Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KEPERAWATAN HIV/AIDS

DISKUSI KELOMPOK KASUS 2 : KONSEP ASKEP ANAK HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Nani Karniawati G2A220015

Indah Sekar Mustika G2A220017

Dien Avianie G2A220018

Miftakul Jannah G2A220019

Minarti Dian Utami G2A220020

Kuswanto G2A220021

Syifa Mubarrok G2A220028

Silvy Andriani G2A220032


PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
BAB I
KONSEP DASAR

A. DEFINISI DAN KLASIFIKASI


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang
menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4 di permukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang
berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel pejamu
dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi pejamu.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit
virusyang menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan oleh infeksi
immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan penderita kematian
dalam 10 tahun setelah diagnosis (Corwin, 2009).AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala penyakit akibat
turunnya kekebalan tubuh individu akibat HivN (Hasdianah dkk, 2014).
Klasifikasi dibagi menjadi beberapa fase yaitu :
1. Fase 1
Umur infeksi 1–6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan
terinfeksi. Tetapi ciri – ciri terinfeksi belum terlihat meskipun melakukan tes
darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum terbentuk. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala–gejala ringan, seperti flu (biasanya 2–3 hari dan
sembuh sendiri).
2. Fase 2
Umur infeksi: 2–10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala–gejala
ringan, seperti flu (biasanya 2–3 hari dan sembuh sendiri).
3. Fase 3
Mulai muncul gejala – gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.
Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh–sembuh, nafsu makan berkurang dan badanmenjadi
lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang.
4. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru –
paru yang menyebabkan radang paru – paru dan kesulitan bernafas, kanker,
khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang
menyebabkan diare parah berminggu – minggu, dan infeksi otak yang
menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi,
2014).

B. ETIOLOGI
HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang melekat dan
memasuki limfosit T helper CD4+. Virus tersebut menginfeksi limfosit CD4+
dan sel-sel imunologik lain dan orang itu mengalami destruksi sel CD4+ secara
bertahap (Betz dan Sowden, 2002). Infeksi HIV disebabkan oleh masuknya
virus yang bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus) ke dalam tubuh
manusia (Pustekkom, 2005)
Anak mendapat infeksi HIV terutama akibat transmisi selama dalam
kandungan, saat persalinan, dan saat mendapat air susu ibu. Bayi dan anak yang
terinfeksi HIV kemungkinan akan berkembang menjadi acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) atau akan tetap asimtomatis sampai
beberapa tahun sebelum terjadi infeksi oportunistik (Irwan, 2018)
Etiologi atau penyebab dari HIV/AIDS karena terganggunya system
imun dalam tubuh ODHA. Partikel virus bergabung dengan sel DNA pasien
sehingga orang yang terinfeksi HIV akan seumur hidup tetap terinfeksi.
Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas seperti demam, nyeri
menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam dan lain sebagainya pada
3-6 minggu setelah infeksi. Selain karena terganggunya system imun, HIV juga
disebabkan oleh penyebarluasan melalui berbagai jalur penularan diantaranya:
1. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah 0,01% sampai 0,07%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum
ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi 20% sampai 30%, sedangkan
jika gejala AIDS sudah jelas maka kemungkinannya mencapai 50%.
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui kontak antara
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Penularan dari ibu ke anak yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
a. Selama dalam kandungannya (antepartum)
b. Selama persalinan (intrapartum)
c. Bayi baru lahir terpajan oleh cairan tubuh ibu yang terinfeksi (post
partum)
d. Bayi tertular melalui pemberian ASI
2. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/ AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar luas.
3. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum dan alat-alat lain
yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan
langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV.
4. Penularan melalui hubungan seks
a. Pelecehan seksual pada anak.
b. Pelacuran anak

Penyebab dari AIDS adalah suatu agen viral (HIV) dari kelompok virus
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah melalui hubungan
seksual dan mempunyai aktivitas yang kuat terhadap limfosit T yang berperan
dalam mekanisme pertahanan tubuh manusia. HIV merupakan Retrovirus yang
menggunakan RNA sebagai genom.HIV mempunyai kemampuan mengcopy
cetakan materi genetic dirinya ke dalam materi genetic sel-sel yang
ditumpanginya. Sedangkan menurut Long, penyebab AIDS adalah Retrovirus
yang telah terisolasi cairan tubuh orang yang sudah terinfeksi yaitu darah,
semen, sekresi vagina, ludah, air mata, air susu ibu (ASI), cairan otak
(cerebrospinal fluid), cairan amnion, dan urin. Darah, semen, sekresi vagina dan
ASI merupakan sarana transmisi HIV yang menimbulkan AIDS. Cairan
transmisi HIV yaitu melalui hubungan darah (transfusi darah/komponen darah,
jarum suntik yang dipakai bersama-sama), seksual (homo bisek/heteroseksual),
perinatal (intra plasenta dan dari ASI) (Nursalam, 2007). Empat populasi utama
pada kelompok usia pediatrik yang terkena HIV yaitu :
1. Transmisi vertical (menimbulkan lebih dari 85% kasus AIDS pada anak-
anak yang berusia kurang dari 13 tahun).
2. Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan
hemofilia).
3. Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku risiko tinggi.
4. Bayi yang mendapat ASI (terutama di negara-negara berkembang).

C. TANDA DAN GEJALA


Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat bervariasi. Beberapa anak
dengan HIV-positif menunjukkan keluhan dan terkait HIV yang berat pada
tahun pertama kehidupannya. Anak dengan HIV-positif lainnya mungkin tetap
tanpa gejala atau dengan gejala ringan selama lebih dari dan tahan hidup sampai
beberapa tahun.manifestasi klinik menurut WHO dibagi beberapa stadium yaitu:
1. Stadium klinis 1
 Asimtomatik
 Limfadenopati generalisata persisten
2. Stadium klinis 2
 Hepatosplenomegali persisten yang tidak dapat dijelaskan
 Erupsi pruritik papular
 Infeksi virus wart luas
 Angular cheilitis
 Moluskum kontagiosum luas
 Ulserasi oral berulang
 Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak dapat dijelaskan
 Eritema ginggival lineal
 Herpes zoster
 Infeksi saluran napas atas kronik atau berulang (otitis media, otorrhoea,
sinusitis, tonsillitis)
 Infeksi kuku oleh fungus
3. Stadium klinis 3
 Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons secara
adekuat terhadap terapi standar
 Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)
 Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (lebih dari 37,5 C
intermiten atau konstan, >1 bulan)
 Kandidosis oral persisten (di luar saat 6-8 minggu pertama kehidupan)
 Oral hairy leukoplakia
 Periodontitis/ginggivitis ulseratif nekrotikans akut
 TB kelenjar
 TB Paru
 Pneumonia bakterial yang berat dan berulang
 Pneumonistis interstitial limfoid simtomatik
 Penyakit paru-berhubungan dengan HIV yangkronik termasuk
bronkiektasis
 Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8g/dl ),neutropenia (<500/mm3)
atau trombositopenia(<50 000/ mm3)
4. Stadium klinis 4
 Malnutrisi, wasting, dan stunting berat yang tidakdapat dijelaskan dan
tidak berespons terhadapterapi standar
 Pneumonia pneumosistis
 Infeksi bakterial berat yang berulang (misalnyaempiema, piomiositis,
infeksi tulang dan sendi,meningitis, kecuali pneumonia)
 Infeksi herpes simplex kronik (orolabial ataukutaneus >1 bulan atau
viseralis di lokasimanapun)
 TB ekstrapulmonar
 Sarkoma Kaposi
 Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, atauparu)
 Toksoplasmosis susunan saraf pusat (di luar masa neonatus)Ensefalopati
HIV
 Infeksi sitomegalovirus (CMV), retinitis atau infeksi CMV pada organ
lain, dengan onset umur >1 bulan
 Kriptokokosis ekstrapulmonar termasuk meningitis
 Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis,coccidiomycosis)
 Kriptosporidiosis kronik (dengan diarea)
 Isosporiasis kronik
 Infeksi mikobakteria non-tuberkulosis diseminata
 Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang
simtomatik
 Limfoma sel B non-Hodgkin atau limfomaserebral
 Progressive multifocal leuko encephalopathy

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan pada anak dan remaja dengan HIV/ AIDS
1. Data Subyektif
a. Keluhan utama dapat berupa :
 Demam dan diare yang berkepanjangan
 Tachipnae
 Batuk
 Sesak nafas
 Hipoksia
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 Panas berulang
 Limpadenopati
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman,
parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada
immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat
menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
b. Riwayat penyakit sekarang, diikuti dengan adanya perubahan :
 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
 Diare lebih dan satu bulan
 Demam lebih dan satu bulan
 Mulut dan faring dijumpai bercak putih
 Limfadenopati yang menyeluruh
 Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
 Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
 Dermatitis yang menyeluruh
c. Riwayat penyakit dahulu
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas
yang tidak steril
 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti
pasangan
d. Riwayat penyakit keluarga, dapat dimungkinkan :
 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS
 penyalahgunaan obat
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV (50% tertular)
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20
dari kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife)
f. Riwayat tumbuh kembang
Dapat terjadi kegagalan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
g. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi dapat tidak lengkap

2. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem penginderaan
1) Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple
2) Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara
1998)
3) Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
 Kehilangan pendengaran
b. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
c. Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
 Faringitis
 Kandidiasis esophagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Pembesaran limfa
d. Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat
kardiomiopatikarena HIV
e. Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
f. Sistem perkemihan
 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
g. Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot, kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
h. Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot
i. Psikososial
Orang tua merasa bersalah, merasa malu, menarik diri dari lingkungan
E. PATHWAYS

Transfusi darah Penularan secara Secara parenteral


yang terpapar vertikel dari ibu melalui tusukan
virus HIV dengan HIV jarum

Pasien terinfeksi HIV

Virus beredar dalam darahatau jaringan mukosa

Virus menginfeksi sel ygmempunysi molekul CD4

Masuk kedalam sel targetdan mereplikasi diri

Sel yg terinfeksi mengalami oportunistik

Resiko Imunitas tubuh menurun Invasi bakteri


Infeksi
Tubuh rentan terhadap infeksi oportunistik

Infeksi pada sistempencernaan Herpes simplex infeksi pada paru

Infeksi jamur infeksi bakteri Menyerang mulut,esofagus,gentalia,rectal proses inflamasi

Diare kronis Kerusakan hipersekresi sputum


Peradangan mulut
diare
output cairan integritas kulit
Sulit menelan meningkat Bersihan jalan napas
inefektif

Perubahan nutrisi: Kekurangan volume


kurang dari kebutuhan cairan tubuh
tubuh.

Perasaan malu Kurang pengetahuan


menarik diri
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan
3. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan hipersekresi sputum
4. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan meningkatnya output
cairan
5. Diare berhubungan dengan infeksi bakteri
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan infeksi oportunistik
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman akan
penyakit

G. INTERVENSI
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI
Gangguan integritas kulit  Tidak terjadi kerusakan 1. Kaji status integumen tiap 4
kulit lebih lanjut jam; nilai area yang
 Area kulit yang mengalami ekskoriasi, lesi,
mengalami abrasi akan ruam, dan perubahan warna
sembuh dalam waktu 2 2. Laporkan perubahan dari
minggu temuan awal
3. Ganti linen sesuai
kebutuhan, terutama bila
pasien diaphoresis atau
inkontinensia, untuk menjaga
kulit tetap kering dan bersih
4. Gunakan pelindung siku dan
tumit serta matras khusus,
bila pasien tirah baring
5. Anjurkan asupan cairan yang
adekuat, sesuai kondisi fisik
6. Kaji tanda-tanda dehidrasi
atau kelebihan cairan
(edema) tiap 4 jam

Ketidakseimbangan Tidak mengalami kehilangan 1. Kaji kemampuan pasien


nutrisi; kurang dari berat badan lebih lanjut untuk memasukkan makanan
kebutuhan tubuh dalam mulut, mengunyah,
dan menelan
2. Monitor berat badan
setidaknya 2 kali dalam
seminggu
3. Catat asupan dan haluaran
nutrisi
4. Berikan antiemetik sesuai
order
5. Kaji ketersediaan makanan
6. Kaji kemampuan pengasuh
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien
7. Berikan suplemen diet jika
dibutuhkan

Risiko Infeksi Menunjukkan tidak ada 1. Monitor suhu tubuh setiap


tanda-tanda infeksi; suhu hari
tubuh dalam batas normal 2. Monitor adanya tanda-tanda
infeksi dan gejala-gejala
infeksi oprtunistik
3. Kaji tanda-tanda dehidrasi
dan perubahan status mental
Kekurangan Volume ❖Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake
Cairan ❖Hydration dan output yang akurat
Berhubungan dengan: ❖Nutritional Status : Food 2. Monitor status hidrasi
- Kehilangan volume and Fluid Intake (kelembaban membran
cairan secara aktif ❖ Mempertahankan urine mukosa, nadi adekuat,
- Kegagalan output sesuai dengan tekanan darah ortostatik)
mekanisme usia dan BB, BJ urine 3. Monitor hasil lab yang
pengaturan normal, sesuai dengan retensi
❖Tekanan darah, nadi, cairan (BUN, Hmt,
DS : suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin, albumin,
Haus normal total protein)
DO: ❖Tidak ada tanda tanda 4. Monitor vital sign setiap
- Penurunan turgor dehidrasi, Elastisitas 15menit – 1 jam
kulit/lidah turgor kulit baik, 5. Kolaborasi pemberian
- Membran membran mukosa cairan IV
mukosa/kulit kering lembab, tidak ada rasa 6. Monitor status nutrisi
- Peningkatan denyut haus yang berlebihan 7. Berikan cairan oral
nadi, penurunan ❖Orientasi terhadap waktu 8. Berikan penggantian
tekanan darah, dan tempat baik nasogatrik sesuai output
penurunan ❖Jumlah dan irama (50 – 100cc/jam)
volume/tekanan pernapasan dalam batas 9. Dorong keluarga untuk
nadi normal membantu pasien makan
- Pengisian vena ❖Elektrolit, Hb, Hmt 10. Kolaborasi dokter jika
menurun dalam batas normal tanda cairan berlebih
- Perubahan status ❖ pH urin dalam batas muncul meburuk
mental normal 11. Atur kemungkinan
- Konsentrasi urin ❖ Intake oral dan tranfusi
meningkat intravena adekuat 12. Persiapan untuk tranfusi
- Temperatur tubuh 13. Pasang kateter jika perlu
meningkat 14. Monitor intake dan urin
- Kehilangan berat output setiap 8 jam
badan secara tiba-
tiba
- Penurunan urine
output
- HMT meningkat
- Kelemahan
Bersihan Jalan Nafas ❖ Respiratory status : 1. Berikan O2 sesuai
tidak efektif Ventilation kebutuhan
berhubungan dengan: ❖ Respiratory status : 2. Anjurkan pasien untuk
- Infeksi, Airway patency istirahat dan napas dalam
disfungsi ❖ Aspiration Control 3. Posisikan pasien untuk
neuromuskular, Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
hiperplasia dinding keperawatan selama 4. Lakukan fisioterapi dada
bronkus, alergi jalan …………..pasien jika perlu
nafas, asma, trauma menunjukkan 5. Keluarkan sekret dengan
- Obstruksi keefektifan jalan nafas batuk atau suction
jalan nafas : spasme dibuktikan 6. Auskultasi suara nafas,
jalan nafas, sekresi dengan kriteria hasil : catat adanya suara
tertahan, banyaknya ❖ Mendemonstrasikan tambahan
mukus, adanya jalan batuk efektif dan suara 7. Berikan bronkodilator
nafas buatan, sekresi nafas yang bersih, tidak 8. Monitor status
bronkus, adanya ada sianosis dan hemodinamik
eksudat di alveolus, dyspneu 9. Berikan pelembab udara
adanya benda asing di (mampu mengeluarkan Kassa basah NaCl
jalan nafas. sputum, bernafas Lembab
dengan mudah, tidak 10. Berikan antibiotik
DS: ada pursed lips) 11. Atur intake untuk cairan
- Dispneu ❖Menunjukkan jalan nafas mengoptimalkan
DO: yang paten (klien tidak keseimbangan.
- Penurunan suara merasa tercekik, 12. Monitor respirasi dan
nafas frekuensi pernafasan status O2
- Orthopneu dalam rentang normal, 13. Pertahankan hidrasi yang
- Cyanosis tidak ada suara nafas adekuat untuk
- Kelainan suara nafas abnormal) mengencerkan sekret
(rales, wheezing) ❖ Mampu 14. Jelaskan pada pasien dan
- Kesulitan berbicara mengidentifikasikan keluarga tentang
- Batuk, dan mencegah faktor penggunaan
- tidak efekotif atau yang penyebab. 15. peralatan : O2, Suction,
tidak ada Produksi ❖ Saturasi O2 dalam batas Inhalasi.
sputum normal
- Gelisah ❖ Foto thorak dalam batas
- Perubahan frekuensi normal
dan irama nafas
Kurang pengetahuan Knowledge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan
berhubungan process pasien dan keluarga
dengan - Knowledge: health 2. Jelaskan patofisiologi
- Keterbatasan Behavior dari penyakit dan
kognitif Setelah dilakukan tindakan bagaimana hal ini
- Interpretasi terhadap keperawatan selama berhubungan dengan
informasi yang ………..pasien anatomi dan fisiologi,
salah menunjukkan pengetahuan dengan cara yang tepat.
- Kurangnya tentang proses penyakit 3. Gambarkan tanda dan
keinginan untuk dengan kriteria hasil: gejala yang biasa muncul
mencari informasi - Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan
- Tidak mengetahui menyatakan pemahaman cara yang tepat
sumber-sumber tentang penyakit, kondisi, 4. Gambarkan proses
informasi prognosis dan program penyakit, dengan cara
pengobatan yang tepat
DS - Pasien dan keluarga 5. Identifikasi kemungkinan
- Menyatakan secara mampu melaksanakan penyebab, dengan cara
verbal adannya prosedur yang dijelaskan yang tepat
masalah secara benar 6. Sediakan informasi pada
DO - Pasien dan keluarga pasien tentang kondisi,
- Ketidak akuratan mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
mengikuti instruksi kembali apa yang 7. Sediakan bagi keluarga
- Prilaku tidak sesuai dijelaskan perawat/tim informasi tentang
kesehatan lainnya kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
10.Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Diare berhubungan Bowl elimination Diare Management
dengan proses infeksi, Fluid Balance 1. Kelola
pemeriksaan
inflamasi, iritasi, Hidration
k u l t u r   sensitifitas
malabsorbsi, parasit Elektrolit dan Acid Base feses
2. Eva l u a s i
DS: Balance
pengobatan
• Nyeri perut y a n g  berefek samping
gastrointestinal
• Urgensi Setelah dilakukan tindakan
3. Evaluasi jenis intake
• Kejang perut keperawatan selama........ diare makanan
4. Monitor kulit sekitar
pasien teratasi dengan
perianal t e r h a d a p
DO: kriteria hasil: adanya iritasi
d a n ulserasi
• Lebih dari 3x BAB Tidak ada diare 5 . S a ra nk an
perhari Feses tidak ada darah dan pa da
k e l u a r g a  penggu
• Bising usus hiperaktif mucus naan obat anti diare
nyeri perut tidak ada 6. Instruksikan pada
keluarga untuk
Pola BAB normal mencatat warna,
Elektrolit normal frekuensi dan konsistensi
feses
Asam basa normal 7. Ajar k a n p a d a p a s i e n
Hidrasi baik (membran t e h n i k    pengurangan
stress jika perlu
mukosa lembab, tidak panas, 8. Kolaborasi jika
vital sign normal, dan urin t a n d a d a n gejala
diare menetap
output dalam batas normal) 9. Monitor hasil laborat
(elektrolit dan leukosit)
10. Monitor turgor kulit
dan mukosaoral sebagai
indikator dehidrasi
11. Konsultasi dengan
a h l i g i s i untuk diet yang
tepat
BAB II
LAPORAN HASIL TEMUAN

Kasus: Seorang anak X berusia 3 th diasuh oleh kakek karena kedua orang tua sudah
meninggal dengan HIV/AIDS. Anak mengalami diare kronis sudah 2 bulan ini,
mukokutan pada seluruh tubuh dan riwayat batuk lama. Anak sering sakit-sakitan, hal
seperti ini sering dialami anak X. Manajer kasus telah menyarankan untuk anak segera
dibawa periksa ke klinik VCT dan Rontgen paru namun kakek yang mengasuh tersebut
menolak dengan alasan “anak sekecil ini belum punya dosa, tidak mungkin kena
penyakit kutukan.”

1. Tanda dan gejala anak HIV/AIDS


Anak X mengalami diare kronis sudah 2 bulan, mukokutan pada seluruh tubuh,
riwayat batuk lama, anak sering sakit - sakitan. Sesuai tinjauan teori di atas, tanda
dan gejala yang dialami anak X mengarah ke suspek penyakit HIV AIDS stadium
klinis 3 menurut WHO. Adanya diare kronis dan mukokutan pada tubuh
mengindikasikan adanya infeksi oportunistik akibat serangan virus yang disertai
dengan penurunan imun anak. Sedangkan riwayat batuk lama dapat merujuk pada
inflamasi paru akibat serangan virus yang menyebabkan anak mengalami
pneumonia.

2. Rute penularan HIV/AIDS pada anak


Anak X dapat dicurigai tertular HIV/AIDS dari ibu atau ayahnya karena adanya
riwayat orang tua yang meninggal karena HIV/AIDS. Penularan HIV pada bayi dan
anak bisa terjadi dari ibu ke anak, penularan melalui darah, dan penularan melalui
hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak).Perlu dikaji lebih mendalam
tentang:
a. Riwayat kehamilan sang ibu. Bila ibu sudah positif HIV saat mengandung, anak
X bisa tertular melalui uteri selama masa kehamilan.
b. Riwayat kelahiran anak X. Bila ibu anak X melalui persalinan normal, maka
besar risiko anak X tertular sewaktu dilahirkan. Selama proses persalinan HIV
melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa
bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses
kelahiran, semakin besar pula risiko penularan.
c. Riwayat pemberian ASI pada anak X. Terdapat bukti bahwa risiko tambahan
terhadap penularan HIV melalui pemberian ASI antara 5–20%. HIV dapat
ditularkan melalui ASI selama proses laktasi, sehingga tingkat infeksi pada bayi
yang menyusu meningkat seiring dengan lamanya menyusu.
d. Hubungan keluarga anak X. Disini bisa dikaji kondisi keluarga dan pola asuh
anak X dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dimungkinkan terjadi pelecehan
seksual pada anak X sewaktu orang tua masih hidup sehingga menyebabkan
resiko anak X tertular.

3. Kondisi yang dialami oleh kakek tersebut sebagai pengasuh


Ada beberapa tahapan berduka menurut Kubler-Ross, yaitu:
a. Penyangkalan/Denial
Dalam tahap penyangkalan, kita masih merasa terguncang dan secara sadar
tidak mau menerima kenyataan.Kita masih menganggap semuanya baik-baik
saja dan kabar duka yang kita terima adalah sebuah kebohongan.Kita
melakukan penyangkalan untuk menghilangkan rasa sakit dan menghibur diri
sendiri.
b. Marah/Anger
Setelah melewati tahap penyangkalan, kita akan berada pada tahap kemarahan.
Kita marah karena hal-hal buruk terjadi pada kita dan merasa seolah Tuhan
berlaku tidak adil.
c. Menawar/Bargaining
Kita tak lagi merasa terkejut, menyangkal dan marah, tapi kita mulai bertanya-
tanya.Kita berupaya untuk menerima kenyataan, namun masih sulit. Dalam
tahap ini, kita mulai berandai-andai bahwa kita akan berubah dan menjalani
hidup yang lebih baik, asalkan kita tidak lagi kehilangan orang yang kita
sayangi
d. Depresi/Depression
Tahap menawar usai, selanjutnya kita memasuki babak baru: depresi. Kita
sudah hampir meninggalkan masa lalu dan mulai menata hidup di masa kini.
Tak terduga, ada perasaan kosong yang masuk dengan sendirinya dan kita akan
memasuki tingkat kesedihan yang lebih dalam
e. Penerimaan/Acceptance
Di tahap terakhir dalam berduka, Kubler Ross mencetuskan teori tentang
penerimaan. Di tahap ini, kita mulai bisa menerima kenyataan.Rasa kehilangan
yang kita rasakan tidak lagi menyakitkan seperti dulu, namun justru menjadi
pemicu pendewasaan diri kita. Memang, tidak mudah untuk sampai di tahap
ini, bahkan tidak semua orang bisa.
Kondisi yang dialami oleh kakek anak X dapat disimpulkan sebagai tahapan denial.
Hal ini bisa disebabkan akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit HIV/AIDS
karena merasa penyakit HIV/AIDS penyakit “kutukan“ yang ditujukan kepada
cucunya atas dosa orang tuanya.

4. Penyebab anak HIV/AIDS sering sakit sakitan


Anak-anak memiliki system kekebalan tubuh yang masih berkembang.
Namun seiring bertambahnya usia anak, system kekebalan tubuhnya akan semakin
kuat. Hal ini seharusnya membuat anak dapat terhindar dari penyakit. Akan tetapi
pada anak dengan HIV/AIDS terjadi kelemahan system kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.Human immunodeficiency virus adalah virus yang
menyerang sel yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia
sehingga mengakibatkan kekebalan tubuh menurun. Karena system kekebalan
tubuhnya menurun secara bertahap yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang
dapat mempermudah terkena berbagai infeksi seperti bakteri, jamur, parasit dan
virus (Praticia Gitta Naully,2018).
Anak dengan HIV/AIDS sering mengalami infeksi bakteri, virus, jamur, atau
parasit akibat system kekebalan tubuhnya yang lemah.Infeksi pada anak atau orang
dewasa yang menderita HIV/AIDS ini disebut infeksi oportunistik.
Dilihat dari riwayat penyakit pada kasus anak X, kemungkinan telah terjadi
infeksi oportunistik sehingga membuatnya sering jatuh sakit dengan riwayat lama
dan berulang.

