Disusun Oleh :
Kuswanto G2A220021
B. ETIOLOGI
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan
memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+
dan sel-sel imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara
bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya
virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh
manusia (Pustekkom, 2005)
Anak mendapat infeksi HIV terutama akibat transmisi selama dalam
kandungan, saat persalinan, dan saat mendapat air susu ibu. Bayi dan anak yang
terinfeksi HIV kemungkinan akan berkembang menjadi acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) atau akan tetap asimtomatis sampai
beberapa tahun sebelum terjadi infeksi oportunistik (Irwan, 2018)
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system
imun dalam tubuh ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien
sehingga orang yang terinfeksi HIV akan seumur hidup tetap terinfeksi.
Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada
3-6 minggu setelah infeksi. Selain karena terganggunya system imun, HIV juga
disebabkan oleh penyebarluasan melalui berbagai jalur penularan diantaranya:
1. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah 0,01% sampai 0,07%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum
ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai 30%, sedangkan
jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya mencapai 50%.
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
a. Selama dalam kandungannya (antepartum)
b. Selama persalinan (intrapartum)
c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post
partum)
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar luas.
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain
yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV.
4. Penularan melalui hubungan seks
a. Pelecehan seksual pada anak.
b. Pelacuran anak
Penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV) dari kelompok virus
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui hubungan
seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom.HIV mempunyai kemampuan mengcopy
cetakan materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang
ditumpanginya. Sedangkan menurut Long, penyebab AIDS adalah Retrovirus
yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah,
semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak
(cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan
ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan
transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah,
jarum suntik yang dipakai bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual),
perinatal (intra plasenta dan dari ASI) (Nursalam, 2007). Empat populasi utama
pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV yaitu :
1. Transmisi vertical (menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-
anak yang berusia kurang dari 13 tahun).
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan
hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).
D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan pada anak dan remaja dengan HIV/ AIDS
1. Data Subyektif
a. Keluhan utama dapat berupa :
Demam dan diare yang berkepanjangan
Tachipnae
Batuk
Sesak nafas
Hipoksia
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
Gagal tumbuh
Berat badan menurun
Anemia
Panas berulang
Limpadenopati
Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman,
parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada
immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
b. Riwayat penyakit sekarang, diikuti dengan adanya perubahan :
Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
Diare lebih dan satu bulan
Demam lebih dan satu bulan
Mulut dan faring dijumpai bercak putih
Limfadenopati yang menyeluruh
Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
Dermatitis yang menyeluruh
c. Riwayat penyakit dahulu
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan
d. Riwayat penyakit keluarga, dapat dimungkinkan :
Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS
penyalahgunaan obat
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV (50% tertular)
Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20
dari kehamilan
Adanya penularan pada proses melahirkan
Terjadinya kontak darah dan bayi.
Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife)
f. Riwayat tumbuh kembang
Dapat terjadi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
g. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi dapat tidak lengkap
2. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem penginderaan
1) Pemeriksaan Mata
Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
Retinitis sitomegalovirus
Khoroiditis toksoplasma
Infeksi pada tepi kelopak mata.
Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple
2) Pemeriksaan Mulut
Adanya stomatitis gangrenosa
Peridontitis
Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara
1998)
3) Pemeriksaan Telinga
Adanya otitis media
Adanya nyeri
Kehilangan pendengaran
b. Sistem pernafasan
Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
Sesak nafas
Tachipnea
Hipoksia
Nyeri dada
Nafas pendek waktu istirahat
Gagal nafas
c. Sistem Pencernaan
Berat badan menurun
Anoreksia
Nyeri pada saat menelan
Kesulitan menelan
Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
Faringitis
Kandidiasis esophagus
Kandidiasis mulut
Selaput lendir kering
Hepatomegali
Mual dan muntah
Pembesaran limfa
d. Sistem Kardiovaskular
Suhu tubuh meningkat
Nadi cepat, tekanan darah meningkat
Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat
kardiomiopatikarena HIV
e. Sistem Integumen
Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
Haemorargie
Herpes zoster
Nyeri panas serta malaise
f. Sistem perkemihan
Didapatkan air seni yang berkurang
Annuria
Proteinuria
Adanya pembesaran kelenjar parotis
Limfadenopati
g. Sistem Neurologi
Adanya sakit kepala
Somnolen
Sukar berkonsentrasi
Perubahan perilaku
Nyeri otot, kejang-kejang
Encelopati
Gangguan psikomotor
Penururnan kesadaran
Delirium
Meningitis
Keterlambatan perkembangan
h. Sistem Muskuluskeletal
Nyeri persendian
Letih, gangguan gerak
Nyeri otot
i. Psikososial
Orang tua merasa bersalah, merasa malu, menarik diri dari lingkungan
E. PATHWAYS
G. INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
Gangguan integritas kulit Tidak terjadi kerusakan 1. Kaji status integumen tiap 4
kulit lebih lanjut jam; nilai area yang
Area kulit yang mengalami ekskoriasi, lesi,
mengalami abrasi akan ruam, dan perubahan warna
sembuh dalam waktu 2 2. Laporkan perubahan dari
minggu temuan awal
3. Ganti linen sesuai
kebutuhan, terutama bila
pasien diaphoresis atau
inkontinensia, untuk menjaga
kulit tetap kering dan bersih
4. Gunakan pelindung siku dan
tumit serta matras khusus,
bila pasien tirah baring
5. Anjurkan asupan cairan yang
adekuat, sesuai kondisi fisik
6. Kaji tanda-tanda dehidrasi
atau kelebihan cairan
(edema) tiap 4 jam
Kasus: Seorang anak X berusia 3 th diasuh oleh kakek karena kedua orang tua sudah
meninggal dengan HIV/AIDS. Anak mengalami diare kronis sudah 2 bulan ini,
mukokutan pada seluruh tubuh dan riwayat batuk lama. Anak sering sakit-sakitan, hal
seperti ini sering dialami anak X. Manajer kasus telah menyarankan untuk anak segera
dibawa periksa ke klinik VCT dan Rontgen paru namun kakek yang mengasuh tersebut
menolak dengan alasan “anak sekecil ini belum punya dosa, tidak mungkin kena
penyakit kutukan.”
g. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian sistem penginderaan:
Pada mata : adakah cotton wool spot, sytomegalovirus retinus,
toksoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina, infeksi tepi kelopak
mata, secret berkerak, lesi retina.
Pada mulut: adakah oral thrush akibat jamur,stomatitis gangrenesa,
sarcoma kaposi.
Pada telinga: adakah OMP, kehilangan pendengaran.
2) Sistem Respirasi:
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu , hipoxia,
nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagalnafas.
3) Sistem pencernaan:
BB menurun,anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak
putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis
esophagus, candidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati,
mual, muntah, colitis akibat diare kronik, pembesaran limpha.
4) Sistem Kardiovaskuler:
Nadi cepat, tekanan darah meningkat,CHF
5) Sistem integumen:
Variccla, herpes zooster,scabies
6) Sistem perkemihan:
Anuria,proteinuria
7) Sistem endokrin:
Pembesaran kelenjar parotis, limphadenopathi, pembesaran kelenjar
yangmenyeluruh.
8) Sistem neuromuskuler:
Sakit kepala, penurunan kesadaran, sukarkonsentrasi,kejang–kejang,
ensephalopati,gangguan psikomotor, meningitis, keterlambatan
perkembangan, nyeri otot.
9) Sistem muskuloskeletal:
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, ataksia.
10) Psikososial
Kakek anak X masih denial. Kaji situasi keluarga termasuk jumlah
orang yang terkena atau berisiko terinfeksi HIV dan situasi
kesehatannya.
a) Identifikasi orang yang mengasuh anak ini dan kesediaannya untuk
mematuhi pengobatan ARV dan pemantauannya.
b) Kaji pemahaman keluarga mengenai infeksi HIV dan
pengobatannya serta informasi mengenai status infeksi HIV dalam
keluarga.
c) Kaji status ekonomi, termasuk kemampuan untuk membiayai
perjalanan ke klinik, kemampuan membeli atau menyediakan
tambahan makanan untuk anak yang sakit dan kemampuan
membayar bila ada penyakit yang lain.
b. Diare
1) Evaluasi jenis intake makanan
2) Monitor kulit sekitar perianal t e r h a d a p adanya iritasi
d a n ulserasi
3 ) S a ra nk an pa da k e l u a r g a penggunaan obat anti diare
4) Instruksikan pada keluarga untuk mencatat warna, frekuensi dan
konsistensi feses
5) K o l a b o r a s i m e d i s j i k a t a n d a d a n gejala diare menetap
6) Monitor turgor kulit dan mukosaoral sebagai indikator dehidrasi
7) K o n s u l t a s i d e n g a n a h l i g i s i untuk diet yang tepat
c. Defisit pengetahuan
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
3) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
4) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
BAB III
PEMBAHASAN
Human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sel yang berperan
penting dalam system kekebalan tubuh manusia sehingga mengakibatkan kekebalan
tubuh menurun. Karena system kekebalan tubuhnya menurun secara bertahap yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi
seperti bakteri, jamur, parasit dan virus (Praticia Gitta Naully, 2018).
Anak juga memiliki system kekebalan tubuh yang belum sempurna dan kuat
dibandingkan orang dewasa. Jadi, jika system imun lemah tubuh tidak dapat
mempertahankan diri dari virus, bakteri, jamur dan parasit sehingga menyebabkan anak
menjadi sering sakit-sakitan. Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis
sampai terjadi penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare kronik,
mukokutan pada seluruh tubuh, dan riwayat batuk lama. Kebanyakan anak dengan
infeksi HIV-1 terdiagnosis antara umur 2 bulan dan 3 tahun.
