Y DENGAN
KASUS PNEUMONIA DIRUANG CEMPAKA RS MITRA DELIMA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Studi Klinik Program Keperawatan Program Sarjana
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen
Oleh:
MOCH. RICKY ASDA PUTRA PRATAMA
NIM. 17.20.045
1. KONSEP KASUS
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram posifif seperti :Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram 17eutroph seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus 17eutrophi yang menyebar melalui transmisi
droplet.Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
immunosupresi.
C. KLASIFIKASI
5. PATOFISIOLOGIS
6. MANIFESTASI KLINIS
Tanda –tanda klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)
meliputi hal-hal berikut :
1. Batuk
2. Dispnea
3. Takipea
4. Pucat, tampilan kehitaman,atau sianosis (biasanya tanda lanjut)
5. Melemah atau kehilangan suara nafas
6. Retaksi dinding toraks: interkostal, substernal,diafragma,
atau Supraklavikural
7. Napas cuping hidung
8. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru
terinfeksi didekatnya)
9. Batuk paroksismal mirip pertusis (sering terjadi pada anak yang
lebih kecil)
10. Anak-anak yang lebih besar tidak nampak sakit
11. Demam
12. Ronchi
13. Sakit kepala
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1. Kulit yang lembab
2. Mual dan muntah
7. PATHWAY
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar X: untuk mengidentifikasi distribusi structural (missal: lobal, bronchial,
dapat juga menyebabkan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnose
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum, darah: mengidentifikasi semua organisme
4. Pemeriksaan serologi: membantu membedakan diagnosis organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static: mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
9. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat, bisa diberikan antibiotic
per-oral, dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan melalui infuse. Mungkin
perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu napas
mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan :
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra
vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml
cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
4. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral
bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan
elektrolit. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Medis
Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak
pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus
(pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik, temuan tersebut dapat
mencakup bunyi napas broonkovesikular atau bronchial, krekles,
peningkatan fremitus, egofani, dan pekak padaperkusi. Pengobatan
pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti yang
ditetapkan oleh hasil pewarnaan gram. Selain itu untuk pengobatan
pneumonia yaitu eritromisin, derivat tetrasiklin, amantadine, rimantadine,
trimetoprim- sulfametoksazol, dapsone, pentamidin, ketokonazol.
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
Ampisilin 100 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Kloramfenicol 75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari
pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base :
Sevotaksim 100 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
Amikasim 10 - 15 mg / kg BB / hari dalam 2
kalipemberian.
A. PENGKAJIAN
1. Mata
Nilai 4 : Mata terbuka dan spontan
Nilai 3 : Mata terbuka jika diberi respon suara / diperintahkan untuk
membuka mata
Nilai 2 : Mata membuka dengan diberikan rangsangan nyeri
nilai 1 : Mata tidak terbuka sekalipun diberi rangsangan suara dan nyeri
2. Respon Verbal
Nilai 5 : mampu berbicara dan dapat menyebutkan nama dan dimana
Nilai 4 : disorientasi
Nilai 3 : mampu berbicara tapi tidak jelas
Nilai 2 : hanya mengerang
Nilai 1 : tidak berbicara sama sekali
3. Motorik
Nilai 6 : Dapat mengikuti perintah yg diinstruksikan
Nilai 5 : Dapatt menjauhkan stiimulus ketika diberi rangsangan nyeri
Nilai 4 : dapat menarik tubuh ketika diberi rangsangan nyeri
Nilai 3 : abnormal flexion
Nilai 2: abnormal extension
Nilai 1 : tidak ada respon
Tingkat kesadaran
1. Kompos mentis, yakni dimana kondisii pasien sadar sepenuhnya.
Pasien dapat berorientasi dengan dirinya dan lingkungan serta dapat
menjawab pertanyaan dengan baik. Nilai GCS 15-14.
2. Apastis, kondisi seseorang dimana dirinya merasa tidak perduli
terhadap lingkungan disekitarnya. Nilai GCS 13-12.
1) Leher
Biasanya simetris kika, gerakan leher : terbatas atau tidak, ada atau tidak
pembesaran kelenjer thyroid, ada atau tidaknya pembesaran vena jugularis
dan kelenjerr geth bening.
2) Thorax
a) Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi nafas cepat
(tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung.
Palpasi : adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan kanan.
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang lebih
padat atau konsolidasi paru-paru seperti pneumonia.
Auskultasi : Suara napas rhonci (nada rendah dan sangat kasar terdengar
baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi.
Jenis pernafasan abnormal:
Rhonci : nafas pendek bernada rendah
Cracles : nafas seperti daun dipatahkan “kresek-kresek” stsu
berguman
Wheezing : suara mengi dengan penyempitan saluran pernafasan
Stridor : suara bergetar keras dengan penyempitan jalur nafas
b) Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, ictus cordis tampak atau tidak
Palpasi : Ictus cordis terba, tidak ada massa (pembengkakan) dan ada atau
tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan yang padat
seperti pada daerah jantung)
Auskultasi : Terdengar suara jantung l dan suara jantung ll (terdengar
bunyi lub dup lub dup) dalam rentang normal.
3) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau tidakmnya
lesi, ada atau tidaknya stretch mark
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5-30 x/menit)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berhubungan dengan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi dibuktikan dengan PCO2 menurun (26,7) dan
PO2 menurun (61,1)
2. Pola nafas tidak efektif berhuungan dengan hambatan upaya nafas (nafas berat
dan kelemahan otot) dibuktikan dengan penggunaan otot bantu pernafasan dan
hiperventilasi
3. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan penurunan PO2 (61,1)
dibuktikan dengan takikardi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik
D. IMPLEMENTASI KEPRAWATAN
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat
kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut Griffith dan cristense evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan
perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah proses
penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan.
Menurut Dinarti evaluasi terdiri dari dua tingkat yaitu:
1) Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap respon yang segera
timbul setelah intervensi dilakukan. Respon yang dimaksud adalahbagaimana
reaksi pasien secara fisik, emosi, sosial dan spiritual terhadapintervensi yang
baru dilakukan.
2) Evaluasi sumatif disebut juga respon jangka panjang yaitu penilaianterhadap
perkembangan kemajuan ke arah yang tujuan atau hasil yangdiharapkan.
Tujuannya adalah memberikan umpan balik rencanakeperawatan, menilai
apakan tujuan dalam rencana tercapai atau tidak, menentukan efektif atau
tidaknya tindakan yang telah diberikan.
F. DOKUMENTASI
Alimul H, A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Perawatan.
Alsagaff, hood, abdul Mukty. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press.
Berman, A. Snyder, S., & Frandsen, G. (2015). Kozier & Erbs’s fundamentals`of
nursing: concept, process, and practice, 10 E. USA: Pearson Education Inc.
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Edisi 8.
Jakarta
: EGC
Dahlan, zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.
Davis Gordon B. 1994. Management System Information. TP. Midas Surya Grafindo, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Jakarta: EGC
Nanda, 2015; Nuarif & Kusuma, 2015; Smeltzer & Suzanne, 2002
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis,Cetakan kedua puluh
Sembilan.
1. BIODATA
2. Identitas klien
Nama : Ny.L
Umur : 59 tahun
Hubungan dengan klien : istri
Keteranga :
: Laki-laki
: Perempuan
: Ada hubungan darah
: Klien
: Meninggal
: Tinggal dalam satu rumah
5. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)
6. DATA PSIKOSOSIAL
1) Pola komunikasi
Klien mengatakan dalam sehari-hari berinteraksi dengan orang-orang sekitar,
melakukan tahlilan rutin di kampung
2) Orang paling dekat dengan klien
Klien mengatakan paling dekat berhubungan dengan istrinya
3) Keluarga yang dihubungi bila diperlukan
Klien mengatkan jika membutuhkan/perlu sesuatu selalu membicarakan dengan
keluarga
4) Hubungan dengan orang lain/interaksi sosial
Klien mengatakan menjaga hubungan baik dengan tetangga/orang sekitar
5) Dampak dirawat di RS
Belom menunjukkan dampak dari KRS
7. DATA SPIRITUAL
Klien mengatakan dalam keseharianya taat beribadah dengan melakukan sholat 5 waktu,
megaji dengan membaca al-qur’an setiap selesai sholat maghrib, klien juga mengatakan
sering menghadiri acar pengajian
8. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum: cukup
2) TTV:
TD: 126/86 mmHg
N: 98x/mnt
S: 37,5’C
RR: 284x/mnt
SPO2: 95%
3) Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1. Kepala
2. Leher : Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada pembesaran kelenjer
thyroid, deviasi trachea tidak ditemukan, arteri carotis teraba, terasa nyer
tenggorokan.
3. Thorax:
a. Paru-paru
I :Bentuk dada Normal Chest, dada simetris kiri dan kanan, pergerakan
dinding dada sama, tidak ada menggunakan otot bantu pernapasan,
irama napas reguler, pernafasan menggunakan alat bantu nasal canul
4 lpm, tampak ada retrasi dinding dada, frekuensi pernapasan 24
x/menit, warna kulit sawo matang dan tidak ada lesi maupun
benjolan.
P : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus kiri dan kanan kuat, ekspansi paru
anterior kiri dan kanan sama, tidak terdapat massa pada daerah dada
A : Wheezing: - -
- -
- -
- -
Ronki
- -
- -
b. Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat, CRT kurang dari 3 detik
P : Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan
P : Batas jantung kanan atas : ICS II linea para sternalis dextra. Batas
Jantung kanan bawah : ICS IV linea para sternalis sinistra dextra.
Batas jantung kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra, batas
Jantung kiri bawah : ICS IV linea medio clavicularis sinistra
A : Bj 1, Bj 2 irama teratur, tidak ada suara tambahan
c. Abdomen
I : Bentuk abdomen buncit, simetris kiri dan kanan, umbilikus bersih,
tidak ada lesi ataupun bekas operasi
A: Bising usus 8 x/menit, irama reguler
P : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pmbengkakan
P : terdengar timpani
d. Punggung : tidak ada bekas luka/ lecet, tidak ada kelainan tulang
belakang.
e. Ekstremitas
Atas : Gerakan tangan terbatas dan tidak ada tanda odema.
Bawah : Terpasang infusa RL 20 tpm. Simetris kiri dan kanan, dan tidak
ada lesi, terdapat pembengkakan pada kaki
f. Genetalia : Klien tidak terpasang kateter, kebersihan terjaga dan tidak ada
kelainan.
g. Integumen : Keadaan kulit lembab, kulit berwarna sawo matang, di tangan
terdapat plebitis
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (08-04-21)
C:
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup membaik
5 : Membaik