Anda di halaman 1dari 29

1

TUGAS BESAR 2
AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH + LABORATORIUM

DISUSUN OLEH :
NAMA : Rizky Vidya Alviani
NIM : 43218110190
Dosen
Safira, SE,Ak,M.Si
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2

Pertanyaan 1 : CPMK 3 Nilai 10 %


1. Salah satu penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syariah adalah
mudharabah.
a) Jelaskan karakter dan ketentuan mudharabah sesuai Fatwa Dewan Syariah
Nasional (DSN) !
= Ketentuan Pembiayaan:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak
lain untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayai 100 %
kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai
mudharib atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan
sesuai dengan syari’ah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau
proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah
kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari
mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib
terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan
diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.
9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya
yang telah dikeluarkan.

Rukun dan Syarat Pembiayaan:


3

1. Penyedia dana (sahibul maal) dan pengelola (mudharib) harus cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan
kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak
(akad).
b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.
c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada
mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai berikut:
a. Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
b. Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal diberikan dalam
bentuk aset, maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
c. Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada mudharib, baik
secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal.
Syarat keuntungan berikut ini harus dipenuhi:
a. Harus diperuntukkan bagi kedua pihak dan tidak boleh disyaratkan hanya
untuk satu pihak.
b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi
(nisbah) dari keun-tungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan
kesepakatan.
c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan
pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal
yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kegiatan usaha adalah hak eksklusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia
dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.
b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa
yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
4

c. Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudhara-bah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku
dalam aktifitas itu.

Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan:

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.


2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang
belum tentu terjadi.
3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini
bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian,
atau pelanggaran kesepakatan.
4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi
Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
5

b) Jelaskan karakter dan aplikasi produk yang mempergunakan prinsip


mudharabah!
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana, ada usaha yang
dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada
produk tabungan berjangka dari deposito berjangka.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana,


prinsip mudharabah terbagi dua yaitu:

1. Mudharabah mutlaqah
2. Mudharabah Muqayyadah

a)     Mudharabah Mutlaqah

Dalam mudharabah mutlaqah, tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana
yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis
apadana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad
tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank
memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis manapun yang
diperkirakan menguntungnkan.

Dari penerapan mudharabah mutlaqah ini dikembangkan produk tabungan dan deposito,


sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah dana
deposito mudharabah.

Ketentuan umum dalam produk ini adalah:

 Bank wajib memeberitahukan kepada pemilik mengenai nisbah dan tata cara
pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yang dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicantumkan dalam akad.
 Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti
penyimpanan, serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya kepada penabung. Untuk
deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan
(bilyet) deposito kepada deposan.
6

 Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuia dengan
perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mengalami saldo negative.
 Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sma
seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis
maka tidak perlu dibuat akad baru.
 Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan tabugan dan deposito tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

b)    Mudharabah Muqayyadah

 Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet

Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (Restricted Investment) dimana


pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh pihak
bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan
digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu.

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

 Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank
dan wajib membuat akad yang mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan
khusus.
 Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara
pemberitahuan keuntungan dan/atau pembagian keuntungan secara risiko yan dapat
ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka hal
tersebut harus dicantumkan dalam akad.
 Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib
memisahkan dana ini dari rekening lainnya.
 Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertitifikat atau tanda
penyimpanan (bilyet) dposito kepada deposan.

 Mudharabah Muqayyadah of Balance sheet


7

Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada


pelaksana  usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara (arranger) yang
mempertemukan anatara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat
menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus daipatuhi oleh bank dalam mencari
bisnis (pelaksana usaha).

Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:

 Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Bank wajib
memisahkan dana dari rekening lainnya. Simpanan khusus daicatat pada pos
tersendiri dalam rekening administrative.
 Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang
diamanatkan oleh pemilik dana.
 Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. Sedangkan antara
pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil.
8

2. Jelaskan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan


transaksi penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah sesuai
PSAK 105 tentang akuntansi mudharabah !
PSAK 105 mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
mudharabah. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi mudharabah 
baik sebagai pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib).

Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah
(sukuk) yang menggunakan akad mudharabah. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha
antara dua pihak di mana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,
sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi
di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh
pemilik dana.

Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai


investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada
pengelola dana.

Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai dana syirkah
temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode
akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya.

PSAK 105 juga memberikan ketentuan penyajian dan pengungkapan bagi pemilik dana dan
pengelola dana mudharabah.

Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturannya adalah sebagai berikut :

1. PSAK 105 berlaku untuk entitas yang melakukan transaksi Mudharabah baik sebagai
pemilik dana (shahibul maal) maupun pengelola dana (mudharib). Namun, PSAK ini
tidak berlaku untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad Mudharabah.
2. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk
pemilik dana (shahibul maal) dan akuntansi untuk pengelola dana (mudharib) dalam
transaksi Mudharabah.
3. Mudharabah yang dimaksud dalam PSAK ini terdiri dari Mudharabah mutlaqah,
Mudharabah muqayyadah, dan Mudharabah musytarakah.
4. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk entitas sebagai pemilik dana
penyempurnaan dilakukan untuk :
9

A. Pengakuan investasi Mudharabah pada saat penyaluran daana syrkah


temporer; dan
B. Pengakuan keuntungan / kerugian atas penyerahan asset nonkas dalam
investasi Mudharabah.
1. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli, penyempurnaan
dilakukan untuk :
A.    Pengakuan dana syirkah temporer kelolaan;
B.    Pengakuan modal mudharib bersama-sama dengan modal pemilik dana
(shahibul maal) dalam Mudharabah musytarakah.
Karakteristik
1. Entitas dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
2. Mudharabah terdiri dari mudharabah muthlaqah, mudharabah muqayyadah, dan
Mudharabah musytarakah. Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana, dana yang
diterima disajikan sebagai dana syirkah temporer.

Dalam Mudharabah muqayyadah, contoh batasan antara lain :

1. Tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;


2. Tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan, tanpa penjamin,
atau tanpa jaminan; atau
3. Mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri tanpa melalui pihak
ketiga.
4. Pada prinsipnya dalam penyaluran Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar
pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan
apabila pengelola dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad.
5. Pengembalian dana syirkah temporer dapat dilakukan secara parsial bersamaan
dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad Mudharabah diakhiri.
6. Jika dari pengelolaan dana syirkah temporer menghasilkan keuntungan maka porsi
jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan
nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad. Jika dari
pengelolaan dana syirkah temporer menimbulkan kerugian maka kerugian financial
menjadi tanggungan pemilik dana.
10

Pertanyaan 2 : CPMK 4 Nilai 20 %


1. Jelaskan perbedaan laporan keuangan bank syariah dan konvensional !
Perbedaan Laporan Keuangan Syariah dengan Laporan keuangan Konvensional
Setelah kita tahu tentang pengertian dan tujuan dari masing-masing laporan keuangan, maka
kita dapat menyimpulkan perbedaan antara laporan keuangan syariah dengan laporan
keuangan konvensional. Berikut beberapa perbedannya dilihat dari beberapa segi :

1. Aktivitas

Perbedaan yang pertama terletak pada aktivitas pembukuan kedua laporan tersebut. Laporan
keuangan syariah menerapkan aktivitas meliputi kewajiban, investasi tidak terikat serta
ekuitas.

Sedangkan pada laporan keuangan konvensional menerapkan aktivitas berupa utang dan
modal. Selain itu, pada laporan keuangan konvensional juga tidak terlihat adanya
penambahan investasi tidak terikat.

2. Sudut pelaporannya

Pada segi pelaporannya, laporan keuangan konvensional mengandung lebih sedikit unsur
laporan keuangan.

Unsur laporan keuangan yang terdapat pada laporan keuangan konvensional adalah laporan
laba rugi, laporan arus kas, laporan neraca, laporan perubahan modal (ekuitas), serta laporan
catatan atas laporan keuangan.

Bedanya dengan laporan keuangan syariah adalah, laporan keuangan syariah memiliki unsur
laporan arus kas, laporan laba rugi, laporan neraca, laporan perubahan modal.

Selain itu laporan keungangan syariah juga memiliki unsur laporan rekonsiliasi pendapatan
serta bagi hasil, laporan perubahan dana investasi, laporan sumber dana serta penggunaan
dana zakat, laporan penggunaan dana kebaikan.

3. Organisasi

Jika ditinjau dari segi organisasinya, maka keberadaan DPS (Dewan Pengawas Syariah)
menjadi aspek pembeda antara perusahaan yang menggunakan laporan keuangan syariah
dengan perusahaan yang menggunakan laporan keuangan konvensional.
11

Keberadaan DPS terdapat 3 orang profesi ahli hukum agama islam yang bertanggung jawab
untuk memberikan fatwa agama islam serta melakukan pengawasan dengan dewan komisaris
perusahaan yang juga berbasis syariah.

Sedangkan pada perusahaan yang menganut laporan keuangan konvensional, tidak terdapat
DPS ataupun aturan yang menjadi beban DPS.

4. Usaha yang dibiayai

Disini terdapat paradigma yang berbeda antara perusahaan yang menggunakan laporan
keuangan syariah dengan perusahaan yang menggunakan laporan keuangan konvensional.

Pada usaha syariah, paradigmanya adalah penekanan terhadap keyakinan bahwa setiap
kegiatan manusia memiliki akuntabilitas yang meletakkan akhlaq dan juga perangkat syariah
sebagai tolak ukur baik buruknya suatu kegiatan usaha.

Sedangkan pada perusahaan yang menggunakan laporan keuangan konvensional, tidak ada
hal semacam itu pada pelaksanaanya.

5. Penyelesaian Sengketa

Sebuah penyelesaian permasalahan akan diselesaikan secara berbeda, tergantung pada prinsip
perusahaan tersebut, apakah menganut syariah atau konvensional.

Pada perusahaan yang berbasis syariah, maka masalah akan diselesaikan dengan
menggunakan aturan dan hukum syariah islam. Lembaga yang mengatur hukum di Indonesia
adalah Badan Arbritase Muamalah (BAMUI).

Sedangkan pada perusahaan konvensional, penyelesaian masalah akan didadili di


pengadilan negeri.

Sebagai contoh, perusahaan syariah memiliki masalah pada keuangan mereka, dikarenakan
ketidak jujuran akuntan mereka. Selanjutnya akuntan tersebut akan dibawa ke BAMUI untuk
diadili.

Contoh di perusahaan konvensional, seorang akuntan membuat laporan palsu yang tidak
sesuia dengan kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya. Kemudian akuntan tersebut akan
dibawa ke pengadilan negeri untuk diadili.
12

6. Pos pembukuan

Selanjutnya, pada pos pembukuan syariah terdiri dari piutang murabah, piutang salam,
piutang isthisna, dan piutang qardh. Ssedangkan pada pos pembukuan konvensional tidak
terdapat hal-hal seperti itu, yang ada hanya terdiri dari nama pemilik akun piutang dagang.
13

2. Jelaskan mengapa dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan


sebagai kewajiban maupun ekuitas !
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini karena entitas
syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk mengembalikan jumlah
dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau wanprestasi entitas syariah.

Disisi lain dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai ekuitas karena
mempunyai waktu jatuh tempo danpemilik dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang
sama dengan pemegang saham seperti hak voting dan hak atas realisasi keuntungan yang
berasal dari aset lancar dan aset non investasi (current and other non investment
accounts).

Hubungan antara entitas syariah dan pemilik dana syirkah temporer (bisa BANK atau non
BANK) merupakan hubungan kemitraan berdasarkan akad mudharabah muthlaqah,
mudharabah muqayyadah atau musytarakah. Entitas syariah mempunyai hak untuk
mengelola dan menginvestasikan dana yangditerima dengan atau tanpa batasan seperti
mengenai tempat, cara atau obyek investasi.

Dana syirkah temporer merupakan salah satu unsur neraca dimana hal tersebut sesuai
dengan prinsip syariah yang memberikan hak kepada entitas syariah untuk mengelola
danmenginvestasikan dana, termasuk untuk mencampur dana dimaksud dengan dana
lainnya. Pemilik dana syirkah temporer memperoleh bagian atas keuntungan sesuai
kesepakatan dan menerima kerugian berdasarkan jumlah dana dari masing-masing pihak.
Pembagian hasil dana syirkah temporer dapat dengan konsep bagi hasil atau bagi untung
14

3. Jelaskan mengapa hak pihak ketiga atas bagi hasil dalam laporan laba
rugi tidak dapat dikelompokkan sebagai unsur beban bank syariah !

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah  temporer adalah bagian bagi hasil pemilik dana

atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode

laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokkan sebagai beban

(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas bagi hasil

merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi yang dilakukan

bersama dengan entitas syariah.


15

Pertanyaan 3 : CPMK 5 Nilai 70 %


1. Jelaskan karakteristik murabahah seperti yang dimaksud dalam Fatwa
DSN dan PSAK 102 tentang akuntansi murabahah !
Dalam PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah pada paragraf 06 – 17 dijelaskan
karakteristik yang melekat pada transaksi murabahah. Karakteristik ini telah disesuaikan
dengan ketentuan fatwa DSN – MUI tentang murabahah. Berikut ini karakteristik transaksi
murabahah menurut PSAK 102 :

Jenis Murabahah
1. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam
murabahah berdasarkan pesanan, penjual (bank) melakukan pembelian barang setelah
ada pemesanan dari pembeli (nasabah).
2. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
pembeli tidak dapat memabatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli
oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli, maka
penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual dan akan mengurangi nilai akad.
Metode Pembayaran
3. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran
tangguh adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada
pembeli, tetapi pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu
Kesepakatan Harga
4. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang berbeda untuk cara
pembayaran yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad
tersebut telah disepakati, maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
digunakan.
5. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedang biaya perolehan
harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka
diskon itu merupakan hak pembeli.
Diskon dari Pemasok/Suplier
6. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:
 Diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atau pembelian barang.
 Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian
barang.
16

 Komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan pembelian barang.
7. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam
akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
Jaminan
8. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara
lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual dan/atau aset lainnya.
Uang Muka Murabahah
9. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen
pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah, jika akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, maka uang
muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi kerugian riil yang ditanggung
oleh penjual. Jika uang muka itu lebih kecil dari kerugian, maka penjual dapat
meminta tambahan dari pembeli.
Denda
10. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan denda kecuali dapat dibuktikan bahwa
pembeli tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda
tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir yaitu untuk membuat pembeli lebih
disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang diperjanjikan
dalam akad dan dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana kebajikan.
Potongan Harga
11. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika
pembeli:
 Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
 Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati.
 Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum
dilunasi jika pembeli:
 Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; atau
 Mengalami penurunan kemampuan pembayaran; atau
 Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.
17

Terdapat alasan yang membuat PSAK 102 ( revisi 2013 ) ini dikeluarkan. Alasan
yang pertama adalah bahwa konsep murabahah yang dilakukan oleh bank syariah di
Indonesia sangat berbeda dengan akad murabahah yang dilakukan oleh bank syariah yang
ada di negara lain. Akad murabahah yang berbasis ba’i  yang ada di negara lain
merupakan murabahah dimana terdapat barang yang dimiliki oleh pembeli pertama yang
akan bertindak sebagai penjual kedua. Ini peranan yang dilakukan oleh bank syariah.

Seperti diketahui bahwa konsep murabahah yang melakukan jual beli perlu ada
syarat-syaratnya. Yang pertama adalah kepastian ketersediaan barang. Yang kedua adalah
adanya ijab kabul yang dilakukan antara pihak penjual dan juga pihak pembeli, serta perlu
adanya transparansi berkaitan dengan harga awal. Kemudian akan diikuti dengan adanya
kesepakatan harga antara penjual dan pembeli. Kesepakatan ( ijab dan kabul ) ini dapat
dilakukan secara lisan dan juga dapat dilakukan secara tertulis. Ini merupakan syarat sah
jual beli yang dapat diterima dalam syariah Islam. HM Jusuf Wibisana, ketua DSAS IAI
dalam pernyataannya memberikan contoh jual beli di pasar secara jujur yang biasa
dilakukan oleh kita sehari-hari. Dalam Islam, jual beli pada dasarnya harus memberikan
manfaat bagi kedua belah pihak. Iniu merupakan konsep murabahah yang original.
Sedikit berbeda dengan tamwil bil Murabahah yang merupakan pembiayaan murabahah
dengan basis jual beli.

Dalam pembiayaan murabahah ini, diberikan contoh bila seorang nasabah ingin
membeli mobil, maka nasabah tersebut akan mempergunakan konsep tamwil bil
murabahah untuk mendapatkan mobil tersebut. Agar akad tersebut dapat terlaksana maka
nasabah datang ke suatu bank syariah dan mengajukan pembiayaan berbasis murabahah.
Di sini yang berlaku adalah pembiayaan dengan konsep tamwil bil murabahah. Dengan
adanya konsep tamwil bil murabahah maka pembeli akhir menandatangani kontrak
dengan bank syariah untuk mewakili dirinya dalam melakukan pembelian mobil.
Tentunya setelah nasabah mengetahui jenis mobil yang akan dibelinya. Di sini bank
syariah akan menerbitkan akad wakalah ( Perwakilan )  yang menyatakan bahwa bank
syariah menyetujui untuk mewakili nasabah dalam melakukan pembelian mobil terhadap
nasabah. Bank syariah dengan akad ini dianggap telah memiliki barang yang akan
dijualnya lagi kepada nasabah pembiayaan murabahah selaku pembeli akhir dengan akad
tamwil bil murabahah. Dengan akad ini maka kepemilikan bank syariah terhadap barang
tersebut hanya sebentar. Di akad ini dapat dipastikan terjadi perbedaan harga. Akan tetapi
18

ini bukan merupakan konsep time value of money Yang dilarang dalam syariah Islam
dikarenakan ada underlying transaction yang mendasarinya. Dapat dicontohkan dengan
pebnerbitan sukuk dimana terdapat underlying asset ( asset yang mendasari ), sepeerti
sukuk ijarah, dimana selalu diikuti dengan asset yang mendasari penerbitan sukuk
tersebut dan investor sukuk akan mendapatkan revenue dari asset tersebut. Hal ini juga
terjadi pada akad tamwil bil murabahah.

Bagaimana dengan harga barang tersebut, pada saat dijual kembali kepada pembeli
akhir ? Dalam hal ini berlaku konsep yang ada dalam fiqh muamalah, yaitu al waktu
minast tsaman, atau waktu ( masa ) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari harga.
Hal ini diperbolehkan, dikarenakan terdapat kemungkinan perubahan harga di masa yang
akan datang. Bila harganya sama maka pembeli akhir akan melakukan kezaliman kepada
pihak pembeli pertama yang menjadi penjual kedua. Selain itu juga Islam menegaskan
dalam muamalah untuk melakukan risk management dengan baik. Berbagai hal tersebut
menjadi alasan dikeluarkannya PSAK 102 ( revisi 2013 ) tentang murabahah yang
berusaha menyentuh praktek murabahah yang sering dilakukan oleh bank syariah.
Sebelum PSAK ini dikeluarkan telah dikeluarkan dahulu Buletin Teknis No 9 9 tentang
penerapan metode anuitas dalam pembiayaan murabahah. Dalam point 6 di buletin teknis
tersebut disebutkan tentang pembiayaan murabahah yang keuntungannya diakui secara
anuitas didasarkan pada fakta bahwa pembiayaan murabahah merupakan penyediaaan
dana oleh lembaga keuangan syariah yang disalurkan kepada nasabah dengan mekanisme
jual beli
19

2. Jelaskan rukun transaksi murabahah !

1. Rukun Murabahah

Pada dasarnya, rukun dan syarat murabahah sama dengan rukun dan syarat jual beli secara
umum, yaitu penjual, pembeli, sighat, serta barang atau sesuatu yang diakadkan. Adapun
rukun dari akad murabahah adalah:

 Penjual (ba’i): Penjual dalam jual beli murabahah adalah pihak bank. Secara teknis,
biasanya pihak bank bertugas untuk membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama
bank itu sendiri.

Namun terkadang bank juga menggunakan media akad wakalah dalam pembelian barang.
Akad wakalah terjadi ketika nasabah membeli sendiri barang yang diinginkan atas nama
bank.

 Pembeli (musytari): Pembeli dalam akad murabahah adalah nasabah yang


mengajukan permohonan pembiayaan ke bank. Pembeli memiliki hak untuk memilih barang
sesuai dengan apa yang ia kehendaki.
 Objek jual beli (mabi’): Objek jual beli yang sering digunakan dalam transaksi atau
akad murabahah adalah barang yang bersifat konsumtif seperti rumah, tanah, mobil, motor
dan sebagainya.
 Harga (tsaman): Harga dalam akad murabahah diistilahkan dengan pricing atau
plafond pembiayaan.
 Ijab Qobul: Ijab qobul disebut juga dengan Akad. Biasanya memuat tentang
spesifikasi barang yang diinginkan nasabah dan kesediaan pihak bank syariah dalam
pengadaan barang. Pihak bank syariah juga harus memberitahukan harga pokok pembelian
dan jumlah keuntungan yang ditawarkan kepada nasabah. Kemudian penentuan lama
angsuran dapat dilakukan setelah kesepakatan murabahah.
20

a) Lembaga keuangan syariah sebagai pihak penjual, bertanggung jawab


untuk pengadaan barang yang akan diperjualbelikan, jelaskan aturan dan
pengakuan serta pengukuran diskon yang diterima dari pemasok !
Menurut fatwa DSN No. 16, harga jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan. Apabila dalam jual beli
murabahah, LKS mendapatkan diskon dari supplier, maka harga jual beli antara LKS dan
nasabah adalah harga setelah diskon, karena diskon tersebut merupakan hak nasabah. Apabila
diskon tersebut diberikan setelah akad, pembagian diskon dilakukan berdasarkan perjanjian
(persetujuan) yang dimuat dalam akad. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad
hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

Berdasarkan fatwa diatas dapat dipahami bahwa diskon yang berikan oleh supplier kepada
LKS sebelum terjadinya akad murabahah antara LKS dengan nasabah adalah merupakan hak
dari nasabah. Diskon tersebut secara otomatis menjadi hak nasabah tanpa adanya suatu proses
perjanjian yang dituangkan dalam akad. Namun, jika diskon tersebut diberikan oleh supplier
kepada LKS setelah terjadinya akad murabahah antara LKS dengan nasabah, maka diskon
tersebut bisa diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak
yang dituangkan dalam akad perjanjian murabahah yang ditandatangani. Diskon dalam
murabahah yang berikan supplier kepada LKS setelah terjadinya akad antara LKS dengan
nasabah ini perlu disosialisasikan atau diberitahukan oleh LKS kepada nasabah, karena bisa
jadi banyak nasabah yang tidak mengetahui tentang hal ini. Harapannya semoga hak nasabah
terhadap diskon dalam murabahah dapat diimplementasikan secara maksimal dan
terhindarnya perselisihan antara LKS dan nasbah dikarenakan ketidaktransparanan LKS
21

4. Jelaskan aturan dan pengakuan serta pengukuran uang muka murabahah yang
diterima oleh Lembaga Keuangan Syariah dari nasabahnya !
Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut:

1) Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
2) Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang (merupakan bagian pokok).
3) Jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penjual.

Mengenai pengakuan dan pengukuran uang muka pembelian yaitu diakui sebagai uang muka
pembelian sebesar sejumlah uang muka yang diterima dan telah disepakati oleh pihak bank
dan nasabah, dimana uang muka didapatkan dari harga jual rumah dikurangi dengan batas
maksimal kredit dengan dilihat dari penghasilan/gaji nasabah. Dan jika barang sudah dibeli
oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran piutang yaitu merupakan bagian
pokok.

Hal ini sesuai dengan juga telah dijelaskan pada PSAK No. 102 tentang akuntansi murabahah
juga menjelaskan mengenai uang muka pada paragraf 14, paragraf 30. Maka pencatatan
akuntansi yang dilakukan oleh Bank BTN Syariah Kantor Cabang/KC Surabaya pada saat
menerima uang muka dari nasabah adalah (Dr) Kas dan (Kr) Uang Muka Murabahah.
Sedangkan pada saat barang sudah dibeli oleh pembeli, pencatatannya adalah (Dr) Uang
Muka Murabahah dan (Kr) Piutang Murabahah, sehingga untuk penentuan margin
keuntungan dapat didasarkan atas nilai piutang yaitu nilai harga jual rumah kepada pembeli
yaitu nasabah setelah dikurangi dengan nilai harga pembelian rumah dari bank kepada pihak
developer.
22

5. Jelaskan metode pengakuan keuntungan murabahah yang diatur dalam PSAK


102 !
Dalam faktanya konsep ini banyak tidak dipergunakan oleh bank syariah di Indonesia. Hal ini
terlihat dari fakta bahwa murabahah yang merupakan jual beli dilakukan oleh bank syariah
dengan konsep pembiayaan murabahah (At Tamwil Bi Al Murabahah ). Karena itulah pada
21 Desember 2012, Dewan Syariah Nasional MUI mengeluarkan fatwa DSN MUI No 84
tentang Metode Pengakuan Keuntungan Tamwil Bi Al Murabahah di lembaga keuangan
syariah, termasuk bank syariah dengan menyatakan :

1. Pengakuan keuntungan murabahah dalam bisnis yang dilakukan oleh para


pedagang, yaitu secara proporsional boleh dilakukan selama sesuai dengan urf
( kebiasaan ) yang berlaku di kalangan para pedagang.

2. Pengakuan keuntungan Al Tamwil Bi al Murabahah dalam bisnis yanhg


dilakukan oleh lembaga keuangan syariah boleh dilakukan secara proporsional dan
secara anuitas selama sesuai dengan urf ( kebiasaaa ) yang berlaku di kalangan LKS

3. Pemilihan metode pengakuan keuntungan Al Tamwil bi Al Murabahah pada LKS


harus memperhatikan maslahah LKS bagi pertuimbuhan LKS yang sehat.

4. Metode pengakuan keuntungan At-Tamwil Bi Al Murabahah yang ashlah


( bermanfaat ) dalam masa pertumbuhan LKS adalah metode anuitas

Terdapat alasan yang membuat PSAK 102 ( revisi 2013 ) ini dikeluarkan. Alasan yang
pertama adalah bahwa konsep murabahah yang dilakukan oleh bank syariah di Indonesia
sangat berbeda dengan akad murabahah yang dilakukan oleh bank syariah yang ada di negara
lain. Akad murabahah yang berbasis ba’i  yang ada di negara lain merupakan murabahah
dimana terdapat barang yang dimiliki oleh pembeli pertama yang akan bertindak sebagai
penjual kedua. Ini peranan yang dilakukan oleh bank syariah.
23

6. Jelaskan karakteristik akad salam !


Dalam PSAK 103 tentang Akuntansi Salam dijelaskan karakteristik salam sebagai berikut
1. Bank syariah dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu transaksi
salam. Jika bank syariah bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak
lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut salam
paralel. 

2. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat:


a) Akad antara bank syariah (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari
akad antara bank syariah (sebagai penjual) dan pembeli akhir; dan
b) Kedua akad tidak saling bergantung(ta’alluq).
3. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal
akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad.
Dalam hal bertindak sebagai pembeli, bank syariah dapat meminta jaminan kepada
penjual untuk menghindari risiko yang merugikan
4. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang
dikirimkan salah atau cacat, maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannnya.
5. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang atau
manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati  dan tidak boleh dalam
bentuk pembebasan utang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain.
6. Transaksi salam dilakukan karena berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu
untuk memungkinkan penjual (produsen) memperoduksi barangnya, barang yang
dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari
penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada
pembeli.
24

7. Jelaskan ketentuan pembayaran dan ketentuan barang pada akad salam


menurut ketentuan syariah Fatwa DSN No.05 / DSN - MUI / IV / 2000 !
Menetapka : FATWA TENTANG JUAL BELI SALAM
n

Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran:

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa


uang, barang, atau manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Kedua : Ketentuan tentang Barang:

1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.


2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
3. Penyerahannya dilakukan kemudian.
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan
berdasarkan kesepakatan.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis
sesuai kesepakatan.

Ketiga : Ketentuan tentang Salam Paralel (‫وازي‬MMMMMMMMMMM‫لم الم‬MMMMMMMMMMM‫)الس‬:


Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua
terpisah dari, dan tidak berkaitan dengan akad pertama.

