Anda di halaman 1dari 14

PENGUJIAN PUPUK DAUN DENGAN GIBERELIN PADA BIBIT

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) YANG MENGALAMI


GENANGAN AIR

TESTING OF FOLIAR FERTILIZER AND GIBERELIN APPLICATION ON


SEEDLING PALM OIL (Elaeis guineensis Jacq.) IN WATER LOGGING STRESS

Qurrata A’yun1, Nurbaiti2, Gunawan Tabrani2


1
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Riau
E-mail korespondensi: qurrataayun170@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperbaiki pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) yang mengalami genangan air secara terus menerus selama 30 hari
dengan memberinya pupuk daun bersama dengan zat pengatur tumbuh giberelin.
Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau dari
bulan Agustus sampai Desember 2017, dalam bentuk percobaan rancangan petak terbagi
dengan pola acak lengkap yang diulang tiga kali. Petak utama: konsentrasi pupuk daun
(D), terdiri dari d0: tanpa pupuk daun (0 ppm), d1: 1.500 ppm, d2: 3.000 ppm. Anak petak
berupa konsentrasi giberelin (G), terdiri dari g0: tanpa giberelin (0 ppm), g1: 15.000 ppm,
g2: 30.000 ppm. Parameter yang diamati meliputi: tinggi bibit, jumlah pelepah daun,
diameter bonggol, jumlah akar adventif, volume akar, ratio tajuk akar, berat kering bibit
dan indeks mutu bibit. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara
konsentrasi pupuk daun dengan konsentrasi giberelin pada komponen pertumbuhan bibit
kelapa sawit yang mengalami genangan air selama 30 hari secara terus menerus. Tinggi
bibit kelapa sawit yang mengalami genangan air secara terus menerus selama 30 hari
dapat ditingkatkan setinggi 7,47 cm dengan pemberian giberellin, tetapi tidak membantu
perbaikan pada komponen pertumbuhan lainnya. Pemberian pupuk daun tidak berperan
dalam memperbaiki pertumbuhan bibit kelapa sawit yang mengalami genangan air
selama 30 hari secara terus menerus, bahkan menghambat pertambahan berat kering bibit
47,40 g. Bibit kelapa sawit yang mengalami cekaman genangan air, menginisiasi
pembentukan akar adventif.

Kata Kunci: Bibit kelapa sawit, cekaman genangan air, pupuk daun dan giberelin

ABSTRACT
This research aims to improve the growth of oil palm seedlings (Elaeis
guineensis Jacq.) Which are continuous puddles for 30 days by planting together with
giberelin growth regulators. The study was conducted in the Riau Faculty's lithology
garden from August to December 2017, in the form of plot design experiments divided by
random patterns repeated three times. Main plot: leaf fertilizer concentration (D),
consisting of d0: without leaf fertilizer (0 ppm), d1: 1,500 ppm, d2: 3,000 ppm. Subplots in
the form of gibberellin concentration (G), consisting of g0: without giberelin (0 ppm), g1 :
15,000 ppm, g2: 30,000 ppm. The parameters observed were plant height, number of leaf
midribs, tuber diameter, number of adventitious roots, root volume, root canopy ratio,
seed dry weight and seed quality index. The results showed that there was no interaction
between leaf fertilizer concentration and gibberellin concentration on the growth

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
component of oil palm seedlings which were harvested for 30 days continuously by air
inundation. The height of the oil palm seedlings which ignite the inundation continuously
for 30 days can be increased as high as 7.47 cm with the administration of giberellin, but
cannot improve on other growth components. The application of leaf fertilizer cannot be
used to repair oil palm growth with 30 days of inundation, even increasing seed dry
weight 47.40 g. Palm oil seedlings that are prolonged stressed inundation, initiate
adventitious plant formation.

Keywords: Palm oil seedlings, waterlogging stress, foliar fertilizer and gibberellin.

PENDAHULUAN pembibitan kelapa sawit, baik karena lama


maupun ketinggian muka airnya. Hasil
Perkebunan merupakan salah satu penelitian Dewi (2009), Maryani (2012),
sub sektor pertanian penting dalam Tabrani et al. (2014), Holidi et al. (2015),
meningkatkan perekonomian rakyat Tabrani (2016) menjelaskan bahwa
Indonesia dan salah satu komoditasnya genangan air dapat menyebabkan
yang sangat popular saat ini yaitu kelapa terganggunya proses fisiologis bibit
sawit. Komoditas ini telah menjadi kelapa sawit, sehingga pertumbuhan
penggerak pembangunan nasional dan tinggi, jumlah daun, diameter batang
ekonomi masyarakat, karena banyak menjadi terhambat dan kadar klorofil daun
permintaan sebagai bahan baku minyak menurun. Genangan air menyebabkan
makan nabati dan bahkan industri gangguan yang serius bagi metabolisme
kosmetik. tanaman, terhambatnya penyerapan air
Pemerintah Provinsi Riau telah dan unsur hara dari medium tanam.
menjadikan kelapa sawit sebagai tanaman Menurut Taiz dan Zeiger (2002)
primadona, sehingga mulai tahun 2012 terganggunya penyerapan unsur hara oleh
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau akar, akan menyebabkan defisiensi
telah menempati urutan pertama dari sehingga pembentukkan klorofil
sektor perkebunan dengan luasan terganggu dan kadar klorofil pada daun
mencapai 2.372.402 ha dan produksi menjadi rendah.
7.340.809 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Dewi (2009) mengatakan,
Riau, 2013). Menurut Badan Pengelola genangan air selama 30 hari tidak
Dana Perkebunan Kelapa Sawit (2018), menyebabkan kerusakan yang parah atau
dalam rangka menjaga keberlanjutan kematian pada bibit kelapa sawit, bahkan
industri kelapa sawit di Provinsi Riau, hasil penelitian Warjianto (2014) dan
makapada tahun 2018 diprediksi area Holidi et al. (2015) menunjukkan, bibit
yang akan diremajakan seluas 25.423 ha. kelapa sawit masih tetap dapat bertahan
Guna memenuhi kebutuhan ini maka hidup hingga genangan air 50 hari, dan
harus disediakan minimal sebanyak bahkan hasil penelitian Situmorang (2016)
3.458.752 bibit. Penyiapan bibit kelapa yang menguji penggenangan hingga umur
sawit dalam jumlah yang sangat banyak 70 hari pada bibit kelapa sawit, juga tidak
membutuhkan penangan yang baik. mengalami kematian. Semua perlakuan
Penyiapan bibit kelapa sawit genangan air penelitian tersebut
belakangan ini sering mengalami masalah, menunjukkan terganggunya pertumbuhan
akibat telah terjadinya perubahan iklim bibit, sehingga bibit tidak memenuhi
yang menyebabkan sulitnya memprediksi standar mutu untuk ditanam ke kebun.
intensitas genangan air pada areal

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Tanaman yang pertumbuhannya Bahan-bahan yang digunakan
terganggu akibat genangan air diharapkan dalam penelitian ini adalah bibit kelapa
dapat dibantu dengan pemberian sawit varietas D x P PPKS 239 umur
unsurhara melalui daun. Menurut 4 bulan asal penangkar Jl. Purwodadi
Abdullah (1993), pemberian pupuk kelurahan Sidomulyo Barat kecamatan
melalui daun lebih efektif, karena unsur Tampan Pekanbaru, Giberelin (GA3),
hara yang dikandungnya lebih cepat pupuk daun Growmore 32-10-10,
diserap, sehingga dapat memacu fungisida Dithane M-45, insektisida
pertumbuhan. Carbaryl 85%, pupuk N-P-K (15-14-6)
Selain itu gangguan tinggi bibit dan N-P-K (12-12-17). Alat yang dipakai
diharapkan akan dapat diatasi dengan berupa plastik pembatas, meteran,
pemberian zat pengatur tumbuh. Salah timbangan digital, ember plastik warna
satu zat pengatur tumbuh yang dapat hitam diameter 50 cm, gelas ukur,
mempercepat pertumbuhan bagian bagian gembor, hand sprayer, jangka sorong,
tanaman adalah Giberelin. Menurut oven, kamera dan alat tulis.
Abidin (1990), giberelin sangat berperan Penelitian dilakukan dalam
dalam meningkatkan tinggi tanaman, bentuk percobaan dalam rancangan petak
aktivitas kambium serta mendukung terbagi pola dasar acak lengkap yang
pembentukan RNA baru, sehingga diulang tiga kali. Cekaman genangan air
pemberian pupuk daun dan giberelin dirancang dengan cara memasukkan bibit
secara bersama-sama, diharapkan dapat kelapa sawit di polybag ke dalam ember,
memulihkan gangguan pertumbuhan bibit lalu menuangkan air sampai ketinggian
kelapa sawit akibat genangan air. Hasil 1 cm di atas permukaan medium tanam
penelitian Ardinal (2015) dan Noviantoni selama 30 hari terus menerus. Petak utama
(2015) menunjukkan, respon perbaikan berupa konsentrasi pupuk daun (D), terdiri
pertumbuhan bibit kelapa sawit yang dari d0: tanpa pupuk daun (0 ppm), d1:
mengalami genangan air berbeda, apabila 1.500 ppm, d2: 3.000 ppm, dengan anak
aplikasi pupuk daun dilakukan pada petak berupa konsentrasi giberelin (G),
kondisi cekaman berbeda. Kurniawan yang terdiri dari g0: tanpa giberelin
(2017) mengatakan, pemberian pupuk (0 ppm), g1: 15.000 ppm, g2: 30.000 ppm.
daun berperan dalam meningkatkan bobot Parameter yang diamati meliputi tinggi
kering akar bibit kelapa sawit yang tanaman, jumlah pelepah daun, diameter
mengalami cekaman genangan air dan bonggol, jumlah akar adventif, volume
giberelin dapat meningkatkan tinggi bibit akar, ratio tajuk akar, berat kering bibit
kelapa sawit hingga tercapai standar dan indeks mutu bibit. Hasil yang
tinggi, meskipun bibit mengalami diperoleh dianalisis menggunakan sidik
cekaman genangan air. ragam dan uji lanjut kontras orthogonal
pada taraf 5%.
METODOLOGI
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilaksanakan
di kebun percobaan Fakultas Pertanian Tinggi Bibit
Universitas Riau kampus binawidya km Hasil sidik ragam menunjukkan,
12,5 kelurahan Simpang Baru kecamatan pengaruh interaksi antara pupuk daun
Tampan kota Pekanbaru. Pelaksanan di dengan giberelin dan faktor tunggal
lapangan dimulai pada bulan Agustus dan konsentrasi pupuk daun tidak nyata
berakhir bulan Desember 2017. terhadap tinggi bibit kelapa sawit. Tinggi
bibit kelapa sawit hanya dipengaruhi oleh
konsentrasi giberelin (Lampiran 5.1).
1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau
2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Hasil uji kontras ortogonal taraf 5% sebaliknya bila konsentrasi ditingkatkan
pengaruh giberelin atas tinggi bibit kelapa pengaruhnya tidak nyata dalam
sawit yang mengalami cekaman genangan menambah pertumbuhan tinggi bibit. Pada
air ditunjukkan pada Tabel 1. penelitian ini bibit yang tidak diberi
Tabel 1. menunjukkan bahwa giberelin pertumbuhan tingginya masih
pertambahan tinggi bibit kelapa sawit memenuhi kriteria standar meskipun
yang mengalami cekaman genangan air mengalami cekaman genangan air. Hal
dapat ditingkatkan dengan giberelin, tetapi mengindikasikan varietas yang digunakan
perubahan konsentrasi giberelin tidak dalam penelitian ini termasuk varietas
berperan dalam peningkatan tinggi bibit yang toleran terhadap genangan air.
kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa Menurut Harahap et al. (2000),
giberelin mempunyai peranan terhadap genangan air pada bibit kelapa sawit dapat
peningkatan tinggi bibit kelapa sawit mengakibatkan kerusakan fungsi daun,
meskipun bibit tergenang. Lakitan (1996) titik tumbuh dan perakaran. Susilawati et
mengatakan, giberelin merangsang al.(2011) menambahkan, genangan air
pembelahan sel-sel meristematik pada akan merusak struktur silinder akar,
posisi basal dimana sel-sel korteks dan sehingga pengangkutan hara tanaman ke
empulur berkembang, sehingga terjadi batang menjadi terhambat, padahal
pertambahan jumlah sel yang pertumbuhan tinggi tanaman sangat
menyebabkan pertumbuhan tinggi bibit membutuhkan hara dari tanah. Selain itu
lebih pesat karena masing-masing sel hasil kondisi anaerob akibat genangan,
pembelahan akan tumbuh. Hasil penelitian menyebabkan proses pembelahan sel
ini sama dengan hasil penelitian menjadi terganggu dan menghambat
Esyka (2016), yang menyimpulkan bahwa pembesaran sel yang mengakibatkan
pemberian giberelin berpengaruh besar kurangnya pertambahan tumbuh tinggi
terhadap peningkatan tinggi bibit kelapa tanaman akibat genangan air.
sawit yang mengalami cekaman genangan
air pada pembibitan awal. Tinggi bibit Jumlah Pelepah Daun
kelapa sawit yang diberi giberelin Hasil sidik ragam menunjukkan,
melampaui kriteria standar mutu tinggi interaksi antara pupuk daun dengan
bibit menurut Sihombing (2013) yaitu giberelin serta faktor tunggal konsentrasi
64,3 cm. Hal ini menggambarkan, pupuk daun dan faktor tunggal konsentrasi
meskipun bibit kelapa sawit mengalami giberelin tidak nyata pengaruhnya
cekaman genangan air tingginya tetap terhadap jumlah pelepah daun bibit kelapa
tumbuh karena ZPT merangsang dan sawit, seperti ditunjukan pada Tabel 2.
menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan

Tabel 1. Tinggi bibit kelapa sawit yang diberi beberapa konsentrasi giberelin

Konsentrasi Giberelin (ppm) Tinggi Bibit (cm)


0 66,22 a
15.000 75,17 b (a)
30.000 72,22 b (a)
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tanpa tanda
kurung (komponen kontras I) atau dalam tanda kurung (komponen kontras II) berbeda tidak
nyata menurut uji kontras Orthogonal pada taraf 5%

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Tabel 2. Jumlah pelepah daun bibit kelapa sawit yang diberi pupuk daun dan
Giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm) 0 15.000 30.000
0 13,67 14,33 13,33 13,78
1.500 13,00 14,00 13,00 13,33
3.000 12,67 13,00 12,33 12,67
Rerata 13,11 13,78 12,89
Tabel 2. menunjukkan, jumlah bahwa varietas yang digunakan dalam
pelepah daun bibit kelapa sawit pada hasil penelitian ini termasukvarietas yang
penelitian ini berkisar 12 sampai dengan toleran terhadap genangan air.
14 helai. Jumlah pelepah ini tidak berbeda
dengan standar jumlah pelepah daun bibit Diameter Bonggol
kelapa sawit menurut Sihombing (2013) Hasil sidik ragam menunjukkan
yaitu 11,5. Hal ini menggambarkan, bahwa interaksi antara pupuk daun dengan
bahwa pupuk daun dengan giberelin giberelin, faktor tunggal konsentrasi
kurang yang diberikan tidak memberi pupuk daun atau faktor tunggal
andil dalam penambahan jumlah daun konsentrasi giberelin pengaruhnya tidak
bibit kelapa sawit. Menurut Martoyo nyata terhadap diameter bonggol bibit
(2001), peranan pupuk daun terhadap kelapa sawit. Diameter bonggol bibit
pertambahan jumlah daun tanaman pada kelapa sawit yang diberi pupuk daun dan
umumnya kurang memberikan gambaran giberelin disajikan pada Tabel 3.
yang jelas karena pertambahan daun erat Tabel 3 menunjukkan, diameter
hubungannya dengan umur tanaman dan bonggol bibit kelapa sawit hasil penelitian
mempunyai hubungan erat dengan faktor ini berkisar antara 3,54 cm-4,29 cm.
genetik. Diameter bonggol bibit kelapa sawit ini
Hasil ini sama dengan hasil tidak berbeda dengan standar jumlah
penelitian Dewi (2009), Nurbaiti et al. pelepah daun bibit kelapa sawit menurut
(2010), Tabrani et al. (2014), yang Sihombing (2013) yaitu 3,6 cm. Hasil ini
menyebutkan bahwa jumlah pelepah daun menunjukkan, bahwa perkembangan
bibit kelapa sawit yang mengalami diameter bonggol bibit kelapa sawit tidak
genangan air relatif sama karena dipengaruhi oleh pemberian pupuk daun
cenderung dipengaruhi oleh faktor atau pemberian giberelin.
genetik. Hal ini juga mengindikasikan

