Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN CHRONIC HEART FAILURE (CHF)

Disusun Oleh:

MATIAS PRATAMA SIMANGUNSONG

20317084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI TANGERANG


Jl. Arya Santika No. 40 A, Karawaci, Tangerang-Banten 15113
Telp: (021) 55726558 / 55725974
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Heart Failure (CHF) merupakan sindrom progresif yang


mampu menurunkan kualitas hidup seseorang dan berpengaruh terhadap
bidang ekonomi dan kesehatan (Ramani et al., 2010). Prevalensi kejadian
CHF di penduduk, dengan jumlah kematian 292,2 ribu orang atau 1,2%
(Antman dan Sabatine, 2012). Congestive Heart Failure (CHF) masih
menduduki peringkat yang tinggi. CHF merupakan salah satu penyebab
mortalitas dan morbiditas yang tinggi. WHO (2013) melaporkan bahwa
sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Kajian epidemiologi
menunjukkan bahwa ada 1,5% sampai 2% orang dewasa di Amerika
Serikat menderita Congestive Heart Failure (CHF) terjadi 700.000
perawatan di rumah sakit pertahun.
Sedangkan di Eropa dan Jepang masing-masing terdapat sekitar 6
juta dan 2,5 juta kasus dan hampir 1 juta kasus baru didiagnosa tiap
tahunnya di seluruh dunia. Gagal jantung merupakan salah satu penyakit
jantung yang angka kejadiannya di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Berdasarkan Hasil Riskesdas Kemenkes RI (2013), prevalensi
penyakit jantung coroner di Indonesia mencapai 0,5% dan gagal jantung
sebesar 0,13% dari total penduduk berusia 18 tahun keatas.
Menurut Rosdahl (2015) gagal jantung diderita oleh sekitar 5 juta
orang di Amerika Serikat, dengan 500.000 kasus baru terdiagnosis setiap
tahun. Berlawanan dengan penurunan kematian akibat penyakit
kardiovaskuler lain, insiden gagal jantung dan kematian terkait dengan
gagal jantung telah meningkat dengan stabil sejak 1975. Sekitar 300.000
pasien meninggal karena konsekuensi langsung atau tidak langsung dari
gagal jantung setiap tahun dan jumlah kematian karena gagal jantung terus
meningkat 6 kali lipat setelah 40 tahun. Gagal jantung merupakan penyakit
primer pada orang berusia lanjut, mengenai 6% sampai 10% orang berusia
lebih dari 65 tahun. Penyakit ini juga merupakan kasus terbanyak yang
menyebabkan orang berusia lanjut dirawat di rumah sakit.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang yang dimaksud dengan Chronic Heart Failure (CHF)?

2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharap dalam penulisan makalah ini dapat menjadi


bahanpembelajaran bagi mahasiswa lain terkait proses asuhan
keperawatan pada pasien dengan CHF

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Chronic Heart


Failure (CHF)

b. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan pada pasien


dengan Chronic Heart Failure (CHF)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Gagal jantung sering disebut juga gagal jantung kongestif adalah


ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen
(Muttaqin, 2009). Gagal jantung merupakan suatu kondisi ketika jantung
tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh yang ditentukan sebagai konsumsi oksigen.
Gagal jantung terjadi karena perubahan fungsi sistolik dan diastolik
ventrikel kiri. Jantung mengalami kegagalan sehingga tidak dapat
menangani jumlah darah yang normal atau pada kondisi tidak ada
penyakit, tidak dapat melakukan toleransi peningkatan volume darah
mendadak (misalnya selama latihan fisik). Kegagalan pompa
menyebabkan hipoperfusi jaringan diikuti kongesti pulmonal dan vena
sistemik. Gagal jantung menyebabkan kongesti vaskular sehingga disebut
juga sebagai gagal jantung kongestif (Black dan Hawks, 2014).
Gagal jantung adalah sindrom klinis atau sekumpulan tanda dan
gejala yang ditandai oleh sesak napas dan fatik saat istirahat atau saat
aktivitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung
(Andarmoyo, 2012). CHF adalah sindroma yang terjadi bila jantung
tidakmampu memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolic dan oksigenasi jantung. (Carpenito, 2009)
B. Etiologi

Menurut Black dan Hawks (2014) gagal jantung dapat disebabkan oleh 2
faktor yaitu Farkor intrinsik atau faktor ekstrinsik :

1. Faktor Intrinsik
penyebab paling sering gagal jantung adalah Penyakit Arteri
Koroner (PAK). PAK mengurangi aliran darah melalui arteri
koroner sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke miokardium.
Tanpa oksigen, sel otot tidak dapat berfungsi. Penyebab lain adalah
infark miokardium. Selama infark miokard, miokardium kekurangan
darah dan jaringan mengalami kematian sehingga tidak dapat
berkontraksi.

2. Faktor eksrinsik
Peningkatan afterload misalnya hipertensi, peningkatan volume
sekuncup jantung dari hipovolemia atau peningkatan preload, dan
peningkatan kebutuhan tubuh. Miokardium yang menjadi lemah
tidak dapat menoleransi perubahan volume darah yang memasuki
ventrikel kiri.

C. Manifestasiklinis

Menurut Black, 2014 CHF memiliki beberapa gejala diantaranya:

1. Takikardi

2. Kardiomegali

3. Dyspnea

4. Paroxysimal Nocturnal Dyspnea (PND)

5. Pernafasan cheney stoke

6. Batuk

7. Hypoksia serebri

8. Nyeri abdomen

9. Pembesaran hati

10. Edema perifer

D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yaitu CO = HR X
SV. Curah jantung atau cardiac output adalah fungsi frekuensi jantung atau
heart rate X volume sekuncup atau stroke volume (Smeltzer, 2006).
Menurut Muttaqin (2009) bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,
akibatnya terjadilah gagal jantung. Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi. aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri
dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau
kanan jantung. Sebagai contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan
menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi
paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan
mengalami hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan
menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan
jantung. Ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali
ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal
jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal jantung kanan
adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar
dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena
perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukan siklus gagal
jantung.

E. Data Penunjang
Menurut mutaqin, 2009 pemeriksaan penunjang CHF diantaranya:
1. Foto thorax
2. Ekg
3. Ekokardiografi
4.
F. Diagnosa keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung b.h dengan kegagalan fungsi
jantung
2. Defisit pengetahuan B.h dengan ketidak tahuan penyebab CHF
G. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN

No Dx. Kep SLKI SIKI

1 D.0011 Risiko Setelah dilakukan I.02075 perawatan


Penurunan curah jantung tindakan jantung
keperawatan 1x24
Penyebab : Obeservasi
jam, diharapkan
1. Perubahan irama
curah jantung 1. Indentivikasi
jantung.
meningkat tanda/gejala
2. Perubahan frekuensi
meningkat dengan penurunan
jantung.
hasil curah jantung
3. Perubahan
kontraktilitas. 1. Kekuatan nadi 2. Monitor
4. Perubahan preload. perifer peningkatan
5. Perubahan afterload meningkat TD

2. Takikardia 3. Monitor
menurun saturasi
oksigen
3. Nilai rata-rata
tekanan darah 4. Monitor
membaikipsne keluhan nyeri
a menurun dada

4. Dipsnea 5. Monitor
menurun aritmia

Terapeutik

1. Posisikan
pasien semi
fowler

2. Berikan terapi
relaksasi
untuk
mengurangi
stress

Kolaborasi

1. Kolaborasi
pemberian
anti aritmia

3 D.0111 Defisist Setelah dilakukan Edukasi Prilaku


pengetahuan tindakan Keseha
keperawatan 1x24
Penyebab Observasi
jam, diharapkan
1. Keteratasan toleransi aktivitas 1. Identifikasi
kognitif meningkat kesiapan dan
meningkat dengan kemampuan
2. Gangguan fungsi
hasil: menerima
kognitif
informasi
1. Mengurangi
3. Kekeliruan
tindakan untuk Terapeutikk
mengikuti anjuran
mengurangi
1. Sediakan
4. Kurang terpapar faktor resiko
materi dan
informasi
2. Menerapkan media
5. Kurang minat program pendidikan
dalam belajar perawatan kesehatan

6. Kurang mampu 2. Berikan


mengingat kesempatan
bertanya
7. Ketidaktahuan
menemukan 3. Jelaskan
sumber informasi faktor risiko
yang dapat
mempengaru
hi kesehatan
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

CHRONIC HEART FAILURE (CHF)

A. Pengkajian

1. Nama : Tn. S

2. Umur : 57 tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Tangerang

5. Diagnosa Medis : Hipertensi

6. Tanggal Pengkajian : 20 April 2021

1) ANAMNESE

1. Keluhan Utama ( Alasan MRS )

Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan sesak, terutama


saat beraktivitas

Saat Pengkajian : keluhan sesak nafas, kesadaran CM, Keadaan


umum lemah, klien mengatakan nyeri dada seperti ditekan tetapi
masih bisa beraktifitas, skala nyeri 2, nyeri menjalar ke bahu
belakang nyeri dada terkadang mendadak.

2. Riwayat Penyakit Sekarang : CHF

3. Riwayat Penyakit Yang Lalu : Klien mengatakan memiliki


riwayat hipertensi

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan keluarga tidak


memiliki riwayat penyakit DM, hipertensi, asma, dll.

2) POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Pola Pemenuhan Kebutuhan nutrisi

Saat dirumh: pasien mengatakan dirumah makan 3x sehari dengan


aneka lauk sayur yang beragam, tidak ada gangguan menelan.
Saat di RS: saat dirmah sakit makan pagi hanya habis ½ porsi, makan
siang 1 porsi, makan malam habis ½ porsi

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Pola Eliminasi

Saar dirumah: pasien dapat bereliminasi dengan normal, BAB 1x


setiap hasri bau khas feses, kosistensinya lembek terkadang padat,
BAK setiap hari sebyak kuarang lebih 3-4 kali sehari dengan bau
khas urin, urine berwarna kuning

Saat di RS: Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar seperti


dirumah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Pola istirahat tidur

Saat di rumah: pasien terkadang tidur siang, dan saat malam pasien
tidur jam 22.00 wib

Saat di RS: pasien mengatakan di rs pun tidur sama seperti dirmh


namun saat sakit kepala muncul pasien sulit tidur pasien mengatakan
tidak ada kesulitan untuk tidur

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Pola kebersihan diri/ personal hygine

Saat di Rumah: pasien mengatakan di rumah mandi sebanyak 2x


sehari dengan keramas rambut 1x sehari, dan menggosok gigi
sebanyak 2x sehari

Saat di RS: kegiatan mandi, keramas dan menngosok gigi pasien


dilakukan dengan bantuan perawat sebanyak 1x dalam sehari

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Aktivitas lain : tidak terkaji

3) Riwayat sosial ekomomi

1. Latarbelakang, sosial,budaya, dan spiritual klien

Kegiatan kemasyarakatan : pasien merupakan


ibu rumah tangga, senantiasa bersosialisasi dengan tetangganya
Konflik sosial : pasien mengatakan
tidak ada konflik sosial

Ketaatan klien dalam menjalankan agama :pasien selalu


beribadah dengan taat

Teman dekat yang senantiasa membantu : tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Ekonomi

