Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH GIZI KESEHATAN DALAM REPRODUKSI

DOSEN PENGAMPU: Ratnanaengsih SST., M.Keb

PENULIS

LOKAL: B1 Kebidanan

Juwita Amalia Saputri

1930701033

JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, taufik, dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini
dengan judul “Asuhan Pada Neonatus dengan kelainan Bawaan dan
Pelaksanaannya” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya .

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas yang telah diberikan. Selain
itu, makalah ini disusun untuk memperkaya informasi mengenai Asuhan
Neonatus, Bayi, balita dan Anak.

Kami menyadari bahwa dalam peyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran, kritik, dan masukan
dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.

Tarakan, 17 Juni 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup
harmonis serta telah berusaha selama satu tahun tetapi belum mengalami
kehamila. Infertilitas yang disebut primer adalah apabila pasangan
suami/istri tidak pernah hamil. Infertilitas lebih banyak dikaitkan dengan
wanita akan tetapi ada sekitar 40% dari kasus yang dikaitkan dengan pria
dan 20% dari kedua pasangan. Sekitar 50% dari pasangan yang mengalami
pengobatan dan kemudian menjadi hamil (Siswadi, 2007).
Dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh
keturunan seperti yang diharapkan. Di tengahnya gencarnya pencanangan
program pembatasan kelahiran (keluarga berencana) diberbagai penjuru
dunia ternyata ada kelompok pasangan suami istri yang justru mengalami
infertilitas atau kesulitan untuk memperoleh anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Infertilitas?
2. Apa Penyebab dari Infertilitas?
3. Bagaimana penganan dan dampak infertilitas?
4. Apa syarat dari pemeriksaan infertiltas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Infertilitas
2. Untuk mengetahui penyebab dari Infertilitas
3. Untuk mengetahui dampak dan penanganan dari infertilitas
4. Untuk mengetahui syarat dari pemeriksaan Infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Infertilitas
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri menjadi hamil dan
melahirkan anak hidup oleh suami yang bisa menghamilinya. Infertilitas
(pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah selama
satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
alat kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak (Sarwono, 2004).
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu
tahun. Infertilitas primer bila pasangan suami istri belum berhasil hamil
walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut dan infertilitas sekunder bila istri
pernah berhasil hamil, tetapi sekarang belum berhasil hamil lagi walaupun
bersenggama teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan
selama 12 bulan berturut-turut (Siswandi, 2006).

2. Penyebab Infertilitas
1. Infertilitas Disengaja
Infertilitas yang disengaja disebabkan pasangan suami istri
menggunakan alat kontrasepsi baik alami, dengan alat maupun kontrasepsi
mantap.
- Pada istri karena menggunakan IUD, oral pil, injeksi, implant, sterilisasi,
maupun cara kimiawi.
- Pada suami karena menggunakan kondom.
2. Infertilitas tidak disengaja
- Pada istri, infertilisasi 40% – 50 %

Gangguan organ reproduksi (genetalia interna) :

1. Vagina
Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi/pertemuan  sperma ke vagina. Infeksi daerah vagina, ke mulut
rahim, kedinding rahim hingga saluran telur. Penyebabnya yaitu :

1. Air yang tidak bersih


2. Hubungan seks
3. Pasca operasi didaerah perut yang terinfeksi

2. Leher rahim (seviks)

Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang


mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup
serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim. pH lendir serviks ± 9
dan bersifat alkalis. Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan
spermatozoa ( kuman dalam serviks dapat membunuh spermatozoa).
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun
antibiotika bila terdapat infeksi

3. Uterus

Dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim yang


mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika gerakan rahim
terganggu (akibat kekurangan hormon prostaglandin) maka gerakan
sperma melambat. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan
adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.

4. Endometriosis

Keadaan dimana jaringan selaput lendir rahim (endometrium)


tumbuh diluar rongga rahim. Mengakibatkan perlengketan disaluran telur
dan alat-alat dirongga panggul serta gangguan pembentukan cairan selaput
lendir rongga rahim. Gejala :

1. Nyeri haid (dismenorrea)


2. Nyeri ketika bersenggama
3. Perdarahan haid yang banyak
4. Haid yang tidak teratur
5. Tidak menimbulkan gejala

Deteksi :

1. USG
2. Laparoskopi

Terapi : pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.

5. Kelainan tuba falopii (saluran telur).

Gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran iniah sel telur


bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan, maka sperma tidak
bisa membuahi sel telur yang dapat disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul, atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur
klamidia.

6. Gangguan ovulasi.

Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan


hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi
karena adanya tumor kranial, stress, gizi, dan penggunaan obat-obatan
yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila
terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami
hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar
hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan
progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian
clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain
clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita
anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human
Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita
yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang
adekuat.

7. Kegagalan implantasi.

Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami


kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah
terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung
baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.

8. Faktor immunologis.

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka


tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

9. Lingkungan

Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat
kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

Pada suami, infertilitas 35% – 40%

a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna


Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan
akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk,
struktur (morfologi), dan gerakan sperma tidak normal atau gerakannya
(motilitas) tidak sempurna/lemah sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah/ jumlah spermatozoa
Konsentrasi sperma yang normal adalah 100 juta sperma/ml mani
atau lebih. Polizoospermia jika kadar spermatozoa >250 jt/ml
Normozoosperma jika kadar spermatozoa 70-100 jt/ml
Oligozoospermia jika kadar spermatozoa <40 jt/ml , kurang subur
Azoospermia jika kadar spermatozoa 0/ml Bentuk abnormal + gerakan
lambat + jumlah kurang (oligoasthenoteratozoospermia) Jarang sekali
ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan
(misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering
berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol, kelelahan, dan masalah gizi.
c. Tidak ada semen/mani
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan
yang memengaruhi tulang belakang.
d. Varikosel (varicocele) dan Hydrocele ganggguan pada testis
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang
berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat
produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan
pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah
melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis
memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu. Sedangkan
Hydrocele adalah timbunan cairan yang ditestis menyebabkan testis
bengkak dan tegang.
e. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat
salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun
ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu
pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
f. Kekurangan hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis
dalam memproduksi sperma.
g. Kelainan genetik dan metabolism
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu
X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis
sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam
penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat
mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia
dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas
deferens ( kelainan traktus genetalis) , saluran yang menghubungkan
testis dengan saluran ejakulasi.
h. Infeksi (gangguan pada testis)
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara.
Penyakit menular seksual seperti klamidia, gonore, dan sifilis sering
menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir
jalannya sperma.
i. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya
disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan
(disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas
tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
j. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik
masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi
ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di
antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra,
dan pengaruh obat-obatan tertentu.
k. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi
sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak
memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.
l. Lubang kencing yang salah tempat
m. Hipospadia
Yaitu kelainan bawaan dimana uretra (lubang kencing) berada di
bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan
mencapai serviks. Epispadia yaitu bermuaranya uretra pada punggung
zakar.
n. Antibodi pembunuh sperma
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya
terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.

o. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi  lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma
dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa
bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal
bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan
kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena),
dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.
p. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis
memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering
terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
Faktor lain yang mempengaruhi kesuburan :
Usia
Kemampuan produksi indung telur untuk memproduksi sel telur akan menurun
seiring dengan bertambahnya usia. Potensi wanita untuk hamil menurun setelah
usia 25 tahun dan menurun drastis pada usia diatas 38 tahun.
Pria
Hanya 1/3 pria diatas 40 tahun yang mampu menghamili istrinya dalam waktu 6
bulan. Dibandingkan dengan pria yang berumur dibawah 25 tahun.
Gizi
Keadaan gizi atau kesehatan umum pada pria maupun wanita yang kurang baik
dapat mengganggu kesuburan. Zat-zat yang penting untuk kesuburan adalah Vit.
C, Vit. E, dan seng (Zn).
Berat badan (wanita)
Tubuh terlalu gemuk atau terlalu kurus kemungkinan besar akan mengalami
kesukaran untuk hamil.
Gemuk                  estrogen      haid tidak teratur
Kurus                    estrogen      haid tidak ada/ sedikit
Berat Badan (Pria)
Perut menonjol, pinggul, memiliki jaringan lemak disekitar testis yang berlebihan
sehingga menyebabkan daerah pangkal paha dalam keadaan panas.
Olah raga
Olah raga berlebihan mengakibatkan kelelahan  yang mempengaruhi kebugaran
dan fungsi organ reproduksi.
Obat-obatan
a. Obat penurun tekanan darah tinggi
b. Kanker
c. Hormon
d. Obat terlaran, seperti : narkotik, penenang, perangsang
Rokok

3. Dampak Infertilitas dan Penanganannya

Kondisi infertilitas adalah masalah rumit yang dapat memicu berbagai


masalah mental. Infertilitasa atau ketidaksuburan dapat menjadi masalah
emosional yang tidak terselesaikan. Belum lagi apabila pasangan memutuskan
menjalani berbagai terapi atau program pengobatan. Harapan yang tinggi
untuk mempunyai anak ditambah lagi dengan disiplin yang tinggi terhadap
program pemeriksaan dan pengobatan. Memang reaksi menghadapi suatu
masalah sangat tergantung pada pribadi masing-masing orang, sebagian orang
menghadapi masalah dengan rileks namun sebagian lain memberikan reaksi
yang negatif sehingga menyababkan stress, bahkan akan mengakibatkan stress
yang berkelanjutan yang akhirnya depresi. Gejala depresi berupa perasaan
sedih, mudah marah,dan kadang tiba-tiba menangis tanpa sebab. Depresi yang
berat/kronis akan membuat orang tersebut sering merasa gelisah selama
berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

Selain hal tersebut, dampak psikologis yang dialami menyangkut


kondisi internal, hubungan interpersonal, dan seksual suami-istri. Dampak
psikologis yang dialami (suami/istri) yaitu munculnya perasaan frustasi,
depresi, marah, dan rasa bersalah perasaan tidak sempurna dan kurang berarti.
Dampak antar suami-istri mengakibatkan hubungan kurang harmonis.

Penanganan

infertilitas tentunya bergantung pada penyebabnya. Apabila terdapat air mani


abnormal, maka dicari penyebabnya apakah akibat dari varikokel, sumbatan,
infeksi, defisiensi gonadotropin atau hiperprolaktin. Kalau infertilitas ternyata ada
hubungan dengan tuba yang tersumabt, maka pengobatan saja sangat sedikit
membawa hasil. Istri dengan riwayat infeksi panggul yang berulang dapat dicoba
dengan pemberian antibiotik jangka panjang. Endometriosis pada tuba dapat
diobati dengan Pil KB, progesteron, atau danazol yang diberikan terus-menerus
atau berselang-seling. Dalam hal memutuskan pembedahan pasangan yang
bersangkutan harus memikirkan terlebih dahulu keberhasilannya serta bagaimana
reaksi mereka bila gagal sama sekali.

Indikasi pembedahan tuba adalah tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba,


tekukan tuba yang patologis, sarkulasi tuba, perlengketan pertubular dan
periovarial khususnya untuk membebaskan gerakan tuba dan ovarium.
Pembedahan tuba tidak dilakukan jika analisis sperma suaminya abnormal, serta
adanya penyakit pada istri yang tidak memperbolehkannya untuk hamil.
Pada pasien dengan endometriosis terdapat beberapa pilihan yaitu
menunggu sampai kehamilan terjadi, pengobatan hormonal, atau pembedahan
konservatif. Dengan cara pertama didapatkan angka keberhasilan sampai 65%.
Tentu saja umur pasien serta lamanya infertilitas harus menjadi pertimbangan
dengan cara ini. Sementara cara kedua memerlukan waktu lama dan tidak selalu
menyembuhkan endometriosis, kebanyakan hanya menekan untuk beberapa
waktu saja. Oleh karena itu, pada pasien yang sudah lama infertilitasnya
dianjurkan untuk melakukan pembedahan konsevatif

4. Berbagai Teknik Perawatan Masalah Ketidaksuburan atau Infertilitas

Ada beberapa jenis perawatan untuk masalah kesuburan baik untuk pria maupun
wanita. Selain bayi tabung, perawatan-perawatan berikut juga telah melalui
serangkaian proses penelitian dan angka keberhasilannya cukup memuaskan bagi
pasangan yang memiliki masalah kesuburan.

Namun sebelum Anda menggunakan salah satu metode perawatan masalah


kesuburan, sebaiknya Anda membuat riset mendalam terlebih dahulu dan
berdiskusi baik kepada para ahli medis maupun kepada pemimpin agama.
Beberapa kelompok agama menganggap beberapa jenis metode bayi tabung
maupun inseminasi buatan termasuk melanggar hukum agama. Hal ini khususnya
jika pembuahan atau pengembangan bayi dilakukan bukan di rahim ibu yang
memberikan sel telur ataupun bukan menggunakan sperma yang berasal dari
suami sendiri. Dengan kata lain, bagi beberapa kelompok agama, jika melibatkan
pihak ketiga baik sebagai donor maupun media pembuahan yang bukan suami
atau istri sah, itu sudah dianggap melanggar hukum agama. Karena itu masalah
memilih perawatan ini adalah keputusan pribadi setiap pasangan dan perlu
didiskusikan secara mendalam.

Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas


atau ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli
medis yang menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan
keuntungan dari masing-masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta
tanyakan berbagai risiko yang bisa terjadi bagi Anda dan pasangan.

Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah ketidaksuburan atau infertilitas


yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di antaranya yaitu:

a)       Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai


AI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari
pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan
secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat
tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga
terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan
inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau
perawatan jenis lainnya.

b)       GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)

GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer


merupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk
menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari
ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang
sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel
telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba
falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui
operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan
kehamilan.

c)       IVF (In Vitro Fertilization)

IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung.
Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium ibu lalu disatukan
dengan sperma ayah dalam sebuah medium cair di gelas laboratorium. Lalu sel
telur dibuahi di laboratorium. Setelah sel telur dibuahi, sekitar dua setengah hari
kemudian, sel telur telah terbagi menjadi delapan sel yang sangat kecil.  Lalu
setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan ke
dalam rahim melalui serviks.

d)       ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)

ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan


zigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi
atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi
laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

e)       ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)


ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan
memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel
sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi
sel telur.

Syarat – syarat pemeriksaan

Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya


sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan
pemeriksaan adalah:

1. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan
anak selama 12 bulan.
2. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali
datang.
3. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila
belum mendapat anak dari perkawinan ini.
4. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap
penyakit.

Anda mungkin juga menyukai