5. Cara merawat anak supaya tidak sakit sakitan


Keluarga harus memberikan perawatan secara adekuat terkait kebutuhan fisik,
nutrisi, sosial, spiritual, emosional dan dukungan. Manajemen perawatan anak yang
terinfeksi HIV/AIDS di rumah oleh keluarga secara komprehensif harus
menekankan pada ketersediaan makanan dan pengelolaan gizi sehat, hygiene
personal dan lingkungan. Kebutuhan ini meliputi:
a. Kebutuhan Fisik: imunisasi, kebersihan lingkungan, kebersihan diri
b. Kebutuhan Nutrisi: pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat dan gizi sehat
c. Kebutuhan Sosial: memberikan kesempatan untuk bermain, belajar dengan
lingkungan sosial dan komunikasi
d. Kebutuhan Emosional: mengembangkan harga diri dan merespon keinginan
anak
e. Kebutuhan Spiritual: mengajarkan pada anak keyakinan kepada Tuhan
Untuk kasus anak X, kakek yang merawat harus diberikan edukasi bahwa anak
benar-benar sakit (bukan karena kutukan) sehingga membutuhkan perhatian ekstra
dalam merawatnya. Kakek juga harus dibekali dengan penjelasan tentang penyakit
dan resiko penyakit anak X sehingga anak lebih cepat ditangani dan tidak mudah
sakit kronis lagi. Pemberian dukungan moral kepada kakek juga penting agar kakek
mau menerima kondisi cucunya dan tidak lagi mengalami tahap denial.

6. Data Pengkajian yang harus didapatkan perawat


a. Identitas
Nama: An.X
Usia : 3 Tahun
b. Keluhan Utama
Anak diare kronisselama 2 bulan
c. Riwayat penyakitsekarang:
1) Kaji BB dan TB
a) Apakah An.X mengalami penurunan BB? Karena dari kasus diatas
An.X sudah mengalami diare kronik 2 bulan biasanya menyebabkan
penurunan BB yg signifikan dan malutrisi.
b) Apakah An.X mengalami keterlambatan pertumbuhan TB ?
c) Apakah IMT sesuai?
2) Kaji riwayat diare
Anak X sudah diare selama 2 bulan
3) Kaji apakah An.X mengalami demam yang berkepanjangan?
4) Kaji Batuk yang menetap (lebih dari 1bulan)
An.X mempunyai riwayat batuk lama.
a) Kaji Apakah disertai dahak?
b) Pengobatan apakah yang sudah dilakukan keluarga?
5) Kaji adanya dermatitis yang menyeluruh
An.X terjadi mukokutan pada seluruh tubuh.Infeksi human
immunodeficiency virus (HIV) menyebabkan penurunan jumlah sel T
CD4, sehingga terjadi defisiensi imunitas selular. Selain itu dapat
menimbulkan berbagai gangguan termasuk kelainan mukokutan berupa
penyakit infeksi dan non-infeksi serta proses neoplastik baik bentuk
atipikal maupun tipikal yang berat dan rekalsitrans terhadap terapi.
a) Sudah berapa lama? Untuk menentukan prioritas pengobatan
b) Kaji keluhan dari mukokutan untuk melakukan pengobatan lanjutan
c) Pengobatan apakah yang sudah dilakukan keluarga? Untuk
mengetahui risiko komplikasi dan tingkat pengetahuan keluarga
c. Riwayat Penyakit Dahulu
1) Apakah Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
2) Apakah Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
3) Apakah Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
4) Apakah Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah
yang berulang
d. Riwayat penyakit dalam keluarga
Orang tua yang terinfeksi HIV :Pada kasus diatas disebutkan bahwa An.X
kemungkinan tertular HIV/AIDS dari kedua orangtua yang positif HIV/AIDS.
1) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kaji apakah ibu An.X terinfeksi HIV saat hamil?
 50 % ibu yang positif HIV/AIDS dapat menularkan ke anaknya.
 Penularan dapat terjadi pada minggu 9 –20.
 Penularan pada proses persalinan apabila terjadi kontak darah ibu
 Penularan setelah lahir dapat terjadi melaluiASI.
ASI dapat mengandung virus HIV bebas atau sel yang terinfeksi
HIV.Konsekuensi dari mendapat ASI adalah adanya risiko terpajan HIV,
sehingga penetapan infeksi HIV baru dapat dilaksanakan bila
pemeriksaan dilakukan
e. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan dan perkembangan (0-6 tahun) Mengkaji keadaan perkembangan
anak usia 1 bulan – 72 bulan, dapatdilakukan dengan menggunakan Kuisioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor
perkembangan pada anak yang meliputi: motorik kasar, motoric halus,
bicara/bahasa dan kemandirian (Kementerian14 kesehatan RI, 2016).
Interprestasi hasil KPSP dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah ‘Ya’,
yaitu dengan cara : 1) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya. 2) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8,
perkembangan anak meragukan. 3) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang,
perkembangan meragukan
f. Kaji Riwayat Imunisasi
UMUR VAKSIN
2 bulan DPT, Polio, Hepatitis B
4 bulan DPT, Polio, Hepatitis B
6 bulan DPT, Polio, Hepatitis B
12 bulan Tes Tuberculin
15 bulan MMR, Hepatitis
18 bulan DPT, Polio, MMR
24 bulan Vaksin Pnemokokkus
4 – 6 tahun DPT, Polio, MMR
1) Imunisasi BCG tidak boleh diberikan  kuman hidup
2) Immunisasi polio harus diberikann inactived poli vaccine, bukan tipe live
attenuated polio vaccine  virus mati bukan virus hidup
3) Immunisasi dengan vaksin HIV diberikan setelah ditemukan HIV (+)

g. Pemeriksaan fisik
1) Pengkajian sistem penginderaan:
Pada mata : adakah cotton wool spot, sytomegalovirus retinus,
toksoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina, infeksi tepi kelopak
mata, secret berkerak, lesi retina.
Pada mulut: adakah oral thrush akibat jamur,stomatitis gangrenesa,
sarcoma kaposi.
Pada telinga: adakah OMP, kehilangan pendengaran.
2) Sistem Respirasi:
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipneu , hipoxia,
nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat gagalnafas.
3) Sistem pencernaan:
BB menurun,anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak
putih, kekuningan pada mukosa oral, pharingitis, candidiasis
esophagus, candidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati,
mual, muntah, colitis akibat diare kronik, pembesaran limpha.
4) Sistem Kardiovaskuler:
Nadi cepat, tekanan darah meningkat,CHF
5) Sistem integumen:
Variccla, herpes zooster,scabies
6) Sistem perkemihan:
Anuria,proteinuria
7) Sistem endokrin:
Pembesaran kelenjar parotis, limphadenopathi, pembesaran kelenjar
yangmenyeluruh.
8) Sistem neuromuskuler:
Sakit kepala, penurunan kesadaran, sukarkonsentrasi,kejang–kejang,
ensephalopati,gangguan psikomotor, meningitis, keterlambatan
perkembangan, nyeri otot.
9) Sistem muskuloskeletal:
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, ataksia.
10) Psikososial
Kakek anak X masih denial. Kaji situasi keluarga termasuk jumlah
orang yang terkena atau berisiko terinfeksi HIV dan situasi
kesehatannya.
a) Identifikasi orang yang mengasuh anak ini dan kesediaannya untuk
mematuhi pengobatan ARV dan pemantauannya.
b) Kaji pemahaman keluarga mengenai infeksi HIV dan
pengobatannya serta informasi mengenai status infeksi HIV dalam
keluarga.
c) Kaji status ekonomi, termasuk kemampuan untuk membiayai
perjalanan ke klinik, kemampuan membeli atau menyediakan
tambahan makanan untuk anak yang sakit dan kemampuan
membayar bila ada penyakit yang lain.

7. Apa diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan?


a. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
DS : Kakek an. X mengatakan an. X sering sakit-sakitan
DO :Diketahui bahwa orang tua an. X meninggal dunia karena HIV/AIDS,
terdapat mukokutan pada seluruh tubuh an. X dan memiliki riwayat
batuk lama
b. Diare berhubungan dengan infeksi
DS : kakek An. X mengatakan bahwa an. X mengalami diare kronis selama
2bulan terakhir
DO :-
c. Defisit pengetahuan dibuktikan dengan menunjukkan persepsi yang keliru
terhadap masalah
DS : Kakek an. X mengatakan bahwa anak sekecil ini belum punya dosa
tidak mungkin kena penyakit kutukan
DO :-

8. Apa rencana dan tindakan keperawatan yang harus segera dilakukan?


a. Resiko Infeksi
1) Monitor suhu tubuh setiap hari
2) Monitor adanya tanda-tanda infeksi dan gejala-gejala infeksi oprtunistik
3) Kaji tanda-tanda dehidrasi dan perubahan status mental

b. Diare
1) Evaluasi jenis intake makanan
2) Monitor kulit sekitar perianal t e r h a d a p adanya iritasi
d a n ulserasi
3 ) S a ra nk an pa da k e l u a r g a  penggunaan obat anti diare
4) Instruksikan pada keluarga untuk mencatat warna, frekuensi dan
konsistensi feses
5) K o l a b o r a s i m e d i s j i k a t a n d a d a n gejala diare menetap
6) Monitor turgor kulit dan mukosaoral sebagai indikator dehidrasi
7) K o n s u l t a s i d e n g a n a h l i g i s i untuk diet yang tepat

c. Defisit pengetahuan
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2) Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
3) Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
4) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
BAB III
PEMBAHASAN

Human immunodeficiency virus adalah virus yang menyerang sel yang berperan
penting dalam system kekebalan tubuh manusia sehingga mengakibatkan kekebalan
tubuh menurun. Karena system kekebalan tubuhnya menurun secara bertahap yang
disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang dapat mempermudah terkena berbagai infeksi
seperti bakteri, jamur, parasit dan virus (Praticia Gitta Naully, 2018).
Anak juga memiliki system kekebalan tubuh yang belum sempurna dan kuat
dibandingkan orang dewasa. Jadi, jika system imun lemah tubuh tidak dapat
mempertahankan diri dari virus, bakteri, jamur dan parasit sehingga menyebabkan anak
menjadi sering sakit-sakitan. Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis
sampai terjadi penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare kronik,
mukokutan pada seluruh tubuh, dan riwayat batuk lama. Kebanyakan anak dengan
infeksi HIV-1 terdiagnosis antara umur 2 bulan dan 3 tahun.
Dari kasus tersebut karena orangtua sudah meninggal, sudah diketahui bahwa
mekanisme penularan HIV itu melalu cairan tubuh yang salah satunya melalui darah
dan plasenta kemungkinan paparan infeksi dari ibu ke bayi bisa dari saat kehamilan dan
persalinannya, mungkin ibu tidak meminum obat ARV secara teratur, atau mungkin ibu
memaksakan melahirkan secara pervaginam. Ada kemungkinan anak X tertular dari
kedua orangtuanya yang positiv HIV . Lebihdari 90% anak yang terinfeksi HIV
didapat dari ibunya, penularan melalui ibu kepada anaknya. Transmisi vertical dapat
terjadi secara transplasental, antepartum, maupun postpartum.
Pengkajian bagi seorang pasien yang telah terdiagnosa terinfeksi HIV, pengkajian
yang spesifik sangat diperlukan, dan pengkajian tersebut seharusnya mencakup tinjauan
tentang tanda dan gejala penyakit, kemampuan fungsional (kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari), keamanan, sistem pendukung, kondisi finansial,
perilaku-perilaku yang berisiko, lingkungan tempat tinggal, serta pemahaman terkait
proses penyakit, metode transmisi penyakit, dan aturan pengobatan (de Wit dan
Kumagai, 2013). Data-data subyektif dan obyektif yang harus diperoleh dari pasien HIV
tertera pada tabel 3. Pengkajian keperawatan berulang dari waktu ke waktu merupakan
hal yang esensial, karena keadaan pasien selalu mengalami perubahan.Deteksi dan
tatalaksana dini dapat memperlambat perkembangan infeksi HIV dan mencegah
terjadinya infeksi baru. Riwayat kesehatan yang lengkap dan pemeriksaan sistem tubuh
secara teliti dapat membantu dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah secara
tepat waktu (Lewis, et al., 2017).
Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan anak dengan HIV/AIDS yang lebih
ditekankan adalah pengkajian tentang tumbuh kembang anak. Mengkaji keadaan
perkembangan anak usia 1 bulan – 72 bulan, dapat dilakukan dengan menggunakan
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor
perkembangan pada anak yang meliputi : motoric kasar, motoric halus, bicara /
bahasadansosialisasi / kemandirian (Kementerian 14 kesehetan RI, 2016). Selain
mengkaji tumbuh kembang anak dalam pengkajian juga harus dikaji terkait riwayat
penyakit dalam keluarga anak tersebut, riwayat kehamilan atau proses persalinan, dan
kaji terkait situasi didalam keluarga
Pada kasus diatas gejala dan keluhan pasien sesuai dengan manifestasi klinik
HIV.yaitu adanya diare lama riwayat bartuk lama dan kulit mukokutan. Hanya saja data
penunjang pendukiung tidak ada karena petugas kesehatan baru menyarankan keluarga
untuk membawa an X ke klinik VCT dan dilakukan foto thoraks
Pada kasus diatas didapatkan data bahwa kakek masih mengalami Denial
(penyangkalan) dimana seseorang pada tahap ini cenderung berpura-pura tidak tahu atau
tidak mau mengakui bahwa sesuatu telah terjadi. Dalam tahap penyangkalan, kita masih
merasa terguncang dan secara sadar tidak mau menerima kenyataan. Kita masih
menganggap semuanya baik-baik saja dan kabar duka yang kita terima adalah sebuah
kebohongan. Kita melakukan penyangkalan untuk menghilangkan rasa sakit dan
menghibur diri sendiri.
Pada tahap pengambilan diagnose keperawatan dari kasus An X didapat 3
diagnosa yaitu diare, kerusakan intergritas kulit dan kurang pengetahuan. Pengambilan
diagnose disesuaikan dengan data yang ada didalam kasus tersebut
Pasien HIV positif dapat memiliki masalah signifikan terkait dengan finansial,
pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan mental, penyalahgunaan zat, atau masalah
kesehatan lain (de Wit dan Kumagai, 2013). Karena itu, perencanaan keperawatan dapat
membantu pasien dalam hal: (1). Mematuhi regimen terapi; (2). Mengadopsi gaya hidup
sehat, termasuk menghindari paparan terhadap infeksi menular seksual dan penyakit
yang ditularkan melalui perantaraan darah lainnya; (3). Melindungi orang lain dari
tertular infeksi HIV; (4). Mempertahankan dan atau mengembangkan hubungan yang
sehat dan suportif; (5). Mempertahankan aktivitas dan produktivitas; (6).
Mengeksplorasi hal-hal terkait dengan spiritualitas; (7). Menerima segala persoalan
terkait dengan penyakit, kecacatan, dan kematian; dan (8). Mengatasi gejala-gejala yang
disebabkan oleh HIV dan pengobatannya (Lewis, et al., 2017).

Anda mungkin juga menyukai