Siapa yang membiayai perawatan klien : suami dengan


menggunakan bpjs

Apakah ada masalah keuangan dan cara mengatasinya: tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4) PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda-tanda Vital

a. Keadaan umum: lemah

b. Kesadaran: compos metis

c. Suhu: .36,oC

d. Nadi : 78 x/m

e. Tekanan darah: 140 / 100 mmHg

f. Pernafasan:36 x/m

g. Tinggi Badan: 160 cm

h. Berat Badan: 68 Kg

i. Indeks Massa Tubuh) IMT : 26,6

Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas

2. Pemeriksaan Khusus

1. Kepala
a. Rambut:Tidak ada ketombe, rambut berwarna hitam,
tampak muncul rambut beruban sebagian, tidak kusam, dan
tidak lepek.

b. Mata: Mata tampak simetris, iris mata tampak berwarna


kecoklatan dan tidak ada kelainan pada kornea, kelopak
mata tidak tampak oedema, tidak ada perubahan warna
pada sklera, konjungtiva tampak pucat, anemis pergerak
kan mata normal.

c. Hidung: Tidak tampak adanya polips pada lubang hidung


kanan kiri, tidak tampak adanya lesi pada luvang hidung,
tidak ada nyeri tikan pada zigomatikus.

d. Mulut : Tampak bibir normal dan sedikit kering, gigi


tampak bersih tidak ada pembengkakan gusi, tidak ada gigi
palsu, tidak ada bau mulut, warna lidah merah muda, tidak
ada pembengkakan tonsil kanan dan kiri.

e. Telinga:Telinga tampak simetris, terdapat daun telinga,


warna sama dengan warna kulit lainnya dan tidak
menggunakan alat bantu pendengaran,

2. Leher: Bentuk leher simetris, tidak ada jaringan parut, tidak


ada lesi, tidak ada massa, pembengkakan teroid dan vena
jugularis tidak ada.

3. Dada/ thorax

a. Dada: Bentuk thorax normal chest, susunan tulang belakang


normal, bentuk dada simetris, keadan kulit normal, retraksi
intercorta normal, pola napas apnea, ada batuk, sianosis
tidak ada.

b. Paru-paru (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) : Taktil


getaran kanan kiri sama, perkusi sonor, suara nafas
vesikuler, suara ucapan bronkhophoni, tidak ada suara nafas
tambahan.

Masalah keperawatan : pola nafas Tidak efektif

c. Jantung (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi):

1) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


2) Palpasi : palpasi pada dinding torak teraba kuat

3) Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II linea para


sternalis dextra , kanan bawah ICS IV linea para
sternalis dextra, kiri atas SIC II linea para sternalis
sinistra , kiri bawah ICS IV lines medio clavicularis
sinistra

4) Auskultasi : bunyi jantung (BJ) I normal terdengar lup-


dup , irama regular. (BJ) II normal terdengar lup-dup.
tidak ada bunyi jantung tambahan.

4. Abdomen (Inspeksi, Auskultasi, Perkusi, Palpasi): . Tampak


abdomen cembung, tidak ada massa, lesi, tidak ada memar,
iumbilikal menonjol, bising usus terdengar 28x/menit, tidak
ada nyeri tekan. Hasil perkusi timpani.

5. Muskuloskeletal:

1) Extermitas atas

Otot antara kanan dan kiri simetris, tidak ada


deformitas, fraktur tidak ada, tidak ada krepitasi pada
tulang atau sendi, tidak ada luka, oedema dan tidak
terpasang gips.

2) Extermitas bawah

Otot simetris, tidak ada deformitas, tidak ada luka,


oedema dan tidak terpasang gips.

Uji kekuatan otot


4 4
4 4
2
Keterangan : 5 = normal

4 = baik

3 = sedang

2 = buruk

1 = sedikit
0 = tidak ada

6. Lain-lain:

Pemeriksaan penunjang:

1) Rongten : Carrdiomegali

2) EKG : Atrrial fibrilasi

Laboratorium:

Darah Lengkap :

Leukosit : 14.500 ( N : 3.500 – 10.000 / µL )

Eritrosit : 4,55 ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )

Trombosit: 447.000 ( N : 150.000 – 350.000 / µL )

Haemoglobin : 13,8 ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )

Haematokrit : 38 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )

Kimia Darah :

Ureum : 29 ( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin :0,8 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )

Analisa Elektrolit :

Natrium : 133 ( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium : 3,1 ( N ; 3,5 – 5,0 mmol / l )

Clorida : 93 ( N : 98 – 106 mmol / l )

CKMB :3 (N : < 7)

Tropomn T : 0,10 (N : < 1,5)

Analisa Gas Darah

Saturasi Oksigen : 98 % .(N : >90%)

Terapi medik

IVFD : NaCl 0,9% (500mml/ 24 jam)

th/ iv : furrosemid 2 x 1 amp/ iv


th/ oral : candesartan 1x 1 6 mg, digoxin 1 x
1, alfar 1x 2 mg, KSR 3 X 1, ISDN 3 X 5 mg

1. Analisa data

Data Fokus DX. Keperawatan Etiologi

DS:pasien mengatakan D.0005 Pola Nafas Pelemahan ventrikel


sesak dan makin bertamba Tidak Efektif
sesesak saat beraktifitas Sirkulasi paru
terganggu

Gangguan pola nafas


DO: hasil pemeriksaandi
dapatkan hasil 140/80
mmHg; Nadi : 76 x/ mnt,
RR : 38 x/ mnt; Suhu
36oC; BB 68 kg; TB 160
cm

DS: Pasien mengatakan D.0011 Risiko Terganguuan aliran


mudah lemah dan Penurunan curah kejut jantung
memiliki riwayat jantung
hipertensi

Jantung tidak dapat


memompa dengan
DO: dari hasil sempurna
pemeriksaan TD:
140/80dari data penunjang
didapatkan ada
pembesaran jantung

DS: pasien mengatakan D.0056 Intoeransi Kurangnya suplay


badan lemas, jika Aktivitas oksigen
melakukan aktifitas dada
tersa sesak dan nyeri

Mudah kelelahan
DO: hasil pengkajian Tidak dapat
pasien tampak lemah, melakukan aktivitas
konjungtiva tampak harian
anemis, tampak sesak

2. Prioritas Masalah

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kegagalan


ventrikel

b. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan


fungsi jantung

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan oksihgen


dalam tubuh

3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

No Dx. Kep Noc Nic

D.0005 Pola Nafas Setelah dilakukan Menejemen jalan


Tidak Efektif tindakan nafas
keperawatan 1x24
Observasi
jam, diharapkan
toleransi aktivitas 1. Monitor pola
meningkat napas
meningkat dengan
2. Monitor bunyi
hasil:
napas
1. Ventilasi
3. Monitor
bsemenit
sputum
2. Tekanan
Terapeutik
inspirasi
1. Pertahankan
3. Tekanan
kepatenan jalan
ekspirasi
napas
4. Pernafasan
2. Posisikan semi-
cuping hidung
fowler

3. Berikan minum
hangat

4. Lakukan
fisioterafi dads

5. Lakukan
hiperoksigenasi

6. Berikan
oksigen jika
perlu

D.0011 Risiko Setelah dilakukan I.02075 perawatan


Penurunan curah tindakan jantung
jantung keperawatan 1x24
Obeservasi
jam, diharapkan
curah jantung 6. Indentivikasi
meningkat tanda/gejala
meningkat dengan penurunan curah
hasil jantung

5. Kekuatan nadi 7. Monitor


perifer peningkatan TD
meningkat
8. Monitor saturasi
6. Takikardia oksigen
menurun
9. Monitor keluhan
7. Nilai rata-rata nyeri dada
tekanan darah
10. Monitor aritmia
membaikipsne
a menurun Terapeutik

8. Dipsnea 3. Posisikan pasien


menurun semi fowler

4. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
stress
Kolaborasi

2. Kolaborasi
pemberian anti
aritmia

D.0056 Intoleransi Setelah dilakukan I. 05178 Menejemen


Aktivitas tindakan Energi
keperawatan 1x24
Observasi
jam, diharapkan
toleransi aktivitas 1. Identifikasi
meningkat gangguan fungsi
meningkat dengan tubuh
hasil:
2. Monitor pola dan
1. Saturasi jam tidur
oksigen
Terapeutik
2. Kekuatan
1. Sediakan
tubuh bagian
lingkungan yang
atas
nyaman dan
3. Kekuatan rendah stimulus
tubuh bagian
2. Lakukan rentang
bawah
gerak pasif atau
aktif

Edukasi

1. Anjurkan tirah
baring

2. Anjurkan
melakukan
tindakan secara
bertahap

4. Implementasi Keperawatan

a. Hari ke 1
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/ Jam DX. Kep Implementasi

7 April 2021 Menejemen jalan nafas

Pola Nafas Tidak Observasi


efektif
08.30 1. Memonitor pola napas

Hasil: Rr 21 x / menit

2. Memonitor bunyi napas

3. Memonitor sputum

Terapeutik

1. Mempertahankan kepatenan
jalan napas

2. Memposisikan semi-fowler

3. Memberikan minum hangat

4. Melakukan fisioterafi dads

5. Melakukan hiperoksigenasi

6. Memberikan oksigen jika perlu

7 April 2021 I.02075 perawatan jantung

Risiko Penurunan Obeservasi


curah jantung
09.10 1. Mengindentivikasi
tanda/gejala penurunan curah
jantung

2. Memonitor peningkatan TD

3. Memonitor saturasi oksigen

4. Memonitor keluhan nyeri


dada

5. Memonitor aritmia
Terapeutik

1. Memposisikan pasien semi


fowler

2. Memberikan terapi relaksasi


untuk mengurangi stress

Kolaborasi

1. Berkoolaborasi pemberian
anti aritmia

7 April 2021 I. 05178 Menejemen Energi

Intolransi aktivitas Observasi

09.10 1. Mengidentifikasi gangguan


fungsi tubuh

2. Memonitor pola dan jam


tidur

Terapeutik

1. Menyediakan lingkungan
yang nyaman dan rendah
stimulus

2. Melakukan rentang gerak


pasif atau aktif

Edukasi

1. Menganjurkan tirah baring

2. Menganjurkan melakukan
tindakan secara bertahap

5. Evaluasi Keperawatan

EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/ Jam Evaluasi Paraf


DX. Kep

7 april 2021 S: pasien mengatakan masih


sesak,namun lebih baik dari sebelumnya
08.50

O: hasil pemeriksaan RR pasien


Matias Pratama
28x/menit, pasien tampak sesak
Simangunsong

A: masalah pola nafas tidak efektif


belum teratasi

P:lanjutkan intervensi keperawatan

7 april 2021 S: pasien mengatakan badan masih


terasa lemas, sulit beraktivitas dan
09.50
sering pusing

Matias Pratama
O: pasien tampak lemah dari hasil
Simangunsong
pemeriksaan ttv TD: 130/90 mmhg, RR:
28 x/menit S: 36.7 oC, pasien tampak
edema pada kaki

A: masalah keperawatan penurunan


curah jantung belum teratasi

P:lanjutkan intervensi keperawatam


perawatan jantung

7 april 2021 S: pasien mengatakan masih trkesulitan


untuk beraktivitas, badan terasa lemas
10.50

O: hasil pemeriksaan terdapat edema


Matias Pratama
pada kaki,pasien tampak sesak dan
tampak kesulitan beraktifitas Simangunsong

A: masalah intoleransi aktivitas belum


teratasi

P:lanjutkan intervensi keperawatan


menejemen jalan nafas

DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Black, J M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Elsevier
Carpenito, L J. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi


dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi


dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai