Disusun Oleh:
20317084
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Definisi
Menurut Black dan Hawks (2014) gagal jantung dapat disebabkan oleh 2
faktor yaitu Farkor intrinsik atau faktor ekstrinsik :
1. Faktor Intrinsik
penyebab paling sering gagal jantung adalah Penyakit Arteri
Koroner (PAK). PAK mengurangi aliran darah melalui arteri
koroner sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke miokardium.
Tanpa oksigen, sel otot tidak dapat berfungsi. Penyebab lain adalah
infark miokardium. Selama infark miokard, miokardium kekurangan
darah dan jaringan mengalami kematian sehingga tidak dapat
berkontraksi.
2. Faktor eksrinsik
Peningkatan afterload misalnya hipertensi, peningkatan volume
sekuncup jantung dari hipovolemia atau peningkatan preload, dan
peningkatan kebutuhan tubuh. Miokardium yang menjadi lemah
tidak dapat menoleransi perubahan volume darah yang memasuki
ventrikel kiri.
C. Manifestasiklinis
1. Takikardi
2. Kardiomegali
3. Dyspnea
6. Batuk
7. Hypoksia serebri
8. Nyeri abdomen
9. Pembesaran hati
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontraksi jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung yaitu CO = HR X
SV. Curah jantung atau cardiac output adalah fungsi frekuensi jantung atau
heart rate X volume sekuncup atau stroke volume (Smeltzer, 2006).
Menurut Muttaqin (2009) bila cadangan jantung untuk berespons
terhadap stress tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa,
akibatnya terjadilah gagal jantung. Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi. aterosklerosis koroner mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark
Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi
sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme
kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk
alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara
normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun. Ventrikel kanan dan kiri
dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri murni
sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau
kanan jantung. Sebagai contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan
menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi
paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan
mengalami hipertofi dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan
menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena setelah terjadi serangan
jantung. Ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali
ke atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal
jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal jantung kanan
adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar
dari sisi kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena
perifer. Hasil akhirnya adalah semakin berkurangnya volume darah dalam
sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta perburukan siklus gagal
jantung.
E. Data Penunjang
Menurut mutaqin, 2009 pemeriksaan penunjang CHF diantaranya:
1. Foto thorax
2. Ekg
3. Ekokardiografi
4.
F. Diagnosa keperawatan
1. Resiko penurunan curah jantung b.h dengan kegagalan fungsi
jantung
2. Defisit pengetahuan B.h dengan ketidak tahuan penyebab CHF
G. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
2. Takikardia 3. Monitor
menurun saturasi
oksigen
3. Nilai rata-rata
tekanan darah 4. Monitor
membaikipsne keluhan nyeri
a menurun dada
4. Dipsnea 5. Monitor
menurun aritmia
Terapeutik
1. Posisikan
pasien semi
fowler
2. Berikan terapi
relaksasi
untuk
mengurangi
stress
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
anti aritmia
A. Pengkajian
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 57 tahun
4. Alamat : Tangerang
1) ANAMNESE
2. Pola Eliminasi
Saat di rumah: pasien terkadang tidur siang, dan saat malam pasien
tidur jam 22.00 wib
2. Ekonomi
4) PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
c. Suhu: .36,oC
d. Nadi : 78 x/m
f. Pernafasan:36 x/m
h. Berat Badan: 68 Kg
2. Pemeriksaan Khusus
1. Kepala
a. Rambut:Tidak ada ketombe, rambut berwarna hitam,
tampak muncul rambut beruban sebagian, tidak kusam, dan
tidak lepek.
3. Dada/ thorax
5. Muskuloskeletal:
1) Extermitas atas
2) Extermitas bawah
4 = baik
3 = sedang
2 = buruk
1 = sedikit
0 = tidak ada
6. Lain-lain:
Pemeriksaan penunjang:
1) Rongten : Carrdiomegali
Laboratorium:
Darah Lengkap :
Haematokrit : 38 ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
Kimia Darah :
Ureum : 29 ( N : 10 – 50 mg / dl )
Analisa Elektrolit :
CKMB :3 (N : < 7)
Terapi medik
1. Analisa data
Mudah kelelahan
DO: hasil pengkajian Tidak dapat
pasien tampak lemah, melakukan aktivitas
konjungtiva tampak harian
anemis, tampak sesak
2. Prioritas Masalah
3. Rencana Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterafi dads
5. Lakukan
hiperoksigenasi
6. Berikan
oksigen jika
perlu
4. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
stress
Kolaborasi
2. Kolaborasi
pemberian anti
aritmia
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan
tindakan secara
bertahap
4. Implementasi Keperawatan
a. Hari ke 1
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hasil: Rr 21 x / menit
3. Memonitor sputum
Terapeutik
1. Mempertahankan kepatenan
jalan napas
2. Memposisikan semi-fowler
5. Melakukan hiperoksigenasi
2. Memonitor peningkatan TD
5. Memonitor aritmia
Terapeutik
Kolaborasi
1. Berkoolaborasi pemberian
anti aritmia
Terapeutik
1. Menyediakan lingkungan
yang nyaman dan rendah
stimulus
Edukasi
2. Menganjurkan melakukan
tindakan secara bertahap
5. Evaluasi Keperawatan
EVALUASI KEPERAWATAN
Matias Pratama
O: pasien tampak lemah dari hasil
Simangunsong
pemeriksaan ttv TD: 130/90 mmhg, RR:
28 x/menit S: 36.7 oC, pasien tampak
edema pada kaki
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Black, J M dan Jane Hokanson Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Jakarta: Elsevier
Carpenito, L J. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika