Dosen Pembimbing :
Ibu Ratih Bayu Ningsih, M. Kep
Anggota Kelompok :
Latifah Hanum 201560311057
Loris Radnisia Harefa 201560311058
Lulu Diya'ul Auliya 201560311059
Mega Ayu 201560311061
Meli Kurnia 201560311063
Mila Nurmala 201560311064
Muhammad Akbar 201560311065
Nada Kamilia 201560311066
Nanda Ayu 201560311068
Nia Pagustya 201560311069
Nina Fadilah 201560311070
Nophayati 201560311071
Novita Sari 201560311072
Nur Rahmawati 201560311074
Putri Emelia 201560311076
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit
penyakit diare pada bayi dan anak-anak, dan secara khusus dikaitkan
miliar kasus diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525
ribu pada anak balita tiap tahunnya. Menurut data di Negara berkembang
rata-rata usia 5 tahun mengalami episode diare tiga sampai empat kali
angka diare pada anak balita yang berusia semakin muda dikarenakan
semakin rendah usia anak balita daya tahan tubuhnya terhadap infeksi
penyakit terutama penyakit diare, apalagi jika anak status gizinya kurang
balita dan tidak akan menjadi masalah utama masyarakat jika orang tua
perilaku ibu untuk mencegah diare pada balita yaitu dengan memberikan
RI, 2015). Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
rumah tangga yang pemakaian air bersihnya masih rendah yaitu 5,4%
tidak memiliki akses pada air bersih dan 10,8% akses terhadap air bersih
(BAB) di jamban yaitu 71,1% dan perilaku benar dalam cuci tangan
Dari data di atas, terlihat bahwa pencegahan diare di Indonesia masih kurang.
adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati
mencangkup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan
ketersediaan jamban, air bersih, dan sebagainya, dan yang ketiga faktor
dengan Perilaku dalam Pencegahan Diare pada Anak Balita Usia 1-5
tahun didapati ada hubungan signifikan pengetahuan ibu tentang diare
dengan perilaku ibu dalam pencegahan diare pada anak balita usia 1-5
pada balita.
ditemukan dan ditangani pada tahun 2016 dengan jumlah populasi 420
jumlah populasi 485 balita yaitu 179 kasus (36%), dan tahun 2018
dengan jumlah populasi 453 balita yaitu 209 kasus (46%). Puskesmas
Waringin pada tahun 2016 dengan jumlah populasi 600 balita yaitu
jumlah populasi 690 balita yaitu 341 kasus (49%), dan pada tahun 2018
dengan jumlah populasi 622 balita yaitu 300 kasus (48%). Puskesmas
tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi, demikian juga pada observasi
buruk dalam pencegahan diare pada balita. Beberapa perilaku buruk yang
11 ibu (91%), tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air
peralatan masak dan makan dengan air bersih sebanyak 10 ibu (83%),
10 ibu (83%), tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang feses
anak sebanyak 10 ibu (83%), dan tidak membuang feses anak di jamban
dehidrasi berat. Dari 209 balita diare yang terkena dehidrasi ringan yaitu
46 balita, dan dehidrasi berat yaitu 6 balita. Program puskesmas untuk
B. Rumusan Masalah
ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi, demikian juga pada
pencegahan diare pada balita. Hasilnya yaitu terdapat 12 (60%) ibu yang
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
Mampu melaksanakan pencegahan diare pada balita secara baik dan benar
balita.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih ) dalam satu hari.Secara klinis penyebab diare
Diare merupakan peningkatan volume buang air besar pada bayi dan
anak sekitar >10 mL/kgbb/hari dan/atau penurunan konsistensi feses, yaitu >3 kali
dalam sehari; selain itu juga terjadi perubahan pada kadar cairan dan berat feses.
Diare akut pada umumnya terjadi kurang dari 7 hari dan tidak lebih dari 14 hari
Apabila seseorang buang air besar sebanyak tiga kali atau lebih dengan
konsistensi feses yang lebih cair dari bisaanya, atau buang air besar yang lebih
sering dari biasanya, maka hal tersebut dinyatakan sebagai kondisi yang
abnormal. Banyak faktor yang menentukan volume dan konsistensi tinja; seperti
kadar air dalam usus besar dan ada atau tidaknya makanan yang tidak terserap,
bahan yang tidak dapat diabsorbsi, dan sekresi usus. (Juffrie, et al., 2012;
a. Faktor Infeksi
albicans)
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah
2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsornsi protein
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa
atau karena gangguan kimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Kehilangan
cairan dapat menyebakan haus, berat badan menurun, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turtor kulit menurun serta suara menjadi serak.
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Kehilangan
pH darah.
lebih cepat dan lebih dalam. Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan
asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi
gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai
dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering (Hasan dkk,
2009).
Menurut Kliegman et, al 2010 banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari
Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi Karena frekuensi diare
Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih, kadangkadang
muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan menurun,
aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau takikardia yang
Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang kurang atau
langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering, air mata berkurang dan masa pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik)
Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan
biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang
melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,
mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,
tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan
juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang
a. Tanda-tanda Dehidrasi
Catatan :
1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dicubit” selama 30-60 detik
dehidrasinya :
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang
berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
dan lebih dalam (Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk
juga rendah, pCO2 normal, dan base excess sangat negatif. Gangguan
denyut nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien
sianosis.
akan timbul anuria, bila tidak segera diatasi akan menyebabkan timbulnya
penyakit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti gagal ginjal
akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi
2015).
D. Klasifikasi
1) Diare Akut Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak
infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran
napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat
frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit
lebih dari 14 hari.Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis
alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau
E. Patofisiologi
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi)
gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2009). Mekanisme terjadinya diare dan
termaksut juga peningkatan sekresi atau penurunan absorbsi cairan dan elektrolit
dari sel mukosa intestinal dan eksudat yang berasal dari inflamasi mukosa
intestinal (Wiffen et al, 2014). Infeksi diare akut diklasifikasikan secara klinis dan
manifestasi sindrom disentri dengan diare disertai lendir dan darah. Gejala klinis
berupa mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, tetenus, serta gejala dan
tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin makroskopis ditemukan lendir dan
atau darah, mikoroskopis didapati sek lukosit polimakronuklear. Diare juga dapat
terjadi akibat lebih dari satu mekanisme, yaitu peningkatan sekresi usus dan
penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi
mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitoksin. Satu jenis bakteri dapat
mukosa usus (Amin, 2015). Berdasarkan patofisiologinya, diare dapat dibagi atas
3 kelompok :
Osmotic diarrhoe, yang terjadi karena isi usus menarik air dari mukosa. Hal ini
Secretori diarrhoea, pada keadaan ini usus halus, dan usus besar tidak menyerap
air dan garam, tetapi mengsekresikan air dan elektrolit. Fungsi yang terbalik ini
dapat disebabkan pengaruh toksin bakteri, garam empedu, prostaglandin, dan lain-
lain. Cara terjadinya, melalui rangsangan oleh cAMP (cyclic AMP) pada sel
mukosa usus.
Exudative diarrhoea, ditemukan pada inflamasi mukosa seperti pada colitis
ulcerativa, atau pada tumor yang menimbulkan adanya serum, darah, dan mukus.
Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan
otak dapat terjadi, kesadaran menurun (sopokorokomatosa) dan bila tidak cepat
Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
tetapi dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah
berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat
Hipersekresi (rongga
Infeksi Kuman massuk dn Toksin dalam di usus mningkat)
berkembang di usus dindin usus halus
(rongga
Malabs Tekanan osmotic Pergeseran air dn Isi rongga usus
FAKTOR orbsi meningkat elektrolit ke usus meningkat
DIARE
Dehidrasi
Gg. Pertukaran
gas Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dai keb tubuh
Kekurangan
Kekurangan Resiko
Resiko syoksyok
vol.cairan (hipokalemi)
volume cairan (hipokalimi)
Perfusi jaringan
menurun
Hipoksia
G. Komplikasi
metabolic), Karena:
b. walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan dalam waktu yang
terlalu lama.
c. makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik adanya
hiperperstaltik.
2. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan natau syok hipovolemik. Akibat perfusi
3. Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
Hiponatremi sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi
berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi darin hamper semua
(Juffrie, 2014).
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemerisaan penunjan terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2016) yaitu degan
- ureum
- kreatinin
- elektrolit (Na+,K+C- )
- analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa),
- Antigen (E Hystolittica)
- Fases, meiputi analisa feses (rutin leukosit difese. Pemeriksaan parasit, amoeba).
Pemeriksaan kultur (pada kasus ringan diare bisa teratasi dalam waktu 24 jam.
Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi
I. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis
Dehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan. Empat hal penting yang perlu
diperhatikan.
a. Jenis cairan
b. Jumlah cairan
- Cairan per oral, pada pasien dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan NaHCO3, KCL, dan glukosa.
- Cairan parenteral, pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) selalu tersedia di
fasilitas kesehatan dimana saja. Mengenai beberapa banyak cairan yang diberikan
- Terapi sistemik seperti pemberian obat anti diare, obat anti mortilitas dan sekresi
usus, antimetik.
e. Pengobatan dietetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
- Makan setengah padat (bubur) atau makan padat (nasi tim), bila anak tidak mau
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditermukan misalnya susus
yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak
2) Penatalaksanaan keperawatan
Cairan mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan
larutan garam dan 1 gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu
- Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui
sonde. Bila cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan
Ringer Laktat (RL) atau cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting
diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan lancar terutama pada jam-jam pertama
dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung
dengan cara:
- Jumlah tetesan per menit dikali 60, dibagi 15/20 (sesuai set infuse yang dipakai).
- Perhatikan frekuensi buang air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah
berubah konsistensinya.
- Berikan minum teh atau oralit 1-2 sendok jam untuk mencegah bibir dan selaput
- Jika dehidrasi telah terjadi, infus dihentikan, pasien diberikan makan lunak atau
secara realimentasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah BAB lebih dari 5x dalam sehari dengan
konsistensi cair, tidak ada lendir, tidak ada darah, pasien juga badannya panas,
dan pasien lemas.
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
G. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh
Ibu pasien mengatakan An.A diasuh oleh kedua orang tuanya dan tinggal dirumah
yang sama
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan anggota keluarga baik ditandai dengan saat An.A sakit anggota
keluarga yang lain ikut merawat An.A
3. Hubungan dengan teman sebaya
Hubungan dengan teman sebaya baik, sebelum sakit An.A aktif dan suka bermain
dengan teman-temannya
4. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah bersih, terdapat ventilasi udara dan cahaya matahari masuk
sampai dalam rumah
H. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit selera makan An.A baik, An.A makan 3x sehari dengan 1
porsi habis. Status nutrisi An.A selama sakit selera makan menurun, pasien tidak
mau makan, makannya hanya 4-5 sendok makan dengan nasi, lauk pauk, air putih.
BB : 17 kg (tidak ada penurunan berat badan), BB ideal anak : 18 kg
2. Tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 7 jam pada malam hari, pasien sudah
tidak mau tidur siang. Saat sakit : Pasien sesekali terbangun malam hari, karena
badannya panas, namun setelah ditemani oleh ibunya, pasien kembali tidur
3. Eliminasi
Sebelum sakit An.A BAK 4-6 kali/hari warna kuning jernih, BAB 1x/hari
dengan konsistensi lunak, warna kuning kecoklat, tidak ada kesulitan BAB. Saat
sakit An.A mengalami perubahaan BAB yaitu menjadi >5x/sehari, konsistensi
cair, warna kuning.
4. Aktivitas
Sebelum sakit : pasien aktif bermain dengan teman-temannya. Seperti
bersepedah dan bermain bola dekat rumah. Saat sakit : Pasien hanya dirumah,
karena lemas dan BAB terus
J. Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. TB dan BB :
c. Lingkar Kepala :
d. Lingkar Lengan :
e. Suhu : 38,5 oC
f. Nadi : 94x/menit
g. Pernafasan : 22 x/menit
h. Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2. Pengkajian Kardiovaskuler
a. Nadi : 94x/menit
b. Denyut apeks-frekuensi, irama dan kualitas : teratur, irama reguler
c. Nadi perifer (ada/tidak ada), jika ada frekuensi, irama, kualitas dan perbedaan
antara ekstremitas : tidak ada
3. Pemeriksaan Thorax dan hasil auskultasi
a. Lingkar dada (thorax) : Simetris
b. Adanya deformitas : Tidak ada
c. Bunyi jantung : BJ1 dan BJ2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
4. Tampilan umum
a. Tingkat aktivitas : Gelisah
b. Perilaku, apatis, gelisah, ketakutan : Gelisah
c. Jari tangan (clubbing finger) : Tidak ada
5. Kulit
a. Warna : Sawo matang
b. Elastisitas : Turgor kulit tidak elastis
c. Suhu : teraba hangat, 38,5 0C
6. Edema
a. Periorbital : Tidak ada edema
b. Ekstremitas : Tidak ada edema
7. Pengkajian Respiratori
a. Bernafas
1) Frekuensi : dada simetris, frekuensi 22x/menit
2) Pola nafas : teratur
3) Retraksi : Tidak ada retraksi dinding dada
4) Pernafasan cuping hidung : tidak ada nafas cuping hidung
5) Posisi yang nyaman : lateral, semi fowler
b. Hasil auskultasi thorax
1) Bunyi nafas : vesikuler
2) Fase ekspresi dan inspirasi : normal
c. Hasil pemeriksaan thorax
1) Lingkar dada :
2) Bentuk dada : simetris
8. Pengkajian Neurologik
a. Tingkat kesadaran : CM (GCS 15, E4 M6 V5)
b. Pemeriksaan kepala
1) Bentuk kepala : Normochepal
2) Fontael : tidak ada
3) Lingkar kepala :
9. Reaksi pupil
a. Ukuran : 2/2 cm, isokhor
b. Rekasi terhadap cahaya : Normal (miosis)
10. Aktivitas kejang
a. Jenis : Tidak ada
b. Lamanya : Tidak ada
11. Fungsi sensoris
Reaksi terhadap nyeri : Baik
12. Refleks
a. Refleks tendo dan superficial : Baik
b. Refleks patologis : Baik
13. Kemampuan Intelektual (Tergantung tingkat perkembangan)
a. Perkembangan menulis dan menggambar : An.A mampu untuk menulis namanya
sendiri dan menggambar bangun datar seperti kotak, segitiga dan lingkaran
b. Kemampuan membaca : belum bisa membaca
14. Pengkajian Gastrointestinal
a. Hidrasi : ringan-sedang
b. Turgor kulit : Kering
c. Membran mukosa : Kering
d. Asupan dan haluaran :
Balance cairan :
Intake :
Output :
IWL :
15. Abdomen
a. Nyeri : tidak ada nyeri tekan
b. Kekakuan : Tidak ada kekakuan
c. Bising usus : 27x/menit
d. Muntah, jumlah, frekuensi dan karakteristiknya : Tidak ada muntah
e. Fases, jumlah, frekuensi dan karakteristiknya : Cair, warna kuning
f. Kram : Tidak ada kram
16. Pengkajian renal
Fungsi ginjal
a. Nyeri tekan pinggang atau suprapubik : Tidak ada
b. Disuria : Tidak ada
c. Pola berkemih : 4-6 x/hari
d. Adanya acites : Tidak ada acites
e. Adanya edema scrotum, periorbital, tungkai bawah : Tidak ada
17. Karakteristik urine dan urinasi
a. Urine tampak bening atau keruh : Bening
b. Warna : Kuning jernih
c. Bau : Amonia
d. Berat jenis :
e. Menangis setelah berkemih : Tidak
18. Genitalia
a. Iritasi : Tidak ada
b. Secret : Tidak ada
19. Fungsi motorik halus
a. Manipulasi mainan : Mampu bermain ular tangga
b. Menggambar : An.Amampu menggambar
20. Kontrol postur
a. Mempertahankan posisi tegak : An.A mampu tegak
b. Bergoyang-goyang : Aktif
21. Persendian
a. Rentang gerak : Normal
b. Kontraktur : Tidak ada
c. Adanya edema dan nyeri : Tidak ada
d. Tonjolan abnormal : Tidak ada
22. Tulang belakang
a. Lengkung tulang belakang : tidak ada scoliosis kifosis
23. Pengkajian hematologic
Kulit
a. Warna : Sawo matang
b. Adanya ptekie, memar : Tidak ada
c. Perdarahan dari membrane mukosa atau dari luka suntikan atau fungsi : Tidak ada
24. Abdomen
a. Pembesaran hati : Tidak ada
b. Pembesaran limpa : Tidak ada
25. Pengkajian endokrin
Status hidrasi
a. Poliuria : Tidak ada
b. Polifagia : Tidak ada
c. Polidipsi : Tidak ada
d. Kulit kering : Ya
26. Tampilan umum
a. Alam perasaan : Gelisah
b. Iritabilitas : Peka terhadap rangsangan
c. Sakit kepala : Tidak ada
d. Gemetar : Tidak ada
Data Objektif :
1. Keadaan Umum : Sakit sedang
2. TTV
Suhu : 38,5 oC
Nadi : 94x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
3. Kulit pasien teraba hangat
2. Data Subjektif : Hipovolemia b.d kehilangan
1. Ibu pasien mengatakan anaknya sudah cairan aktif
BAB lebih dari 5x dalam sehari dengan
konsistensi cair
2. Ibu pasien mengatakan anaknya sudah
diare selama 2 hari
Data Objektif :
1. TTV
Suhu : 38,5 oC
Nadi : 94x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
2. Hidrasi: ringan-sedang
3. Turgor kulit tidak elastis
4. Membran mukosa : Kering
5. Balance cairan :
Intake :
Output :
IWL :
3. Data Subjektif : Resiko Defisit Nutrisi d.d
1. Ibu pasien mengatakan sebelum sakit
selera makan An.A baik, An.A makan 3x
sehari dengan 1 porsi habis. Namun
selama sakit selera makan menurun,
pasien tidak mau makan, makannya hanya
4-5 sendok makan dengan nasi, lauk pauk,
air putih.
Data Objektif :
1. BB : 17 kg (tidak ada penurunan berat
badan sebelum dan sesudah sakit), BB
ideal anak : 18 kg
NURSING CARE PLAN
(Sumber : (Tim Pojka SLKI DPP PPNI, 2019) dan (Tim Pojka SIKI DPP PPNI, 2018))