Oleh
NIM: 191FK01026
2021/2022
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PASRTUM
a. Purperium dini, waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila
setelah 40 hari.
c. Remote purperium ,waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna
bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas/Post Partum
Pada masa nifas ini seorang wanita yang telah melahirkan akan mengalami
berbagai macam perubahan sistem fisiologis pada dirinya, biasanya perawat
menyebutnya dengan BUBBLE-LE yaitu B (Breast) Payudara, U (Uterus)
Rahim, B (Bowel) Fungsi usus, B (Bladder) Kandung Kemih, L (Lochia) Lokia,
E (Episiotomy) Perinium, L (Lower Extremity) Ekstermitas Bawah, E (Emotion)
Emosi, berikut beberapa perubahan sistem yang dialami ibu post partum:
a. Sistem reproduksi
1
1) Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat
menurun dari sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada
sekitar 3 minggu masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan
kembali kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari
pertama setelah melahirkan, secret rahim (lokhia) tampak merah
(lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia
menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh
lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi
4 jenis:
- Lochia Rubra, dimana lochia ini muncul pada hari pertama sampai
hari ketiga masa post partum, warnanya merah karena berisi darah
segar dari jaringan sisa-sisa plasenta.
2
- Autolysis, merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus.
3) Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang
hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling
menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata. Ukuran
uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran, namun
kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
4) Uterus tempat placenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan
menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan
cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan
pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium
terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang
membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lokia.
5) Afterpains
3
Afterpains sering terjadi bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar
hipofisis posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan
bayi.
6) Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum
kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali
pada tonus semula.
b. Sistem Pencernaan
Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi
karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir.
c. Sistem Kardiovaskular
d. Sistem perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme
sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan
kepala janin selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam urine akibat
perubahan otolitik di dalam uterus.
e. Sistem muskuloskeletal
4
f. Sistem endokrin
g. Sistem hematologi
Hemoglobin, hematokrit, eritrosit mengalami penurunan pada awal post
partum, pada hari pertama post partum kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental, dan peningkatan viskositas
meningkatkan factor pembekuan darah Leukositosis yang meningkat dimana
jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000.
h. Perubahan Psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah
kelahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor
emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari
keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali
pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi.
Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu
ibu yang menyusui bayi, penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus
ditekankan selama masa nifas untuk menghindari kehamilan yang tak
dikehendaki.
5
a. Taking in (istirahat/penghargaan)
Disebut fase taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru
melahirkan memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung setelah 10 hari post partum.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah
sebagai berikut:
6
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga
baru, maupun budaya tertentu.
7. Konsep Asuhan Keperawatan Post Partum
a. Pengkajian
1) Riwayat Kesehatan
Pengkajian awal dimulai dengan review prenatal dan intranatal yang
meliputi:
d) Respon janin pada saat persalinan dan kondisi bayi baru lahir
(nilai APGAR).
7
(episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan
Emotion (emosi).
b. Pengkajian Fisik
8
d) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu menderita
pilek atau sinusitis. Infeksi pada ibu postpartum dapat
meningkatkan kebutuhan energi
3) Pemeriksaan Thorax
a) Inspeksi Payudara
9
Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi
ukuran, bentuk, warna dan kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri
tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari pertama
post partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi
kolostrum yang banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati
perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada
tanda tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan ke ibu apakah
ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi
lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
4) Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi Abdomen
10
- Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan
yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal
saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian tengah merata.
Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah
pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang
oleh involusi. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
11
homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar
sirkulasi lancar.
- Lochia, Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhia pada ibu
post partum. Perubahan warna harus sesuai. Misalnya Ibu
postpartum hari ke tujuh harus memiliki lokhia yang sudah
berwarna merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia masih
merah maka ibu mengalami komplikasi postpartum.
12
8) Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post partum. Pasien
post partum biasanya menunjukkan gejala dari ”baby blues” atau
“postpartum blues” ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan
kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan oleh banyak
faktor, termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian
peran ibu. Ini adalah bagian normal dari pengalaman post partum.
c. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri b.d agen pencedera fisik, luka episiotomi post partum spontan.
2) Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan karena laktasi
3) Ansietas b.d tanggung jawab menjadi orang tua
4) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka episiotomi perineum
5) Risiko infeksi b.d luka episiotomi post partum spontan
6) Gangguan pola tidur b,d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
7) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang kesehatan
masa post partum
d. Intervensi Keperawatan
13
3. Pasien tampak 3. Monitor tanda tanda vital
rileks 4. Kurangi faktor presipitasi
4. Pasien dapat nyeri
istirahat dan tidur 5. Ajarkan teknik
5. Tanda- tanda vital relaksasi nafas
dalam batas dalam
normal 6. Tingkatkan istirahat
7. Kolaborasi pemberian
analgetik dengan tepat
14
prognosis
7. Dorong suami untuk
menemani pasien
8. Dengarkan dengan penuh
perhatian
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
3. Gangguan NOC : NIC :
Tissue Integrity : Skin
intergritas kulit 1. Kaji lingkungan yang
and Mucous Membranes
bd luka dapat menyebabkan
Kriteria Hasil :
episiotomi tekanan pada kulit
perineum 1. Integritas kulit yang atau luka
D.0128 baik bisa 2. Monitor aktivitas dan
dipertahankan mobilisasi pasien
(sensasi, elastisitas, 3. Monitor status nutrisi
temperatur, hidrasi, pasien
pigmentasi) 4. Monitor kulit akan adanya
2. Tidak ada luka/lesi 5. Anjurkan pasien untuk
pada kulit menggunakan pakaian
3. Perfusi jaringan baik yang longgar
6. Hindari kerutan padaa
4. Menunjukkan
tempat tidur
pemahaman dalam
7. Jaga kebersihan kulit
proses perbaikan
agar tetap bersih dan
kulit dan mencegah
kering
terjadinya sedera
8. Mobilisasi pasien
berulang
(ubah posisi pasien)
5. Mampu melindungi
setiap dua jam
kulit dan sekali
mempertahankan 9. Oleskan lotion atau
kelembaban kulit dan minyak/baby oil pada
15
perawatan alami derah yang tertekan
4. Resiko NOC : NIC :
infeksi bd Knowledge : Infection 1. Kaji keadaan kulit,
trauma control warna dan tekstur
jaringan Kriteria Hasil : 2. Bersihkan
D.0141 1. Klien bebas dari tanda lingkungan setelah
dan gejala infeksi dipakai pasien lain
3. Instruksikan pada
Mendeskripsikan proses
pengunjung untuk
penularan penyakit,
mencuci tangan saat
factor yang
berkunjung dan setelah
mempengaruhi penularan
berkunjung
serta
meninggalkan pasien
penatalaksanaannya,
4. Gunakan sabun
2. Menunjukkan
antimikrobia untuk cuci
kemampuan untuk
tangan
mencegah timbulnya
5. Gunakan baju, sarung
infeksi
tangan
3. Jumlah leukosit dalam
sebagai alat pelindung
batas normal
6. Gunakan kateter
4. Menunjukkan perilaku
intermiten untuk
hidup sehat
menurunkan infeksi
kandung kencing
7. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
8. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
9. Tingktkan intake nutrisi
16
10. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
5. Gangguan pola NOC : NIC :
tidur bd Sleep : Extent an Pattern 1. Kaji faktor yang
tanggung jawab Kriteria Hasil : menyebabkan
memberi 1. Jumlah jam tidur gangguan tidur
asuhan pada dalam batas normal 6-8 2. Monitor waktu makan
bayi D.0055 jam/hari dan minum dengan
2. Pola tidur, kualitas waktu tidur
dalam batas normal 3. Monitor/catat kebutuhan
3. Perasaan segar tidur pasien setiap hari
sesudah tidur atau dan jam
istirahat 4. Diskusikan dengan
4. Mampu pasien dan keluarga
mengidentifikasikan tentang teknik tidur
hal- hal yang pasien
meningkatkan tidur 5. Fasilitas untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum tidur
(membaca)
6. Determinasi efek-
efek medikasi
terhadap pola tidur
7. Jelaskan pentingnya
tidur yang adekuat
8. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
9. Kolaborasikan
pemberian obat tidur
6. Defisit NOC : NOC:
pengetahuan bd Knowledge : deases proces 1. Kaji pengetahuan klien
17
kurang Kriteria Hasil : tentang penyakitnya
1. Menjelaskan kembali 2. Jelaskan tentang proses
terpapar
tentang penyakit, penyakit (tanda dan
informasi
2. Mengenal kebutuhan gejala), identifikasi
tentang
perawatan dan kemungkinan penyebab.
kesehatan masa
pengobatan tanpa Jelaskan kondisi
post partum,
cemas tentangklien
perawatan
3. Jelaskan tentang program
payudara, teknik
pengobatan dan alternatif
menyusui
pengobantan
4. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
digunakan untuk
mencegah komplikasi
5. Diskusikan tentang terapi
dan pilihannya
6. Eksplorasi kemungkinan
sumber yang bisa
digunakan/ mendukung
7. Instruksikan kapan harus
ke pelayana
8. Tanyakan kembali
pengetahuan klien
tentang penyakit,
prosedur perawatan dan
pengobatan
7. Menyusui tidak NOC : NIC :
efektif bd Breast feeding 1. Kaji kemampuan bayi
ketidakadekuata Kriteria Hasil : untuk latch- on dan
n suplai 1. Pasien mengatakan menghisap secara
puas dengan kebutuhan efektif
18
menyusui 2. Pantau kemampuan
2. Kemantapan untuk mengurangi
pemberian ASI : Bayi : kongesti payudara
pelekatan bayi yang dengan benar
sesuai pada dan proses 3. Pantau berat
menghisap payudara badan dan pola
ibu untuk memperoleh eliminasi bayi
nutrisi selama 3 4. Pantau keterampilan
minggu pertama ibu dalam
3. Kemantapan Pemberian menempelkan bayi
ASI : IBU : ke puting
kemantapan ibu untuk 5. Pantau integritas kulit
membuat bayi melekat puting ibu
dengan tepat dan 6. Tentukan Keinginan
menyusui dan payudara Dan Motivasi Ibu untuk
ibu untuk memperoleh menyusui
nutrisi selama 3 7. Evaluasi pola
minggu pertama menghisap / menelan
pemberian ASI bayi
4. Pemeliharaan 8. Evaluasi pemahaman ibu
pemberian ASI : tentang isyarat menyusui
keberlangsungan dan bayi (misalnya reflex
pemberian ASI untuk rooting, menghisap dan
menyediakan nutrisi terjaga)
bagi bayi/todler 9. Evaluasi pemahaman
5. Penyapihan tentang sumbatan
Pembenian ASI kelenjar susu dan
6. Diskontinuitas mastitis
progresif pemberian
ASI
7. Pengetahuan Pemberian
19
ASI : tingkat
pemahaman yang
ditunjukkan megenal
laktasi dan pemberian
makan bayi melalui
proses pemberian ASI
ibu mengenali isyarat
lapar dari bayi dengan
segera ibu
mengindikasikan
kepuasaan terhadap
pemberian ASI ibu
tidak mengalami nyeri
tekan pada puting
mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
e. Emplementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mncapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
f. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual yang melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan,
elaksanaan sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada
20
akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap
tahap proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
21
Putri, F. A. (2018, Desember 23). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI
RSUD. ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA. Diambil kembali
dari http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/: http://repository.poltekkes-
kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf
22