Geothermal
Geothermal
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga Kelompok Angin Lembah dapat menyelesaikan makalah
bertopik “Geothermal”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan Bapak Ir. Unggul Wibawa, M.Sc, yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka mengembangkan
wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai Geothermal. Penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan yang bersifat membangun guna menjadi evaluasi di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Definisi Panas Bumi (Geothermal) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ..... 3
2.2 Mekanisme Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) .......................... 3
2.2.1 Mekanisme PLTP Sistem Satu Fasa ................................................................. 4
2.2.2 Mekanisme PLTP Sistem Dua Fasa.................................................................. 5
2.3 Penentuan Pembangkitan Daya Listrik .................................................................... 6
2.3.1 Hukum I Termodinamika ................................................................................... 6
2.3.2 Proses Aliran Steady State ............................................................................... 7
2.4 Contoh Ilustrasi Kasus pada Sistem PLTP Lahendong............................................ 7
2.4.1 Perhitungan Daya Listrik PLTP Lahendong ...................................................... 8
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) ........ 11
2.5.1 Kelebihan Geothermal ....................................................................................11
2.5.2 Kekurangan Geothermal .................................................................................11
2.6 Sistem Geothermal dalam Aspek Ekonomi dan Lingkungan.................................. 11
2.6.1 Dalam Aspek Ekonomi .....................................................................................11
BAB III : PENUTUP .........................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................16
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mekanisme Kerja PLTP .................................................................................. 3
Gambar 2. Jenis-jenis Energi Panas Bumi ....................................................................... 4
Gambar 3. Mekanisme PLTP Sistem Satu Fasa .............................................................. 5
Gambar 4. Mekanisme PLTP Sistem Dua Fasa ............................................................... 5
Gambar 5. Sistem Dominasi Uap ..................................................................................... 6
Gambar 6. Sistem Dominasi Air ....................................................................................... 6
Gambar 7. Sumber Fluida Geothermal pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Lahendong........................................................................................................................ 8
Gambar 8. Perhitungan pada Turbin Uap ........................................................................10
Gambar 9. Grafik Perbandingan Emisi yang Ditimbulkan Pembangkit Batu Bara dan
Pembangkit Panas Bumi ..................................................................................................14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data dari Sumur PLTP Lahendong ..................................................................... 8
Tabel 2. Data Pembangkitan Energi Panas Bumi di PGE Kamojang Tahun 2010-2012 ..13
v
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Andika (2012) sistem panas bumi (geothermal system) secara umum dapat
diartikan sebagai sistem penghantaran panas di dalam mantel atas dan kerak bumi di mana
panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source) menuju suatu tempat
penampungan panas (heat sink). Dalam hal ini, panas merambat dari dalam bumi (heat
source) menuju permukaan bumi (heat sink). Proses penghantaran panas pada sistem
panas bumi melibatkan fluida termal yang bisa berupa batuan yang meleleh, gas, uap, air
panas, dan lain-lain.
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panas bumi pertama kali dilakukan di
daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga tahun 1929 lima
sumur eksplorasi dibor di mana sampai saat ini salah satu dari sumur tersebut, yaitu sumur
KMJ-3 masih memproduksikan uap panas kering atau dry steam. Kegiatan eksplorasi
panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada tahun 1972. Direktorat
Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand
melakukan survei pendahuluan di seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil survei dilaporkan
bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek panas bumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik
mulai dari bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian
membelok ke arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survei yang dilakukan selanjutnya
telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat
menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di Jawa, 51 prospek di
Sulawesi, 21 prospek di Nusa Tenggara, 3 prospek di Irian, 15 prospek di Maluku dan 5
prospek di Kalimantan. Panas bumi di Indonesia umumnya merupakan hidrotermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225°C), hanya beberapa di antaranya yang mempunyai
temperatur sedang.
Sebagian besar energi panas bumi yang diperoleh dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Lebih dari 200 lokasi panas bumi terletak di daerah terpencil seperti Nusa
Tenggara dan Maluku berpeluang untuk pengembangan listrik pedesaan. Pengembangan
sumber panas bumi skala kecil (<10 MW) dimanfaatkan untuk listrik pedesaan disamping
untuk ke perluan pertanian/perkebunan dan industri kecil. Direktorat Perencanaan PT. PLN
memproyeksikan kebutuhan energi listrik pada tahun 1998/1999 sebesar 17.247 MW dan
pada tahun 2003/2004 sebesar 27.284 MW.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk
memanfaatkan tenaga panas bumi menjadi tenaga listrik. Menurut salah satu teori, pada
prinsipnya bumi merupakan pecahan yang terlempar dari matahari, karena itu bumi masih
memiliki inti yang panas sekali dan meleleh. Semua energi panas bumi ini sering tampak
dipermukaan bumi dalam bentuk semburan air panas, uap panas, dan sumber air belerang.
Dalam makalah ini akan dibahas terkait definisi geothermal, mekanisme kerja PLTP, rumus
penentuan pembangkitan daya listrik, contoh ilustrasi kasus pada PLTP Lahendong,
kelebihan dan kekurangan, serta aspek ekonomi dan lingkungan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Panas Bumi (Geothermal) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Panas bumi (geothermal) adalah suatu bentuk energi panas atau energi termal yang
dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Energi panas adalah energi yang menentukan
temperatur suatu benda. Energi panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet
(20%) dan peluruhan radioaktif dari mineral (80%). Gradien panas bumi, yang didefinisikan
dengan per bedaan temperatur antara inti bumi dan permukaannya, mengendalikan
konduksi yang terus-menerus terjadi dalam bentuk energi panas dari inti ke permukaan
bumi.Temperatur inti bumi mencapai lebih dari 5000 oC.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) adalah suatu teknologi yang
digunakan untuk memanfaatkan tenaga panas bumi menjadi tenaga listrik. Menurut salah
satu teori, pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang terlempar dari matahari, karena
itu bumi masih memiliki inti yang panas sekali dan meleleh. Bumi juga mengandung banyak
bahan radio aktif seperti uranium dan thorium. Sebagaimana halnya dalam inti sebuah
reaktor nuklir, kegiatan bahan-bahan radioaktif ini membangkitkan jumlah panas yang tinggi
yang berusaha untuk ke luar dan mencapai permukaan bumi. Semua energi panas bumi
ini sering tampak dipermukaan bumi dalam bentuk semburan air panas, uap panas, dan
sumber air belerang. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah sebagai
berikut: air panas yang berasal dari sumur akan disalurkan ke separator, oleh separator air
dengan uap dipisah, kemudian uap akan digunakan untuk menggerakkan turbin.
2.2 Mekanisme Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Adi et al. (2012) menjabarkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP)
pada prinsipnya sama dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hanya saja, pada
PLTU uap berada diatas permukaan tanah dan berasal dari boiler, sedangkan pada PLTP
uap berasal dari reservoir panas bumi. Bastariana (2008) menjelaskan proses perubahan
energi geothermal menjadi listrik dimulai dari proses pemompaan dari dalam bumi ke
permukaan melalui Gambar 1.
Energi geothermal yang dipompa dari reservoir menuju permukaan berupa brine dan
gas. Setelah mencapai permukaan, maka brine dan gas akan dipisahkan melalui cyclone
separator. Proses pemisahan pada cyclone separator merupakan tahap pertama dari
proses pemisahan pada keseluruhan proses. Keluaran dari proses pada separator berupa
wet steam dan kondensat (air hasil pemisahan) yang telah terpisah. Wet steam akan
menuju ke tahap kedua dari proses pemisahan yaitu pada cyclone scrubber, sementara
kondensat akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah. Dilakukannya proses pemisahan
tahap kedua karena steam yang dihasilkan masih mengandung air walaupun telah melalui
proses pemisahan pada cyclone separator. Karena itulah pada cyclone scrubber, wet
steam akan mengalami proses pemisahan kembali. Dari proses ini, steam yang dihasilan
sudah berupa dry steam yang siap untuk menggerakkan turbin, hingga menghasilkan
energi listrik yang kemudian dialirkan menuju transformer dan siap untuk dialirkan ke
rumah-rumah. Sementara air hasil pemisahan berupa kondensat diinjeksikan kembali ke
tanah sebagai sumber untuk energi geothermal.
Saptadji (2012) menjelaskan bahwa energi panas bumi diklasifikasikan ke dalam lima
kategori seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Dari semua energi tersebut, energi dari
sistem hidrotermal yang paling banyak dimanfaatkan karena pada sistem tersebut, pori-pori
batuan mengandung air atau uap, atau keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak
terlalu dalam sehingga masih ekonomis untuk diusahakan.
Gambar 7. Sumber Fluida Geothermal pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Lahendong
Tabel 1. Data dari Sumur PLTP Lahendong
Sumur H (kJ/kg) P (Bar) Laju Alir (kg/s)
LHD 27 1136,73 13 60,49
LHD 31 942,53 13,2 137,17
LHD 34 1172,63 22 134,725
Asumsi yang digunakan :
Keadaan dalam kondisi tunak
Kondisi adiabatik
Volum atur
Efisiensi turbin 90%
Efektivitas penukar panas 75 %
Efisiensi termal pompa pada kondisi adiabatik 75%
Komposisi brine 100% H2O
2.4.1 Perhitungan Daya Listrik PLTP Lahendong
Perhitungan Htotal
𝑯𝟏 × 𝒎̇𝟏 + 𝑯𝟐 × 𝒎̇𝟐 + 𝑯𝟑 × 𝒎̇𝟑
𝑯𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 =
𝒎̇𝟏 + 𝒎̇𝟐 + 𝒎̇𝟑
𝑘𝐽 𝑘𝑔
(1136,73 × 60,49 + 942,53 × 137,17 + 1172,63 × 134,725)( × 𝑠 )
𝑘𝑔
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑘𝑔
(60,49 + 137,17 + 134,725)( )
𝑠
Maka diperoleh,
𝒌𝑱
𝑯𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝟏𝟎𝟕𝟏, 𝟏𝟒
𝒌𝒈
Perhitungan Laju Aliran Massa Total (𝑚̇𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 )
Setelah mendapatkan 𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 , hal yang harus dicari selanjutnya adalah laju
aliran massa dari fluida panas bumi yang keluar dari sumur.
𝒎̇𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = 𝒎̇𝟏 + 𝒎̇𝟐 + 𝒎̇𝟑
𝑘𝑔 𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝑚̇𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = 60,49 + 137,17 + 134,725
𝑠 𝑠 𝑠
Maka diperoleh,
𝒌𝒈
𝒎̇𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 = 𝟏𝟏𝟗𝟔, 𝟓𝟖 𝑻𝑷𝑱 = 𝟑𝟑𝟐, 𝟑𝟖𝟓
𝒔
Perhitungan Ts, Hf, Hfg, dan Hg Separator
9
1 kWh nya yaitu $ 9.1 sen/kWh. Sehingga diperlukan perhitungan yang matang untuk
menentukan apakah kita ingin berinvestasi di PLTP atau tidak.
Hal-hal yang dilakukan dalam analisis finansial meliputi :
a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya untuk investasi peralatan-peralatan
utama dan peralatan-peralatan pendukung, biaya investasi untuk kegiatan
pengembangan (FS, Basic Design), investasi untuk penggantian
(replacement), infrastruktur, utilities, dan lain-lain. Sumber dana bisa dari
hutang/pinjaman dari bank dan modal sendiri (equitas).
Secara umum, basis untuk mengestimasi biaya investasi adalah biaya-
biaya yang harus dikeluarkan untuk :
Biaya eksplorasi panas bumi.
Biaya utilisasi pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Sistem perpipaan dan lain lain.
b. Biaya Operasi (Operating Expenditure)
Biaya operasi adalah besarnya dana yang harus dikeluarkan untuk
membiayai semua kegiatan operasi hingga produk siap untuk dijual. Basis
untuk menentukan biaya operasi (operating cost) adalah biaya-biaya yang
harus dikeluarkan untuk :
Bahan habis (consumables seperti reduktor, asam sulfat, limestone,
flokulan dan termasuk bahan bakar).
Labour (managers, engineers, operators, administration, services).
Maintenance cost.
Product transportation.
Fixed charges such as taxes, depreciation, insurance.
Office cost such as communication.
Sales and marketing expenses.
Environmental management.
Community development.
Research and development.
c. Menghitung Proyeksi Pendapatan (Revenue)
Perhitungan proyeksi pendapatan (revenue) adalah perkiraan dana yang
masuk atau diterima dari hasil penjualan produk.
d. Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow atau aliran kas merupakan sejumlah dana yang keluar dan masuk
sebagai akibat dari aktivitas lembaga pengelolaan. Hal utama yang perlu selalu
diperhatikan dalam mengatur kas adalah memahami dengan jelas fungsi dana
yang dimiliki, disimpan, atau diinvestasikan.
e. Depresiasi (Depreciation)
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu
dan penggunaannya. Depresiasi merupakan biaya non-kas yang berpengaruh
terhadap pajak pendapatan. Dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah
13
Pada Tabel terlihat produksi panas bumi pada tahun 2012 mengalami
penurunan, disebabkan kerusakan generator PT. Indonesia Power, dan gangguan
tegangan jaringan 150 KV di Jaringan Jawa Madura Bali. Rata-rata produksi uap dan
listrik pertahun yang dihasilkan sebesar 1.584,90 GWh, dengan biaya input dari
pengelolaan energi panas bumi sebesar Rp. 354,96 per KWh. Harga jual per kWh yang
ditetapkan Perusahaan Listrik Negara, sesuai peraturan Menteri ESDM Tahun 2006,
sekitar 9,7 sen dolar atau rata-rata sekitar Rp. 1.001,50 dengan nilai tukar rupiah
terhadap dolar sebesar Rp. 10.324,74. Tabel 2 menunjukan rata-rata produksi panas
bumi di PGE Kamojang adalah 1.584,85 GWh pertahunnya dengan rata-rata nilai
penjualan adalah Rp. 1.462,15 milyar pertahun. Beban usaha, terdiri dari beban
produksi, beban eksplorasi, beban penyusutan dan beban umum administrasi rata-rata
pertahunnya Rp. 516,58 milyar. Nilai ekonomi langsung panas bumi adalah Rp. 945,57
milyar pertahun.
Direktur utama PLN Nur Pamudji mengatakan Dalam Pengembangan
pembangkitan geothermal tidaklah mudah selain perizinan hutan investasi yang
dibutuhkan tidaklah murah, satu PLTP minimal membutuhkan biaya sebesar US$ 21
juta atau setara dengan 199 miliar.Dan untuk mencapai panas yang diinginkan minimal
membutuhkan 3 sumur. Untuk setiap sumur membutuhkan dana sebesar $7 juta untuk
kedalaman 700-100 meter.
2.6.2 Dalam Aspek Lingkungan
Dalam pengembangannya Energi panas bumi juga memiliki dampak terhadap
lingkungan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanoto dan Wijaya (2011)
memproyeksikan bahwa pada tahun 2014, emisi yang dihasilkan dari
skenario pembangkit listrik panas bumi lebih rendah daripada emisi yang
dihasilkan dari skenario pembangkit listrik batu bara. Pada titik akhir horison
perencanaan, skenario yang menggunakan batubara mengeluarkan 487 juta
ton CO2 ekuivalen, sedangkan skenario dengan panas bumi berhasil
mengurangi emisi sebesar 43.3 juta ton dari skenario yang ditimbulkan oleh
batubara seperti yang terlihat dalam Gambar 9.
14
Gambar 9. Grafik Perbandingan Emisi yang Ditimbulkan Pembangkit Batu Bara dan
Pembangkit Panas Bumi
Adanya Limbah pembuangan yang dapat mencemari air yang terjadi oleh
kontaminan seperti yang terdapat secara alamiah di dalam Bumi. Namun
proses ekstraksi termal Bumi telah memobilisasinya sehingga mencemari air
(tanah dan permukaan). Pencemaran tersebut bisa terjadi oleh zat-zat yang
terkandung di dalam bumi, seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan Boron (B).
Dapat mengakibatkan Gempa dan retakan karena salah satu aktivitas yang
dilakukan dalam pembangkit listrik geothermal adalah hydraulic fracturing
(fracking). Fracking dilakukan untuk membuat retakan pada reservoir
dengan tujuan akhir meningkatkan permeabilitas batuan sarang.
Fracking menyebabkan terjadinya penurunan kohesivitas (daya ikat) pada
batuan. Pertambahan fluida dalam reservoir menyebabkan kenaikan
tekanan, reservoir terfasilitasi untuk mengalami pergerakan (slip) karena
gaya gesek statisnya terlampaui. Kondisi inilah yang bisa mengadirkan
getaran atau gempa.
Aktivitas Pembangkit yang berada di hutan lindung mengakibatkan rusaknya
fungsi hutan dan ekologinya.
Dapat menimbulkan Blow out. Blow out adalah suatu peristiwa mengalirnya
minyak, gas, atau cairan lain ke permukaan dari aktivitas pengeboran dan
tak bisa dikontrol. Sebuah ledakan bisa terjadi selama operasi pengeboran
sumur panas bumi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panas bumi (geothermal) adalah suatu bentuk energi panas atau energi termal yang
dihasilkan dan disimpan di dalam bumi. Energi panas adalah energi yang menentukan
temperatur suatu benda. Energi panas bumi berasal dari energi hasil pembentukan planet
(20%) dan peluruhan radioaktif dari mineral (80%). Energi panas bumi diklasifikasikan ke
dalam lima kategori. Dari semua energi tersebut, energi dari sistem hidrotermal yang paling
banyak dimanfaatkan karena pada sistem tersebut, pori-pori batuan mengandung air atau
uap, atau keduanya, dan reservoir umumnya letaknya tidak terlalu dalam sehingga masih
ekonomis untuk diusahakan. Berdasarkan pada jenis fuida produksi dan jenis kandungan
fluida utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua yaitu sistem satu fasa dan
sistem dua fasa.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk memanfaatkan tenaga panas bumi menjadi tenaga listrik. Menurut salah satu teori,
pada prinsipnya bumi merupakan pecahan yang terlempar dari matahari, karena itu bumi
masih memiliki inti yang panas sekali dan meleleh. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga
panas bumi adalah sebagai berikut: air panas yang berasal dari sumur akan disalurkan ke
separator, oleh separator air dengan uap dipisah, kemudian uap akan digunakan untuk
menggerakkan turbin.
Setiap pembangkitan listrik pasti terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan yang
membuat sesorang memerlukan pertimbangan dalam penggunaan suatu energi. Energi
Geothermal merupakan energi yang ramah lingkungan karena tidak memiliki limbah
buangan seperti limbah yang timbul pada pembangkit dengan bahan bakar batu bara, gas,
ataupun bahan bakar minyak. Namun, energi geothermal membutuhkan biaya yang sangat
besar dalam pengembangan sumber energi panas bumi, sehingga sulit untuk mendapatkan
investor. Saat ini, investasi di bidang Energi panas bumi masih terbilang sangat sulit akibat
biaya yang sangat mahal untuk investasi, namun harga jual yang terlalu rendah untuk 1
kWh nya yaitu $ 9.1 sen/kWh, sehingga diperlukan perhitungan yang matang untuk
menentukan apakah kita ingin berinvestasi di PLTP atau tidak. Selain itu, apabila dalam
pengeboran salah titik akan menimbulkan dampak pada lingkungan.
16
DAFTAR PUSTAKA
A.E, Fandari. (2014) Pengembangan Energi Panas Bumi yang Berkelanjutan. Vol. 17, No.
1, 68-82.
Adi, Agus Purnomo and Sulardjaka, Dr. ST,MT (2012) Pengaruh Waktu Penahanan
Hidrotermal Terhadap Karakteristik Zeolit Yang Disintesis Dari Limbah
Geothermal. Undergraduate thesis, Mechanical Engineering Departement, Faculty
Engineering of Diponegoro University.
Bakruddin, et al. (2015). Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan. Teknik Geothermal. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Bastariana, Annisa Destavia. (2008). Studi Korosi Pada Weldment Area Dan Base Metal
Di. Lingkungan Geothermal. Fakultas Teknik. Teknik Metalurgi dan Material.
Universitas Indonesia. Depok
Finance.detik.com. 27 Februari 2013. Bos PLN : Bangun pembangkit Panas Bumi Butuh
Minimal Rp 199 Miliar. Diakses pada 22 Oktober 2020.
https://finance.detik.com/energi/d-2180864/bos-pln-bangun-pembangkit-panas-
bumi-butuh-minimal-rp-199-miliar
Gupta, H. Roy, S. (2007). Geothermal Energy: An Alternative Resources For The 21st
Century : Elsevier B.V.
Hamdi. (2016). Energi Terbarukan : Kencana Prenadamedia Group.
Malau, Hasbullah, et al. (2019) Persepsi Masyarakat Terhadap Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Di Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok
Selatan. Vol 10 No. 2.
Mary, Regina Tetty, et al. (2017) Panas Bumi Sebagai Harta Karun Untuk Menuju
Ketahanan Energi. Vol.23, No.2, Hal 217-237.
Padangkita.com. 22 November 2017. Beberapa dampak yang Ditimbulkan Pembangkit
Listrik Geothermal. Diakses pada 22 Oktober 2020.
https://padangkita.com/beberapa-dampak-yang-ditimbulkan-pembangkit-listrik-
geothermal/
Saptadji, N. M. (2001). Teknik Panas Bumi. Bandung, Penerbit ITB.
Setyaningsih, Wahyu. (2011) Potensi Lapangan Panasbumi Gedongsongo Sebagai
Sumber Energi Alternatif Dan Penunjang Perekonomian Daerah. Vol 8 No.1.
Sutriani, Widia, et al. (2020) Strategi Pengembangan Industri Energi Terbarukan
Geothermal Di Kabupaten Pasaman. Vol 1 No 1.
NAMA : AFFAN RAFLI ANDRIANSYAH
NIM : 185060307111009
NO HP : 081918370052