Anda di halaman 1dari 10

Sejarah Terbentuknya UUD 1945

Blog My Campus

Bahwasannya konstitusi atau Undang-Undang Dasar dianggap memegang peranan yang penting bagi
kehidupan suatu negara, terbukti dari kenyataan sejarah ketika Pemerintah Militer Jepang akan
memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia. Sesuai janji Perdana Menteri Koiso yang
diucapkan pada tanggal 7 September 1944, maka dibentuklah badan yang bernama Dokuritsu Zyunbi
Choosakai (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia/BPUPKI) pada tanggal
29 Arpil 1945 yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat dan Ketua Muda R.P. Soeroso, yang
tugasnya menyusun Dasar Indonesia Merdeka (Undang-Undang Dasar). Niat Pemerintah Militer
Jepang tersebut dilatarbelakangi kekalahan balatentara Jepang di berbagai front, sehingga akhir
Perang Asia Timur Raya sudah berada di ambang pintu. Janji Jenderal Mc Arthur “I shall return”
ketika meninggalkan Filipina (1942) rupanya akan menjadi kenyataan.

Para anggota BPUPKI yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 bersidang dalam dua tahap: pertama,
dari tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk menetapkan dasar negara dan berhasil
merumuskan Pancasila yang didasarkan pada pidato anggota Soekarno pada 1 Juni 1945, kedua, dari
tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 yang berhasil membuat Undang-Undang Dasar (Harun Al
Rasid, 2002). Pada akhir sidang pertama, ketua sidang membentuk sebuah panitia yang terdiri dari 8
orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno, yang disebut Panitia Delapan. Pada tanggal 22 Juni 1945
diadakan pertemuan antara gabungan paham kebangsaan dan golongan agama yang
mempersoalkan hubungan antara agama dengan negara. Dalam rapat tersebut dibentuk Panitia
Sembilan, terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. A. Subardjo, Mr. A. A. Maramis, Ir. Soekarno, KH. Abdul
Kahar Moezakir, Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosujoso, H. Agus Salim, dan Mr. Muh. Yamin. Panitia
Sembilan berhasil membuat rancangan Preambule Hukum Dasar, yang oleh Mr. Muh. Yamin disebut
dengan istilah Piagam Jakarta.

Pada tanggal 14 Juli 1945 pada sidang kedua BPUPKI, setelah melalui perdebatan dan perubahan,
teks Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 diterima oleh sidang. Teks
Pernyataan Indonesia Merdeka dan teks Pembukaan UUD 1945 adalah hasil kerja Panitia Perancang
UUD yang diketuai oleh Prof. Soepomo. Setelah selesai melaksanakan tugasnya, BPUPKI melaporkan
hasilnya kepada Pemerintah Militer Jepang disertai usulan dibentuknya suatu badan baru yakni
Dokutsu Zyunbi Linkai (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia/PPKI), yang bertugas mengatur
pemindahan kekuasaan (transfer of authority) dari Pemerintah Jepang kepada Pemerintah
Indonesia. Atas usulan tersebut maka dibentuklah PPKI dengan jumlah anggota 21 orang yang
diketuai oleh Ir. Soekarno dan Wakil Ketuanya Drs. Moh. Hatta. Anggota PPKI kemudian ditambah 6
orang. tetapi lebih kecil daripada jumlah anggota BPUPKI, yaitu 69 orang. Menurut rencana, Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada Rakyat Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Namun
terdapat rakhmat Allah yang tersembunyi (blessing in disguise) karena, sepuluh hari sebelum tibanya
Hari-H tersebut, Jepang menyatakan kapitulasi kepada Sekutu tanpa syarat undconditional
surrender).
Dalam tiga hari yang menentukan, yaitu pada tanggal 14, 15, dan 16 Agustus 1945 menjelang Hari
Proklamasi, timbul konflik antara Soekarno-Hatta dengan kelompok pemuda dalam masalah
pengambilan keputusan, yaitu mengenai cara bagaimana (how) dan kapan (when) kemerdekaan itu
akan diumumkan. Soekarno-Hatta masih ingin berembuk dulu dengan Pemerintah Jepang sedangkan
kelompok pemuda ingin mandiri dan lepas sama sekali dari campur tangan Pemerintah Jepang.

Pada hari Kamis pagi, tanggal 16 Agustus 1945, Soekarno-Hatta dibawa (diculik) oleh para pemuda
ke Rengasdengklok, namun pada malam harinya dibawa kembali ke Jakarta lalu mengadakan rapat
di rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta. Pada malam itulah dicapai kata
sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan akan diumumkan di Jalan Pegangsaan Timur 56, yaitu
rumah kediaman Bung Karno, pada hari Jum’at 17 Agustus 1945 (9 Ramadhan 1364), pukul 10.00
WIB.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 petang hari datanglah utusan dari Indonesia bagian Timur yang
menghadap Drs. Moh. Hatta dan menyatakan bahwa rakyat di daerah itu sangat berkeberatan pada
bagian kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi: “Ke-Tuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Dalam menghadapi masalah
tersebut dengan disertai semangat persatuan, keesokan harinya menjelang sidang PPKI tanggal 18
Agustus 1945, dapat diselesaikan oleh Drs. Moh. Hatta bersama 4 anggota PPKI, yaitu K.H. Wachid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Kasman Singodimedjo, dan Teuku M. Hasan. Dengan demikian
tujuh kata dalam pembukaan UUD 1945 tersebut dihilangkan.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: bahwa badan yang merancang UUD
1945 termasuk di dalamnya rancangan dasar negara Pancasila adalah BPUPKI yang dibentuk pada
tanggal 29 April 1945. Setelah selesai melaksanakan tugasnya yaitu merancang UUD 1945 berikut
rancangan dasar negara, dan rancangan pernyataan Indonesia merdeka, maka dibentuklah PPPKI
pada tanggal 7 Agustus 1945.

Pada era Orde Baru, pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan. Meskipun berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun secara fundamental pembangunan nasional sangat
rapuh.

Di bidang politik, pemerintah Orde Baru memiliki cara tersendiri untuk menciptakan stabilitas yang
diinginkan, salah satunya dengan menjadikan Golkar sebagai mesin politik. Di dalam tubuh Golkar
terdapat tiga jalur yang menjadi tumpuan kekuatannya, yaitu ABRI, birokrat, dan Golkar (jalur ABG).
Keberadaan Golkar yang sebenarnya diperlukan sabagai sarana dan arena penyaluran aspirasi
rakyat, ternyata dijadikan sebagai alat kekuasaan atau alat penguasa untuk melanggengkan
kekuasaannya. Sistem perwakilan pun bersifat semu, bahkan hanya dijadikan sarana untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan seecra sepihak. Otoritarianisme merambah segenap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk kehidupan politik, banyak wakil
rakyat yang duduk di MPR/DPR tidak mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya karena
demokratisasi yang dibangun melalui KKN.
Ketidakberesan juga dapat dilihat dari konsep Dwifungsi ABRI yang telah berkembang menjadi
kekaryaan. Peran kekaryaan ABRI semakin masuk kedalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara, bahakan dunia bisnis pun tak lepas dari intervensi TNI/POLRI. Segala produk kebijkan
ekonomi dan politik selama Orde Baru teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.
Kondisi kian diperparah oleh upaya penegakan hukum yang sangat lemah.

Kondisi sosial-politik tersebut semakin diperburuk oleh krisis moneter yang melanda Indonesia sejak
pertengahan Juli 1997. Di pasaran mata uang dunia nilai rupiah terus merosot terhadap dollar
Amerika. Krisis moneter memicu terjadinya kemerosotan ekonomi secara meluas. Perbankan
nasional terpuruk dan banyak bank beku operasi (BBO). Dunia usaha tidak berkutik dan banyak yang
gulung tikar. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terjadi di banyak tempat. Haraga sembako yang
menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari melambung tinggi, bahkan sempat terjadi kelangkaan.

Berawal dari gerakan moral, aksi bergeser memasuki ranah politik, yaitu menuntut Soeharto mundur
dari jabatan presiden. Semua ini merupakan puncak kekecewaan rakyat atas krisis yang melanda
Indonesia. Aksi mahasiswa di sejumlah kota besar semakin berani dengan turun ke jalan. Pada
tanggal 12 Mei 1998 petang, aksi mereka menimbulkan bentrok dengan pihak aparat keamanan
hingga terjadi peristiwa tragis yaitu tragedi Trisakti. Dalam peristiwa itu, empat mahasiswa
Universitas Trisakti tewas setelah bentrok dengan petugas yang berusaha membubarkan mimbar
bebas dan aksi duduk di Jalan S. Parman, Grogol, Jakarta Barat dan puluhan orang lainnya luka
parah. Keempat mahasiswa yang terbunuh adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto,
Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan.

Akibat peristiwa Trisakti dan kerusuhan massal pada tanggal 13-14 Mei 1998, muncul tuntutan
rakyat agar MPR segera mengadakan sidang istimewa dengan meminta pertanggungjawaban
presiden atau pengunduran diri secara konstitusional. Para mahasiswa semakin gencar melakukan
aksi menuntut diadakan reformasi menyeluruh termasuk penggantian kepemimpinan nasional.
Mereka mengarahkan perhatian utama kepada wakil-wakil rakyat di DPR/MPR RI dengan
mengadakan demonstrasi besar-besaran di gedung DPR/MPR RI.

Menanggapi hal tersebut Presiden Soeharto berupaya membentuk komite reformasi, perubahan
kabinet, tetapi tidak mendapat tanggapan positif dari mahasiswa dan kelompok kritis. Oleh karena
itu, pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 09.05 pagi, di Istana Merdeka Jakarta, Presiden menyatakan
berhenti, setelah 32 tahun, 7 bulan, dan 3 minggu masa kekuasaannya sebagai Presiden Republik
Indonesia.

Selesai Presiden Soeharto mengumumkan pernyataan berhenti, B. J. Habibie mengucapkan sumpah


jabatan sebagai Presiden RI. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan dan menghindari
kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, maka B. J. Habibie ,
mengucapkan sumpah jabatan Presiden di hadapan Mahkamah Agung RI.
Gerakan reformasi belum selesai, para pengunjuk rasa tetap menuntut diadakannya reformasi
secara menyeluruh serta memberantas praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Untuk itu
Presiden B. J. Habibie menyatakan akan mengadakan pemilu yang dipercepat, selambat-lambatnya
pertengahan tahun 1999 (Sekretariat, 2001:26).

Pada era Presiden Habibie, Timor Timur yang menjadi provinsi ke-27 lepas dari NKRI. Terlepasnya
Timor Timur menjadi faktor utama penolakan MPR atas pidato pertanggungjawaban Presiden
Habibie pada bulan Oktober 1999, B. J. Habibie akhirnya mengundurkan diri dari bursa calon
presiden.

Selanjutnya, selama era Reformasi berlangsung telah terjadi empat kali pergantian presiden, yaitu B.
J. Habibie (Mei 1998-Oktober 1999), Abdurrahman Wahid (Oktober 1999-Juli 2001), Megawati
Soekarno Putri (Juli 2001-September 2004), Susilo Bambang Yudhoyono (September
2004-...).Sejarah singkat Pembentukkan Undang undang Dasar 1945.

Negara Republik Indonesia masih tergolong muda dalam barisan negara negara di dunia. Tetapi
bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui kerajaan Sri Wijaya, Majapahit
dan Mataram. Kemudian bangsa ini mengalami masa pendertitaan penjajahan yang sangat lama.
Wujud penderitaan yang diakibatkan oleh penindasan kaum penjajah antara lain :

1. Dominasi dibidang politik.


dalam arti kekuasaan pemerintahan berada ditangan kaum penjajah yang memerintah
dengan sekehendak hati.

2. Eksploitasi dibidang ekonomi,


Penjajah mengangkut lebih banyak kekayaan dari bumi Indonesia kenegerinya untuk
kemakmuran mereka dibandingkan dengan apa yang diberikan dengan negeri jajahan.

3. Masuknya kebudayaan penjajah


Kebudayaan penjajah tidak sesuai, dimasukkan kedalam kebudayaan bangsa Indonesia
dengan berbagai cara halus dan paksaan.

4. Diskriminasi dibidang politik, sosial, ekonomi, menempatkan bangsa penjajah dan


golongan penduduk tertentu, yaitu golongan Timur Asing dan yang dipersamakan pada
kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bangsa Indonesian yang dianggap
penduduk kelas rendah.
Penderitaan itu kemudian melahirkan pergerakan rakyat untuk mengembalikan derajat dan
martabatya, yang kemudian berlanjut dengan perlawanan terhadap penjajah untuk mencapai :

a. Negara Indonesia yang merdeka dan berkedaulatan rakyat.

b. Masyarakat yang adil dan makmur, dan

c. Kesamaan derajat dengan bangsa bangsa lain.

Perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah bukanlah merupakan hal yang baru dan
dilakukan sejak penjajah menginjakan kakinya di bumi Indonesia. Namun perlawanan melalui suatu
pergerakan nasional secara teratur barulah mulai ditempuh pada abad ke 20, yaitu dengan
berdirinya gerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dewasa ini dikukuhkan sebagai Hari
Kebangkitan Nasional. Dengan berdirinya BO disusul dengan pendirian organisasi organisasi lain
termasuk organisasi sosial dan politik.

Pada tahun 1928 tampil golongan Pemuda yang secara lebih tegas merumuskan secara mutlak
tentang perlunya persatuan bangsa Indonesia dengan semboyan : Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu
Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia yang sekarang dikenal dengan Sumpah Pemuda, Setelah
sumpah pemuda lahirlah angkatan angkatan yang secara lebih tegas memperjuangkan cita cita
Indonesia merdeka.

Perjuangan untuk mencapai Indonesia merdeka terus berlanjut dan berkembang pada tahun tiga
puluhan hingga robohnya pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1942. dan Indonesia diganti
dengan penjajahan Jepang selama lebih kurang tiga setengan tahun dengan penderitaan yang lebih
berat lagi bagi bangsa Indonesia.

Jepang memasuki Perang Dunia ke II ( PD II ) pada tanggal 7 Desember 1941 dengan menyerang
secara mendadak kekuatan armada Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawai. Kemudian Jepang
menyerang ke Selatan, pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat pada Jepang 9 Maret
1942. Sebelum Jepang menyerbu Hindia Belanda, Jepang telah berpropaganda secara gencar bahwa
Jepang akan membebaskan bangsa Asia dari penjajahan Barat sehingga tidaklah mengherankan
apabila kedatangan tentara Jepang mula mula disambut dengan gembiran oleh rakyat.

Namun Jepang memang tidak bermaksud menolong atau memerdekakan bangsa Asia. Niat
Jepang segera tampak dari tindakan tindakan kerasnya antara lain pernyataannya bahwa daerah
daerah yang diduduki Jepang segera mendapat pemerintahan militer, dilarang melakukan
pembicaraan atau propaganda politik, dan dilarang untuk mengibarkan bendera nasional mereka
masing masing.

Disamping hal hal yang merugikan, terdapat hal yang menguntungkan yakni terus bertumbuhnya
semangat juang dan patriotisme, khususnya dikalangan pemuda Indonesia dengan dilatihnya para
pemuda dalam hal kemiliteran oleh Jepang, walaupun latihan itu untuk kepentingan perang dari
Jepang. Para pemuda ini dikemudian hari memainkan peranan penting pada masa perang
kemerdekaan.

Mulai tahun 1943 dan 1944 pemerintahan Jepang mengalami kekalahan di semua medan
pertempuran. Dalam keadaan demikian, Jepang dalam rangka mengambil hati bangsa bangsa
jajahannya, memberikan janji kemerdekaan kepada bangsa bangsa yang dijajah seperti Filipina,
Burma. Namun sebenarnya dibalik semua itu, Jepang bertujuan agar bangsa bangsa yang dijajahnya
tetap membantunya dengan peperangan melawan pihak sekutu.

Pada tanggal: 7 September 1944, didepan parlemen di Tokio, pemerrintah Jepang menjanjikan
akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia jika Jepang memenangkan peperangan
serta memperlakukan hal haltertentu, seperti memperbolehkan bendera Merah Putih berkibar
disamping bendera Jepang, memperbolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta membicarakan
persoalan politik.

Pada tanggal 1 Maret 1945 janji Jepang tentang pemberian kemerdekaan diulangi kembali, tetapi
kini tanpa syarat. Bahkan Jepang juga menjanjikan membentuk suatu badan yang dinamakan :
BPUPKI – Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Sesuai dengan namanya badan
ini diberi tugas mempelajari hal hal yang diperlukan untuk menyelenggarakan suatu negara
merdeka.

Pada tanggal 29 April 1945 :

 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia atau BPUPKI, dengan anggota 62 ( enam puluh dua ) yang diketuai oleh Dr.
Radjiman Widyadiningrat dan Ketua Muda R.P. Soeroso .

 Pada sidang kedua ( Ke II ) anggota BPUPKI ditambah jumlahnya menjadi 68 ( enam puluh
delapan ) orang .
 Pada tanggal 28 Mei 1945 anggota BPUPKI dilantik oleh Pembesar Tertinggi Bala Tentara
Jepang di Jawa, dan
 pada tanggal 29 Mei 1945 keesokan harinya dimulailah sidang yang pertama. BPUPKI
mengadakan dua kali persidangan,
- pertama dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 dan

- yang kedua dari tanggal 10 Juli sampai dengan 17 Juli 1945,

Pada sidang pertama, tanggal: 29 Mei 1945, Ketua BPUPKI meminta kepada para anggotanya
mengemukakan Dasar Negara Indonesia Merdeka, Guna memenuhi permintaan Ketua sidang itulah
para anggota antara :

1. Mr.Muh Yamin ,

2. Prof Mr Dr Soepomo dan

3. Ir Soekarno menjawab secara langsung pertanyaan Ketua BPUPKI dan mengemukakan


pandangan serta pendapat mereka mengenai dasar negara dimaksud.

Pada akhir sidang Pertama yaitu tanggal : 29 Mei 1945, Ketua Sidnag BPUPKI membentuk Panitya
Kecil yang terdiri dari 8 ( delapan ) orang dan diketuai oleh Ir. Soekarna yang mempunyai tugas
antara lain mengumpulkan dan menggolong golongkan usul dan diajukan peserta sidang.

Pada tanggal : 22 Juni 1945, Pantia Delapan mengadakan pertemuan dengan 38 orang anggota
BPUPKI yang kebetulan berada di Jakarta. Pertemuan atau rapat tersebut merupakan usaha untuk
mencari titik temu antara golongan paham kebangsaan dan golongan Islam, Rapat tersebut
membentuk pula suatu panitya kecil yang terdiri dari 9 ( sembilan ) orang yaitu :

1. Drs Moh Hatta. 5. Ir Soekarno.


2. Mr. Moh Yamin 6. Abd, Kahar Moezakir.
3. Mr. A Soebardjo. 7. H. Abd Wachid Hasjim.
4. Mr. A.A Maramis 8. Abikusno Tjokosujoso.
9. H. Agus Salim
Yang dikenal degan nama Panitia Sembilan.

Panitia Sembilan itu mencapai hasil yaitu dicapainya persetujuan antara pihak Islam dan pihak
kebangsaan. Persetujuan itu termaktub dalam suatu naskah rancangan Pembukaan Hukum Dasar
( Rancangan Preambul Hukum Dasar). Konsensus antara golongan Kebangsaan dan golongan Islam
pada tanggal 22 Juni 1945 dikenal sebagai : PIAGAM JAKARTA.

Didalam rancangan preambul hukum dasar terdapat rancangan dasar negara yaitu :
a. Ke Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Persatuan Indonesia,
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
e. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Panitia Delapan menyetujui sepenuhnya rancangan preambul Hukum Dasar yang disusun oleh
sembilan orang anggota BPUPKI dan menyampaikannya kepada sidang BPUPKI pada tanggal: 10 Juli
1945. Pada tanggal 11 Juli 1945, Ketua BPUPKI membentuk tiga Panitia,

a. Panitia Perancang Undang Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
b. Panitia Pembelaan Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno
Tjokrosujoso.

c. Panitia Soal Keuangan dan Perekonomian, yang diketuai oleh Drs,Moh Hatta.
Setelah selesai melaksanakan tugasnya, BPUPKI melaporkan hasilnya kepada Pemerintah
Balatentara Jepang disertai suatu usulan dibentuknya suatu badan baru yakni, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau PPKI yang jangkauannya adalah lebih luas. Atas dasar usul tersebut
dibentuklah PPKI pada tanggal: 7 Agustus 1945. PPKI ini beranggotakan 21orang dengan Ir. Soekarno
ditunjuk sebagai ketuanya dan Drs Moh. Hatta sebagai wakilnya.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ketua dan Wakil Ketua serta mantan Ketua BPUPKI diminta
menemui Jendral Besar Terauchi, Panglima Besar Tentara Jepang Daerah Selatan, yang
berkedudukan di Dalat suatu kota. Pada tanggal 12 Agustus 1945 oleh Jendral Bala Tentara Jepang
dikatakan :

1. Pemerintah di Tokio telah menyetujui kemerdekaan bangsa Indonesia,


2. Kapan kemerdekaan akan diumumkan, terserah kepada PPKI yang dipimpin oleh Ir.Soekarno
dan Drs. Moh, Hatta.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dinihari, Ir. Soekarno deserta istri dan anaknya, beserta Drs. Moh
Hatta atas prakarsa pemuda dibawa oleh beberapa perwia Pembela Tanah Air ( PETA ) ke
Rengasdenglok Karawang, adapun sebagai alasannya adalah agar kedua Pemimpin bangsa itu
menerukan pimpinan pemerintah Republik Indonesia dan dari sana para pejuang akan menyerbu
Yakarta untuk melucuti Jepang, Karena tidak terjadi apa apa setelah Mr. Ahmad Subardjo
menjemput mereka dan kemudian pada malam hari, mereka kembali ke Yakarta dan
menyelenggarakan rapat PPKI yang sedianya akan diadakan pada tanggal: 16 Agustus 1945 pukul
10.00 wib.
Menjelang rapat PPKI malam hari Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta menemui Pemerintah
Balatentara Jepang dan diberitahu bahwa PPKI dilarang mengadakan rapat persiapan pengumuman
kemerdekaan, karena Jepang mendapat perintah dari Sekutu untuk mempertahankan Status Quo
Dan kenyataan inilah membuktikan bahwa sejak tanggal: 16 Agustus 1945 bahwa sejak tanggal: 16
Agustus 1945 malam, semua janji Jepang, semua janji Jepang telah dicabutnya, sehingga sejak saat
itu bangsa Indonesia menangambil putusa untuk menentukan nasibnya. Kenyataan inilah
membuktikan bahwa kemerdekaan bukan janji Jepang.

Teks proklamasi dirumuskan dan ditanda tangani oleh Ir Soekarno dan Drs Moh.Hatta dan teks
tersebut dibacakan oleh Ir Soekarno pada tanggal : 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB waktu setampat
dirumahnya Jalan Pegangsaan Timar no.56 Jakarta dengan didahului suatu pidato singkat, yang
bunyinya sebagai berikut:

 Saya telah minta pada saudara saudara hadir disni untukmenyaksikan suatu peristiwa
maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh puluh tahun kita bangsa Indonesia telah
berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita, bahkan telah beratus ratus tahun.
 Bahkan ada Jaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti
henti.
 Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan
kuatnya.
 Saudara saudara dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu, dengarkanlah Proklamasi
kami :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan


Indonesia. Hal hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll
diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang

sesingkat singkatnya.

Jakarta : hari 17 blan 8 tahun 45

Pada tanggal: 17 Agustus 1945 petang hari datang utusan Kaigun ( Angkatan Laut Jepang )
menemui Drs. Moh. Hatta untuk memberitahukan dengan sungguh2 bahwa daerah daerah yang
tidak beragama Islam dalam wilayah yang diperintah oleh Angkatan Laut sangat keberatan terhadap
bagian kalimat dalam rancangan pembukaan undang undang dasar yang berbunyi : Ke Tuahanan
Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk pemeluknya.

Dengan semangat persatuan, keesokan harinya pada tanggal: 18 Agustus 1945 hal yang pelik itu
dapat diselesaikan oleh PPKI . Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menyetujui penghapusan
bagian kalimat atau tujuh kata dalam rancangan Pembukaan dan menggantinya dengan kata kata :
Ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Sebelum rapat PPKI dimulai masalah tersebut dibicarakan terlebih dahulu oleh Drs Moh Hatta
dengan 4 orang anggota PPKI yaitu K.H. Wachid Hasyim, Ki Bagus Hadikusuma, Mr Kasman
Singodimedja dan Mr Teuku M.Hassan, kesemuanya adalah tokoh tokoh agama Islam. Dari
pembicaraan tersebut, disepakati untuk mengubah rumusan yang terdapat dalam pembukaan
undang undang dasar 1945, yang semula berbunyi : Ke Tuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban
mejalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya menjadi: Ke Tuhanan Yang Maha Esa.

Dengan perubahan tersebut timbullah kelegaan bagi semua pihak dan kearifan para tokoh tokoh
pendiri negara kesatuan Republik Indonesia yang ber – wawasan kebangsaan dan persatuan. Setelah
mengadakan peubahan yang amat mendasar atas rancangan undang undang dasar yang disusun
BPUPKI yakni sebagai akibat dihapuskannya TUJUH KATA dari Sila Pertama dasar negara Republik
Indonesia dalam Rancangan Pembukaan Undang Undang Dasar RI dan lain lain perubahan.

Pada tanggal: 18 Agustus 1945 Undang Undang Dasar Republik Indonesia telah sah ditetapkan
oleh PPKI – Panitia Persiapan Kemedekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, sesuai dengan pasal III
Aturan Peralihan Undang Undang Dasar 1945, dilaksanakanlah pemilihan Presiden dan Wakil
Presiden yang pertama kali.

Anda mungkin juga menyukai