Dari kasus tersebut karena orangtua sudah meninggal, sudah diketahui bahwa
mekanisme penularan HIV itu melalu cairan tubuh yang salah satunya melalui darah
dan plasenta kemungkinan paparan infeksi dari ibu ke bayi bisa dari saat kehamilan dan
persalinannya, mungkin ibu tidak meminum obat ARV secara teratur, atau mungkin ibu
memaksakan melahirkan secara pervaginam. Ada kemungkinan anak X tertular dari
kedua orangtuanya yang positiv HIV . Lebihdari 90% anak yang terinfeksi HIV
didapat dari ibunya, penularan melalui ibu kepada anaknya. Transmisi vertical dapat
terjadi secara transplasental, antepartum, maupun postpartum.
Pengkajian bagi seorang pasien yang telah terdiagnosa terinfeksi HIV, pengkajian
yang spesifik sangat diperlukan, dan pengkajian tersebut seharusnya mencakup tinjauan
tentang tanda dan gejala penyakit, kemampuan fungsional (kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari), keamanan, sistem pendukung, kondisi finansial,
perilaku-perilaku yang berisiko, lingkungan tempat tinggal, serta pemahaman terkait
proses penyakit, metode transmisi penyakit, dan aturan pengobatan (de Wit dan
Kumagai, 2013). Data-data subyektif dan obyektif yang harus diperoleh dari pasien HIV
tertera pada tabel 3. Pengkajian keperawatan berulang dari waktu ke waktu merupakan
hal yang esensial, karena keadaan pasien selalu mengalami perubahan.Deteksi dan
tatalaksana dini dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV dan mencegah
terjadinya infeksi baru. Riwayat kesehatan yang lengkap dan pemeriksaan sistem tubuh
secara teliti dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah secara
tepat waktu (Lewis, et al., 2017).
Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan anak dengan HIV/AIDS yang lebih
ditekankan adalah pengkajian tentang tumbuh kembang anak. Mengkaji keadaan
perkembangan anak usia 1 bulan – 72 bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor
perkembangan pada anak yang meliputi : motoric kasar, motoric halus, bicara /
bahasadansosialisasi / kemandirian (Kementerian 14 kesehetan RI, 2016). Selain
mengkaji tumbuh kembang anak dalam pengkajian juga harus dikaji terkait riwayat
penyakit dalam keluarga anak tersebut, riwayat kehamilan atau proses persalinan, dan
kaji terkait situasi didalam keluarga
Pada kasus diatas gejala dan keluhan pasien sesuai dengan manifestasi klinik
HIV.yaitu adanya diare lama riwayat bartuk lama dan kulit mukokutan. Hanya saja data
penunjang pendukiung tidak ada karena petugas kesehatan baru menyarankan keluarga
untuk membawa an X ke klinik VCT dan dilakukan foto thoraks
Pada kasus diatas didapatkan data bahwa kakek masih mengalami Denial
(penyangkalan) dimana seseorang pada tahap ini cenderung berpura-pura tidak tahu atau
tidak mau mengakui bahwa sesuatu telah terjadi. Dalam tahap penyangkalan, kita masih
merasa terguncang dan secara sadar tidak mau menerima kenyataan. Kita masih
menganggap semuanya baik-baik saja dan kabar duka yang kita terima adalah sebuah
kebohongan. Kita melakukan penyangkalan untuk menghilangkan rasa sakit dan
menghibur diri sendiri.
Pada tahap pengambilan diagnose keperawatan dari kasus An X didapat 3
diagnosa yaitu diare, kerusakan intergritas kulit dan kurang pengetahuan. Pengambilan
diagnose disesuaikan dengan data yang ada didalam kasus tersebut
Pasien HIV positif dapat memiliki masalah signifikan terkait dengan finansial,
pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan mental, penyalahgunaan zat, atau masalah
kesehatan lain (de Wit dan Kumagai, 2013). Karena itu, perencanaan keperawatan dapat
membantu pasien dalam hal: (1). Mematuhi regimen terapi; (2). Mengadopsi gaya hidup
sehat, termasuk menghindari paparan terhadap infeksi menular seksual dan penyakit
yang ditularkan melalui perantaraan darah lainnya; (3). Melindungi orang lain dari
tertular infeksi HIV; (4). Mempertahankan dan atau mengembangkan hubungan yang
sehat dan suportif; (5). Mempertahankan aktivitas dan produktivitas; (6).
Mengeksplorasi hal-hal terkait dengan spiritualitas; (7). Menerima segala persoalan
terkait dengan penyakit, kecacatan, dan kematian; dan (8). Mengatasi gejala-gejala yang
disebabkan oleh HIV dan pengobatannya (Lewis, et al., 2017).