Anda di halaman 1dari 6

Online first

Dipublikasikan pada tanggal 4 April 2018

Gangguan Kelenjar Keringat Apokrin: Bromhidrosis dan Kromhidrosis

1 2
Stanley Setiawan, Pieter L. Suling

1
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia Jakarta
2
Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: stan_setiawan@yahoo.com

Abstract: Apocrine gland is one of the sweat glands in humans. This gland is considered as a
gland that causes odor. Primary abnormalities in the apocrine glands are bromhidrosis and
chromhidrosis. Bromhidrosis is a state of abnormal or offensive body odor due to the secretion
of apocrine sweat glands lies in the armpit, scalp, soles of the feet, fingers, and genital.
Chromhidrois is a fairly rare condition, characterized by the secretion of colored sweat from
the pigmented apocrine glands that usually present in the armpits and face. In general,
management of bromhidrosis and chromhidrosis including non-medicamentous, medica-
mentous, and surgery shows satisfying result.
Keywords: apocrine bromhidrosis and apocrine chromhidrosis

Abstrak: Kelenjar apokrin merupakan salah satu kelenjar keringat pada manusia, dan kelenjar
ini dianggap sebagai kelenjar yang menyebabkan bau badan. Kelainan primer pada kelenjar
apokrin yaitu apokrin bromhidrosis dan apokrin kromhidrosis. Bromhidrosis adalah keadaan
bau badan seseorang yang berlebihan dari normal akibat sekresi kelenjar keringat apokrin
yang terletak di ketiak, kulit kepala, telapak kaki, sela-sela jari, dan genital. Kromhidrohis
merupakan keadaan yang cukup jarang ditemukan, ditandai dengan sekresi keringat dari
kelenjar apokrin yang berwarna, biasanya terdapat pada ketiak dan wajah. Secara umum
penatalaksanaan bromhidrosis dan apokrin kromhidrosis meliputi nonmedikamentosa,
medikamentosa, dan pembedahan memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Kata kunci: apokrin bromhidrosis, apokrin kromhidrosis
kelenjar keringat apokrin yang terletak di
ketiak, kulit
Kelenjar apokrin merupakan salah satu
kelenjar keringat pada manusia yang
terdapat pada kepala, aksila, anogenital,
kelopak mata, meatus acusticus externus
(external auditory meatus), dan kelenjar
mammae. Kelenjar apokrin dapat juga
1,2
ditemukan pada wajah dan perut.
Fungsi sebenarnya dari kelenjar apokrin
tidak begitu jelas, dan kelenjar ini
dianggap sebagai kelenjar yang
3
menyebabkan bau.
Kelainan primer pada kelenjar
apokrin yaitu apokrin bromhidrosis dan
4
apokrin kromhidrosis. Bromhidrosis
adalah keada-an bau badan seseorang
yang berlebihan dari normal akibat sekresi
yang cukup jarang ditemukan, ditandai
dengan sekresi keringat dari kelenjar
kepala, telapak kaki, sela-sela jari, dan apokrin yang berwarna, biasanya terdapat
genital. Pada keadaan ini, kulit menjadi pada ketiak dan wajah. Selain keringat
basah dan lengket serta menimbulkan bau yang berwarna, kromhidrosis juga ditandai
4
yang tidak nyaman sebagai hasil degradasi dengan sensasi gatal dan panas.
produk kelenjar apokrin oleh mikroba Tulisan ini mengulas mengenai
5
kulit. Kromhidrohis merupakan keadaan penya-kit primer dari kelenjar apokrin,
yaitu bromhidrosis dan kromhidrosis.
Kelenjar Apokrin Anatomi dan Fisiologi Kelenjar
Istilah apokrin berasal dari bahasa Apokrin
Yunani apo yang berarti pergi dan Kelenjar apokrin terdiri dari tiga
krinein yang berarti untuk memisahkan. komponen, yaitu: 1) Duktus
Kelenjar ini merupakan bagian dari intraepithelial; 2) Duktus intradermal;
adneksa kulit yang terletak di epidermis dan 3) Coiled gland atau kelenjar yang
dan berkembang sebagai bagian dari melingkar pada dermis atau perbatasan
kelenjar pilosebasea pada bulan ke 4 dan dermis dan lemak subkutan yang
5 dari kehidupan janin.
6 mengandung bagian sekretori (Gambar
2
Kelenjar apokrin tidak berfungsi 1A). Modus sekresi ialah dekapitasi
sampai pada masa pubertas; oleh karena yaitu proses dimana bagian apikal dari
itu perkembangannya dikaitkan dengan sitopik sekretori menutup dan masuk ke
1
faktor hormonal yang mengalami dalam lumen kelenjar (Gambar 1B).
perubahan pada masa pubertas.
2 Bentuk kelenjar apokrin lebih besar dari
2,3
kelenjar ekrin.
Kelenjar keringat

Folikel rambut
Bagian
apikal sel
Kelenjar yang
keringat terlepas
ekrin

Kelenjar
keringat
apokrin

Gambar 1. A, Bagan kulit manusia yang memperlihatkan kelenjar keringat ekrin dan apokrin. B,
Kelenjar keringat apokrin; tampak bagian apikal sel yang terlepas. Sumber: Schaller dan Plewig,
2012. 1
Dekompo-sisi bakteri bertanggung jawab
atas produk-si senyawa odiferous. Secara
Komposisi Sekret Kelenjar Apokrin khusus, aminoacylase corynebacteria
Sekret kelenjar apokrin utamanya bertanggung jawab atas produksi asam 3-
mengandung sialomusin yang lebih kental methyl-2-hexenoic dan 3-hydroxy-3-
dan diproduksi dalam jumlah yang lebih methylhexenoic.
sedikit daripada kelenjar ekrin. Kelenjar Produksi metabolit ini berada di bawah
apokrin mengeluarkan sejumlah kecil 4,7
kendali genetik gen ABCC11.
3,6
cairan berminyak. Saat pertama kali
disekresikan, sekret kelenjar apokrin
manu-sia seperti susu, kental, dan tidak
berbau saat mencapai permukaan kulit.
rangsangan emosi hanya setelah pubertas,
dan dapat distimulasi oleh epinefrin dan
Kegunaan Kelenjar Apokrin norepinefrin baik secara lokal atau siste-
Kegunaan kelenjar apokrin antara lain mik. Hasil studi menunjukkan bahwa
sebagai odoriferous sexual, territorial kelenjar apokrin dikendalikan terutama
markers, dan sinyal penanda. Kelenjar ini oleh agonis adrenergik, walaupun
juga berperan dalam meningkatkan resis- beberapa kontrol kolinergik juga telah
4,5
tensi friksional dan sensibilitas taktil, serta dilaporkan.
meningkatkan evaporasi panas pada indi- Gangguan kelenjar keringat apokrin
4
vidu tertentu. Kelenjar ini merespon yang dibahas dalam tulisan ini ialah
bromhidrosis dan kromhidrosis.
Bromhidrosis didiagnosis banding
Bromhidrosis dengan: ekrin bromhidrosis (fish odor
Bromhidrosis atau disebut juga syndrome, phenylketonuria, sweaty feet
osmidrosis adalah keadaan bau badan syndrome, odor of cat syndrome,
seseorang berlebihan dari yang normal
4,5 isovaleric academia,
akibat sekresi kelenjar keringat apokrin. hypermethioninemia, food, drug, toxin
Bau badan biasanya berkembang sete- ingestion), liver failure (fetor hepaticus),
lah masa pubertas, umumnya laki-laki renal failure, nasal foreign body in
lebih sering dari perempuan. Onset children, poor hygiene, olfactory
penyakit sering pada populasi Afrika- hallucinations, dan body dysmorphic
Amerika dan Eropa; jarang pada Asia 4,7
7-9 disorder.
Timur, Tiongkok, dan Korea. Tidak
terdapat predileksi geografik, meskipun
musim panas atau iklim panas dapat
memperparah penyakit ini. Kebersihan
pribadi yang buruk juga bisa menjadi
4,10
faktor pencetus.

Etiopatogenesis Bromhidrosis
Sekresi apokrin bertanggung jawab
terhadap produksi bau, terutama melalui
kerja bakteri pada komponennya. Steroid
yang tidak berbau disebut feromon
berkon-tribusi terhadap osmidrosis. Pada
bromhi-drosis, bakteri yang berperan
terutama korinebakterium aerobik. Bakteri
pada sekresi apokrin menghasilkan
amonia dan asam lemak rantai pendek
kemudian asam ini dibawa ke permukaan
kulit oleh dua jenis protein pengikat yaitu
4,9
ASOB1 dan ASOB2. Peran
hiperhidrosis pada brom-hidrosis masih
4,9
belum jelas diketahui.

Gejala Klinis Bromhidrosis


Gejala utama yang dikeluhkan yaitu
bau badan tidak sedap, umumnya berasal
dari ketiak, walaupun terkadang area
genital dan telapak tangan juga terlibat.
Pada bromhidrosis tidak didapatkan lesi
4
pada kulit.

Diagnosis Banding Bromhidrosis


menerus. Pasien dengan apokrin
Penatalaksanaan Bromhidrosis bromhidrosis sering merasa rendah diri
Secara umum penatalaksanaan dan malu dengan kondisinya yang dapat
bromhi-drosis terdiri dari beberapa hal, menyebabkan gang-guan fungsi
yaitu: rutin membersihkan ketiak dan 4,10
psikososial.
mengurangi bulu ketiak, mengganti
pakaian terutama saat berkeringat, sabun Kromhidrosis
antibakterial/antibakte-rial topikal,
menghindari beberapa jenis makanan Kromhidrosis adalah kondisi langka
penyebab bau badan (bawang putih dan yang ditandai dengan sekresi keringat
daging merah), deodoran dan apokrin berwarna. Pada tahun 1954
antiperspiran, antibiotik, antiseptik dan Shelley dan Hurley menggambarkan
10-12 entitas ini dan menghubungkannya dengan
antikolinergik. peningkatan
Penatalaksanaan tanpa pembedahan jumlah butiran lipofusin dalam kelenjar
ialah dengan menggunakan toksin botu- apokrin.
4,7,15
linum A dan laser frequency-doubled Q- Kromhidrosis jarang terjadi.
13,14
switched Nd:YAG. Dapat juga Prevalensi di seluruh dunia tidak
dilaku- diketahui, namun biasanya terjadi pada
kan tindakan pembedahan dengan 16
masa puber. Penyakit ini terus berlanjut
pengang-katan kelenjar apokrin, sepanjang hidup, dan membaik di usia
tumescent lipo-suction disertai kuretase, 4
lanjut. Rasio kejadian pada laki-laki
upper thoracic sympathectomy, maupun perempuan tidak diketahui secara
pengangkatan jaringan subkutan disertai jelas. Pengaruh faktor geografik belum
ablasi laser CO2, aspirasi bedah pernah dijelaskan.
16
ultrasonik, dan suction-assisted cartilage
4,7 Pigmen yang bertanggung jawab
shaver. untuk menyebabkan kromhidrosis apokrin
ialah lipofusin yang diproduksi di sel-sel
Prognosis Bromhidrosis sekre-tori apokrin dan diekskresikan ke
Apokrin bromhidrosis merupakan perm-
kon-disi kronis yang terjadi terus
adalah kelainan umum yang terutama
kaan kulit. Dalam kromhidrosis apokrin, disebabkan oleh pewarnaan keri-ngat
butiran lipofusin berada dalam keadaan ekrin yang jernih oleh pewarna, pigmen,
oksidasi yang lebih tinggi; dengan demi- atau logam. Pemicu keringat ber-
kian memberikan berbagai warna pigmen,
warna biasanya emosional atau
seperti kuning, hijau, biru, atau hitam. 17,18
Keadaan oksidasi yang lebih tinggi rangsangan fisik.
17
menghasilkan warna yang lebih gelap. Diagnosis Banding Kromhidrosis
Uji khusus yang dapat dilakukan ialah
Gejala Klinis Kromhidrosis
pemeriksaan lampu Wood, tes laborato-
Terdapat tiga subtipe yang dikemuka- 3,4
rium, dan pemeriksaan histopatologik.
kan oleh Cilliers and the Beer, yaitu:
Sebagai diagnosis banding, kromhidrosis
kromhidrosis ekrin sejati, pseudo-eccrine
apokrin harus dibedakan dari: quinine
kromhidrosis, dan kromhidrosis apokrin.
ingestion, blue sweat with copper
Kromhidrosis apokrin tampak setelah exposure, extrinsic dyes, paints,
pubertas, biasanya terbatas pada wajah alkaptonuria (okro-nosis)
,
dan aksila, jarang pada areola. Pada pasien ,
akan tampak pewarnaan kuning, biru, hiperbilirubinemia hematohidrosis
hijau, dan biru-hitam pada pakaian. (bleeding diathesis), chromogenic
bacteria
Kromhidrosis pseudo-eccrine terjadi
ketika keringat yang tidak berwarna (spesies korinebakterium), dan pseudo-
4,7
menjadi berwarna saat mencapai kulit monas.
karena reaksi dengan produk bakteri
kromogenik eksogen, bahan kimia, cat, Penatalaksanaan Kromhidrosis
dan pewarna. Kromhidrosis ekrin sejati
Toksin Botulinum tipe A telah
dilapor-kan berhasil pada pasien dengan Prognosis Kromhidrosis
kromhi-drosis di daerah wajah. Demikian Kromhidrosis ialah penyakit kronis
pula laporan kasus telah menunjukkan dan membaik di usia tua karena aktivitas
keman-juran capsaicin pada kromhidrosis kelenjar apokrin berkurang. Morbiditas
4,19 terkait penyakit ialah akibat disfungsi
di daerah wajah.
psikososial yang dialami oleh individu
4,16
yang terkena.

SIMPULAN
Penyakit primer kelenjar apokrin
yaitu bromhidrosis dan kromhidrosis
merupakan salah satu masalah kesehatan
yang dapat mengganggu kehidupan
psikososial sese-orang, yaitu
menimbulkan rasa rendah diri.
Kemajuan dalam penatalaksanaan ke-
dua jenis penyakit primer kelenajr apokrin
ini telah memberikan peningkatan kepu-
asan pasien setelah dilakukan terapi.
Pemahaman patogenesis bromhidrosis
dan kromhidrosis dapat membantu dalam
penatalaksanaan kedua gangguan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Schaller M, Plewig G. Structure and function
of eccrine, apocrine and sebaceous
glands. In: Bolognia JL, Jorizzo JL,
Schaffer JV, Callen JP, Cerroni L,
Heymann WR et al, editors.
Dermatology (3rd ed). New York:
Elsevier Saunders, 2012; p. 539-44.
2. Mauro TM. Biology of eccrine and
apocrine glands. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine (8th ed). New
York: Mc Graw Hill Inc, 2012; p.
929-36.
3. James WD, Berger TG, Elston DM, editors.
Skin: basic structure and function. In:
Andrews’ Diseases of the Skin
Clinical Dermatology (12th ed).
Pennsylvania: Saunders Elsevier,
2016; p. 1-10.
4. Zouboulis CC, Tsatsou F. Disorders of the
apocrine sweat glands. In : Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine (8th ed). New
York: Mc Graw Hill Inc, 2012; p.
947-59.
5. Widaty S, Sebono H, Nilasari H,
Listiawan Y, Siswati AS,
Triwahyudi D, et al.
Panduan Praktik Klinis Dokter
Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta: PERDOSKI, 2017; Available from: http://e-
p. 260-2. journal.uajy.
6. McGrath JA, Uitto J. Structure and function ac.id/8605/2/1BL01211.pdf
of the skin. In: Griffiths CEM, Barker 13. Glogau RG. Botulinum toxin. In : Wolff
J, Bleiker T, Chalmers R, Creamer D, K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
editors. Rook’s Textbook of Dermato- BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
logy (9th ed). West Sussex: Willey Fitzpatrick’s Dermatology in
Blackwell, 2016; p. 2.1-3.0. General Medicine (8th ed). New
7. Coulson IH, Wilson NJE. Disorders of the York: Mc Graw Hill Inc, 2012; p.
sweat glands. In: Griffiths CEM, 3053-61.
Barker J, Bleiker T, Chalmers R, 14. Schavelzon DE, Blugerman G,
Creamer D, editors. Rook’s Textbook Chormyszyn A, Ponton JA,
of Dermatology (9th ed). West Lanfranchi LA, Martinez LA.
Sussex: Willey Blackwell, 2016; p. Nonivasive treatment of axillary
94.1-95.0. hyperhidrosis with Nd:YAG laser.
8. James WD, Elston DM, Berger TG, editors. UpDate Plastic Surg. 2010;3(1): 29-
Diseases of the skin appendages. In: 32.
Andrews’ Diseases of the Skin 15. Hyunhee P. Review of Reported Cases of
Clinical Dermatology (12 th ed). Kromhidrosis. [cited 2018 Jan 1].
Pennsylvania: Saunders Elsevier, Available from: http: //c.ymcdn.com/
2016; p. 741-82. sites/www.aocd.org/resource/resmgr/j
9. Miller JL. Diseases of the eccrine and a ocd/contents/volume30/30-05.pdf
apocrine sweat glands. In: Bolognia 16. Divya S. Bilateral facial kromhidrosis.
JL, Jorizzo JL, Schaffer JV, Callen JP, JAAD. 2008:58(2):43.
Cerroni L, Heymann WR et al, 17. Kenneth B, Hillary O. Axillary
editors. Dermatology (4th ed). New chromhidro-sis: report of a case,
York: Elsevier Saunders, 2018; p. review of the literature and treatment
633-48 consi-derations. J Cosm Dermatol.
10. Siskawati Y, Bernadette I, Menaldi SL. 2010;9(4):318-20.
Bau badan: patogenesis dan piñata- 18. Perez TB, Zamora ME, Sanchez AB,
laksanaan. MDVI. 2014; 41(1):32- Perez GYC, Polimon OI,
41. Marinero ES, et al. Facial and
11. Zirwas MJ, Moennich J. Antipespirant axillary apocrine chromhidrosis.
and deodorant allergy. J Clin Dermatol Online J. 2012;18(3):221-
Aesthet Dermatol. 2008;1(3):38-43. 5.
12. Sitompul MO. Pengaruh makanan 19. Seth L. Treatment of facial chromhidrosis
terhadap bau badan. 2015. [cited with botulinum toxin type A. J Am
2018 Jan 1]. Acad Dermatol. 2005;52(1):23-5.

Anda mungkin juga menyukai