Keempat : Penyerahan Barang Sebelum atau pada waktunya:

1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan


kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih
rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh
menuntut pengurangan harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang
disepakati dengan syarat kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan
harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak
rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a. membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,
b. menunggu sampai barang tersedia.
25

Kelima : Pembatalan Kontrak:


Pada dasarnya pembatalan salam boleh dilakukan, selama tidak
merugikan kedua belah pihak.

Keenam : Perselisihan:
Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka persoalannya
diselesaikan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
26

8. Penyerahan barang yang dilakukan produsen kepada pembeli harus sesuai


dengan spesifikasi yang disepakati dalam kontrak, jelaskan pengakuan
dan pengukuran jika penerimaan barang sudah sesuai dengan spesifikasi
dalam kontrak / akad !
1. -Pembeli-
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual
Denda yg diterima diakui sbg bagian dana kebajikan
Barang pesanan yg telah diterima diakui sbg persediaan
2. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sbg berikut;
1. Jika barang pesanan sesuai akad, maka dinilai sesuai nilai yg disepakati
2. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka;
3. Jika pembeli tidak menerima sbgian/seluruh barang pesanan;
3. *diukur dgn nilai akad, jika nilai wajar diterima =/> brg pesanan tercantum
(penjelasan no.2)
*diukur dgn nilai wajar dan selisihnya diakui kerugian, jika nilai wajar < brg pesanan
tercantum (penjelasan no.2)
4. *Jika akad salam dibatalkan, maka menjadi piutang yg harus dilunasi (penjelasan
no.3)
*Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka dicatat sebesar bagian yg blum
dipenuhi (penj. no.3)
*Jika akad salam dibatalkan ada jaminan; (penj. no.3)
-hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam = piutang kepada penjual
-hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam = menjadi hak penjual
27

9. Jelaskan pengakuan dan pengukuran jika penerimaan barang berbeda kualitas dengan
yang kesepakatan pada kontrak / akad !
Apabila barang yang dikirm tidak sesuai kualitasnya dan pembeli memilih untuk
membatalkan akad, maka pembeli berhak atas pengembalian modal salam yang sudah
diserahkannya. Pembatalan dimungkinkan untuk keseluruhan barang pesanan, yang
mengakibatkan pengembalian semua modal salam yang telah dibayarkan. Dapat juga
berupa pembatalan sebagian penyerahan barang pesanan dengan pengembalian sebagian
modal saham (Nurhayati dan Wasilah, 2014: 203-204).
jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
a. barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai pasar (nilai
wajar jika nilai pasar tidak tersedia) dari barang pesanan yang diterima nilainya sama
atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;
b. barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika nilai pasar tidak
tersedia) pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai pasar dari
barang pesanan lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad.
28

10. Jelaskan hal – hal yang terkait dengan penyajian transaksi salam dalam
laporan keuangan syariah, yang telah diatur dalam PSAK 103 tentang
Akuntansi salam !
PSAK 103: Akuntansi Salam (PSAK 103) dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK 103
menggantikan pengaturan mengenai akuntansi salam dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.

Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013


maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya dikeluarkan oleh DSAK IAI
dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 103 mengalami perubahan pada 06 Januari
2016 terkait terkait definisi nilai wajar yang disesuaikan dengan  PSAK 68: Pengukuran
Nilai Wajar. Perubahan ini berlaku efektif 1 Januari 2017 secara retrospektif.

IKHTISAR RINGKAS

Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai
penjual atau pembeli. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas
obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam. Salam adalah akad jual beli
barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam
illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan
syarat-syarat tertentu.

Akuntansi untuk Pembeli

Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang
salam.Denda yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan.

Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan:

a.     besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara
bersama-sama dengan pihak lain;

b.    jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

c.     pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.


29

Akuntansi untuk Penjual

Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation)
pada saat penyerahan barang kepada pembeli. Penjual menyajikan modal usaha salam
yang diterima sebagai kewajiban salam.

Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan:

a.     piutang salam kepada produsen (dalam salam paralel) yang memiliki hubungan

istimewa;

b.    jenis dan kuantitas barang pesanan; dan

c.     pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Anda mungkin juga menyukai