Tabel 3. Diameter bonggol bibit kelapa sawit (cm) yang diberi pupuk daun dan giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm) 0 15.000 30.000
0 4,02 3,77 3,58 3,79
1.500 3,87 3,73 4,09 3,90
3.000 4,29 3,66 3,54 3,83
Rerata 4,06 3,72 3,74

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Diduga tidak terlihatnya pengaruh pupuk bibit yang tahan genangan. Akar adventif
daun dan giberelin pada diameter bonggol berfungsi untuk mengikat oksigen dari
bibit kelapa sawit yang diteliti, karena udara, sehingga meskipun dalam kondisi
pertumbuhan diameter bonggol tergenang dimana perakarannya jenuh air,
didominasi oleh faktor genetis bibit. Hal bibit kelapa sawit di pembibitan masih
ini seperti yang dinyatakan mendapat suplai oksigen untuk melakukan
Nyakpa et al. (1988), bahwa faktor-faktor respirasi secara aerob, sehingga kebutuhan
yang mempengaruhi pertumbuhan energi berupa ATP masih dapat
tanaman adalah faktor genetik dan faktor dihasilkan. Menurut Salisbury dan Ross
lingkungan. Khan et al. (2006) (1995), tanaman yang mengalami
menyatakan, pemberian giberelin lebih cekaman air akan membentuk akar udara
merangsang pucuk apikal batang sehingga atau adventif yang muncul ke atas
proses pemanjangan dan pembelahan sel permukaan air. Pembentukan akar
lebih mengarah pada pertumbuhan ke atas adventif disebabkan oleh kondisi anaerob
dari pada ke samping. pada perakaran yang merupakan adaptasi
morfologi bagi bibit kelapa sawit untuk
Jumlah Akar Adventif dapat bertahan hidup pada periode
Hasil sidik ragam menunjukkan, penggenangan. Akar adventif dapat
pengaruh interaksi antara pupuk daun menyerap oksigen yang berada disekitar
dengan giberelin, faktor tunggal tanaman, sehingga dalam kondisi
konsentrasi pupuk daun dan faktor tunggal tergenang dimana perakarannya jenuh air
konsentrasi giberelin berpengaruh tidak tanaman masih bisa menggunakan oksigen
nyata terhadap jumlah akar adventif bibit udara bebas untuk melakukan respirasi
kelapa sawit yang mengalami cekaman aerob.
genangan air. Tabrani dan Adiwirman (2014)
Jumlah akar adventif bibit kelapa menyatakan, bibit kelapa sawit yang
sawit yang mengalami cekaman genangan mengalami cekaman genangan air akan
air secara terus menerus selama 30 hari memberi respon berupa munculnya akar-
ditujukkan pada Tabel 4. akar adventif. Akibat penggenangan
Tabel 4. menunjukkan bahwa bibit terlalu lama akan terjadi perubahan
kelapa sawit akan menginisiasi morfologi akar dan keadaan ini dapat
pembentukan akar adventif, apabila mengganggu hubungan antara bagian atas
mengalami genangan air. Cekaman tanaman dengan akar. Hasil penelitian ini
genangan air menyebabkan kematian akar menunjukkan bahwa ini akar adventif
di kedalaman tertentu dan hal ini akan sepenuhnya akibat dari respon bibit kelapa
memacu pembentukan akar adventif pada sawit yang mengalami genangan air.
bagian di dekat permukaan tanah pada

Tabel 4. Jumlah akar adventif bibit kelapa sawit yang mengalami cekaman genangan air
selama 30 hari terus menerus selama 30 hari pada umur 8 bulan

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm) 0 15.000 30.000
0 4.33 5.33 5.00 4.89
1.500 4.67 5.00 6.00 5.22
3.000 6.33 4.67 6.67 5.89
Rerata 5.11 5.00 5.89

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Volume Akar
Hasil sidik ragam menunjukkan giberelin berpengaruh tidak nyata
bahwa interaksi antara pupuk daun dengan terhadap volume akar bibit kelapa sawit.
giberelin serta faktor tunggal konsentrasi Volume akar bibit kelapa sawit yang
pupuk daun dan faktor tunggal konsentrasi diberi pupuk daun dan giberelin disajikan
pada Tabel 5.

Tabel 5. Volume akar bibit kelapa sawit (cm 3) yang diberi pupuk daun dan giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm)
0 15.000 30.000
0 101,00 94,00 112,67 102,56
1.500 70,00 96,67 87,33 84,67
3.000 88,33 70,67 76,67 78,56
Rerata 86,44 87,11 92,22
Tabel 5. menunjukkan, volume unsur hara menjadi terbatas.
akar bibit kelapa sawit pada penelitian ini Memperhatikan karakter data pada Tabel
berkisar antara 70,00 cm3 – 112,67 cm3. 5. Ada gambaran kecenderungan bahwa
Hal ini menunjukkan, bahwa matinya akar bibit kelapa sawit semakin tertekannya
akibat cekaman genangan air pada bibit perkembangan volume akarnya bila bibit
yang tidak diberi pupuk daun dan diberi pupuk daun atau giberelin.
giberelin, diimbangi oleh inisiasi akar
adventif seperti ditujukan pada Tabel 4. Ratio Tajuk Akar
Akar ini dapat menggantikan fungsi akar Hasil sidik ragam menunjukkan,
utama. Inisiasi ini biasanya terjadi ketika interaksi antara pupuk daun dengan
sistem perakaran utama mulai tidak giberelin serta faktor tunggal konsentrasi
mampu lagi memasok air dan mineral pupuk daun dan konsentrasi giberelin
yang dibutuhkan tanaman (Mergemann tidak nyata berpengaruhterhadap ratio
dan Sauter, 2000). Hal ini diperkuat oleh tajuk akar bibit kelapa sawit. Ratio tajuk
Visser et al. (2004) yang menyatakan, akar bibit kelapa sawit yang diberi pupuk
ketika akar tanaman tergenang air, maka daun dan giberelin disajikan pada Tabel 6.
proses respirasi akar dan penyerapan

Tabel 6 Ratio tajuk akar bibit kelapa sawit yang diberi pupuk daun dan giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm) 0 15.000 30.000
0 3,71 3,17 3,20 3,36
1.500 5,02 4,00 2,95 3,99
3.000 2,47 3,00 4,02 3,17
Rerata 3,73 3,39 3,39

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Tabel 6. menunjukkan ratio tajuk akar yang tahan genangan. Harahap et al.
bibit yang mengalami genangan air (2000) menyatakan bahwa pengaruh
berkisar antara 2,47 sampai 5,02. Hasil ini genangan terhadap tajuk tanaman yaitu
umumnya sama dengan hasil-hasil berupa penurunan pertumbuhan, klorosis,
penelitian Kurniawan (2017); Rudiansyah dan penurunan akumulasi bahan kering.
(2017) dan lain-lain. Hal ini menunjukkan Pertumbuhan bibit akibat
pemberian pupuk daun atau giberelin pemberian giberelin yang semakin tinggi,
tidak berperan dalam mengubah ratio tetapi dengan berkurangnya
tajuk akar, meskipun tinggi bibit berubah. perkembangan diameter bonggol
Kondisi tergenang menyebabkan fungsi mengakibatkan bobot tajuk secara
akar dalam menyerap air dan unsur hara keseluruhan tidak bertambah, sehingga
menjadi terganggu selain itu pertumbuhan rasio tajuk akar juga tidak bertambah pada
dan perkembangan akar juga menjadi semua perlakuan. Menurut Gardner et al.
terhambat yang akan mempengaruhi (1991), perbandingan tajuk akar
pertumbuhan tajuk. Menurut Gardneret al. mempunyai pengertian bahwa
(2008), proses penyerapan unsur hara pertumbuhan bagian satu diikuti dengan
berperan dalam ratio tajuk akar yang pertumbuhan bagian tanaman lainnya
merupakan faktor penting dalam dimana bobot tajuk meningkat secara
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu linier mengikuti peningkatan akar
tidak terdapat perbedaan yang nyata pada berkaitan dengan jumlah daun, dimana
ratio tajuk akar bibit kelapa sawit yang semakin tinggi tanaman semakin banyak
tergenang. Menurut Lakitan (1996), akibat daun yang terbentuk. Hasil berat kering
penggenangan terlalu lama akan terjadi tajuk akar menunjukkan penyerapan unsur
perubahan morfologi akar dan keadaan ini hara oleh akar ditranslokasikan ke tajuk
dapat mengganggu hubungan antara tajuk tanaman.
dan akar. World Agroforestry Centre
(ICRAF) (2004) menyatakan bahwa Berat Kering Bibit
terjadinya hambatan lingkungan seperti Hasil sidik ragam menunjukkan,
genangan air akan diikuti oleh penurunan interaksi antara pupuk daun dengan
ratio tajuk dan akar. giberelin dan faktor tunggal konsentrasi
Ratio tajuk akar bibit kelapa giberelin berpengaruh tidak nyata
sawit yang diberi pupuk daun dan terhadap berat kering bibit kelapa sawit,
giberelin pada penelitian ini berkisar sedangkan faktor tunggal konsentrasi
antara 2,47 – 5,02. Genangan pupuk daun berpengaruh nyata terhadap
menyebabkan kematian akar yang akan berat kering bibit kelapa sawit. Berat
memacu bibit merespon dalam Kering bibit kelapa sawit yang
pembentukan akar adventif pada bagian di diberibeberapa konsentrasi pupuk daun
dekat permukaan tanah pada tanaman disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Berat kering bibit kelapa sawit yang diberi pupuk daun dan giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun (ppm) Berat kering Bibit (g)

0 177,19 a
1.500 138,83 b (a)
3.000 120,76 b (a)

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tanpa tanda
kurung (komponen kontras I) atau dalam tanda kurung (komponen kontras II) berbeda tidak
nyata menurut uji kontras Orthogonal pada taraf 5%

Tabel 7. menunjukkan bibit terjadi dalam tanaman terutama


kelapa sawit yang diberi pupuk daun translokasi unsur hara dan hasil fotosintat
terlihat lebih ringan berat keringnya. akan berjalan baik sehingga organ
Menurut Supriadi dan Soeharsono (2005), tanaman dapat menjalankan fungsinya
hara yang diserap tanaman yang dengan baik. Akumulasi bahan kering
dimanfaatkan untuk berbagai proses digunakan sebagai indikator ukuran
metabolisme adalah untuk menjaga fungsi pertumbuhan yang mencerminkan
fisiologi tanaman. Gejala fisiologis kemampuan tanaman dalam mengikat
sebagai efek pemberian perlakuan energi cahaya matahari pada proses
diantaranya dapat diamati melalui fotosintesis. Menurut Jumin (1992),
parameter pertumbuhan, yaitu salah ketersediaan unsur hara akan menentukan
satunya berat kering bibit. Berat kering produksi berat kering tanaman yang
bibit merupakan ukuran pertumbuhan dan merupakan hasil dari tiga proses yaitu
perkembangan tanaman karena berat proses penumpukkan asimilat melalui
kering mencermin-kan akumulasi proses fotosintesis, respirasi dan
senyawa organik yang berhasil disintesis akumulasi bahan organik.
oleh tanaman. Hal ini terlihat dari Prawiranata dan Tjondronegoro
pertambahan tinggi bibit dan volume akar (1995) menyatakan bahwa berat kering
yang menunjukkan nilai rata-rata yang tanaman mencerminkan status nutrisi
relatif besar dari setiap perlakuan suatu tanaman, dan berat kering tanaman
meskipun tidak nyata sehingga merupakan indikator yang menentukan
menyebabkan berat kering meningkat. baik tidaknya perkembangan tanaman.
Menurut Jumin (1992), berat kering Hal ini juga sesuai dengan pendapat
tanaman ditentukan oleh pertumbuhan Lakitan (1996) yang menyatakan bahwa
vegetatif diantaranya pertumbuhan batang, kandungan unsur hara di dalam tanaman
daun, dan akar. dihitung berdasarkan berat bahan kering
Harjadi dan Yahya (1996) tanaman yang disajikan dengan satuan
menyatakan bahwa pertumbuhan ppm atau persen.
dinyatakan sebagai pertambahan ukuran
yang mencerminkan pertambahan Indeks Mutu Bibit
protolasma yang dicirikan dengan Hasil sidik ragam menunjukkan
pertambahan berat kering tanaman. bahwa interaksi antara pupuk daun dengan
Peningkatan konsentrasi pupuk giberelin serta faktor tunggal konsentrasi
daun dari 1.500 ppm sampai 3.000 ppm pupuk daun dan faktor tunggal konsentrasi
berbeda tidak nyata dalam meningkatkan giberelin berpengaruh tidak nyata
berat kering bibit. Hal ini dikarenakan terhadap indeks mutu bibit kelapa sawit.
tanaman tidak mampu dalam menyerap Indeks mutu bibit kelapa sawit yang diberi
unsur hara tambahan yang diberikan. Jika pupuk daun dan giberelin disajikan pada
kemampuan tanaman menyerap unsur Tabel 8.
hara tinggi maka proses fisiologi yang

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Tabel 8. Indeks mutu bibit kelapa sawit yang diberi pupuk daun dan giberelin

Konsentrasi Pupuk Daun Konsentrasi Giberelin (ppm)


Rerata
(ppm) 0 15.000 30.000
0 8,68 7,56 7,59 7,94
1.500 5,97 5,47 6,80 6,08
3.000 7,40 4,83 5,02 5,75
Rerata 7,35 5,96 6,47

Tabel 8. memperlihatkan indeks lama menimbulkan efek toleransi bibit


mutu bibit kelapa sawit pada penelitian ini terhadap cekaman air.
4,83 sampai 8,68. Hal ini menggambarkan Indeks mutu bibit merupakan
bahwa bibit kelapa sawit yang digunakan akumulasi fotosintat atau asimilat yang
dalam penelitian ini termasuk katagori terkandung dihitung melalui perbandingan
varietas yang toleran terhadap cekaman berat kering tanaman dengan nisbah tinggi
genangan air. Hal ini dikarenakan dan bonggol ditambah ratio tajuk akar
penggenangan dengan waktu yang lebih yang dinyatakan dalam satuan gram yang
lama menimbulkan efek toleransi bibit juga merupakan satuan berat kering bibit.
terhadap cekaman air, sehingga bibit Hal ini diperkuat dengan pendapat
kelapa sawit tersebut dapat tumbuh Prawiranata dan Tjondronegoro (1995)
dengan lebih baik. Hal ini didukung juga yang menyatakan bahwa indeks mutu
oleh hasil penelitian Colmer dan bibit mencerminkan berat kering suatu
Voesenek (2009) yang menyatakan bahwa tanaman sedangkan berat kering tanaman
tanaman kelapa sawit merupakan tanaman adalah status nutrisi tanaman dan
yang toleran terhadap genangan dan dapat indikator yang kaitannya dengan
bertahan hidup dengan beradaptasi pada ketersediaan unsur hara.
lingkungan yang tergenang. Hal ini didukung juga oleh hasil
Hendromono (2003) menyatakan, penelitian Colmer dan Voesenek (2009)
semakin tinggi nilai indeks mutu bibit yang menyatakan bahwa tanaman kelapa
maka semakin baik pula bibit tersebut sawit merupakan tanaman yang toleran
untuk dipindahkan ke lapangan dengan terhadap genangan dan dapat bertahan
indeks mutu bibit besar dari 0,09 yang hidup dengan beradaptasi pada lingkungan
menunjukkan bahwa tanaman tersebut yang tergenang.
mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi
saat dipindahkan ke lapangan. Indeks KESIMPULAN
mutu bibit pada semua perlakuan 1. Tidak ada interaksi antara pupuk daun
memenuhi syarat tingkat ketahanan yang dengan giberelin pada komponen
tinggi saat dipindahkan ke lapangan, pertumbuhan bibit kelapa sawit yang
karena nilainya diatas 0,09. Hal ini mengalami genangan air secara terus
membuktikan pupuk daun dan giberelin menerus selama 30 hari, baik pada
yang diberikan terhadap bibit kelapa sawit peubah tinggi, jumlah pelepah daun,
yang mengalami cekaman genangan air diameter bonggol, jumlah akar
tetap memenuhi tingkat ketahanan yang adventif, volume akar, ratio tajuk akar,
tinggi pada saat bibit dipindahkan ke berat kering bibit dan indeks mutu
lapangan. Hal ini diduga karena bibit.
penggenangan dengan waktu yang lebih 2. Konsentrasi pupuk daun berpengaruh
negatifpada berat kering bibit dan

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
konsentrasi giberelin berpengaruh pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2013.
peningkatantinggi bibit. Badan Pusat Statistik Provinsi Riau,
3. Pemberian pupuk daun menghambat Pekanbaru.
pertambahan berat kering 47,40 g pada Esyka. 2016. Bibit kelapa sawit di
bibi bibit kelapa sawit yang mengalami pembibitan awal (Pre Nurssery)
genangan air secara terus menerus yang mengalami cekaman genangan
selama 30 hari. air dengan pemberian beberapa
4. Pemberian giberelin dapat konsentrasi giberelin.Skripsi (Tidak
meningkatkan tinggi bibit kelapa sawit dipublikasikan) Fakultas Pertanian.
7,47 cm. Universitas Riau. Pekanbaru.
5. Bibit kelapa sawit yang mengalami Gardner, F.P., R.B., Pearce dan R.L.,
cekaman genangan air, menginisiasi Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
pembentukan akar adventif. Budidaya. UI Press. Jakarta.
_______.2008. Fisiologi Tanaman
Budidaya. UI Press. Jakarta.
Harahap, I.Y., Winarna dan E.S, Sutarta.
DAFTAR PUSTAKA 2000. Produktivitas Tanaman
Kelapa Sawit: Tinjauan dari Aspek
Abdullah, T. S. 1993. Survei Tanah dan Tanah dan Iklim. Prosiding
Evaluasi Lahan.Penebar Swadaya, Pertemuan Teknis Kelapa Sawit.25-
Jakarta. 26 April 2000. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan.
Abidin, Z. 1990. Dasar-Dasar Harjadi., S. dan Yahya, S. 1996. Fisiologi
Pengetahuan tentang Zat Pengatur Stress Lingkungan. PAW
Tumbuh. Angkasa, Bandung. Bioteknologi IPB. Bogor.
Ardinal. 2015. Aplikasi pupuk pelengkap Hendromono. 2003. Kriteria Penilaian
cair pada konsentrasi berbeda Mutu Bibit dalam Wadah yang Siap
terhadap bibit kelapa sawit (Elaeis Tanam untuk Rehabilitasi Hutan dan
guineensis jacq.) yang ditanam pada Lahan. Buletin Litbang kehutanan
media gambut yang tergenang vol 4 dan 3 Puslitbang Hutan dan
secara periodik dengan frekwensi konversi Alam, Bogor.
penyemprotan berbeda.Skripsi Holidi, Etty Syafriyani, Warjiyanto,
(Tidak dipublikasikan) Fakultas Sutejo. 2015. Pertumbuhan Bibit
Pertanian. Universitas Riau. Kelapa Sawit pada Tanah Gambut
Pekanbaru. berbagai Ketinggian Genangan.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Jurnal Ilmu Pertanian 18(3): 135-
Kelapa Sawit. 2016. www. Bpdp. 140.
Or. Id. Diakses pada tanggal 25 Jumin, H, B. 1992. Ekologi Tanaman.
November 2018. Penerbit Rajawali, Jakarta.
Colmer, T. D. and L.A.C.J. Khan, M.M.A., C. G. Mohammad, F.,
Voesenek.2009. Flooding Siddiqui, M.H., Naeem, and M. N.
Tolerance: Suites of Plant Traits in Khan. 2006. Effect of Gibberelic
Variable Environments. Functional Acid Spray on Performance of
Plant Biology. 63: 665-681. Tomato. Plant Physiology Section
Dewi, N. 2009. Respon Bibit Kelapa 30 (06) : 11 – 16.
Sawit terhadap Lama Penggenangan Kurniawan, R. 2017. Respon Bibit Kelapa
dan Pupuk Pelengkap Cair. Sawit (Elaeis guineensis
Agronobis. 1(1): 1979-8245. jacq.)terhadap Pemberian Pupuk

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Daun bersama dengan Giberelin. (Tidak dipublikasikan) Program
Skripsi (Tidak dipublikasikan). Studi Agroteknologi Fakultas
Fakultas Pertanian. Universitas Pertanian Universitas Riau.
Riau. Pekanbaru. Supriadi. dan Soeharsono. 2005.
Lakitan, B. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Kombinasi pupuk urea dengan
Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, pupuk organik pada tanah inceptisol
Jakarta. terhadap responfisiologis rumput
Martoyo, K. 2001. Sifat Fisik Tanah hermada (Sorghum bicolor).
Ultisol pada Penyebaran Akar MakalahSeminar Nasional
Tanaman Kelapa Sawit. Warta. Teknologi Perternakan dan
PPKS. Medan. Fried dan Veteriner.
Hademenos. 2000. Fisiologi Susilawati, F., S.E. Rahim, Z.
Tumbuhan. Fakultas Pertanian Hanafiah. 2011. Respon fisiologis
Institut Pertanian Bogor, Bogor. beberapa varietas tanaman kelapa
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume sawit di pembibitan terhadap
Pemberian Air terhadap cekaman air.Jurnal Penelitian
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Kelapa Sawit. Volume 8 (2): 82-88.
Pembibitan Utama.Bioplantae Tabrani, G. 2016. Respons bibit Kelapa
online journal.Unja.ac.id. 1(2): 64- Sawit yang Mengalami Cekaman
74. Jenuh Air Hingga Ketinggian Muka
Nurbaiti, G. Tabrani, dan A.E. Yulia. Air Berbeda Terhadap Pupuk Daun.
2010. Mutu bibit kelapa sawit pada Makalah Seminar dan Rapat
modifikasi lingkungan biotik dan Tahunan BKS-PTN Barat Bidan
abiotik pembibitan.Lembaga Ilmu Pertanian Universitas
Penelitian Universitas Riau (Tidak Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh
dipublikasikan). Pekanbaru. Darussalam, 4-6 Agustus 2016.
Nyakpa, M.Y, A.M. Lubis, M.A. Pulung, Tabrani, G. dan Adiwirman. 2014. Respon
A.G. Amrah, A. Munawar, G.B. pertumbuhan bibit kelapa sawit dari
Hong, dan N. Hakim. 1988. berbagai umur yang ditanam pada
Kesuburan Tanah. Universitas medium yang tergenang secara
Lampung. Lampung. periodik terhadap pupuk pelengkap
Prawiranata, W, Marran danS. cair. Laporan Penelitian (Tidak
Tjondronegoro, P. 1995. Dasar- dipublikasikan) Fakultas Pertanian.
dasar Fisiologi Tumbuhan jilid 2. Universitas Riau. Pekanbaru.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Tabrani, G., Nurbaiti, dan Adiwirman.
Bogor, Bogor. 2014. Pertumbuhan bibit kelapa
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. sawit di medium gambut yang
Fisiologi Tumbuhan Jilid III dan tergenang yang dipupuk dengan
Terjemahan Dr. Diah Rukaman dan pupuk pelengkap cair dengan
Ir. Sumaryono, M.Sc. ITB Bandung. beberapa frekuensi penyemprotan.
Sihombing, A. 2013. First Resources Disajikan pada seminar Nasional
Group Learning Center Kalimantan BKS-PTN Wilayah Barat Bidang
Barat. www. slideshare.net. Diakses Ilmu Pertanian Tahun 2014 di
pada tanggal 11 juni 2017. Universitas Lampung Tanggal 19-20
Situmorang, A. A. 2016. Uji beberapa Agustus 2014.
varietas bibit kelapa sawit (Elaeis Taiz, L. dan Zeiger. 2002. Plant
guineensis Jacq.) terhadap lama Physiology. Third edition. Sinauer
cekaman genangan air. Skripsi Associates, Sunderland.

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
Visser, E.J.W. dan L.A.C.J. Voesenek.
2004. Acclimation to Soil Flooding
Sensing and Signal Transduction.
Plant and Soil. 254: 197-214.
Warjianto. 2014. Respon pertumbuhan
bibit tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di main nursery
terhadap perlakuan lama genangan.
Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Musi
Rawas, Kabupaten Lubuklinggau,
Sumatera Selatan.

1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau


2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018
1 Mahasiswa Pertanian Universitas Riau
2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM FAPERTA UR Vol. 5 edisi 2 Juli s/d Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai