, hal ini sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam
dibuktikan dengan pelaksanaan kegiatan yang mencapai maksud dan tujuan, sedangkan
dilakukan telah sesuai dengan prinsip atau prasarana adalah segala sesuatu yang
tahap yang telah diterapkan. merupakan penunjang utama
terselenggaranya suatu proses. Dalam
2. Adaptasi penerapan program Dance four life
Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri (Dance4life) memiliki sarana dan prasarana
yang dilakukan untuk menyelaraskan suatu seperti ATK, modul, alat peraga atau apron
individu terhadap perubahan-perubahan yang serta sarana dan prasarana lainnya yang
terjadi dilingkungan. Dalam program Dance disediakan oleh pihak sekolah. Fasilitas
four life (Dance4life) yaitu proses penyesuaian tersebut dimaksud untuk mendukung dan
program dengan kondisi remaja saat ini yang mempermudah dalam penerapan program
mana dapat melihat sejauhmana pendidikan Dance four life (Dance4life). Sarana tersebut
kesehatan reproduksi memberikan dampak terdiri dari modul berjumlah 8 buku, alat
positif bagi remaja. Adaptasi dapat dilihat dari peraga atau apron berjumlah 10 pasang dan
beberapa faktor yaitu : alat tulis kantor (ATK) berjumlah 1 paket.
Dengan demikian, berdasarkan hasil
a. Peningkatan Kemampuan penelitian yang dikaji dengan teori maka
Peningkatan kemampuan yang dimaksud peneliti dapat menilai bahwa sarana dan
yaitu kemampuan yang dimiliki oleh Sumber prasarana dalam pelaksanaan program Dance
Daya Manusia (SDM) atau volunteer dalam Four Life (Dance4life) sudah baik dan
menyampaikan sosialisasi atau pembelajaran. memadai sehingga dapat mendukung program
SDM merupakan salah satu unsur penting agar dapat berjalan dengan efektif.
dalam sebuah organisasi yang menjadi
penggerak organisasi dalam menentukan baik V. PENUTUP
atau buruknya kinerja suatu organisasi.
Berdasarkan pengamatan penelitian, untuk Simpulan
meningkatkan kemampuan SDM misalnya Berdasarkan hasil deskripsi serta
volunteer atau youth facil pihak PKBI Provinsi pembahasan yang telah dilakukan mengenai
Lampung melakukan pelatihan terkait efektivitas program Dance four life
pendidikan kesehatan reproduksi yang (Dance4life) dalam meningkatkan pendidikan
dilakukan langsung dari ketua atau kesehatan reproduksi remaja di Bandar
koordinator program Dance four life Lampung, maka dapat diambil kesimpulan
(Dance4life) serta pelatihan terkait praktik bahwa pelaksanaan program Dance four life
dalam penggunaan alat peraga atau apron. (Dance4life) ditinjau dari pencapaian tujuan,
Peningkatan kemampuan dalam program integrasi dan adaptasi telah dijalankan secara
Dance four life (Dance4life) sudah efektif yakni :
dilaksanakan dengan baik karena telah 1. Pencapaian tujuan
disesuaikan dengan pemahaman prosedur Ditinjau dari pencapaian tujuan,
yaitu empat tahapan yang terdiri dari inspire, pelaksana sudah memahami tujuan dari
educate, activate, dan celebrate serta 8 poin program tersebut dan melaksanakan
(bab) dalam modul (Dance4life). Selain itu, program Dance four life (Dance4life)
pelatihan juga mempelajari terkait praktik dengan tepat sasaran karena sesuai
dalam penggunaan alat peraga atau apron dengan kondisi remaja saat ini. Namun,
sehingga dalam proses penyampaiannya lebih dilihat dari kurun waktu belum cukup
dipahami oleh siwa/i penerima program. efisien dimana waktu yang disediakan
Dengan adanya sumber daya manusia (SDM) oleh pihak sekolah tidak ditetapkan
yang berkualitas maka akan berpengaruh secara terjadwal.
dengan keefektifan pada pelaksanaan 2. Integrasi
program Dance four life (Dance4life). Ditinjau dari integrasi, proses
sosialisasi dalam melaksanakan
program Dance four life (Dance4life)

52
AdministrativA | Vol 1 Nomor 1 Tahun 2019
telah menerapkan empat (4) tahap Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan
yaitu inspire, educate, activate dan Kelembagaan Pengawasan. Bandung:
celebrate. Alfabeta.
3. Adaptasi Mardikanto, T. d. 2013. Pemberdayaan
Para pelaksana program sudah cukup Masyarakat Dalam Perspektif
baik karena dapat menyesuaikan Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
dengan perubahan lingkungan yang ada Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Pustaka
untuk mencapai tujuan yang ingin Pelajar : Yogyakarta.
dicapai. Yaitu dengan melakukan
pelatihan terkait peningkatan Moleong, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian
kemampuan, serta sarana dan Kualitatif. Remaja Rosda Karya:
prasarana yang tersedia sudah sangat Bandung.
mendukung berjalannya program Pasolong, Harbani. 2017. Teori Administrasi
Dance four life (Dance4life). Publik. Bandung : Alfabeta
Sedarmayanti. 2006. Manajemen Sumber Daya
Saran Manusia dan Produktivitas Kerja.
Berdasarkan hasil penelitian, maka Bandung : Penerbit Mandar Maju
peneliti memberikan beberapa saran atau Situmorang. M. Victor dan Juhir, Jusuf. 1993.
masukan yaitu : Aspek Hukum Pengawasan Melekat
1. Menambah jumlah anggota volunteer Dalam Lingkungan Aparatur Pemerintah.
atau youth facil dalam pelaksanaan Jakarta: PT. Rineka Cipta
program Dance four life (Dance4life) Sugiyono.2016. Metode Penelitian Kauntitatif,
agar penyampaian terkait pendidikan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kesehatan reproduksi pada remaja Sutrisno, Edy. 2007. Budaya Organisasi.
dapat lebih maksimal. Jakarta : Kencana Pernada Media Group.
2. Penambahan jumlah sekolah di Bandar Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi.
Lampung sebagai penerima program Jakarta: Erlangga.
Dance four life (Dance4life). Waluyo.2007.Manajemen Publik.Bandung :
Penambahan ini dapat memaksimalkan Alfabeta
pencapaian tujuan dari program Dance Winardi.2010.Asas-Asas Manajemen. Bandung
four life (Dance4life) yaitu untuk : Mandar Maju
meningkatkan kesadaran dan
pengetahuan remaja akan isu-isu Sumber Internet :
kesehatan seksual dan reproduksi bagi Alyas. 2011. Implementasi Kebijakan
anak muda atau remaja secara Kesehatan Reproduksi. Jurnal
menyeluruh. implementasi kebijakan. Volume 15 No
3. Pihak Perkumpulan Keluarga 1. Tersedia di http://journal.uin-
Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi alauddin.ac.id diakses pada 15 April
Lampung dan pihak sekolah sebaiknya 2019 Pukul 19.00 WIB.
dapat menetapkan waktu pelaksanaan Aziza, Tri Noor dkk. 2017. Peranan “Incar”
program Dance Four Life (Dance4life) (Informasi Cerdas Ala Remaja) Dalam
secara terjadwal agar pelaksanaan Program Genre (Generasi Berencana)Di
program dapat lebih efisien. Kabupaten Nunukan. Jurnal
Kesejahteraan Keluarga dan
Pendidikan. Volume 05 No 02.
Tersedia di http://journal.unj.ac.id
VI. DAFTAR PUSTAKA diakses pada 15 April 2019 Pukul
20.00 WIB.
Hadayaningrat, Soewarno. 2017. Pengantar
Budiani, Ni Wayan. 2007.Efektivitas
Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Penanggulangan Pengangguran Karang
Jakarta: Gunung Agung
Taruna “Eka Taruna Bhakti”. Denpasar:
Jones, Charles. O. 1996. Pengantar Kebijakan
Jurnal Ekonomi dan Sosial Input. Volume2
Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo.
No 1. Tersedia di http://media.neliti.com
diakses pada 27 Oktober 2018 Pukul
19.30 WIB.

53
https//lifestyle.okezone.com/read/2017/10/
25/196/1802143/jumlah-remaja-
indonesia-66-3-juta-jiwa/ diakses pada
06 November 2018 Pukul 20.00 WIB
http://lampung.tribunnews.com/2018/10/25
/20-persen-pelanggan-psk-di-lampung-
ternyata-siswi-pkbi-ungkap-fakta-
lainnya/ diakses pada 09 November 2019
Pukul 20.00 WIB
Http://www.kisara.or.id/artikel/pentingnya-
pendidikan-kesehatan-reproduksi-dan-
seksual-pada-remaja.html/ diakses pada
06 November 2018 Pukul 20.30 WIB
Ismiyatun, 2005. Seksualitas Remaja Mengarah
Perilaku Berisiko. Tersedia di
http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceri
a/mbrtpage 105. diakses pada 01
september 2018 Pukul 19.00 WIB.
Lala, Handy.2015. Evaluasi Program Kesehatan
Reproduksi Remaja “DAKU” (Dunia
Remajaku Seru) Di SMU. Jurnal Pendidikan
Sains. Volume 3 No 2. Tersedia di
http://journal.um.ac.id/index.php/jps/ar
ticle/vie/7657/3588 diakses pada 15
April 2019 Pukul 20.30 WIB.
Prihatmanti, Marina Ayu. 2013. Efektivitas
Program Kesejahteraan Sosial Anak Balita
(PKSAB) Di TAS Dr. Soetomo Surabaya.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik.
Volume 1 No 1. Tersedia di
http://repository.unair.ac.id diakses pada
27 Oktober 2018 Pukul 19.30 WIB.
Susanto, tantut.2017. Pelayanan kesehatan
reproduksi di sekolah (analisis komparatif
menstruasi pada remaja usia sekolah
menengah pertama (SMP) di jember.
Jurnal Keluarga Berencana.Vol 2 No 1.
Tersedia di
http://jurnalkb.org/ojskb2481/index.php
/kb/article/view/12 diakses pada 27
Oktober 2018 Pukul 19.30 WIB.

Sumber lain :
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun
2014 tentang kesehatan reproduksi
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan
SDKI 2017

54

Anda mungkin juga menyukai