Anda di halaman 1dari 101

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
2.1.1 Konsep Dasar Kehamilan
A. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,


kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional
(Sarwono Prawirohardjo,2014).

Menurut kalender internasional (Sarwono


Prawirohardjo,2014). Kehamilan di bagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke 13-27), dan terimester ketiga 13
minggu, minggu ke 28-40 (saifuddin, 2009).

B. Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil


1. Sistem Reproduksi
a.Uterus
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah 30 x 25 x
20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. Hal ini
memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan
janin. Pada sat ini rahim membesar akibat hipertropi dan
hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya
menjadi higroskopik dan endometrium menjadi desidua. Jika
penambahan ukuran TFU per tiga jari, dapat dicermati dalam
tabel berikut ini
9

Tabel 2.1 TFU menurut penambahan per tiga jari

Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)


(Minggu)
12 3 jari di atas simfisis
16 Pertengahan pusat simfisis
20 3 jari di bawah simfisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat prosesus
xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus
xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat prosesus
xiphoideus (px)
Sumber: Hanifa, Prawirodihardjo, 2009.
b. Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan
mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesterone
c. Vagina dan vulva
Oleh karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi
pada vagina dan vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat
lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut tanda
Chadwick (Sulistyawati, 2009:61)
2. Sistem Urinaria
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat . Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50 %)
atau lebih, yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24
minggu sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran
darah ke ginjal berkurang akibat penekanan rahim yang
membesar). Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat
ketika berbaring dan menurun ketika berdiri. Keadaan ini semakin
menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering
merasa ingin berkemih ketika mereka mencoba untuk
berbaring/tidur
10

Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang


lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur
miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa
darah dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.
3. Sistem Gastrointestinal
Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
Sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam usus
diperlambat oleh tingginya kadar progesteron. Wanita hamil
sering mengalami rasa panas di dada dan sendawa yang
kemungkinan terjadi krena makanan lebih lm berada di dalam
lambung karena relaksasi sfingter di kerongkongan bagian bawah
yang memungkinkan isi lambung mengalir kembali ke
kerongkongan. Ulkus gastrikum jarang ditemukan pada wanita
hamil dan jika sebelumnya menderita ulkus gastrikum biasanya
akan membaik karena asam lambung yang dihasilkan lebih sedikit
(Sulistyawati, 2009:63)
4. Kulit
Topeng kehamilan (cloasma gravidarum) adalah bintik-
bintik pigmen kecoklatan yang tampak di kulit kening dan pipi.
Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting susu,
sedangkan di perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis
gelap, yaitu spider angiominga (pembuluh darah kecil yang
memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, dan
biasanya di atas pinggang. Pelebaran pembuluh darah kecil yang
berdinding tipis sering kali tampak di tungkai bawah.
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga
menumbulkan striae gravidarum/striae lividae. Bila terjadi
peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan gemeli
dapat terjadi diastasis rekti bahkan anemia. Kulit perut pada linea
11

alba bertambah pigmentasinya dan disebut sebagai line nigra.


Adanya vasodilatasi kulit menyebabkan ibu mudah berkeringat
(Sulistyawati, 2009:65).
5. Payudara
Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi
mengalami banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin
lahir. Beberapa perubahan yang dapat diamati oleh ibu adalah
sebagai berikut :
a. selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang, berat;
b. dapat teraba modul-modul, akibat hipertropi kelenjar alveoli;
c. bayangan vena-vena lebih membiru;
d. hiperpegmentasi pada areola dan puting susu;
e. kalau diperas akan keluar air susu jolong (kolostrum) bewarna
kuning.
6. Sistem Pernapasan
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya
ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan
paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil
bernapas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih
banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada
wanita hamil agak membesar. Lapisan saluran pernapasan
menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh
penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan
mengalami penyumbatan parsial akibat kongesti ini. Tekanan dan
kualitas suara wanita hamil agak berubah.
7. Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk
pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir.
Oleh karena itu, peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan
untuk menunjang kebutuhan. Peningktan kebutuhan kalsium
mencapai 70 % dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk
selalu sarapan karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan
12

dalam perkembangan janin, dan berpuasa saat kehamilan akan


memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal “ cepat
merasakan lapar” yang mungkin berbahaya pada janin.
Kebutuhan zat besi wanita hamilkurang lebih 1000 mg, 500
mg dibutuhkan untuk meningkatkan massa sel darah merah dan
300 mg untuk transportasi ke fetus ketika kehamilan memasuki
usia 12 minggu, 200 mg sisanya untuk menggantikan cairan yang
keluar dari tubuh. Wanita hamil membutuhkan zat besi rata-rata
3,5 mg/hari. Pada metablisme lemak terjadi peningkatan kadar
kolestrol sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon
somatotropin mempunyai peranan dalam pembentukan lemak
pada payudara. Deposit lemak lainnya tersimpan di badan, perut,
paha, dan lengan. Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah
sebagai berikut :
a. kalsium. Dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan
untuk pembentukan tulang terutama di trimester akhir
dibutuhkan 30-40 gram;
b. fosfor. Dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari;
c. air. Wanita hamil cenderung mengalami retensi
8. Sistem Muskuloskeletal
Pada trimester peraama tidak banyak terjadi perubahan
pada sistem muskuloskeletal. Bersamaan dengan membesarnya
ukuran uterus menyebabkan perubahan yang drastis pada kurva
tulang belakang yang biasanya menjadi salah satu ciri pada ibu
hamil. Lordosis progesif merupakan gambaran karakteristik pada
kehamilan normal. Mobilitas sendi sakroiliaka, sakro koksigeal,
sendi pubis bertambah besar & menyebabkan rasa tidak nyaman
dibagian bawah punggung khususnya pada akhir kehamilan
mengakibatkan rasa pegal, mati rasa dan lemah dialami pada
anggota badan atas (Taufan,dkk, 2014:26-27).
9. Sistem Kardiovaskuler
13

Curah jantung meningkat 30 % pada minggu ke 10


kehamilan. Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama
kehamilan akibat terjadi penurunan dalam perifer vaskuler
resistansi yang disebabkan oleh pengaruh peregangan otot halus
oleh progesteron. Hipertropi atau dilatasi ringan jantung mungkin
disebabkan oleh peningkatan volume darah dan curah jantung.
C. Kebijakan pelayanan ANC
1) Ukur tinggi badan dan timbang berat badan.
2) Ukur tekanan darah.
3) Ukur tinggi fundus uteri.
4) Pemberian imuniasi TT
5) Pemberian tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan.
6) Tes terhadap penyakit menular seksual
7) Temu wicara/konseling
8) Tes/pemeriksaan Hb
9) Tes/pemeriksaan protein urin
10)Tes reduksi urin
D. Progam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
P4K atau Progam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi adalah progam yang ditujukan untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi. Penerapan progam P4K ini merupakan
tindak lanjut yang lebih konkret yang melibatkan masyarakat.
Pengertiannya adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh
bidan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil,
suami dan keluarga tentang :
a. Semua kehamilan berisiko atau membahayakan
b. Bahaya kehamilan dan persalinan
c. Ajakan kepada ibu hamil, suami dan keluarga untuk melakukan
perencanaan persalinan meliputi :
a) Tempat persalinan
b) Penolong persalinan
14

c) Persiapan transportasi
d) Persiapan keuangan
e) Calon donor darah
f) Persiapan pakaian bayi dan ibu hamil
g) Perencanaan KB setelah melahirkan
E. Ketidaknyamanan pada Trimester III
1. Keputihan
Cara mengatasi :
a. meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari;
b. memakai pakaian dalam yang terbuat dari katun bukan nilon;
c. menghindari pencucian vagina dan mencuci vagina dengan
sabun dari arah depan ke belakang.
2. Sering buang air kecil / nocturia
Cara mengatasi :
a. penjelasan mengenai sebab terjadinya;
b. kosongkan saat terasa dorongan untuk kencing;
c. perbanyak minum pada siang hari;
d. jangan kurangi minum di malam hari untuk mengurangi
nocturia, kecuali jika nocturia mengganggu tidur dan
menyebabkan keletihan;
e. batasi minum bahan diuretika alamiah : kopi, teh, cola dengan
kaffein.
3. Hemorroid
Cara mengatasi :
a. hindari konstipasi;
b. makan makanan yang berserat;
c. gunakan kompres es atau kompres hangat;
d. hindari BAB sambil jongkok.
4. Konstipasi
Cara mengatasi :
a. tingkatkan intake cairan;
b. minum cairan dingin / panas (ketika perut kosong);
15

c. istirahat cukup dan senam.


5. Sesak napas
Cara mengatasi :
a. jelaskan penyebab fisiologisnya;
b. latihan nafas melalui senam hamil;
c. tidur dengan bantal ditinggikan;
d. makan tidak terlalu banyak;
e. konsul dokter bila ada asma dll.
6. Varises pada kaki
Cara mengatasi :
a. tinggikan kaki sewaktu berbaring atau duduk;
b. berbaring dengan posisi kaki ditinggikan kurang lebih 90°
beberapa kali sehari;
c. hindari berdiri atau duduk terlalu lama;
d. senam, hindari pakaian dan korset yang ketat, jaga postur
tubuh yang baik.
7. Sakit punggung atas dan bawah
Cara mengatasi :
a. gunakan posisi tubuh yang baik;
b. gunakan bra yang menopong dengan ukuran yang tepat;
c. gunakan bantal ketika tidur untuk meluruskan punggung (Yuni
Kusmiyati,dkk, 2009)
2.1.2 Menejemen Asuhan Kehamilan
I. Pengumpulan Data

Tanggal : jam :

A. Anamnesis
1) Biodata
a. Nama ibu
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama(Suryati
Romauli, 2011: 162).
16

b. Umur
Untuk menentukan apakah pasien dalam usia reproduktif
atau tidak. Kehamilan ≤ 16 tahun dapat terjadi komplikasi karena
organ- organ reproduksi belum matang. Sedangkan kehamilan
usia ≥ 35 tahun terjadi resiko tinggi seperti abortus spontan,
abnormalitas genetic pada janin(Reeder, dkk, 2012: 449).
c. Suku/ bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan(Suryati Romauli, 2011: 162).
d. Agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktik terkait
agama yang harus diobservasi. Informasi ini dapat menuntun ke
suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien,
tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan
tentang jenis kelamin, tenaga kesehatan dan pada beberapa kasus,
penggunaan produk darah(Marmi, 2011: 155).

e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang(Ari
Sulistyawati,2010:104).
f. Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan social ekonomi
agar nasehat kita sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pada kehamilan seperti bekerja
di pabrik rokok, percetakan dan lain- lain(Ari
Sulistyawati,2010:105).
g. Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan. Ditanyakan
alamatnya, agar dapat dipastikan ibu yang mana hendak ditolong
17

itu. Alamat juga diperlukan bila mengadakan kunjungan kepada


pasien (Marjati, 2009:87).
h. Telepon
Ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi
(Suryati Romauli, 2011: 163).
2) Keluhan utama
a. Sering kencing
Pada akhir kehamilan disebabkan oleh kepala janin yang
turun ke dalam rongga panggul. Karena itu, pada akhir kehamilan
mungkin timbul gejala polakisuria atau sering kencing (Firman,
dkk, 2012: 79)

3) Riwayat haid
Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang
keadaan dasar dari organ reproduksi pasien. Beberapa data yang
harus kita peroleh adalah:
a. Ditanyakan kapan anda mengalami menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi yang pada umumnya
wanita Indonesia alami pada usia sekitar 12 sampai 16 tahun.
b. Apakah haid teratur atau tidak, dan bagaimana siklusnya teratur
atau tidak. Jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan hari yang biasanya sekitar
23 sampai 32 hari.
c. Berapa banyak darah yang dikeluarkan saat haid
Volume darah menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan biasanya acuan yang digunakan berupa kriteria
banyak atau sedikitnya darah yang keluar.
d. Apakah haid terasa nyeri/ keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi dan dapat merujuk kepada diagnosa
tertentu (Suryati Romauli, 2011:163- 164).
e. Kapan terjadinya haid terakhir
18

Yang dimaksud dengan haid terakhir ialah hari pertama haid


terakhir (HPHT). Anamnesis haid akan memberikan kesan pada
kita tentang faal alat kandungan. Selain itu dengan mengetahui
hari pertama haid terakhir, teratur tidaknya haid, dan keadaan
siklus haid, kita dapat menggunakan untuk memperhitungkan
tanggal persalinan.
a) Perhitungan :
Tanggal perhitungan persalinan dihitung dengan
menambahkan 9 bulan dan 7 hari (rumus Naegele) terhadap
tanggal hari pertama haid terkhir. Perhitungan ini, dilakukan
pada perkiraan siklus haid 28 hari. Dengan ovulasi terjadi
sekitar hari ke-14 dari siklus haid. Apabila siklus haid tidak
teratur, perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada
perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur karena saat
ovulasi mungkin berada diantara hari ke-14 dan hari ke-28
siklus haid. Pada beberapa kasus, tanggal perkiraan
persalinan berdasarkan perhitungan ini lebih awal dari
tanggal perkiraan persalinan biologis yang sesungguhnya.
b) Pil kontrasepsi
Perhitungan di atas juga tidak digunakan pada
perempuan yang menggunakan pil kontrasepsi, yang hamil
saat siklus pertama setelah penghentian penggunaan pil.
Ovulasi dapat terjadi lebih lambat dari 2 minggu setelah hari
pertama haid terakhir.
4) Riwayat pernikahan
Dalam riwayat perkawinan ditanyakan :
a. Apakah anda menikah
b. Berapa kali anda menikah
c. Sudah berapa lama anda menikah
jika seorang perempuan baru hamil sudah lama menikah, nilai anak
tentu besar sekali. Hal ini harus diperhitungkan dalam pimpinan
persalinan karena merupakan anak mahal (Firman dkk, 2012:82).
19

5) Riwayat imunisasi
Tabel 2.2 pemberian vaksin TT untuk ibu yang belum pernah
(DPT/TT/) DT) atau tidak tahu status imunisasinya

No Pemberian Selang waktu minimal


1 1 kali TT 2, 4 minggu setelah TT1 (pada
kehamilan)
2 2 kali TT 3, 6 bulan setelah TT2 (pada kehamilan,
jika selang waktu terpenuhi)
3 3 kali TT 4, 1 tahun setelah TT 3
4 4 kali TT 5, 1 tahun setelah TT 4
5 5 kali Tidak perlu lagi

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2013 : 29 )


6) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Dalam riwayat kesehatan yang lalu perlu ditanya adakah riwayat
penyakit menular seperti (HIV/AIDS/TBC), ibu hamil dengan
penyakit menular sebaiknya segera dirujuk untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai, mencegah terjadinya penularan
(Kemenkes RI 2010:162-168), sedangkan penyakit menurun seperti
(DM dan asma) harus berkonsultasi dengan dokter spesialis karena
akan berdampak buruk pada persalinan (Kemenkes RI 2010:194).
b. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam riwayat keluarga perlu ditanyakan :
Adanya penyakit keturunan dalam keluarga, anak kembar atau
penyakit menular yang dapat mempengaruhi persalinan (misalnya :
TBC), adanya riwayat kelainan kongenital dalam keluarga dan
riwayat kongenital pada kelahiran sebelumnya. Hal ini berguna
untuk mengidentifikasi risiko penyakit keturunan terhadap janin.
Informasi tentang kelainan metabolik, penyakit kardiovaskular,
keganasan dan retardasi mental (Firman dkk, 2012:84).
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sebelumnya
a. Kehamilan
20

Tanyakan apakah pasien mengalami gangguan seperti perdarahan,


muntah yang hebat, toksemia gravidarum sebelumnya karena dapat
mempengaruhi kehamilan sekarang dan persalinan.
b. Persalinan
a) Tanyakan apakah persalinan yang lalu berlangsung spontan atau
buatan, aterm atau premature, apakah terjadi perdarahan dan
siapa yang menolong persalinan (dokter, bidan, dukun).
Tanyakan adanya riwayat abortus, spontan atau buatan, indikasi
section caesaria sebelumnya jika ada yang merupakan penilaian
skor ibu hamil.
b) Tanyakan adanya riwayat paritas yang tinggi.
Paritas tinggi akan meningkatkan resiko perdarahan pasca salin,
kehamilan ganda dan plasenta previa, termasuk plasenta letak
rendah, plasenta previa lateralis maupun totalis.
c) Tanyakan adanya penyulit kehamilan dan persalinan sebelumnya,
seperti persalinan prematur, ketuban pecah sebelum waktunya,
distosia, perdarahan pasca salin, kematian janin atau bayi,
morbiditas perinatal, diabetes, dan hipertensi merupakan faktor
resiko pada kehamilan selanjutnya(Reeder, dkk, 2011: 101).
c. Nifas
Tanyakan adanya panas atau perdarahan pada masa nifas sebelumnya
yang merupakan tanda adanya infeksi dan kemungkinan untuk
terjadi kembali karena faktor penyebab tertentu seperti penyakit atau
pun kebersihan yang kurang. Mengetahui kondisi dan kemampuan
ibu menyusui bayi(Reeder, dkk, 2012: 88)
d. Anak
Anamnesis anak meliputi jenis kelamin, hidup atau tidak, dan sebab
(jika meninggal), serta berat badan bayi waktu lahir. Pertanyaan-
pertanyaan ini sangat mempengaruhi pimpinan dan prognosis
persalinan, karena jalannya persalinan yang lalu merupakan hasil
ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan(Firman
Wirakusumah F, dkk, 2012:
21

8) Kehamilan sekarang
Hal- hal yang perlu ditanyakan dalam kehamilan sekarang adalah
sebagai berikut :
a. Tanyakan kapan ibu mulai merasakan pergerakan anak, normalnya
ibu mulai merasakan gerakan anak selama bulan kelima atau
keenam, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika ibu beristirahat. Gerakan bayi kurang
dari 3 kali dalam periode 3 jam merupakan tanda gejala dari
komplikasi keadaan janin(Marmi, 2011: 225).
b. Adapun jadwal pemeriksaan kehamilan adalah :
a) Minimal 1 kali pada trimester I (sebelum 14 minggu).
b) Minimal 1 kali pada trimester II (antara minggu 14-28).
c) Minimal 2 kali pada trimester III (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke-36) ( Menurut depkes RI, 2006).
9) Riwayat Kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi EDD (Estimated Delivery Date), dan karena
penggunaan metode lain dapat membantu “menanggali” kehamilan.
Ketika seseorang wanita menghabiskan pil berisi hormone dalam
kaplet kontrasepsi oral, periode menstruasi yang selanjutnya akan
dialami disebut dengan “withdrawl bleed”. Menstruasi ini spontan
mungkin tidak terjadi pada waktu biasanya. Kuranganya menstruasi
spontan disebut amenorea post pil (Suryati Romauli, 2011: 165).
10) Pola kebiasaan sehari- hari
A. Pola makan
Kebutuhan nutrisi ibu hamil
a. Kalori
Perempuan hamil dengan berat badan normal membutuhkan
sekitar 2400 kalori perhari selama kehamilan, yang berarti
meningkat 300 kalori / hari di atas kebutuhan perempuan tidak
hamil.
22

a) Masukan kalori yang tidak adekuat dapat mengakibatkan


timbulnya masalah pada masa intra dan pascasalin.
b) Apabila masukan kalori tidak adekuat, protein akan di
metabolisme sebagai sumber energi, bukan digunakan
sebagai materi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
c) Masukan kalori yang tidak adekuat mempunyai dampak
besar terutama pada perempuan dengan berat badan rendah
sebelum kehamilan.
d) Semua pasien, khususnya yang mengalami obesitas, harus
diingatkan bahwa mereka tidak boleh memulai program
penurunan berat badan selama kehamilan. Perhatian kita
terutama harus lebih ditujukan terhadap masalah kualitas
dari pada kuantitas. Pada umumnya, jumlah kalori dalam
kehamilan tidak perlu ditambah, malahan harus dikurangi
jika berat badan pasien terlalu naik. Walaupun pada
kehamilan tua metabolisme bertambah, hal ini diimbangi
oleh pengurangan aktivitas.
b. Mineral
Kebutuhan mineral bertambah saat kehamilan, terutama
kebutuhan Ca, P dan Fe. Besi (Fe) diperlukan untuk
pembuatan Hb janin, sedangkan kalsium (Ca) dan fosfor (P)
diperlukan untuk pembuatan tulang janin.
a) Zat besi
Fe yang terdapat dalam makanan tidak dapat mencukupi
kebutuhan perempuan hamil.
(a) Kekurangan zat besi
Terdapat banyak perempuan mempunyai cadangan zat
besi yang tidak adekuat karena kehilangan darah
selama haid. Selama kehamilan, kekurangan zat besi
terjadi lebih banyak lagi. Pemberian tambahan zat besi
diperlukan untuk perkembangan janin dan
meningkatkan volume darah ibu.
23

(b) Masukan yang dianjurkan


Elemen zat besi sebesar 30- 60 mg per hari harus
diberikan untuk melengkapi diet. Zat besi dapat
ditemukan pada hati daging merah, kacang kering,
daun- daunan berwarna hijau, butir sereal, dan buah-
buahan.
c. Protein
Pertumbuhan sel membutuhkan protein. Asupan protein yang
tidak mencukupi selama kehamilan dapat menyebabkan
pertumbuhan janin yang tidak optimal dan terjadinya
pengurangan ukuran berbagai organ janin akibatnya morbiditas
dan mortalitas perinatal meningkat. Kebanyakan ibu
menyimpan 200- 350 gram tambahan protein sebagai persiapan
menghadapi kemungkinan hilangnya selama persalinan. Selama
kehamilan seorang perempuan dewasa membutuhkan protein
sekitar 1,3 g/kg BB/hari, sedangkan seorang remaja
membutuhkan protein 1,5 g/kg/BB/hari. Sebagian protein
tersebut berasal dari ayam, dan ikan yang mengandung asam
amino yang mencukupi untuk sintesis protein(Brenna H.Mayer
dkk,2012:43-45).
d. Natrium
Pembatasan asupan natrium yang dulu sering disarankan kini
tidak lagi dianjurkan karena adanya efek natriuretik dari
progesterone. Kepastian tentang penggunaan diuretik pada
kehamilan sendiri belum ada (Brenna H.Mayer dkk,2012:72)
e. Vitamin
Pada binatang percobaan, kekurangan vitamin dapat
menimbulkan kelainan bawaan dan abortus. Pada manusia
pengaruh tersebut belum terbukti. Akan tetapi, vitamin tetap
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal. Pemberian
resep vitamin tambahan merupakan hal yang umum dikalangan
dokter, tetapi tidak banyak bukti yang dapat menunjukkan
24

bahwa vitamin bermanfaat bagi ibu maupun bayinya. Satu hal


yang harus diingat adalah bahwa vitamin tidak dapat digunakan
sebagai pengganti makanan.
(a) Vitamin A
Vitamin A diperlukan, misalnya untuk menambah daya
tahan terhadap infeksi (Prof. Dr. Achmad Djaeni
sediaoetama, M.SC,2010:11).
(b) Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks terdiri dari vitamin B1 (tiamin),
riboflavin, asam nisalin, dan nikotinat, dan vitamin B6 atau
piridoksin. Kekurangan vitamin B kompleks dapat
menyebabkan perdarahan pada bayi, menambah
kemungkinan perdarahan pasca salin, dan atrofi
ovarium. \B1 merupakan vitamin anti neuritis. Asam
nikotinat bersifat anti pelagra, sedangkan kekurangan
Riboflavin (vitamin B2) dapat menyebabkan keilosis
(Prof.Dr.Achmad Djaeni sediaoetama,M.SC,2010:161).
(c) Vitamin B12
Vitamin ini terdapat secara alamiah hanya pada makanan
yang berasal dari dari hewan (daging atau ikan). Pada
kelompok vegetarian, kemungkinan melahirkan bayi
dengan cadangan B12 yang rendah semakin meningkat.
Karena itu, bila seorang vegetarian hamil, kadar B12 harus
segera diidentifikasi agar dapat diberikan tablet B12
tambahan ( Prof.Dr.Achmad Djaeni sediaoetama, M.SC,
2010:158 ).
(d) Vitamin C
Selain dapat mencegah skrobut, vitamin C sangat penting
untuk pertumbuhan janin. Selama kehamilan, dibutuhkan
masukan vitamin C sebesar 80 mg per hari. Diet yang baik
akan memenuhi kebutuhan ini. Tidak dianjurkan untuk
minum vitamin C dosis tinggi (1 gram atau lebih) sebagai
25

pencegahan demam influenza karena dapat membahayakan


janin (Prof.Dr.Achmad Djaeni sedia oetama,M.SC,
2010:131).

(e) Vitamin D
Vitamin D bersifat antirakitis. Vitamin ini terutama penting
bagi ibu yang tinggal di daerah kurang sinar matahari.
(f) Vitamin E
Vitamin E penting untuk reproduksi dan pertumbuhan
embrio(Prof.Dr.Achmad Djaeni sedia oetama, M.SC,
2010:125).
B. Pola minum
Perempuan hamil harus minum cukup banyak air, kira- kira 6-8
gelas sehari. Air menambah keringat dan juga pengeluaran racun
melalui usus dan ginjal (Firman, dkk, 2012: 114- 118).
C. Pola istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur
khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan
tidur perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur
teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk
kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada
malam hari kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks
pada siang hari selama 1 jam. (Suryati Romauli, 2011: 97).
D. Aktivitas sehari- hari
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan/ aktifitas fisik biasa selama
tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat melakukan pekerjaan
seperti menyapu, mengepel, masak dan mengajar. Semua pekerjaan
tersebut harus sesuai dengan kemapuan wanita tersebut dan
mempunyai cukup waktu untuk istirahat
E. Personal hygiene
Kebersihan harus dijaga selama kehamilan, mandi dianjurkan
sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
26

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama


lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan
cara dibersihkan dengan air dan keringkan. Kebersihan gigi dan
mulut, perlu mendapat perhatian karena sering kali mudah terjadi
gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium, rasa
mual selama masa hamil mengakibatkan perburukan hygiene mulut
dan dapat menimbulkan caries pada gigi.
F. Aktivitas seksual
Selama kehamilan berjalan normal,coitus diperbolehkan sampai
akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya
tidak lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran.
Pada saat orgasme dapat dibuktikan adanya fetal brady cardia
karena kontraksi uterus dan para peneliti berpendapat wanita yang
melakukan hubungan seks dengan aktif menunjukkan insidensi
fetal distres yang lebih tinggi (Yuni Kusmiyati, dkk, 2009: 103-
104).
Coitus tidak dibenarkan bila :
a) Terdapat perdarahan pervaginam.
b) Terdapat riwayat abortus berulang.
c) Abortus/partus prematur imminens.
d) Ketuban pecah.
e) Serviks telah membuka.
11) Riwayat Psikososial
Hal penting yang biasanya berkaitan dengan masa hamil yaitu menu
makanan untuk ibu hamil, misalnya ibu hamil harus pantang terhadap
makanan yang berasal dari daging, ikan, telur, dan goreng- gorengan
karena dipercaya akan menyebabkan kelainan pada janin. Adat ini
akan sangat merugikan pasien dan janin karena hal tersebut akan
membuat pertumbuhan janin tidak optimal dan pemulihan
kesehatannya akan terhambat. Dengan banyaknya jenis makanan yang
harus ia pantang, maka akan mengurangi juga nafsu makannya,
27

sehingga asupan makanan yang harusnya lebih banyak dari biasanya


malah jadi semakin berkurang(Suryati Romauli, 2011: 170).
B. Data objektif
1. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan umum :
Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan umum, yaitu:
a. Keadaan umum pasien, kedaan gizi (malnutrisi atau obesitas),
kelainan bentuk badan,kesadaran(Firman, dkk, 2012: 84).
b. Tinggi badan
Tubuh yang pendek atau tinggi badan ≤ 145 cm dapat menjadi
indikator gangguan genetik atau kemungkinan adanya CPD.
Karena tinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan tinggi
badan berubah seiring peningkatan usia wanita, tinggi badan
harus diukur pada saat kunjungan awal(Marmi, 2011: 163).
c. Berat badan
Kenaikan berat badan selama kehamilan berkisar 11-12,5 kg
atau 20% dari berat badan sebelum hamil penambahan berat
badan sekitar 0,5 kg pada TM I dan 0,5 kg setiap minggu pada
TM berikutnya(Elizabet,2008:121). Berat badan dalam
triwulan III boleh bertambah lebih dari satu 1 Kg dalam
seminggu atau 3 Kg dalam sebulan. Jika terjadi penambahan
yang melebihi batas tersebut, harus dipertimbangkan
kemungkinan adanya penimbunan (retensi air) yang disebut
pradema(Firman, dkk, 2012: 84).
d. Lingkar lengan atas (lila)
Ukuran ini digunakan sebagai indikator untuk menilai status
gizi ibu hamil. Ukuran normalnya adalah 23,5 cm, bila
ditemukan pengukuran kurang dari 23,5 cm berarti status gizi
ibu hamil kurang(Mandriwat, 2012: 117).
e. Tanda – tanda vital, meliputi :
a) Tekanan darah
28

Tekanan darah pada ibu hamil, tidak boleh mencapai 140


sistolik atau 90 diastolik. Selain itu, perubahan 30 sistolik
dan 15 diastolik diatas tekanan darah sebelum hamil
menandakan toksemia gravidarum(Firman, dkk, 2012: 85).

b) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60- 80 kali/
menit. Denyut nadi 100 kali per menit atau lebih dalam
keadaan santai merupakan pertanda buruk. Jika denyut
nadi ibu sekitar 100 kali per menit atau lebih, mungkin ibu
mengalami salah satu atau lebih keluhan seperti tegang,
ketakutan atau cemas akibat masalah tertentu, perdarahan
berat, anemia sakit/demam, gangguan tyroid , gangguan
jantung (Ari Sulistyawati, 2009:6).
c) Pernafasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan. Normalnya
16-24 kali per menit (Suryati Roumali, 2009:6).
d) Suhu tubuh
Suhu tubuh yang normal adalah 36,5- 37,5ºC. Suhu tubuh
lebih dari 37ºC perlu diwaspadai adanya infeksi (Suryati
Romauli, 2011: 173).
2) Pemeriksaan fisik
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeriksaan kebidanan:
1. Inspeksi (periksa pandang)
a. Muka
Tampak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit
pigment yang berlebihan, tidak sembab. Bentuk simetris,
bila tidak adanya kelumpuhan.
b. Mulut
Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya. Dalam
kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang
29

mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka


perlu perawatan mulut agar tetap bersih.
c. Gigi
Adakah caries atau keropos tulang menandakan ibu
kekurangan kalsium. Saat hamil sering terjadi caries gigi
yang berkaiatan dengan emesis, hyperemesis gravidarum
adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi
(Suryati Romauli, 2011: 174).
d. Leher
Tentukan adanya bendungan vena dileher, pembesaran
kelenjar gondok dan pembesaran kelenjar limfa.
e. Dada
Payudara biasanya membesar saat kehamilan akibat
hipertrofi alveoli. Hal ini seringkali menyebabkan
hipersensitivitas pada mammae. Dibawah kulit payudara,
sering tampak gambaran-gambaran vena yang meluas.
Puting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya,
demikian juga dengan areola mammae. Puting susu
seringkali mengeluarkan cairan kuning yang lengket
disebut colostrum. Perubahan pada payudara sedemikian
rupa sehingga dapat dipakai untuk menentukan kehamilian
pada hamil muda. Perubahan- perubahan tersebut
disebabkan pengaruh hormonal.
f. Perut
Tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke
samping (pada asites misalnya membesar ke samping),
keadaan pusat, pembesaran perut sesuai usia kehamilan
atau tidak, pigmentasi di linea alba, penampakan gerakan
anak, atau kontraksi, adanya striae gravidarum atau bekas
luka.
g. Vulva
30

Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda


Chadwick, kondilomata, dan fluor albus.
h. Anggota bawah (ekstremitas)
Cari adanya varises, oedema, luka, atau sikatriks pada
lipatan paha(Firman, dkk, 2012: 88).
2. Palpasi (periksa raba)
a. Muka
Adanya oedema, oedema dalam kehamilan selain
disebabkan oleh toksemia gravidarum, Oedema yang
menyeluruh, misalnya didaerah muka, tangan, perut, dan
persendian dianggap tidak normal
b. Perut (abdomen)
a) Leopold I
Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan
persalinan dan menentukan bagian- bagian janin yang
berada difundus uteri (Mandriwati, 2012: 93)
b) Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada
bagian samping kiri dan kanan uterus.
c) Leopold III
Menentukan bagian tubuh janin yang berada pada
bagian bawah uterus dan mengetahui apakah bagian
tubuh janin yang berada pada bagian bawah sudah
masuk atau belum masuk ke pintu atas panggul
(Mandriwati, 2012: 95- 96).
d) Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul. Akan tetapi, pemeriksaan leopold IV
tidak dilakukan jika kepala masih tinggi. Pengukuran
dalam sentimeter untuk mengikuti pertumbuhan anak
sesuai pertumbuhan rahim saat ini sering dilakukan.
Obyek yang diukur adalah tingginya fundus uteri dan
31

perimeter umbilical (lingkaran perut setinggi pusat).


Hasil pemeriksaan :
(a) Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin
sudah masuk PAP.
(b) Divergen : sebagian besar bagian terendah janin
sudah masuk PAP.
(c) Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah
masuk PAP (Sarwono, 2010:152).
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya
kehamilan ditentukan dengan rumus :
a) Mc Donald
Sesuai dengan usia kehamilan di ukur dalam cm. Fundus
uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam bulan
obstetrik dan bila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan
umur kehamilan dalam minggu (Manuaba, 2010: 37). TBJ:
TFU - 12 x 155=gram (jika bagian terendah janin belum
masuk PAP)TFU-11 x 155= gram ( jika bagian terendah
janin sudah masuk PAP).
c. Ekstremitas
Adanya oedema, oedema dalam kehamilan selain disebabkan oleh
toksemia gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada
vena- vena dalam panggul yang mengalirkan darah dari kaki, juga
disebabkan oleh hipovitaminosis B1, hipoproteinemia, gagal ginjal
dan penyakit jantung. Oedema yang menyeluruh, misalnya
didaerah muka, tangan, perut, dan persendian dianggap tidak
normal sedangkan oedema dikaki dan pergelangan kaki pada siang
hari dianggap normal (Firman, dkk, 2012: 85).
3. Auskultasi (periksa dengar)
a. Abdomen
Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5 detik
pertama, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik
32

kedua, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik


ketiga. Jumlah perhitungan selama 3 kali setiap 5 detik dikalikan 4,
sehingga denyut jantung janin selama 1 menit dapat ditetapkan.
Normalnya, 120- 140 denyut per menit(Ida Ayu Chandra Manuaba
dkk, 2010: 116).
4. Perkusi
a. Reflek patella
Normalnya tungkai akan bergerak- gerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila geraknya berlebihan dan cepat, maka hal ini mungkin
merupakan tanda preeklampsi. Bila reflek patella negatif
kemungkinan pasien mengalami kekurang B1 (Suryati Romauli,
2011: 176).
3) Pemeriksaan laboratorium
Terdiri dari:
a. Darah
Yang diperiksa adalah golongan darah ibu, kadar hemoglobin dan
HbsAg. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan untuk mendeteksi faktor
resiko kehamilan yang berupa adanya anemia. Bila kadar Hb ibu
kurang dari 10% berarti ibu dalam keadaan anemia, terlebih bila kadar
Hb kurang kurang dari 8% berarti ibu anemia berat. Batas terendah
untuk kadar Hb dalam kehamilan adalah 10gr/100 ml. Pemeriksaan
Hb minimal dilakukan dua kali selama hamil, yaitu pada trimester I
dan trimester III sedangakan pemerikasaan HbsAg digunakan untuk
mengetahui apakah ibu menderita hepatitis atau tidak.
b. Urine
Pemeriksaan yang dilakukan adalah reduksi urine dan kadar albumin
dalam urine sehingga diketahui apakah ibu menderita preeklampsi
atau tidak(Suryati Romauli, 2011: 176- 177).
4) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara: dengan
mengukur diameter kantung kehamilan (GS = Gestational Sac) untuk
kehamilan 6-12 minggu, dengan mengukur jarak kepala – bokong (GRL
33

= Groun Rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu. Dengan


mengukur diameter bipareital (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12
minggu(Suryati Romauli, 2011: 72)
II. Perumusan Diagnosa atau masalah kebidanan
A: G1P0000 usia kehamilan 33 minggu, keadaan umum ibu baik,
keadaan jalan lahir normal, Janin tunggal, hidup, intrauterine, letkep,
keadaan umum janin baik
P:
1. melakukan pendekatan pada klienn dengan salam, sennyum, sapa.
Evaluasi : ibu keoperatif
2. memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a. Keadaan umum pasien, kedaan gizi (malnutrisi atau obesitas),
kelainan bentuk badan, kesadaran.
b. Berat badan : kenaikan berat badan normalnya 11 – 12,5
Kg.
c. Lingkar lengan atas : > 23,5 cm.
d. Tekanan darah : 100/70 mmHg- 130/90 mmHg.
e. Pemeriksaan fisik ibu hamil
1. Inspeksi payudara
2. Palpasi
a. Payudara
b. Abdomen
a) Leopold I
b) Leopold II
c) Leopold III
d) Leopold IV
3. Auskultasi abdomen
Masalah :
1. Sering Kencing
III. Intervensi
Pada langkah ini direncanakan suatu asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
34

kelanjutan menajemen kebidanan terhadap diagnosa atau masalah


yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
infomasi data yang tidak langkap dilengkapi (Suryani,2009:123)
Tanggal : jam :
Tujuan : Dengan melakukan asuhan kebidanan selama 1 x 30
menit diharapkan keadaan ibu lebih baik dan
mengerti perubahan fisiologis pada ibu hamil :
Kriteria Hasil :
1. Keadaan Umum : Baik
2. TTV : TD : 100/70- 130/ 90 mmHg
RR : 16- 24 x/menit
N : 60- 90 x/ menit
S : 36,5- 37,5ºC
3. TFU dalam batas normal
33 minggu : 23 cm
4. Kehamilan berjalan dengan lancar
a) tidak ada tanda-tanda bahaya kehamilan
b) albumin negative
c) Hb ≥ 11 g/dl
d) Djj 140 x/menit-160x/menit
Intervensi :
1. Bangun hubungan saling percaya antara bidan dengan pasien
Rasional: Hubungan ini harus dipenuhi secara mutlak sehingga
informasi dan penatalaksanaan yang diberikan oleh bidan dapat
sesuai dengan data yang disampaikan oleh pasien secara
jujur(Ari Sulistyawati, 2011: 4).
2. Lakukan pemeriksaan palpasi abdominal untuk mengetahui
apakah ada kehamilan ganda, deteksi letak janin dan kondisi
lain kontra indikasi berdalin di luar rumah sakit.
Rasional: deteksi dini terhadap penyulit yang akan terjadi pada
proses persalinan(Yuni Kusmiati, dkk, 2009: 169).
3. Jelaskan pada ibu solusi sering kencing :
35

a. Kosongkan saat terasa dorongan untuk kencing


b. Perbanyak minum pada siang hari
c. Jangan kurangi minum dimalam hari untuk mengurangi
nocturia, kecuali jika nucturia mengganggu tidur dan
menyebabkan keletihan
d. Batasi minum bahan diuretika alamiah seperti (kopi, teh,
cola dengan caffeine)
Rasional : untuk menambah pengetahuan ibu sehingga ibu
mengerti bahwakeluhannya merupakan hal yang normal
dalam kehamilan karena dipengaruhi oleh penurunan
kepala janin (Yuni Kusmiati, dkk, 2009:124)
4. Jelaskan pada ibu tentang kesehatan termasuk kebersihan,
aktivitas, dan nutrisi
a. Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dua kali
sehari, mengganti pakaian dalam yang bersih dan kering,
dan membasuh vagina.
b. Minum cukup air.
c. Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari
menu seimbang.
d. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
e. Hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan
(dianjurkan memakai kondom).
Rasional: memenuhi kebutuhan dasar ibu hamil.
5. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ANC terpadu pada
fasilitas kesehatan tingkat lanjut seperti di puskesmas
Rasional : deteksi dini adanya penyulit kehamilan
6. Ajari ibu teknik senam hamil yang sudah ada pada buku KIA
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan yang terjadi pada ibu
hamil trimester III dan mengurangi ketegangan otot-otot sendi
sehingga memperlancar proses persalinan
7. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester III
36

Rasional : agar ibu mengetahui dan mengenali tanda bahaya


kehamilan
IV. Implementasi
Tanggal : jam
Pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana
asuhan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian
dilakukan oleh bidan sebagian dilakukan oleh klien sendiri atau oleh
petugas kesehatan lainnya, walau bidan tidak melaksanakan seluruh
asuhan sendiri tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya. Bila perlu berkolaborasi dengan dokter
misalnya karena adanya komplikasi, management efisien yang
berhubungan dengan waktu, biaya serta peningkatan mutu asuhan.Kaji
ulang apakah semua rencana telah dilaksanakan(Wafi Nur Muslihatun,
dkk, 2009: 230).
V. Evaluasi
Tanggal : jam :
Pada langkah ke-5 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar- benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah
diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang
sebagian belum efektif(Nurul Jannah, 2011: 48).
S : Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien, yang diperoleh melalui anamnesis
O : Data yang diperoleh melalui hasil observasi dari pemeriksan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan diagnostik
lain
A :Merupakan pendokumentasian hasil analisi dan interpretasi dari
data subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien yang setiap
saat bisa mengalami perubahan.
37

P :Planning untuk ibu hamil. Planing yang baru dilakukan atau yang
berkelanjutan. Kapan pengkajian formal selanjutnya. Catat
konsultasi dengan dokter dan kekonsistenan dokter dalam
mrngikuti rencana tersebut (Constance Singclair, 2010: 180).

Catatan Perkembangan
Kunjungan Kehamilan 2
Tanggal : Jam :
S : Ibu mengeluh sering keputihan
O : Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spoor, semi coma, coma
a) Tanda-tanda Vital :
(a) Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
(b) Pernafasan : 16-24 x/menit
(c) Nadi : 60-90 x/menit
(d) Suhu : 36,5-37,5°C
b) Berat badan (normal kenaikan berat badan 11-12,5 kg selama hamil)
c) Pemeriksaan Fisik
(a) Muka
tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odema
(b) Mata
Konjungtiva merah muda , sclera putih
(c) Dada dan Payudara
Lakukan palpasi ibu posisi tidur, raba payudara yang terjauh dari bidan
melingkar searah jarum jam, Tanya rasa nyeri saat di raba, ada benjolan
atau tidak, lalu ce keluarnya ASI (Rukiyah, 2010)
(d) Abdomen
1. Tinggi fundus uteri :
32 minggu : pertengahan pusat prosesus xiphoideus (px)
2. Leopold
a) Leopold I
38

Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan persalinan


dan menentukan bagian- bagian janin yang berada difundus uteri
(Mandriwati, 2012: 93)
b) Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada bagian samping
kiri dan kanan uterus.

c) Leopold III
Menentukan bagian tubuh janin yang berada pada bagian bawah
uterus dan mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada
pada bagian bawah sudah masuk atau belum masuk ke pintu atas
panggul (Mandriwati, 2012: 95- 96).
d) Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul. Hasil pemeriksaan :
a) Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin sudah masuk
PAP.
b) Divergen : sebagian besar bagian terendah janin sudah masuk
PAP.
c) Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah masuk PAP
(Sarwono, 2010:152).
3. Djj : 140-160x/menit
(e) Ekstremitas
Tidak ada edema tangan dan kaki, tidak pucat pada kuku jari, varises
(Wafi Nur Muslihatun, dkk, 2009)
O : G..P..A..P..A..H 32 minggu, keadaan umum ibu baik, Keadaan jalan lahir
normal, janin tunggal/ hidup/intrauterine/letkep/kedaan umum janin baik
P : 1. Beritahu tentang keadaan ibu
2. Jelaskan kepada ibu tentang penyebab dan solusi keluhan yang dialami
ibu
3. Jelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
39

4. Beritahu ibu tentang aktivitas dan istirahat yang harus dijalani selama
trimester III
5. Jelaskan kepada ibu tentang gizi ibu hamil pada trimester III (Taufan
Nugroho, dkk, 2014)
Kunjungan Kehamilan 3
Tanggal : Jam :
S : Ibu mengatakan sering kencimg
O: Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spoor, semi coma,
coma
a) Tanda-tanda Vital :
a. Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
b. Pernafasan : 16-24 x/menit
c. Nadi : 60-90 x/menit
d. Suhu : 36,5-37,5°C
b) Berat badan (normal kenaikan berat badan 11-12,5 kg selama hamil)
c) Pemeriksaan Fisik
b. Muka
Tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada odema
c. Mata
Konjungtiva merah muda , sclera putih
d. Dada dan Payudara
Lakukan palpasi ibu posisi tidur, raba payudara yang terjauh dari bidan
melingkar searah jarum jam, Tanya rasa nyeri saat di raba, ada benjolan
atau tidak, lalu ce keluarnya ASI (Rukiyah, 2010)

e. Abdomen
1. Tinggi fundus uteri :
37 minggu : 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
2. Leopold
a) Leopold I
40

Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan persalinan


dan menentukan bagian- bagian janin yang berada difundus uteri
(Mandriwati, 2012: 93)
b) Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada bagian
samping kiri dan kanan uterus.
c) Leopold III
untuk mengetahui apa yang ada pada bagian terendah janin,
apakah kepala sudah masuk PAP. Kepala masuk PAP pada
primigravida yaitu pada usia kehamilan ≥ 38 minggu.
Sedangkan pada multi gravida kepala pada umunya baru
engaged pada saat persalinan (Manuaba,2010)
d) Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul. Hasil pemeriksaan :
(a) Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin sudah
masuk PAP
(b) Divergen : sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
(c) Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah masuk PAP
(Sarwono, 2010:152).

Djj : 140-160x/menit
f. Ekstremitas
Tidak ada edema tangan dan kaki, tidak ada varises
O : G..P..A..P..A..H 37 minggu, keadaan umum ibu, kesan jalan lahir normal,
janin tunggal/hidup/intrauterine/ letkep/kedaan umum janin baik
P : 1. Beritahu tentang keadaan ibu
2. Jelaskan kepada ibu tentang penyebab dan solusi keluhan yang dialami
ibu
3. Jelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan
4. Beritahu ibu tentang aktivitas dan istirahat yang harus dijalani selama
trimester III
41

5. Jelaskan kepada ibu tentang gizi ibu hamil pada trimester III
6. Beritahu ibu tanda-tanda persalinan
7. Beritahu informasi kepada ibu tentang persiapan persalinan
(Taufan Nugroho, dkk, 2014)
Kunjungan Kehamilan 4
Tanggal : Jam :
S : Ibu mengatakan sering kencing
O : Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spoor, semi coma,
coma
a) Tanda-tanda Vital :
Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg
Pernafasan : 16-24 x/menit
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5-37,5°C
b) Berat badan (normal kenaikan berat badan 11-12,5 kg selama hamil)
c) Pemeriksaan Fisik
(a) Muka
Cloasma gravidarum, odema
(b) Mata
Konjungtiva, sclera
(c) Dada dan Payudara
Lakukan palpasi ibu posisi tidur, raba payudara yang terjauh dari
bidan melingkar searah jarum jam, Tanya rasa nyeri saat di raba,
ada benjolan atau tidak, lalu cek keluarnya ASI (Rukiyah, 2010)
(d) Abdomen
1. Tinggi fundus uteri :
38minggu : 3 jari bawah prosesus xiphoideus (px)
2. Leopold
a. Leopold I
42

Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan


persalinan dan menentukan bagian- bagian janin yang berada
difundus uteri (Mandriwati, 2012: 93)
b. Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada bagian
samping kiri dan kanan uterus.
c. Leopold III
untuk mengetahui apa yang ada pada bagian terendah janin,
apakah kepala sudah masuk PAP. Kepala masuk PAP pada
primigravida yaitu pada usia kehamilan ≥ 38 minggu.
Sedangkan pada multi gravida kepala pada umunya baru
engaged pada saat persalinan (Manuaba,2010)
d. Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul. Hasil pemeriksaan :
(a) Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
(b) Divergen : sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
(c) Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah masuk
PAP (Sarwono, 2010:152).
3. Djj : 140-160x/menit
e. Ekstremitas
Tidak ada odema tangan dan kaki, tidak ada varises
O : G..P..A..P..A..H 38 minggu, keadaan umum ibu, kesan jalan lahir normal,
janin tunggal/hidup/ intrauterine/ letkep/kedaan umum janin baik
P : 1) Beritahu tentang keadaan ibu
2) Jelaskan kepada ibu tentang penyebab dan solusi keluhan yang dialami
ibu
3) Beritahu ibu tanda-tanda persalinan
4) Beritahu informasi kepada ibu tentang persiapan persalinan
2.2 Persalinan
43

2.2.1 Konsep dasar persalinan


1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta (Varney, 2007)
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progesif
dari dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran palsenta, dan
proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani, 2011)
2.2.2 Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam
menyesuaikan dengan ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat
kepala melewati panggul. Mekanisme ini sangat diperlukan
mengingat diameter janin yang lebih besar dari panggul. Adapun
gerakan-gerakan janin dalam persalinan/gerakan cardinal adalah
sebagai berikut :

1. Engangement

Engangement pada primigravida terjadi pada bulan terakhir


kehamilan, sedangkan pada multigravida dapat terjadi pada awal
persalinan. Engangement adalah peristiwa ketika diameter biparietal
melewati pintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/oblik di
dalam jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan mengalami
kesulitan bila saat masuk kedalam panggul dengan sutura sagitalis dalam
antero posterior. Jika kepala masuk ke dalam pintu atas panggul dengan
sutura sagitalis melintang di jalan lahir, tulang parietal kanan dan kiri sama
tinggi, maka keadaan ini disebut sinklitismus. Kepala pada saat melewati
pintu atas panggul dapat juga dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih
dekat ke promontorium atau ke sympisis maka hal ini disebut
asinklitismus
44

2. Penurunan kepala

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari kontraksi


uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien (Ari
Sulistyawati dan Endang, 2010)

3. Fleksi
a. Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi
kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul atau dasar
panggul
b. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi maka diameter
oksipitofrontalis 12 cm berubah menjadi oksipito bregmatika 9 cm
c. Posisi dagu bergeser ke arah dada janin
d. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada
ubun-ubun besar
4. Rotasi dalam
Putara internal dari kepala janin akan membuat diameter
anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala menyesuaikan diri dengan
diameter anteroposterior dari panggul pasien. Kepala akan berputar dari
arah diameter kanan, miring kea rah diamaeter PAP dari panggul tetapi
bahu tetap miring ke kiri, dengan demikian hubungan normal antara as
panjang kepala janin dengan as panjang dari bahu akan berubah dan leher
akan berputar 45 derajat. hubungan antara kepala dan panggul ini akan
terus berlanjut selama kepala janin masih berada di dalam panggul. Pada
umumnya rotasi penuh dari kepala ini akan terjadi ketika kepala telah
sampai di dasar panggul atau segera setelah itu. Perputaran kepala yang
dini kadang-kadang terjadi pada multipara atau pasien yang mempunyai
kontraksi efisien.
5. Ekstensi
a. Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit
langsung pada margo inferior simpisis pubis.
b. Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan dengan
45

cara ekstensi agar dapat memulainya. Pada saat kepala janin mencapai
dasar panggul tidak langsung terekstensi, akan tetapi terus didorong ke
bawah sehingga mendesak ke jaringan perenium.

6. Rotasi Luar
Terjadinya gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh
faktor-faktor panggul, sama seperti pada rotasi dalam. Merupakan gerakan
memutar ubun-ubun kecil ke arah panggul janin, bagian belakang kepala
berhadapan dengan tuber iskhiadikum kanan atau kiri, sedangkan muka
janin menghadap salah satu paha ibu. Ekspulsi
7. Ekspulsi
Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai
hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua
bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan belakang sampai lahir
janin seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan, bahu belakang, badan
seluruhnya (Sumarah, SsiT,dkk , 2009).
2.2.3 Manajemen Asuhan Persalinan
SOAP Kala I
1. Fase Laten
Tanggal : Jam :
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur, terdapat keluaran
lendir darah, air ketuban belum keluar (Ari Sulistyawati, 2010)
O : Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spor,
semi coma, dan coma
Tanda Vital :
a. Tekanan Darah : 100/70- 130/ 90 mmHg
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan
sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg
b. Pernafasan : 16- 24 x/menit
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolism
46

c. Nadi : 60- 90 x/ menit


Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding
selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan
peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan
d. Suhu : 36,5- 37,5ºc
Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C dianggap normal, nilai
tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi (periksa pandang)
a) Wajah
Tentukan ada atau tidaknya cloasmagravidarum, oedema wajah,
keadaan selaput mata (pucat atau merah), serta keadaan lidah dan
gigi.
b) Dada
Tentukan bentuk buah dada, pigmentasi puting dan areola,
keadaan puting susu serta ada atau tidaknya kolostrum
c) Perut
Tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke samping (pada
asites misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pembesaran perut sesuai usia kehamilan atau tidak, pigmentasi di
linea alba, penampakan gerakan anak, atau kontraksi, adanya
striaegravidarum atau bekas luka (Firman, dkk, 2012: 88).
d) Vulva
Tentukan apakah ada masa termasuk kondilomata, luka,
viskositasvulva atau rektum, luka parut di perinium, menilai cairan
vagina, apakah ada luka parut di vagina (Asri hidayat, dkk, 2010).
b. Palpasi (periksa raba)
a) Muka
Adanya oedema, oedema dalam kehamilan selain disebabkan oleh
toksemiagravidarum, Oedema yang menyeluruh, misalnya
didaerah muka, tangan, perut, dan persendian dianggap tidak
normal.
47

b) Perut (abdomen)
(a) Leopold I
Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan
persalinan dan menentukan bagian- bagian janin yang berada
difundus uteri (Mandriwati, 2012: 93)
(b) Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada bagian
samping kiri dan kanan uterus.
(c) Leopold III
Menentukan bagian tubuh janin yang berada pada bagian
bawah uterus dan mengetahui apakah bagian tubuh janin yang
berada pada bagian bawah sudah masuk ke pintu atas panggul
(Mandriwati, 2012: 95- 96).
(d) Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul. Hasil pemeriksaan :
-Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
-Divergen : sebagian besar bagian terendah janin sudah masuk
PAP.
-Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah masuk PAP
(Sarwono, 2010:152).
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya kehamilan
ditentukan dengan rumus :
a) Mc Donald
Sesuai dengan usia kehamilan di ukur dalam cm. Fundus
uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam bulan
obstetrik dan bila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan
umur kehamilan dalam minggu (Manuaba, 2010: 37).
b) TBJ: TFU-11 x 155= gram ( jika bagian terendah janin
sudah masuk PAP).
48

c) His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya


menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan
(Manuaba, 2009:304). Sedangkan kontraksi terjadi teratur ,
minimal 2 kali dalam 10 menit dengan durasi minimal 20
detik (Ari Sulistyawati, 2010)
c. Auskultasi (periksa dengar)
a. Abdomen
Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5 detik
pertama, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik
kedua, interval 5 detik dilanjutkan menghitung untuk 5 detik
ketiga. Jumlah perhitungan selama 3 kali setiap 5 detik dikalikan
4, sehingga denyut jantung janin selama 1 menit dapat ditetapkan.
Normalnya, 120- 140 denyut per menit (Ida Ayu Chandra
Manuaba dkk, 2010: 116).
d. Periksa dalam (VT)
Hal-hal yang harus diperiksa sewaktu pemeriksaan dalam:
(a) Keadaan servik, yaitu dengan memasukkan jari pemeriksa sampai
meraba servik. Dari servik ditemukan:
(b) Kaku atau lunaknya servik, servik yang kaku ialah yang kerasnya
seperti ujung hidung, dan dapat memperlambat pembukaan,
sedangkan servik yang lunak seperti bawah daun telinga.
(c) Apakah servik sudah mendatar atau belum, jika belum apakah
masih panjang atau sudah pendek
(d) Apakah bibir servik masih tebal atau tipis
(e) Berapa besar pembukaan
Penambahan pembukaan 1 cm perjam bagi primigravida dan 2
cm per jam bagi multigravida.Pada fase laten dimulai sejak
kontraksi, menyebabkan penipisan, dan pembukaan serviks
secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm, dan
umumnya fase laten berlangsung selama 8 jam.
49

e. Keadaan ketuban
Keterangan :
U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban darah.
K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tapi air ketuban
tidak mengalir lagi “kering” (APN, 2008: 58)
f. Ada tidaknya molase
0: Tulang- tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat
dipalpasi.
1: Tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Tulang- tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih
dapat dipisahkan
3: Tulang- tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
g. Turunnya kepala
Bidang-bidang hodge untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun kepanggul pada proses persalinan. Bidang
hodge tersebut antara lain :
1) Hodge 1 : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas simpisis dan promotorium.
h. Keadaan panggul
a. Terabanya promotorium
b. Teraba linea innominata seluruhnya atau sebagian dan jumlah
bagiannya. Jika seluruh bagian lineainnominata teraba
menunjukkan adanya panggul sempit, jika hanya sebagian
menunjukkan panggul picak.
c. Apakah sacrum konkaf untuk mengetahui adanya CPD
d. Keadaan dinding samping panggul lurus atau konvergen
e. Spina ischiadica menonjol atau tidak
50

f. Keadaan os. pubis dan arcuspubis. Arcus pubis merupakan harus


sudut tumpul
g. Keadaan dasar panggul, kaku atau tebal.
h. Jika kepala belum masuk dan promotorium teraba, tentukan
konjugata diagonalis (Marmi, 2011:170).
A : G..P..A..P..A..H 38 minggu, keadaan ibu baik dengan inpartu kala I
fase laten, kesan jalan lahir normal
janin T / H / I U letkep keadaan janin baik
P : 1) Jelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, bahwa pasien
dan janinnya dalam keadaan baik dan memberikan dukungan bahwa
pasien bisa melahirkan bayinya secara normal
2) Terapkan lingkungan terapeutik dengan melibatkan suami dalam
pendampingan persalinan,kehadiran suami bertujuan agar pasien
merasa mendapat dukungan dari orang terdekatnya
3) Bimbing pasien cara untuk rileks saat ada his, dengan menarik napas
panjang kemudian dilepaskan dengan cara meniupkan napas
sewaktu ada his
4) Berikan makan dan minum agar pasien dapat memenuhi kebutuhan
energy dan nutrisi guna mencegah terjadi dehidrasi. Jenis minuman
yang diberikan adalah minuman yang manis, sedangkan jenis
makanan yang diberikan berupa makanan ringan kering tapi tetap
mengandung nutrisi seperti biscuit
5) Berikan masase dan sentuhan pada pasien untuk mengurangi rasa
nyeri dan kesendirian menghadapi proses persalinan
6) Bimbing dan Bantu pasien jika merasa ada dorongan untuk
berkemih, karena jika kandung kemih penuh dapat menghalangi
penurunan kepala
7) Siapkan partus set, set hecting, set alat untuk pertolongan bayi segera
setelah lahir, pakian pasien dan pakaian bayi
8) Lakukan pemeriksaan vagina kembali 4 jam kemudian (Ari
Sulistyawati dan Esti, 2010)
51

9) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan


partograf

2. Fase Aktif
Tanggal : Jam :
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur dan terasa kuat, terdapat
keluaran lendir darah, air ketuban belum keluar (Ari Sulistyawati,
2010)
O : Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spor, semi
coma, dan coma
Tanda Vital :
(a) Tekanan Darah : 100/70- 130/ 90 mmHg
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-
10 mmHg
(b) Pernafasan : 16- 24 x/menit
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama
persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan metabolism
(c) Nadi : 60- 90 x/ menit
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan
(d) Suhu : 36,5- 37,5ºc
Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C dianggap normal,
nilai tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme selama
persalinan
52

1. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi (periksa pandang)
(a) Wajah
Tentukan ada atau tidaknya cloasmagravidarum, oedema
wajah, keadaan selaput mata (pucat atau merah), serta keadaan
lidah dan gigi.
(b) Dada
Tentukan bentuk buah dada, pigmentasi puting dan areola,
keadaan puting susu serta ada atau tidaknya kolostrum
(c) Perut
Tentukan apakah perut membesar ke depan atau ke samping
(pada asites misalnya membesar ke samping), keadaan pusat,
pembesaran perut sesuai usia kehamilan atau tidak,
pigmentasi di lineaalba, penampakan gerakan anak, atau
kontraksi, adanya striaegravidarum atau bekas luka (Firman,
dkk, 2012: 88).
(d) Vulva
Tentukan apakah ada masa termasuk kondilomata, luka,
viskositasvulva atau rektum, luka parut di perinium, menilai
cairan vagina, apakah ada luka parut di vagina (Asri hidayat,
dkk, 2010).

b) Palpasi (periksa raba)


(a) Muka
Adanya oedema, oedema dalam kehamilan selain disebabkan
oleh toksemiagravidarum, Oedema yang menyeluruh,
misalnya didaerah muka, tangan, perut, dan persendian
dianggap tidak normal.
53

(b) Perut (abdomen)


a. Leopold I
Mengetahui tinggi fundus uteri untuk memperkirakan
persalinan dan menentukan bagian- bagian janin yang
berada difundus uteri (Mandriwati, 2012: 93)
b. Leopold II
Mengetahui bagian- bagian janin yang berada pada bagian
samping kiri dan kanan uterus.
c. Leopold III
Menentukan bagian tubuh janin yang berada pada bagian
bawah uterus dan mengetahui apakah bagian tubuh janin
yang berada pada bagian bawah sudah masuk ke pintu atas
panggul (Mandriwati, 2012: 95- 96).
d. Leopold IV
Menentukan berapa masuknya bagian bawah ke dalam
rongga panggul. Hasil pemeriksaan :
a) Konvergen : sebagian kecil bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
b) Divergen : sebagian besar bagian terendah janin sudah
masuk PAP.
c) Sejajar : setengah bagian terendah janin sudah masuk
PAP (Sarwono, 2010:152).
Hubungan antara tinggi fundus uteri dan tuanya
kehamilan ditentukan dengan rumus :
e. Mc Donald
Sesuai dengan usia kehamilan di ukur dalam cm. Fundus
uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam bulan
obstetrik dan bila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan
umur kehamilan dalam minggu (Manuaba, 2010: 37).
f. TBJ: TFU-11 x 155= gram ( jika bagian terendah janin
sudah masuk PAP).
54

g. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya


menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim
terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan
(Manuaba, 2009:304). Sedangkan kontraksi terjadi teratur
, minimal 2 kali dalam 10 menit dengan durasi minimal
20 detik (Ari Sulistyawati, 2010)

c)Auskultasi (periksa dengar)


a. Abdomen
Denyut jantung janin dihitung dengan cara menghitung 5
detik pertama, interval 5 detik dilanjutkan menghitung
untuk 5 detik kedua, interval 5 detik dilanjutkan
menghitung untuk 5 detik ketiga. Jumlah perhitungan
selama 3 kali setiap 5 detik dikalikan 4, sehingga denyut
jantung janin selama 1 menit dapat ditetapkan.
Normalnya, 120- 140 denyut per menit (Ida Ayu Chandra
Manuaba dkk, 2010: 116).
2. Periksa dalam (VT)
Hal-hal yang harus diperiksa sewaktu pemeriksaan dalam:
a. Keadaan servik, yaitu dengan memasukkan jari pemeriksa sampai
meraba servik. Dari servik ditemukan:
a) Kaku atau lunaknya servik, servik yang kaku ialah yang kerasnya
seperti ujung hidung, dan dapat memperlambat pembukaan,
sedangkan servik yang lunak seperti bawah daun telinga.
b) Apakah servik sudah mendatar atau belum, jika belum apakah
masih panjang atau sudah pendek
c) Apakah bibir servik masih tebal atau tipis
55

d) Berapa besar pembukaan. Penambahan pembukaan 1 cm perjam


bagi primigravida dan 2 cm per jam bagi multigravida. Pada fase
aktif dibagi menjadi 3 :
1. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3-4
cm
2. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
serviks berlangsung cepat dari 4-9 cm
3. Fase deselerasi : pembukaan serviks melambat dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm sampai lengkap 10 cm (Rustam
mochtar, MPH, 2008:94-95).
b. Keadaan ketuban
Keterangan :
U : Selaput ketuban utuh (belum pecah)
J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban mekonium
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban darah.
K : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban tapi air ketuban
tidak mengalir lagi “kering” (APN, 2008: 58)
c. Ada tidaknya molase
0: Tulang- tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
1: Tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Tulang- tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi
masih dapat dipisahkan
3: Tulang- tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
d. Turunnya kepala
Bidang-bidang hodge untuk menentukan sampai dimana bagian
terendah janin turun kepanggul pada proses persalinan. Bidang
hodge tersebut antara lain :
a.Hodge 2 : bidang yang sejajar hodge 1 setinggi bagian
bawah simpisis.
56

b.Hodge 3 : bidang yang sejajar hodge 1 setinggi spina


ischiadika.
c.Hodge 4 :bidang sejajar hodge 1 setinggi tulang
koksigis(Sulistyawati,2009:20).
e. Keadaan panggul
a) Terabanya promotorium
b) Teraba linea innominata seluruhnya atau sebagian dan jumlah
bagiannya. Jika seluruh bagian lineainnominata teraba
menunjukkan adanya panggul sempit, jika hanya sebagian
menunjukkan panggul picak.
c) Apakah sacrum konkaf untuk mengetahui adanya CPD
d) Keadaan dinding samping panggul lurus atau konvergen
e) Spina ischiadica menonjol atau tidak
f) Keadaan os. pubis dan arcuspubis. Arcus pubis merupakan
harus sudut tumpu
g) Keadaan dasar panggul, kaku atau tebal.
h) Jika kepala belum masuk dan promotorium teraba, tentukan
konjugata diagonalis (Marmi, 2011:170).
A : G..P..A..P..A..H 38 minggu, keadaan ibu baik dengan inpartu kala I
fase aktif, kesan jalan lahir normal
janin T / H / I U letkep keadaan janin baik
P : 1) Jelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, bahwa pasien
dan janinnya dalam keadaan baik dan memberikan dukungan
bahwa pasien bisa melahirkan bayinya secara normal,
2) Terapkan lingkungan terapeutik dengan melibatkan suami dalam
pendampingan persalinan,kehadiran suami bertujuan agar pasien
merasa mendapat dukungan dari orang terdekatnya,
3) Bimbing pasien cara untuk rileks saat ada his, dengan menarik
napas panjang kemudian dilepaskan dengan cara meniupkan
napas sewaktu ada his
4) Berikan makan dan minum agar pasien dapat memenuhi
kebutuhan energy dan nutrisi guna mencegah terjadi dehidrasi.
57

Jenis minuman yang diberikan adalah minuman yang manis,


sedangkan jenis makanan yang diberikan berupa makanan ringan
kering tapi tetap mengandung nutrisi seperti biscuit
5) Berikan masase dan sentuhan pada pasien untuk mengurangi rasa
nyeri dan kesendirian menghadapi proses persalinan
6)Bimbing dan membantu pasien jika merasa ada dorongan untuk
berkemih, karena jika kandung kemih penuh dapat menghalangi
penurunan kepala
7) Siapkan partus set, set hecting, set alat untuk pertolongan bayi
segera setelah lahir, pakien pasien dan pakaian bayi
8) Lakukan pemeriksaan vagina kembali 4 jam kemudian (Ari
Sulistyawati dan Esti, 2010)
9) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
partograf, partograf di pantau
Tabel 2.3 Parameter dalam pengisian partograf
No. Parameter Frekuensi Pada kala Frekuensi pada
1 Laten kala 1 Aktif
1. Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam
2. Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam
3. Nadi Tiap 30 – 60 menit Tiap 30 – 60
menit
4. Denyut Tiap 1 jam Tiap 30 menit
jantung janin
5. Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit
6. Pembukaan Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
serviks
7. Penurunan Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
kepala
8. Warna cairan Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*
amnion
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013: 37).
SOAP kala II
Tanggal : Jam :
58

S : Ibu mengatakan kencang kencangnya semakin sering dan ia tidak


mampu lagi menahan keinginannya untuk meneran ( Ari sulistyawati,
2010)
O : Keadaan Umum : Baik atau lemah
TTV dalam batas normal
TD : 100/ 70 mmHg- 130/ 90 mmHg
RR : 16- 24 x/ menit
N : 60- 90 x/ menit
S : 36,5- 37,5ºC

1. Pemeriksaan dalam:
V /V : Bloodshow
Ø : 10 cm
Ket : utuh/ sudah pecah
Eff : 100%
Presentasi: Belakang kepala
Denominator : UUK
Hodge : IV
Molase : tidak ada molase
Bagian terkecil anak teraba/ tidak teraba (Asuhan Persalinan
Normal,2008).
2. Melihat adanya tanda gejala kala II : dorongan meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, vulva membuka
A : G..P..A..P..A..H 38 minggu, keadaan ibu baik dengan inpartu kala II,
jalan lahir normal
janin T / H / I U letkep keadaan janin baik
P : Dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sesuai
standar APN maka dirumuskan 60 langkah APN sebagai berikut :
1. Dengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua persalinan.
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksanaan komplikasi segera pada ibu
dan bayi baru lahir.
59

3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan.
4. Lepas dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih, mengalir, kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Gunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam
6. Ambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, meng isi
dengan oksitosin dan meletakkan kembali kedalam wadah partus set
7. Bersihkan vulva dan perineum menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunalan lapas yang
dibasahi air DTT.
8. Lakukan pemeriksaan dalam, Memastikan pembukaan sudah lengkap.
9. Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan kanan yang
bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit). mencuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan. Menutup kembali partus set.
10. Periksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
memastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
kemidiaan membantu ibu menemukan posisi nyaman dan sesuai dengan
keinginanya.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(pada saat ada his, membantu ibu dalam posisi setengah duduk dan
memastikan ia merasa nyaman
13. Lakukan bimbingan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk
meneran dan timbul kontraksi yang kuat.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi nyaman,
jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1 /3 bagian bawah bokong ibu
60

17. Buka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, membuka
vulva maka melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan kepala.
menganjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan
dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar secara
spontan
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, memegang secara
biparental. Anjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan
distal untuk melakukan bahu belakang
23. Setelah bahu lahir, menggeser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. menggunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah
atas
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin)
25. Lakukan penilaian selintas , Apakah bayi menangis kuat , Apakah bayi
bernafas tanpa kesulitan, Apakah bayi bergerak aktif
26. Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Mengganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi di
atas perut ibu
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus
61

28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik
SOAP kala III
Tanggal : Jam:
S : a. pasien mengatakan bahwa bayi nya telah lahir
b. pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir
c. pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas (Ari
Sulistyawati dan Endang, 2010)
O : Keadaan umum : baik atau lemah
Kesadaran : composmentis
 TFU setinggi pusat
 Tali pusat terdapat di introitus vagina
 Kontraksi uterus baik
A : P..A..P..A..H dengan inpartu kala III
P : 29.Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10
unit IM (intramuscular) di 1 /3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, menjepit tali pusat dengan klem
kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit di dada ibu
luruskan bahu sehingga dada bayi menempel di dada ibu,
mengusahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari putting susu, menyelimuti ibu dan bayi dengan kain
hangat dan memasang topi di kepala bayi
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
62

35. Setelah uterus berkontraksi,meregangkan tali pusat dengan tangan


kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
menghentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
36. Lakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
37. Setelah plasenta tampak pada vulva, meneruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), memegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
38. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
39. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam kantong plastik yang
tersedia
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
SOAP Kala IV
Tanggal : Jam :
S : a. pasien mengatakan ari-arinya telah lahir
b pasien mengatakan perutnya terasa mulas (Ari Sulistyawati dan Endang,
2010)
O : Tanda-tanda Vital
TD : 100/ 70 mmHg- 130/ 90 mmH RR : 16- 24 x/ menit
N : 60- 90 x/ menit S : 36,5- 37,5ºC
 TFU : 2 jari dibawah pusat
63

 Perdarahan < 500 cc


 Kontraksi uterus baik
 Kandung kemih kosong
 Ada laserasi
A : P..A..P..A..H dengan inpartu kala IV
P : 41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Pastikan kandung kemih kosong jika penuh melakukan katerisasi.
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kealam
larutan klorin 0,5 % membersihkan noda darah dan cairan tubuh,
dan membilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian
mengeringkan dengan handuk.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Periksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan memastikan keadaan bayi dan memastikan
bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 x/menit).
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan badan ibu dengan menggunakan air DTT. membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai
pakaian bersih dan kering
51. Pastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu
apabila ibu ingin minum
52. Dokontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5 %, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam
larutan klorin selama 10 menit
64

54. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian


mengeringkan dengan tissu atau handuk yang bersih atau kering.
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan pemeriksaan
bayi.
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir memastikan kondisi bayi
baik, pernafasan normal (40-60 x/menit) dan temperature tubuh
normal (36,5-37,5 C) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jan pemberian vit K, memberikan suntikan imunisasi HB0
di paha kanan anterolateral bayi. Meletakkan bayi didalam
jangkauan bayi agar sewaktu-waktu bisa disusui.
58. Lepaskan sarung tangan dengan keadaan terbalik dan rendam
kedalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun air mengalir kemudian dengan
tissu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
60. Lengkapi patrograf ( Modul midwifery update,2016 ).
2.2.4 SOAP 1 Jam Bayi Baru Lahir
Tanggal : Jam:
S : Pengkajian mengenai tingkat kefahaman ibu setelah dilakukan
asuhan pada bayinya
O : Keadaan Umum : Baik atau Lemah
Kesadaran : Composmentis, apatis, samnolen, spoor, semi coma,
coma
Tanda-tanda Vital : Suhu : 36,5-37,5°C
Nadi : 120-140 x/menit
Pernapasan : 40-60 x/menit ( Elisabeth, 2016)
1. Pemeriksaan fisik (head to too)
a. kepala
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput
suksedaneum, cefal hematoma, perdarahan fraktur tulang
tengkorak.
b. Telinga
65

Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi


yang cukup bulan.
c. Mata
Periksa strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna.
d. Hidung dan mulut
Bibir bayi yang baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus
rata dan simetris. Bayi harus bernafas dengan hidung, jika
melalui mulut harus diperhatikan kemungkinan adanya
obstruksi jalan nafas karena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofarin.
e. Leher
Periksa adanya kelenjar tiroid dan vena jugularis.
f. Dada
Pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua tangan harus bebas gerak, jika gerakan
kurang kemungkian adanya fraktur.
h. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat.
i. Kelamin
Pada wanita normalnya labia mayora menutupi labia minora
dan kritoris. Pada laki-laki rugae normalnya Nampak pada
skorotum dan kedua testis turun kedalam skorotum.
j. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dan
gerakan yang simetris.
k. Kulit
66

Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga


kehangatan tubuh bayi), warna, pembengkakan, tanda-tanda
lahir.
2. Pemeriksaan antopometri
a) Berat badan = normalnya 2,5- 3 kg (Wafi Nur Muslihatin,
2010)
b) Panjang badan = normalnya 48-52 cm (Direktorat Jendral
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan
Indonesia, 2012: 18- 19).
c) Ukuran lingkar kepala
(a) Lingkar kepala normalnya 30- 33 cm
(b) Lingkar dada normalnya 33- 35 cm (Wafi nur Muslihatun,
2010: 30)
3. Pemeriksaan Refleks
a. Reflek menghisap (rooting reflek)
Merupakan reflek bayi yang membuka mulut atau mencari
putting saat akan menyusui.
b. Sucking reflek
Yang dilihat pada waktu bayi menyusu.
c. Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi
45 derajat, dalam keadaan reflek kepala dijatuhkan 10 derajat.
Normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi
lengan.
d. Babinsky reflek
Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores
pada sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian gerakkan
jari sepanjang telapak kaki (Wafi Nur Muslihatun, 2016:25-
26).
A : By Ny“...“ usia 1 jam dengan bayi baru lahir normal
P :1. Pertahankan suhu tubuh agar tetap hangat
2. Berikan salep mata antibiotik profilaksis
67

3. Berikan suntikan Vit K pada paha kiri


4. Lakukan pemeriksaan fisik pada bayi
5. Lakukan pemeriksaan antropometri
6. Berikan imunisasi HBO 1 jam setelah penyuntikan vit K
2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Masa Nifas
1. Pengertian nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau
40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai
sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum
hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu (Abidin,
2011)
2.3.2 Tahapan masa nifas
Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu :
a. puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan.
b. puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genital
c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin
beberapa minggu, bulan, atau tahun (Elisabeth Siwi Walyani,
Amd.Keb, dkk, 2015:2-3).
2.3.3 Perubahan fisiologis
1. Sistem kardiovaskular
Denyut jantung, volume dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke
plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat
68

diatasi dengan haemokosentrasi sampai volume darah kembali


normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula.
a.Volume darah
Perubahan pada volume darah tergantung pada beberapa
variable. Contohnya kehilangan darah selama persalinan,
mobilisasi dan pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan
darah mengakibatkan perubahan volume darah tetapi hanya
terbatas pada volume darah total. Kemudian, perubahan cairan
tubuh normal mengakibatkan suhu penurunan yang lambat pada
volume darah. Dalam 2 sampai 3 minggu, setelah persalinan
volume darah seringkali menurun sampai pada nilai sebelum
kehamilan
b. Cardiac output
Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II
persalinan. Puncaknya selama masa nifas dengan tidak
memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anestesi. Cardiac
output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam
postpartum, ini umumnya mungkin diikuti dengan peningkatan
stoke volume akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi
terlihat selama waktu ini. Caerdiac output akan kembali pada
keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu.
2. Sistem Haematologi
a. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit
menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkatkan pembekuan darah.
Haematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 setelah
persalinan. Masa nifas bukan masa penghancuran sel darah
merah tetapi tambahan-tambahan akan menghilang secara
perlahan sesuai dengan waktu hidup sel darah merah. Pada
keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit dan
hemoglobin akan kembali pada keadaan normal seperti
sebelum hamil dalam 4-5 minggu pospartum.
69

b. Leokositsis meningkat, dapat mencapai 15000/mm3 selama


persalinan dan tetap tinggi dalam beberapa hari postpartum.
Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil
kira-kira 12000/mm3. Selama 10-12 hari setelah persalinan
umumnya bernilai antara 20000-25000/mm3, neorotropil
berjumlah lebih banyak dari sel darah putih, dengan
konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama dengan
peningkatan normal pada kadar sedimen eritrosit, mungkin
sulit diinterpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini.
c. Faktor pembekuan, yakni suatu aktivasi faktor pembekuan darah
terjadi setelah persalinan. aktivasi ini, bersamaan dengan tidak
adanya pergerakan, trauma atau sepsis yang mendorong terjadinya
tromboemboli. Keadaan produksi tertinggi dari pemecahan fibrin
mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta
d. Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mengetahui adanya tanda-
tanda trombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak
kemerahan yang dirasakan keras atau padat jika disentuh).
Mungkin positif terdapat tanda-tanda human’s (doso fleksi kaki di
mana menyebabkan otot-otot mengompresi vena tibia dan ada
nyeri jika ada tombrosis). Penting untuk diingat bahwa trombosis
vena-vena dalam mungkin tidak terlihat namun itu tidak
menyebabkan nyeri
e. Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera
kembali setelah persalinan.
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus
uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
(a) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gr
70

(b) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah pusat dengan berat uterus 750 gr
(c) Satu minggu postpartum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
(d) Dua minggu postpartum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr
(e) Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gr.
b. Perineum
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada postnatal hari ke 5, perenium sudah mendpatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum melahirkan
4. Sistem perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama
kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami komrpresi antara kepala janin dan
tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
placenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo 6 minggu
5. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar prosgesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa
sakit didaerah perenium dapat menghalangi keinginan ke belakang.
6. Sistem Endokrin
71

Kadar estrogen menurun 10 % dalam waktu sekitar 3 jam


postpartum. Progesteron turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar
prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang
7. Sistem muskuloskeletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum.
Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi (Elisabeth,dkk:63-68, 2015).
2.3.4 Manajemen Asuhan Nifas
Tanggal: Jam:
S : pasien mengatakan perutnya terasa mulas (Ari Sulistyawati,
2010)
O : keadaan Umum : Baik atau Lemah
kesadaran : Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spor,
semi coma, dan coma
a) Tanda Vital : 100/70- 130/ 90 mmHg.
b) Pernafasan : 16- 24 x/menit
c) Nadi : 60- 90 x/ menit
d) Suhu : 36,5- 37,5ºc
Suhu tubuh normal yaitu <38°C. Pada hari ke 4 setelah persalinan
suhu tubuh ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38°C pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya
infeksi atau sepis nifas (Elisabeth, 2016)
1. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
pada daerah wajah/muka dilihat simetris atau tidak, apakah
kulitnya normal atau tidak, pucat atau tidak, apakah terjadi
hiperpigmentasi.
b. Leher
Tentukan adanya bendungan vena dileher, pembesaran kelenjar
gondok dan pembesaran kelenjar limfa (Firman, dkk, 2012:88).
c. Dada dan payudara
72

Inspeksi pada kedua payudara dimana ibu dalam posisi duduk


kedua tangan dibelakang kepala, lihat simetris atau tidak,
warna kulit, penonjolan putting susu, warna sekitar areola
mamae. Kemudian lakukan palpasi, ibu posisi tidur, raba
payudara yang terjauh dari bidan melingkar searah jarum jam.
Tanya rasa nyeri saat diraba, ada benjolan atau tidak, lalu cek
keluarnya kolostrum. Lakukan auskultasi untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan dalam pernapasan (ronchi
ataupun wheezing) (Rukiyah, 2010:99)

d. Perut
Lakukan periksa pandang (inspeksi), kaji pembesaran dan
kemungkinan adanya luka bekas operasi. Periksa raba
(palpasi), periksa ada tidaknya nyeri saat diraba. Periksa
TFU : 2 jari dibawah pusat, Kontraksi baik (Elishabet, 2016)
e. Genetalia dan perineum
Setelah persalinan, lihat apakah terdapat odema atau memar
pada dinding vagina, luka jahitan jika ada (kebersihan,
kondisinya keringa atau belum), vulva dan vagina mengalami
penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, periksa lochea :
(a) Lochea rubra : berisi dara segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, sel-sel disidua, vernik kaseosa, lanugo dan
mekonium , selama 2 hari post partum,
(b) Perdarahan <500 cc
A : P..A..P..A..H 6 jam postpartum fisiologis
P : 1. Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi
perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus dan
temperature secara rutin
2. Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal- hal berikut:
a. kebersihan diri
73

a) Bersihkan daerah vulva dari depaan ke belakang setelah


buang air kecil atau besar dengan sabun dan air.
b) Ganti pembalut minimal dua kali sehari.
c) Cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
d) Hindari menyentuh daerah luka episiotomi.
b. Istirahat
Beristirahat yang cukup dan kembali melakukan rutinitas
rumah tangga secara bertahap.
3. Cegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Deteksi dan rawat penyebab lain perdarahan,dan memberikan
rujukan jika perdarahan berlanjut
5. Berikan konseling pada ibu atau salah seorang anggota keluarga
mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
6. Berikan KIE pemberian ASI ekslusif hingga bayi berumur 6
bulan
7. Ajari ibu cara menyusui yang benar
8. Beritahu ibu cara menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
9. Jelaskan pada ibu penanganan sering mulas pada perut Selama
1-2 jam pertama post partum, intensitas kontraksi utetus dapat
berkurang dan menjadi teratur. Oleh karena itu penting sekali
menjaga kontraksi uterus pada masa ini, pemberian ASI segera
setelah lahir akan merangsang pelepasan oksitosin dan nyeri
karena isapan bayi pada payudara
10. Jelaskan pada ibu penanganan masalah pelaksanaan menyusui
a. Konsumsi makanan sehat dan seimbang, untuk memberikan
ASI kepada sang bayi sama seperti organ-organ tubuh yang
lain. Bahwa payudara membutuhkan nutrisi untuk
menjalankan fungsinya
74

b. Bersihkan puting payudara dapat dilakukan 2-3 hari sekali


atau ketika mandi, puting payudara adalah sebuah saluran
serta lubang tempat keluarnya ASI
11. Motivasi ibu untuk memenuhi gizinya.
a) Mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori/hari.
b) Diet seimbang (cukup protein, mineral, dan vitamin).
c) Minum minimal 3 liter/hari.
d) Suplemen besi (Fe) diminum setidaknya sela 3 bulan
pascasalin, terutama didaerah prevalensianemia tinggi.
e) Suplemen vitamin A : 1 kapsul 200.000 IU diminum segera
setelah persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam
kemudian.
Catatan Perkembangan
SOAP KF II ( 6 hari post partum)
Tanggal : Jam:
S : Perasaan mulas setelah melahirkan terjadi akibat kontraksi rahim. Hal ini
sangat mengganggu selama 2-3 hari setelah melahirkan dan biasanya lebih
sering terjadi pada ibu multipara (pernah melahirkan lebih dari 1 kali)
dibandingkan primipara (baru pertama kali melahirkan) (Kapita Selekta
Kedokteran UI, Jilid 1, Media Aesculapius).
O : TTV dalam batas normal : TD : 100/70 – 130/90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5- 37,5 °c
RR : 16-22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a) Payudara
Inspeksi pada kedua payudara dimana ibu dalam posisi duduk kedua
tangan dibelakang kepala, lihat simetris atau tidak, warna kulit,
penonjolan putting susu, warna sekitar areola mamae. Kemudian
lakukan palpasi, ibu posisi tidur, raba payudara yang terjauh dari bidan
melingkar searah jarum jam. Tanya rasa nyeri saat diraba, ada benjolan
atau tidak, lalu cek keluarnya kolostrum. Lakukan auskultasi untuk
75

mengetahui kemungkinan adanya kelainan dalam pernapasan (ronchi


ataupun wheezing) (Rukiyah, 2010:99)
b) Perut
TFU dalam batas normal : pertengahan pusat – symphisis, berat
uterus 500 gr
Kontraksi uterus baik
c) Genetalia
Lochea sanguelenta (bewarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7
postpartum), perdarahan normalnya <500 cc dan semakin lama
perdarahan akan semakin sedikit
A : P..A..P..A..H.. dengan 6 hari postpartum fisiologis
P : 1. Pastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2. Nilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal
3. Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Pastikan ibu menyusui bayi dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
5. Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari
SOAP KF III (2 minggu post partum)
Tanggal : Jam :
S : Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya (Wafi
Nur Muslihatun,dkk, 2010)
O : TTV dalam batas normal : TD : 100/70 – 130/90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
Suhu : 36,5- 37,5 °c
RR : 16-22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a) Payudara
Inspeksi pada kedua payudara dimana ibu dalam posisi duduk kedua
tangan dibelakang kepala, lihat simetris atau tidak, warna kulit,
76

penonjolan putting susu, warna sekitar areola mamae. Kemudian


lakukan palpasi, ibu posisi tidur, raba payudara yang terjauh dari
bidan melingkar searah jarum jam. Tanya rasa nyeri saat diraba, ada
benjolan atau tidak, lalu cek keluarnya kolostrum. Lakukan
auskultasi untuk mengetahui kemungkinan adanya kelainan dalam
pernapasan (ronchi ataupun wheezing) (Rukiyah, 2010:99)
b) Perut
TFU dalam batas normal : tidak teraba diatas simpisis , berat
uterus 350 gr (Elisabeth, 2016)
Kontraksi uterus baik
c) Genetalia
Lochea serosa (bewarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 postpartum
A : P..A..P..A..H.. dengan 2 minggu postpartum fisiologis
P : 1. Pastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal
2. Nilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal
3. Pastikan ibu mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat
4. Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
penyulit-penyulit
5. Berikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada ibu, bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari

SOAP KF IV (6 minggu post partum)


Tanggal : Jam :
S : Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien,
ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya (Wafi Nur
Muslihatun,dkk, 2010)
O : TTV dalam batas normal : TD : 100/70 – 130/90 mmHg
Nadi : 60-90 x/menit
77

Suhu : 36,5- 37,5 °c


RR : 16-22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
a) Payudara
Simetris/tidak, putting susu menonjol/tidak, ada nyeri/tidak, ada
benjolan abnormal/tidak,ASI lancar/tidak
b) Perut
TFU dalam batas normal : tidak teraba (Elisabeth, 2016)
Kontraksi uterus baik
c) Genetalia
Lochea alba (cairan putih , setelah 2 minggu)
A : P..A..P..A..H.. dengan 6 minggu postpartum fisiologis
P : penatalaksanaan yang dilakukan pada kunjungan ke 4 masa nifas
a. Tanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ia/bayinya alami
b. Berikan konseling KB secara dini, macam-macam KB, efek samping
dan keuntungannya menggunakan KB
2.4 Neonatus
2.4.1 Konsep dasar neonatus
1. Pengertian Neonatus

Masa Neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4


minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur
0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus
dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatal lanjut adalah bayi
berusia 7-28 hari (Wafi Nur Muslihatun, 2010)
2.4.2 Adaptasi Neonatus
1. Sistem pernafasan bayi baru lahir
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio,
tepatnya pada umur kehamilan 24 hari. Pada umur kehamilan 24
hari ini bakal paru-paru terbentuk. Pada umur kehamilan 26-28 hari
kedua bronchi membesar. Pada umur kehamilan 6 minggu
terbentuk segmen bronkus. Pada umur kehamilan 12 minggu
terjadi deferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu
78

terbentuk alveoli. Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk


surfaktan. Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru
matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem
alveoli. Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi
2. Perubahan Sistem Termoregulasi
Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada ditempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam keadaan
basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 25°C maka bayi akan
kehilangan panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, dan
radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit, berikut adalah penjelasan
mengenai konveksi, konduksi, radiasi, dan evaporasi :
a. Konveksi
Hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara di sekelilingi
bayi, misal BBL diletakkan dekat pintu atau jendela terbuka
b. Konduksi
Pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak
dengan permukaan yang lebih dingin, misalnya popok atau
celana basah tidak langsung diganti
c. Radiasi
Panas tubuh bayi memencar ke lingkungan sekitar bayi yang
lebih dingin, misal BBL diletakkan di tempat dingin
d. Evaporasi
Cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi dan menguap,
misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan dari air
ketuban (Elisabeth dan Endang, 2016)
Cara mencegah kehilangan panas pada bayi dapat dilakukan
melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan bayi dengan seksama
2) Selimut bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3) Selimuti bagian kepala bayi
79

4) Anjurkan ibu untuk memeluk atau menyusui bayinya


5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Jangan memandikan bayi setidaknya 6 jam setelah lahir
3 Perubahan pada darah
a. Kadar pada darah
a) Kadar hemoglobin (Hb)
Bayi dilahirkan dengan kadar Hb yang tinggi. Konsentrasi Hb
normal dengan rentang 13,7-20 gr%. Hb yang dominan pada
bayi adalah hemoglobin F yang secara bertahap akan
mengalami penurunan selama 1 bulan. Hb bayi memiliki
daya ikat (afinitas) yang tinggi terhadap oksigen, hal ini
merupakan efek yang menguntungkan bagi bayi. Selama
beberapa hari kehidupan, kadar Hb akan mengalami
peningkatan sedangkan volume plasma tersebut maka kadar
hematrokit (Ht) mengalami peningkatan. Kadar Hb
selanjutnya akan mengalami penurunan secara terus menerus
selama 7-9 minggu. Kadar Hb bayi usia 2 bulan normal
adalah 12 gr%.
b) Sel darah merah
Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang sangat
singkat (80 hari) jika dibandingkan dengan orang dewasa
(120 hari). Pergantian sel yang sangat cepat ini akan
menghasilkan lebih banyak sampah metabolic, termasuk
bilirubin yang harus dimetabolisme. Kadar bilirubin yang
berlebihan ini menyebabkan ikterus fisiologis yang terlihat
pada bayi baru lahir, oleh karean itu ditemukan hitung
retikulosit yang tinggi pada bayi baru lahir, hal ini
mencerminkan adanya pembentukan sel darah merah dalam
jumlah yang tinggi
c) Sel darah putih
Jumlah sel darah putih rata-rata pada bayi baru lahir
memeliki rentang mulai dari 10.000-30.000/mm².
80

Peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada bayi baru lahir


nrmal selama 24 jam pertama kehidupan. Periode menangis
yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah putih
meningkat.
4 Perubahan pada sistem Gatrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Refleks muntah dan reflex batuk yang matang sudah
terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi
baru lahir atau neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas
yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan,
dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan pertumbuhannya.
Dengan adanya kapasitas lambung masih terbatas ini akan
sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada
bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya member ASI
sesuai kinginan bayi. Usus bayi masih belum matang sehingga
tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya
yang masuk ke dalam saluran pencernaannya. Di samping itu bayi
baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara efisien
disbanding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat
menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus (Elisabeth dan
Endang, 2016)
5 Perubahan pada sistem imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang didapat. Kekebalan alamai terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut bebrapa contoh kekbalan alami :
81

a. Perlindungan dari membrane mukosa


b. Fungsi saringan saluran napas
c. Pembentukan koloni mikroba dikulit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah
yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing,
tetapi sel-sel darah ini masih belum matang artinya BBL tersebut
belum mampu melokalisasi dan memrangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian.
BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi anti bodi kesuluran terhadap antigen asing
masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupannya. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Karena danya difisiensi kekebalan alami
yang didapat ini, BBL sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi BBL
terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai, oleh karena itu
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan
yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi
dini srta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting (Elisabeth
dan Endang, 2016)
2.4.3 Manajemen Asuhan Neonatus
Kunjungan Neonatus 1 (6-8 jam)
Tanggal: Jam:
S :-
O : Tanda- tanda vital
1) Denyut jantung bayi :120- 160 kali per menit.
2) Suhu : 36,5- 37,5ºc
3) Pernapasan :40- 60 kali per menit.
Pemeriksaan fisik (head to too)
a. Kepala
82

Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput


suksedaneum, cefal hematoma, perdarahan fraktur tulang
tengkorak

b. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya pada bayi yang
cukup bulan.
c. Mata
Periksa strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
d. Hidung dan mulut
Bibir bayi yang baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata
dan simetris. Bayi harus bernafas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena
atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang
menonjol ke nasofarin.
e. Leher
Periksa adanya kelenjar tiroid dan vena jugularis.
f. Dada
Pernafasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan.
g. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua tangan harus bebas gerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya fraktur.
h. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat.

i. Kelamin
Pada wanita normalnya labia mayora menutupi labia minora dan
kritoris. Pada laki-laki rugae normalnya Nampak pada skorotum dan
kedua testis turun kedalam skorotum.
83

j. Ekstremitas atas dan bawah


Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik dan gerakan
yang simetris.
k. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi), warna, pembengkakan, tanda-tanda lahir.
A : By Ny “.....” dengan neonatus usia 6-8 jam
P : a. Beritahu hasil pemeriksaan bayi kepada ibu
b. Mandikan dan mengganti pakaian bayi dengan pakaian bersih dan
kering
c. Jaga kehangatan bayi dengan membungkus bayi menggunakan kain
bersih
d. Anjurkan ibu untuk menyusui bayi sesering mungkin minimal setiap
2-3 jam sekali
e. Ajari ibu cara perawatan tali pusat agar tali pusat selalu bersih dan
kering, dan membungkus tali pusat hanya menggunakan kasa kering
dan bersih l tanpa menggunakan alkohol dan betadine
f. Beritahu ibu untuk rutin menjemur bayi setiap pagi ± 1 jam dengan
membuka baju bayi
g. Jadwalkan kunjungan ulang kepada ibu 3 hari lagi

Kunjungan Neonatus 2 (3-7 hari)


Tanggal : Jam :
S :-
O : 1. Tanda- tanda vital
a. Denyut jantung bayi :120- 160 kali per menit.
b. Suhu : 36,5- 37,5ºc
c. Pernapasan :40- 60 kali per menit.
2. Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat kering,
terbungkus kasa steril, tidak terdapat pus, tidak berbau
84

Kulit : Tidak ikterus, warna kulit merah muda


3. Berat badan
Pemeriksaan berat badan, sebelum tercapai proses laktasi (umur
kehamilan 37 minggu), berat badan bayi tidak meningkat atau
bahkan menurun. Bayi dengan berat lahir 1500-2500 gram
dapat kehilangan 10% berat lahirnya dengan 4-5 hari pertama
setelah lahir, bayi dengan berat lahir 1500 gram dapat kehilangan
sampai15% berat lahirnya dalam tujuh sampai 10 hari pertama (Sudarti,
2010).
A : By “.....” dengan neonatus usia 3-7 hari
P : a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan pada bayinya bahwa keadaan bayi nya
sehat
b. Beritahu ibu untuk menjaga suhu tubuh bayi
c. Pastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa
diberikan pendamping ASI atau susu formula
d. Ajari ibu cara menjaga tali pusat agar tetap kering dan bersih
e. Anjurkan ibu untuk menjaga keamanan bayi
f. Beritahu ibu untuk menjaga kebersihan bayi
Kunjungan Neonatus 3 (8-28 hari)
Tanggal : Jam :
S :-
O : 1. Tanda- tanda vital
a) Denyut jantung bayi :120- 160 kali per menit.
b) Suhu : 36,5- 37,5ºc
c) Pernapasan :40- 60 kali per menit.
2. Pemeriksaan fisik
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat lepas/belum
Kulit : Tidak ikterus, warna kulit merah muda
3. Berat badan
Pemeriksaan berat badan, sebelum tercapai proses laktasi (umur
kehamilan 37 minggu), berat badan bayi tidak meningkat atau bahkan
85

menurun. Bayi dengan berat lahir 1500-2500 gram dapat 10% berat
lahirnya dengan 4-5 hari pertama setelah lahir, bayi dengan berat lahir
1500 gram dapat kehilangan sampai 15% berat lahirnya dalam tujuh
sampai 10 hari pertama (Sudarti, 2010).
A : By “.....” dengan neonatus usia 8-28 hari
P : a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan pada bayi nya
b. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayi
c. Pastikan pada ibu apakah bayinya mendapatkan ASI cukup tanpa
diberikan pendamping ASI atau susu formula
d. Ingatkan kembali ibu untuk memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan
e. Beritahu ibu untuk menjaga keamanan bayi
f. Beritahu ibu tentang imunisasi BCG
2.5 Keluarga Berencana
2.5.1 Konsep dasar keluarga berencana

Keluarga berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk


mencapai kesejahteraan dengan jalan member nasehat
perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan.
KB merupakan salah satu usaha membantu keluarga atau individu
merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik sehingga dapat
mencapai keluarga yang berkualitas (Bahiyatun,2009: 84)

2.5.2 Konseling KB
1. Definisi Konseling
Suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang
kepada orang lain dalam mebuat suatu keputusan atau memcahkan
masalah melalui pemahaman tentang fakta-fakta dan perasaan-
perasaan yang terlibat di dalamnya (Elisabeth, 2016)

2. Tujuan Konseling KB
86

Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,


berbicara dan komunikasi non-verbal meningkat kan penerimaan
informasi mengenai KB oleh klien
Meningkatkan penerimaan
Informasi yang benar , diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan
informasi mengenai KB oleh klien
b. Menjamin pilihan yang cocok
Menjamin petugas dank lien memilih cara terbaik yang sesuai
dengan kedaaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan yang efektif
Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana
menggunakan KB dengan benar dan mengatasi informasi yang
keliru tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek
sampingnya
3. Jenis Konseling KB
a) Konseling Awal
1) Bertujuan menentukan metode apa yang diambil
2) Bila dilakukan dengan objektif langkah ini akan membantu klien
untuk memilih jenis KB yang cocok untuknya
3) Yang perlu diperhatikan adalah menanyakan langkah yang
disukai klien dan apa yang diketahui tentang cara kerjanya,
kelebihan, dan kekurangannya
b) Konseling Khusus
1) Memberi kesempatan klien untuk bertanya tentang cara KB dan
membicarakan pengalamannya
2) Mendapatkan informasi lebih rinci tentang KB yang
diiinginkannya
87

3) Mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok


dan mendapatkan penerangan lebih jauh tentang penggunaanya

c)Konseling tindak lanjut

1) Konseling lebih bervariasi dari konseling awal


2) Pemberi pelayanan harus dapat membedakan masalah yang
ringan yang dapat diatasi di tempat
4. Langkah Konseling
a. GATHER
1. G : Greet adalah berikan salam, kenalkan diri dan buka
komunikasi
2. A : Ask adalah Tanya keluhan/kebutuhan pasien dan menilai
apakah keluhan/kebutuhan sesuai dengan kondisi yang
dihadapi
3. T : Tell adalah beritahukan persoalan pokok yang dihadapi
pasien dari hasil tukar informasi dan carikan upaya
penyelasiannya
4. H : Help adalah bantu klien memahami dan menyelesaikan
masalhnya
5. E : Explain adalah jelaskan cara terpilih telah dianjurkan dann
hasil yang diharapkan mungkin dapat segera
terlihat/diobsrevasi
6. R : Refer/Return fisit adalah rujuk bila fasilitas ini tidak dapat
memberikan pelayanan yang sesuai (buat jadwal
kunjungan ulang)
b. Langkah Konseling KB SATU TUJU
Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena
menyesuaikan dengan kebutuhan klien
a) SA : Sapa dan Salam
(a) Sapa klien secara terbuka dan sopan
(b) Beri perhatian sepenuhnya , jaga privasi pasien
(c) Bangun rasa percaya diri pasien
88

(d) Tanyakan apa yang perlu dibantu dan jelaskan pelayanan apa
yang didapat diperolehnya
b) T : Tanya
(a) Tanyakan informasi tentang dirinya
(b) Bantu klien untuk berbicara pengalaman tentang KB dan
kesehatan reproduksi
(c) Tanyakan kontrasepsi yang ingin dilakukan
c) U : Uraikan
(a) Uraikan pada klien mengenai pilihannya
(b) Bantu klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini
sertakan jelaskan jenis yang lain

d) TU : Bantu
(a) Bantu klien berpikir apa yang sesuai dengan keadaan dan
kebutuhannya
(b) Tanyakan apakah pasangan mendukung pilihannya
e) J : Jelaskan
(a) Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya
(b) Jelaskan bagaimana penggunaanya
(c) Jelaskan manfaat ganda dari kontrasepsi
f) U : Kunjungan Ulang
Perlu dilakukan kunjungan ulang untuk dilakukan pemeriksaan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan
5. Tahapan Konseling dalam pelayanan KB
a. Kegiatan KIE
Sumber informasi pertama tentang jenis alat/metode KB dari petugas
lapangan KB
a) Pesan yang disampaikan :
89

(a) Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan


kesejahteraan keluarga
(b) Proses terjadinya kehamilan pada wanita (yang kaitannya
dengan cara kerja dan metode kontrasepsi)
(c) Jenis alat/metode kontrasepsi, cara pemakaian, cara kerjanya
serta lama pemakaiaannya
b. Kegaiatan Bimbingan
a) Tindak lanjut dari kegiatan KIE dengan menjaring calon peserta
KB
b) Tugas penjaringan : memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi lebih objekstif, benar dan jujur sekaligus meneliti
apakah peserta memenuhi syarat
c) Bila iya, rujuk ke IPK/K
c.Kegiatan Rujukan
a) Rujukan calon peserta KB, untuk mendapatkan pelayanan KB
b) Rujukan peserta KB, untuk menindak lanjuti komplikasi

2.5.3 Penapisan alat kontrasepsi


90

Tabel 2.4 penapisan alat kontrasepsi


Umur/ 20 tahun 20-24 25-29 30-34 35 tahun
Jumla tahun tahun tahun
h anak
0 Pil, Pil, Tanpa Tanpa Risiko tinggi
AKDR, AKDR, kontraseps kontraseps
Mini, Mini, i i
Sederhan sederhan
a a
1 AKDR, Implan, AKDR, AKDR, Risiko tinggi
Pil,suntik Pil,suntik Suntik, Suntik,
, , Implan,pil Implan,pil
Sederhan sederhan sederhana sederhana
a a
2 AKDR, AKDR, Implan, Kontap, Kontap,
suntik, suntik, AKDR, Implan, AKDR,Implan
implan,pi implan, suntik AKDR, suntik,
l pil suntik, pil Sederhana
Sederhan Sederhan
a a
3 Kontap, Kontap, Kontap, Kontap, Kontap,
AKDR, AKDR, AKDR, AKDR, AKDR,Implan
implan, implan, implan, implan, suntik,
suntik,pil suntik, suntik, suntik, Sederhana, pil
Sederhan Sederhan Sederhana Sederhana
a a pil pil

Sumber : WHO, 2010


91

2.5.4 Macam-macam Kontrasepsi


1. Kontrasepsi suntik
a. Lokasi penyuntikan
Lokasi penyuntikan KB baik kombinasi maupun suntikan
progestin secara consensus internasional bahwa disuntik di
bokong yaitu pada musculus ventro gluteal dalam.Musculus ini
dapat diukur dari spina iliaca anterior superior (SIAS) sampai
dengan os coccygeus kemudian diambil 1/3 bagian dari SIAS.
b. Jenis kontrasepsi suntik
a) Suntikan Progestin
Saat ini suntikan progestin yang beredar di pasaran
adalah yang mengandung Depo MedroxyProgesteronAsetat
(DMPA) yang mengandung 150mg DMPA dan diberikan 3
bulan sekali atau 12 minggu sekali pada bokong yaitu
musculus gluteus maximus(dalam). Dahulu dikenal juga
suntikan dengan jenis noristerat tetapi saat ini sudah jarang
digunakan.
Kontrasepsi progestin ini sangat efektif
dibandingkan dengan mini pil, karena dosis gestagen yang
cukup tinggi dibandingkan dengan mini pil. Akan tetapi
kembalinya kesuburan sangat lambat, yaitu rata- rata 4
bulan setelah berhenti dari penyuntikan sehingga akan
kurang tepat apabila digunakan para wanita yang
menginginkan untuk segera hamil pada waktu yang cukup
dekat. Kontrasepsi ini cocok unutk ibu yang sedang
menyusui.Secara umum keuntungannya hampir sama
dengan mini pil, hanya saja kontrasepsi memang lebih
efektif. Tetapi untuk keterbatasannya perlu dikaji dan
disampaikan dengan benar kepada klien agar tidak kaget
dengan hal- hal yang berkaitan dengan efek
92

samping/keterbatasan kontrasepsi ini.hal- hal yang akan


sering ditemukan adalah sebagai berikut :
(a) Adanya gangguan haid yang berupa :
1. Siklus haid memanjang atau memendek.
2. Perdarahan yang banyak ataupun sedikit.
3. Perdarahan tidak teratur ataupun perdarahan
bercak.
4. Tidak haid sama sekali
(b) Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi
defisiensi esterogen sehingga dapat menyebabkan
kekeringan vagiana, menurunkan libido, gangguan
emosi, sakit kepala, jerawat, dan meningkatnya resiko
osteoporosis.
(c) Siapa saja yang boleh dan tidak menggunakan
kontrasepsi ini pada prinsipnya hampir sama dengan
metode kontrasepsi oral/pil. Penggunaan suntik ini
pada beberapa penelitian terbukti pada pemakain
jangka panjang akan menyebabkan defisiensi
esterogen, tetapi pada penelitian lanjutan kadar
esterogen tersebut akan kembali setelah wanita
tersebut berhenti menggunakan suntik ini, sehingga
resiko osteoporosis menjadi berkurang. Namun hal ini
sedang diteliti lebih lanjut, sehingga tetaplah perlu
diberitahukan kepada akseptor bahwa penggunaan
suntikan kombinasi jangka panjang dapat
meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Perokok
juga merupakan kontra indikasi pemakaian
kontrasepsi hormonal dikarenakan rokok dapat
menyebabkan spasme pembuluh darah, sehingga
menjadi penyebab penyakit jantung maupun stroke.
Sehingga akan mengganggu efektivitas dari hormon
93

ini, dan juga akan memperparah organ tubuh dalam


bekerja.
(d) Waktu pemberian suntik pertama prinsipnya sama
dengan kontrasepsi hormonal lain. Adapun kunjungan
ulang adalah 12 minggu setelah penyuntikan. Suntik
ulang juga bisa diberikan 2 minggu setelah jadwal,
asalkan perempuan terseut diyakini tidak hamil, akan
tetapi perlu tambahan barier dalam waktu 7 hari
setelah penyuntikan atau tidak melakukan hubungan
seksual (Niken Melilani, dkk, 2010: 105- 109)
2 Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
a. Jenis
a) Norplant, terdiri dari enam batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, berisi 36 mg
levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.
b) Jadena dan indoimplant, terdiri dari dua batang silastik lembut
berongga dengan panjang 4,3 cm, diameter 2,5 mm, berisi 75
mg levonogestrel dengan lama tiga tahun.
c) Implanon, terdiri satu batang silastik lembut berongga dengan
panjang kira- kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-
keto- desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
b. Profil
a) Efektif.
b) Nyaman.
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usiareproduksi.
d) Pemasangan dan pencabutan dibutuhkan pelatihan.
e) Kesuburan segera kembali setelah AKBK dicabut.
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak dan amenorea.
g) Aman dipakai pada masa laktasi.
c. Cara kerja
a) Menekan ovulasi.
94

b) Menurunkan motilitas tuba


c) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi.
d) Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi
sperma.

d. Keuntungan kontrasepsi
a) Daya guna tinggi.
b) Cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan.
c) Perlindungan jangka panjang (bisa sampai 5 tahun untuk jenis
norplant).
d) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
e) Tidak memerlukan periksa dalam.
f) Bebas dari pengaruh esterogen.
g) Tidak mengganggu proses senggama.
h) Tidak mempengaruhi produksi ASI.
i) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
j) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan.
e. Keuntungan non kontrasepsi
a) Mengurangi nyeri haid.
b) Mengurangi jumlah darah haid.
c) Mengurangi/ memperbaiki terjadinya anemia.
d) Melindungi terjadinya kanker endometrium.
e) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
g) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
f. Efektifitas
Sangat efektif (0,1- 1 kehamilan per 100 wanita).

g. Wanita yang menggunakan AKBK


95

a) Usiareproduksi.
b) Telah memiliki anak ataupun belum.
c) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan
menghentikan pencegahan kehamilan jangka panjang.
d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
f) Pasca keguguran.
g) Tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi.
h) Riwayat kehamilan ektopik.
i) Tekanan darah ,180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bukan sabit (sikle cell).
j) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung esterogen.
k) Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
h. Wanita yang tidak boleh menggunakan AKBK
a) Hamil atau diduga hamil.
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
c) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
d) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
e) Miomauterus.
f) Gangguan toleransi glukosa.

i. Waktu mulai menggunakan AKBK


a) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Bila
insersi setelah hari ke-7 klien jangan hubungan seks atau
gunakan kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi.
b) Dapat dilakukan setiap saat asal diyakini tidak hamil.
c) Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat asal
diyakini tidak hamil, jangan hubungan seks atau gunakan
kontrasepsi lain selam 24 jam setelah insersi.
96

d) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca


persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui
penuh tidak perlu kontrasepsi lain.
e) Bila setelah 6 minggu kelahiran dan terjadi haid lagi insersi
dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan
seksual selama 24 jam atau gunakan kontrasepsi lain selam 24
jam setelah insersi.
f) Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti
AKBK, insersi dapat dilakukan setiap saat tapi diyakini tidak
hamil atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan
benar.
g) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntik, AKBK dapat
diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntik tersebut. Tidak
diperlukan kontrasepsi lain.
h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah non hormonal (kecuali
AKDR) dan klien ingin mengganti dengan AKBK, dapat
diinsersikan pada saat haid hari ke-7 dan klien jangan
hubungan seksual selama 24 jam atau gunakan metode
kontrasepsi lain selama 24 jam setelah insersi. AKDR segera
dicabut.
i) Pasca keguguran AKBK dapat segera dicabut.
j. Instruksi untuk klien
a) Daerah insersi harus dibiarkan kering dan bersih selama 48
jam pertama. Hal ini bertujuan mencegah infeksi pada luka
insersi.
b) Perlu dijelaskan bahwa mungkin terjadi sedikit rasa perih,
pembengkakan atau lebam pada daerah insersi. Hal ini tidak
perlu dikhawatirkan.
c) Pekerjaan rutin harian tetap dikerjakan. Namun hindari
benturan, gesekan atau penekanan pada darah insersi.
97

d) Jika dipasang balutan penekanan (hemastosis) jangan dibuka


selama 48 jam, sedangkan plester dibiarkan hingga lukanya
sembuh (biasanya lima hari).
e) Setelah luka sembuh daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci
dengan tekanan yang wajar.
f) Bila ditemukan tanda- tanda infeksi seperti demam, bengkak,
atau bila terdapat rasa sakit yang menetap selama beberapa
hari segera kembali ke klinik.
k. Informasi yang perlu disampaikan
a) Efek kontrasepsi timbul beberapa jam setelah insersi dan
berlangsung hingga lima tahun untuk norplant dan tiga tahun
untuk indoplant, jadena implanoni. Efek kontrasepsi kemudian
akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
b) Sering ditemukan gangguan pola haid, terutama pada 6-12
bulan
pertama. Beberapa wanita mungkin akan mengalami
aminorhea.
c) Obat- obatan TBC dan epilepsi dapat menurunkan efektifitas
AKBK.
d) AKBK dicabut sesuai dengan masa berlakunya dan bila
dikehendaki dapat dicabut lebih awal.
e) Bila AKBK dicabutsebelum masa berlakunya habis
kemungkinan terjadinya hamil sangat besar dan meningkatkan
resiko terjadinya kehamilan ektopik.
f) Berikan pada klien kartu yang ditulis nama, tanggal insersi,
tempat insersi dan nama kllinik.
g) AKBK tidak melindungi klien dari IMS termasuk HIV/AIDS.
Bila pasangannya mempunyai resiko, perlu menggunakan
kondom saat melakukan hubungan seksual.
l. Jadwal kunjungan ulang
98

Klien tidak perlu kembali ke klinik kecuali ada masalah kesehatan


atau klien ingin mencabut AKBK. Klien dianjurkan kembali ke
klinik bila ditemukan hal- hal berikut :
a) Amenorrhea yang disertai nyeri perut bagian bawah.
b) Perdarahan yang banyak dari kemaluan.
c) Rasa nyeri yang menetap pada lengan.
d) Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah.
e) Ekspulsi batang AKBK .
f) Sakit kepala hebat atau penglihatan menjadi kabur.
g) Nyeri dada hebat.
h) Dugaan adanya kehamilan (Niken Melilani, dkk, 2010: 133-
139).
3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Sejarah tentang awal mula AKDR tidak begitu jelas. Akan
tetapi terungkap bahwa pada zaman dahulu orang arab memasukkan
batu ke dalam rahim unta mereka dan ternyata unta mereka memamg
tidak hamil. AKDR mulai dikembangkan pada tahun 1909 di
Polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi
dengan benang tebalyang dimasukkan kedalam rahim.Kemudian
pada tahun1930 berkembang dengann dibuatnya cincin perak yang
juga dimasukkan kedalam rahim, dan hasilnya memuaskan. Pada
tahun 1962 dr.Lippes membuat AKDR dari plastik yang disebut
Lippes loop.
Pada tahun 1969 AKDR yang sudah ada ditambahkan
dengan kawat tembaga, dan terbukti hal tersebut menambah
efektivitas AKDR.AKDR makin populerdalam 30 tahun ini dan
merupakan alat kontrasepsitidak permanen yang paling banyak
digunakan.Akhir- akhir ini diperkenalkan AKDR yang mampu
melepas progesteron, sehinga alat kontrasepsi ini semakin beragam.
a. Mekanisme Kerja
AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui
serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang
99

yang menggantung sampai liangvagina, hal ini dimaksudkan agar


keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri.
AKDR mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan
hidup sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan
cairan uterus.Hal ini dikarenakan adanya AKDR yang dianggap
sebagai benda asing sehingga menyebabkan peningkatan
leukosit.Tembaga yang dililitkan pada AKDR juga bersifat toksik
terhadap sperma dan ovum. Demikian pula AKDR yang
mengandung hormon progesteron. Lebih kentalnya lendir
serviksakan mempersulit sperma untuk melewati serviks dan akan
terbunuh oleh leukosit yang timbul dalam cairan uterus sebagai
hasil dari rangsangan tembaga seperti yang dijelaskan diatas.
AKDR juga mencegah terjadinya implantasi karena di dalam
uterus
b. Jenis AKDR
Saat ini AKDR yang masih bisa kita temui adalah :
a) AKDR yang berkandungan tembaga, yaitu copper T (CuT
380A) dan Nova T
b) AKDR yang berkandungan hormon progesteron, yaitu Mirena
c) Pada beberapa akseptor yang datang untuk melepas AKDR
yang talah dipakainya lebih dari 20 tahun, akan kita dapati
bentuk lipe loop (terbuat dari plastik)
Namun karena AKDR yang paling bayak di pasaran adalah yang
berjenis non hormon, maka yang akan dibahaas adalah AKDR
yang berjenis dalam pembahasan copper T dan nova T.
c. Efektifitas
Efektifitas AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai
98% hingga 100% bergantung pada jenis AKDR. AKDR terbaru
seperti copper T 380º memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan
selama 8 tahun penggunaan tidak ditemukan adanya kehamilan.
Pada penelitian yang lain ditemukan setelah penggunaan 12 tahun
100

ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4 diantaranya


terjadi kehamilan ektopik.
d. Keuntungan
a) Efektif dengan segera yaitu setelah 24 jam dari pemasangan.
b) Reversibel dan sangat efektif.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Metode jangka panjang (8 tahun).
e) Tidak mengganggu produksi ASI.
f) Dapat dipasang dengan segera setelah melahirkan ataupun
pasca abortus.
e. Kerugian
a) Dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi panggul.
b) Perforasiuterus, usus, dan kandung kemih.
c) Bila terjadi kehamilan bisa terjadi kehamilan ektopik.
d) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS sehingga wanita
yang memiliki peluang promiskuitas (beganti- ganti pasangan)
tidak direkomendasikan untuk menggunakan alat kontrasepsi
ini.
e) Prosedur medis (pemeriksaan pelvik) diperlukan sebelum
pemasangan sehingga banyak perempuan yang yang takut
menggunakan kontrasepsi jenis ini.
f) Adanya perdarahan bercak/spotting selama 1- 2 hari pasca
pemasangan tetapi kemudian akan menghilang.
g) Klien tidak bisa memasang ataupun melepas sendiri, petugas
kesehatan yang diperbolehkan memasang juga yang telah
terlatih.
h) Kemungkinan terlepasnya AKDR setelah pemasangan atau
selama pemakaian, sehingga akseptor harus mengecek
keberadaan AKDR dengan meraba dengan jari benang pada
liangvagina sewaktu- waktu (bila ada indikasi terlepasnya
AKDR) atau rutin pada akhir menstruasi.
f. Kontra indikasi
101

a) Kehamilan.
b) Perdarahan pervaginam yang belum terdiagnosis, namun
setelah diatasi AKDR dapat segera dipasang.
c) Perempuan yang sedang menderita infeksi alat genetalia
(vaginitis, servisitis) bila telah diobati, dapat segera dipasang.
d) Kelainan pada panggul dan uterus (misalnya uterusbikornis).
e) Alergi terhadap komponen AKDR misalnya tembaga (Niken
Melilani, dkk, 2010: 117- 121).

2.5.5 SOAP keluarga berencana


Tanggal : Jam :

S : Ibu mengatakan ingin mengetahui alat kontrasepsi yang sesuai dengan


kesehatan
O: Pemeriksaan umum :
a. Suntik
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 140/90 mmHg Nadi : 80-90 x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/ menit
Pemeriksaan Fisik
1. Leher
Tentukan adanya bendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar tyroid (Firman,dkk,2012:88)
2. Payudara
Simetris/tidak, nyeri/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
3. Abdomen
Adakah bekas operasi atau tidak, adakah
pembesaran/kehamilan, ada pembesaran pada hepar atau tidak
4. Ekstremitas
ada odema /tidak, ada varises/tidak
102

b. AKBK
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 180/90 mmHg Nadi : 80-90x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/menit
BB : < 70 kg ( Sarwono Prawirohardjo, 2014)
Pemeriksaan Fisik
1. Leher
Tentukan adanya bendungan vena jugularis, pembesaran
kelenjar gondok (Firman,dkk,2012:88)
2. Payudara
Payudara simetris/tidak, nyeri/tidak, ada benjolan
abnormal/tidak
3. Abdomen
Adakah bekas operasi atau tidak, adakah
pembesaran/kehamilan, ada pembesaran pada hepar atau tidak
4. Ekstremitas
Atas : ada odema /tidak, ada luka/tidak
Bawah : Ada odema/tidak, ada varises/tidak
c. AKDR
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 180/90 mmHg Nadi : 80-90x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/menit

Pemeriksaan Fisik
1. Payudara
Payudara simetris/tidak, nyeri/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
2. Abdomen
Adakah bekas operasi atau tidak, adakah pembesaran/kehamilan,
ada pembesaran pada hepar atau tidak
3. Genetalia
103

Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick,


kondilomata, dan fluor albus. Pemeriksaan dalam untuk
mengetahui kondisi porsio, kemungkinan adanya lesi dan
perdarahan yang belum jelas asalnya. Inspekulo meliputi : keadaan
serviks (cairan/darah, luka/peredangan/tanda-tanda keganasan),
keadaan dinding vagina , pemeriksaan bimanual untuk mencari
letak serviks, adakah dilatasi dan nyeri tekan/goyang, panjang
uterus 7
A: P..A..P..A.H..dengan calon akseptor KB suntik/AKBK/AKDR
P: 1) Lakukan komunikasi terapeutik pada ibu dengan senyum dan sapa
2) Berikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien
untuk menambah pengetahuan ibu seputar alat kontrasepsi
suntik/AKBK/AKDR (cara kerja, efektifitas, keuntungan, keterbatasan
alat kontrasepsi)
3) Pastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi
kesehatannya, kondisi ibu sesuai dengan KB pilihanya.
4) Rujuk klien apabila seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia
di klinik atau jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli
seandainya dalam pemeriksaan ditemui masalah kesehatan lain, ibu
mengerti.
5) Berikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa
klien tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi
pilihannya, ibu mengerti.
Catatan perkembangan kunjungan pasca KB
SOAP kunjungan KB
Tanggal : Jam :
S : Ibu memakai KB suntik / AKBK / AKDR
1. Suntik
Efek Samping : Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin
pendek, haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama),
pusing, kenaikan berat badan, nyeri payudara
2. AKBK
104

Efek Samping : Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama :


haid sedikit singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid jarang atau
tidak haid, sakit kepala, pusing, perubahan berat badan, jerawat, nyeri
payudara
3. AKDR
Efek Samping : Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama
(haid memanjang dan banayk, haid tidak teratur dan nyeri haid )
O: Tanda-tanda Vital
Suntik
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 140/90 mmHg Nadi : 80-90 x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/ menit
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
ada nyeri atau tidak, ada benjolan abnormal/tidak
2. Payudara
simetris/tidak, nyeri/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
3. Genetalia
Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick,
kondilomata, dan fluor albus. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui
kondisi porsio, kemungkinan adanya lesi dan perdarahan yang
belum jelas asalnya. Inspekulo meliputi : keadaan serviks
(cairan/darah, luka/peredangan/tanda-tanda keganasan), keadaan
dinding vagina
b. AKBK
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 180/90 mmHg Nadi : 80-90x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/menit
BB : < 70 kg ( Sarwono Prawirohardjo, 2014)
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Nyeri/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
105

2. Muka
Simetris/tidak, ada flek hitam/tidak, ada jerawat/tidak
3. Payudara
Payudara simetris/tidak, nyeri/tidak, ada benjolan abnormal/tidak
4. Ekstremitas
Atas : ada odema /tidak, ada luka/tidak
Bawah : Ada odema/tidak, ada varises/tidak
5. Genetalia
Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick,
kondilomata, dan fluor albus. Pemeriksaan dalam untuk mengetahui
kondisi porsio, kemungkinan adanya lesi dan perdarahan yang
belum jelas asalnya.
c. AKDR
Keadaan Umum : Baik atau Lemah
TD : < 180/90 mmHg Nadi : 80-90x/menit
S : 36,5-37,5 °C RR : 16-24x/menit
Pemeriksaan Fisik
1. Genetalia
Tentukan keadaan perineum, adanya varises, tanda Chadwick,
kondilomata, dan fluor albus. Pemeriksaan dalam untuk
mengetahui kondisi porsio, kemungkinan adanya lesi dan
perdarahan yang belum jelas asalnya. Inspekulo meliputi : keadaan
serviks (cairan/darah, luka/peredangan/tanda-tanda keganasan),
keadaan dinding vagina , pemeriksaan bimanual untuk mencari
letak serviks, adakah dilatasi dan nyeri tekan/goyang, panjang
uterus 7
A : P..A..P..A.H.. dengan akseptor KB suntik /AKBK /AKDR
P: 1. Pastikan tidak terjadi kegagalan KB
2. Ingatkan ibu untuk kunjungan ulang sesuai jadwal
a. Suntik
Suntuk Progestin : 3 bulan pasca suntik KB
b. AKBK : Kembali jika ada keluhan
106

c. AKDR : 4-6 minggu pemasangan AKDR

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan model konseptual yang berkaitan


dengan bagan teori seorang penulis menyusun dan menghubungkan secara
logis alur pemberian asuhan kebidanan.
Gambar 2.1 Kerangka konsep

Continuity of care

Ibu hamil TM III Ibu bersalin Ibu nifas


KI : 02-03-2017 HPHT : 14-08-2016 KF I : 6-8 Jam
UK 28 mgg TP : 21-05-2017 KF II : 6 Hari
K II : 03-04-2017 KF III : 2 Mgg
UK 33 mgg KF IV : 6 Mgg
K III : 03-05-2017 Neonatus
UK 37 mgg KN I : 6 jam
K IV : 09-05-2017 KN II :3-7 hari
UK 38 mgg KN III :8-28 hari
107

Ibu nifas
Ikut KB

Keterangan :

Continuity of care adalah pelayanan yang dilakukan secara terus menerus


dan berkelanjutan. Asuhan kehamilan pada Ny. “S” dari kehamilan TM III usia 28
minggu sampai 38 minggu sebanyak 4 kali, pertama pada tanggal 02 Maret 2017,
kunjungan kedua pada 03 april 2017 kunjungan ketiga pada tanggal 03 mei 2017,
kunjungan keempat pada tanggal 09 mei 2017. Kemudian memberikan asuhan
pada masa persalinan yang berlangsung ± 7 jam, dan kunjungan nifas yang
dilakukan sebanyak 4 kali KF 1 (2 jam post partum), KF 2 (6 hari post partum),
KF 3 (2 minggu post partum), KF 4 (6 minggu post partum). Pada kunjungan
neonatus sebanyak 3 kali KN 1 (6-8 jam), KN 2 (3-7 hari), KN 3 (8-28 hari).
Dilanjutkan dengan kunjungan KB sebanyak 2 kali pada pra pemasangan dan
pasca pemasangan.
108

Anda mungkin juga menyukai