Anda di halaman 1dari 8

PENYAKIT SARS

A. Pengertian
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit
pernapasan yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran
pernafasan yang disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-
paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru).
B. Etiologi
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan
kesepakatan bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen
penyebab SARS. Coronavirus berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa
Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau dilihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota.
Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun
tidak langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak). 

C. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family
paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil
pada tinja dan urine pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4
hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk
melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-
paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang
sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak
langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet)
saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat
yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu
merawat penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan
secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara,
misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung
diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita
SARS. Untuk sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-
tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.
Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang
kontak langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih
pada petugas yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan
intubasi atau nebulasi.

D. Tanda Dan Gejala


Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas
pendek-pendek. Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat
dengan pasien penyakit ini, orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di
rontgen terlihat ada pneumonia (radang paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan,
orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa diduga terkena SARS.
Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung henti,
timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua
adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga
menderita SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung
dengan pasien. Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan
terkena penyakit ini. Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun,
trombositnya mungkin juga menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah
menurun dan enzim hati akan meningkat. Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan
alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa berubah. Penelitian terus dilangsungkan
sampai sekarang.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.
2. Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi
pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali
rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena
kekurangan oksigen).
3. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
- Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang
seharusnya terisi udara)
- Gas darah arteri
- Hitung jenis darah dan kimia darah
- Bronkoskopi. 
4. Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5. Pemeriksaan Bakteriologis  :  sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau
transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6. Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8
jam dan sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

F. Penatalaksanaan
1. Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang
adekuat, pemberian multivitamin dan lain-lain.
- Terapi oksigen
- Humidifikasi dengan nebulizer
- Fisioterapi dada
- Pengaturan cairan
- Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
- Obat inotropic
- Ventilasi mekanis
- Drainase empyema
- Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
2. Terapi antibiotic
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur
non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum
tersedia. Antibiotik empiris yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk
menutupi terhadap patogen pernafasan Common per nasional atau pedoman
pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain
efek antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki
sifat, khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah
belum ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi
antibiotik saja.
Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus
PENYAKIT MERS

A. Middle East Respiratory Syndrome (MERS)

adalah suatu subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan
menginfeksi manusia sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus
yang dapat menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus
corona dapat menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat
seperti selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat
(SARS/ Severe Acute Respiratory Syndrome).

Kebanyakan pasien MERS mengalami gangguan pernafasan akut yang parah


dengan gejala demam, batuk, dan sesak. Sekitar 3-4 dari 10 pasien yang dilaporkan
MERS meninggal (CFR 30-40%).

Virus ini diketahui pertama kali menyerang manusia di Jordan pada April
2012, namun kasus yang pertama kali dilaporkan adalah kasus yang muncul di Arab
Saudi pada September 2012. Sampai saat ini, semua kasus MERS berhubungan
dengan riwayat perjalanan menuju, atau menetap, di negara-negara sekitar
Semenanjung Arab. KLB MERS terbesar yang terjadi di luar Semenanjung Arab,
terjadi di Republik Korea Selatan pada 2015. KLB tersebut berhubungan dengan
pelaku perjalanan yang kembali dari Semenanjung Arab.

Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar


terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti
merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari
hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi
reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai factor risiko penularan MERS dari hewan
ke manusia dan dari manusia ke manusia.

B. Gejala, Tanda, Masa Inkubasi MERS

Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom Saluran


Pernapasan Akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan:
demam (98%), menggigil (87%), batuk (83%), dan sesak (72%).

Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan


mual/muntah. Kebanyakan kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti
pneumoni dan gagal ginjal. Sekitar 3-4 dari 10 pasien yang dilaporkan MERS
meninggal. Sebagian besar kasus meninggal karena kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya. Beberapa kasus yang terinfeksi memiliki gejala ringan (seperti flu) atau
tanpa gejala, dan mereka sembuh.

Hingga saat ini, orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada
sebelumnya (disebut juga komorbiditas) dan orang-orang dengan sistem kekebalan
yang lemah lebih cenderung terinfeksi MERS, atau memiliki tingkat keparahan yang
lebih tinggi. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, antara lain diabetes; kanker;
penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

Masa inkubasi MERS (waktu antara saat seseorang terinfeksi MERS hingga
timbul gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, namun bisa berkisar antara 2 sampai 14
hari.

C. Cara Transmisi (Penularan)


Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran
pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum
diketahui dengan pasti.
Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar
terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti
merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari
hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi
reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan MERS
di masyarakat.
 Penularan dari hewan ke manusia.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat
diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi). Hal
tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung atau
tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
 Penularan dari manusia ke manusia
Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan
penularannya dapat melalui :
- Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
- Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

D. Treatment/Penatalaksanaan Kasus
Orang yang dicurigai terinfeksi MERS-Cov harus masuk ke dalam ruang
perawatan isolasi selama munculnya gejala hingga 24 jam setelah gejala hilang
- Tidak ada pengobatan antiviral yang spesifik bagi penderita MERS-Cov.
- Pada umumnya penderita hanya mendapatkan obat untuk meredakan gejala. Pada
kasus yang parah, pengobatan juga termasuk untuk pemulihan fungsi organ-organ
vital.
- MERS-Cov akan muncul sebagai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) berat sehingga pengobatan diberikan sesuai diagnosa tersebut.
- Pada penderita anak dan ibu hamil, harus dilakukan suportif awal dan
pemantauan pasien
- Tatalaksana gangguan napas berat, hipoksemia dan ARDS (Acute Respiratory
Distress Syndrome) :
 Pemberian aliran oksigen dengan konsentrasi tinggi
 Pemberian ventilasi mekanik
 Tindakan intubasi endotrakeal
 Untuk pasien ARDS, menggunakan strategi Lung Protective Strategy
Ventilation (LPV)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta

Jong, W, 2014, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta.

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-syndrome-
mers/2020

Anda mungkin juga menyukai