1. Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa
dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama ( Arif Mansjoer, dkk, 2000).
2. Etiologi
Adapun kadar Trombosit Normal Darah dalam tubuh manusia pun disusun oleh
dua unsur, yaitu plasma darah (cairan darah) dan sel darah. Namun, sel darah pun terbagi
lagi menjadi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah atau
trombosit (platelet). Trombosit dapat ditemukan dalam darah dan limpa. Sel darah ini
tidak berwarna dan memiliki siklus hidup hanya selama 10 hari. Setelah lewat 10 hari pun,
tubuh akan memperbaharui persediaan trombosit baru di sumsum tulang. Untuk
mengetahui jumlah trombosit pun biasanya akan dilakukan pemeriksaan darah lengkap.
Jumlah normalnya pun sekitar 150.000 hingga 450.000 trombosit per mikroliter. (Sutaryo,
2004)
Kondisi trombosit yang kurang dari 150.000 per mikroliter dapat menyebabkan
perdarahan internal yang berakibat fatal, karena dapat terjadi di otak atau pun saluran
cerna. Tanda dan gejala yang muncul dapat berupa mudah memar atau lebam, tampak
ruam atau bintik-bintik ungu kemerahan di kulit, adanya darah pada urine atau feses,
mudah lelah, kulit dan mata tampak kuning, limpa yang membesar, serta terjadi
perdarahan dari gusi atau hidung. Kondisi rendahnya trombosit ini pun biasanya
merupakan efek dari konsumsi obat-obatan tertentu dan penyakit. Penyakit yang membuat
kondisi ini muncul antara lain leukimia, gangguan ginjal, kehamilan, gangguan sistem
imun, kekurangan zat besi dan asam folat, serta infeksi sepsis dan demam berdarah. Selain
itu, trombosit juga bisa melebihi kadar yang seharusnya. Gejala yang muncul yaitu
pembekuan darah yang menghalangi suplai darah ke otak atau jantung. Penyebabnya bisa
meliputi infeksi dan pembengkakan pada sumsum tulang belakang, kanker, atau reaksi
terhadap obat-obatan. (Surosa Thomas, Ali Imran Umar, 2004),
3. Patofisiologi
DHF
MK: Intoleransi
aktivitas
5. Tanda dan Gejala
1) Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang,
persendian dan kepala.
2) Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis,
melene.
3) Hepatomegali
4) Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah
dan akral dingin.
5) Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
( Alan R. Tumbelaka, 2004).
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang
tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
1) Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2) Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia),
diare, konslipasi.
3) Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi,
(break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata,
lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola
mata terasa pegal.
Pasien demam berdarah dengue biasanya akan mengalami 3 fase, mulai dari gejala
muncul untuk pertama kalinya hingga pemulihan. Berikut adalah ketiga fase demam
berdarah tersebut:
Pada fase ini, pasien akan mengalami demam tinggi hingga 40º Celsius yang
berlangsung selama 2-7 hari. Selain itu, pasien juga akan mengalami beberapa gejala lain,
seperti mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, muncul bintik-bintik kemerahan di
kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi. Dalam fase ini, dokter akan memantau jumlah
keping darah (trombosit), karena biasanya jumlah trombosit mengalami penurunan dengan
cepat hingga kurang dari 100.000/mikroliter darah. Penurunan jumlah trombosit ini terjadi
dalam waktu singkat, yaitu 2-3 hari.
2) Fase kritis (critical phase)
Setelah melewati fase demam, banyak pasien merasa dirinya telah sembuh karena
suhu tubuhnya mulai turun. Padahal, ini justru fase demam berdarah yang paling
berbahaya, karena kemungkinan bisa terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah yang
akan menyebabkan syok dan berpotensi mengancam nyawa. Fase kritis dapat terjadi 3-7
hari sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, cairan tubuh penderita
harus dipantau ketat. Pasien tidak boleh kekurangan maupun kelebihan cairan.
Pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami syok atau penurunan tekanan darah yang
drastis, serta perdarahan pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila tidak ditangani segera,
kondisi ini dapat berujung pada kematian.
Setelah melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase pemulihan. Fase ini akan
terjadi 48-72 jam setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar dari pembuluh darah
akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, sangat penting menjaga
cairan yang masuk agar tidak berlebihan. Cairan berlebih dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan kematian akibat gagal jantung dan edema paru. Kadar trombosit pun akan
meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar 150.000/mikroliter darah, sampai
kemudian kembali ke kadar normal.
Dalam penanganan DBD, sebenarnya tidak ada pengobatan khusus yang dapat diberikan.
Penderita hanya disarankan untuk banyak beristirahat dan minum air putih yang banyak
untuk mencegah dehidrasi. Bila perlu, dokter akan memberikan cairan melalui infus.
Selain itu, dokter juga akan memberikan obat penurun panas untuk meredakan demam.
(Setiawulan Wiwiek, 2000)
6. Klasifikasi DHF
1) Derajat I
Demam dengan uji bendung positif.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3) Derajat III
Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4) Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan. ( Alan R. Tumbelaka,
2004).
7. Pemeriksaan Penunjang/Laboratorium
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai
ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.
4) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6) Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
7) Riwayat gizi Status gizi
Anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi
yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
8) Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
9) Pola kebiasaan
1. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
2. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi.
Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
3. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahat kurang.
5. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
10) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan
nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil
dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
2. Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak
teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5oC)
3. Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.
4. Mata Konjungtiva anemis
5. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII,III,
IV.
6. Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
7. Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi,
dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
8. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
9. Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
10. Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
11. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji tourniquet.
Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab. Pemeriksaan uji
tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak.
Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat ukur
yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,
perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
12. Genitalia Biasanya tidak ada masalah
13. Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku sianosis/tida
14. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
2) Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
3) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
4) Ig. D. dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT / SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi keperawatan
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid
( miosal : albumin, plasmanate )
Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan cairan
Observasi :
Terapeutik :
Kolaborasi :
Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan) makanan ditandai
dengan berat badan menurun
SLKI SIKI
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Pemantauan nutrisi
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal
SLKI SIKI
Edukasi :
Kolaborasi :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan mengeluh lelah
SLKI SIKI
Edukasi :
Kolaborasi :
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan
dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
4. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
2) Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA