DISUSUN OLEH:
BAYU HERMAN SYAH 133210010
i
TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) UNTUK MENGURANGI
KECEMASAN PADA LANJUT USIA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program
Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
13.321.0010
skripsi ini higga selesai sesuai dengan dengan yang dijadwalkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripi ini. Skripsi ini
1. Kedua orang tuaku bapak murais dan ibu damiati yang tak henti mencurahkan
doa serta kasih sayang yang tak terhingga. Dengan semangat dan dukungan yang
tiada hentinya, baik secara moril atau materi. Hanya doa dan prestasi yang dapat
aku berkikan terima kasih bapak dan ibuku atas doa dan kasih sayang yang telah
engkau berikan
mengerjakan skripsi ini. Semoga ilmu dan nasehat yang beliau berikan dapat
bermanfaat.
4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen S1 keperawatan terima kasih banyak atas semua
ilmu, nasehat serta motivasi yang telah telah diberikan semoga dapat
bermanfaat.
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di madium 12 juni 1993 dari bapak Murais dan ibu Damiati.
Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SDN kedungjati, tahun 2009 penulis lulus dari
SMPN 1 Balerejo, tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 1 Nglames. Pada tahun 2013
penulis mengikuti Program Studi S1 keperawatan di STIKES Insan Cendekia Medika
Jombang.
Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Jombang,Mei 2017
vii
MOTTO
Banyak orang yang telalu banyak bermimpi tapi gagal karena mereka tidak
memahami usaha yang diperlukan untuk meraih impian tersebut
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridlo dan izin
dari-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.
mengurangi kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten
penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis mengharap kritik
makalah kami selanjutnya. Saya berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat
khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang
budiman..
Penulis
ix
ABSTRAK
Oleh:
Bayu Herman Syah
Pada masa lanjut usia akan banyak terjadi perubahan-perubahan baik fisik
maupun psikis. Pada umumnya masalah psikis yang paling banyak dialami lanjut usia
adalah gangguan kecemasan. Kecemasan merupakan kebingungan, kekhawatiran
pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab tidak pasti. Berdasarkan studi
pendahuluan di Panti Sosial Lanjut Usia kabupaten jombang dari 8 lanjut usia
didapatkan tingkat kecemasan ringan 1 lansia, cemas sedang 3 lansia, cemas berat 4
lansia. Tujuan dari penelitian ini menganalisis Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Lanjut
Usia Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini menggunakan Pra – Eksperimen dengan pendekatan
One Group Pretest – Post test design. Metode sampling yang digunakan purposive
sampling. Populasi seluruh lansia usia 60 – 74 tahun sebanyak 45 lansia dan sampel
32 lansia yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan februari – Mei 2017.
Pengambilan data menggunakan kuesioner tertutup skala GAS (Geriatric Anxiety
Scale). Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat
kemaknaan p < 0,005.
Hasil penelitian menunjukan dari 32 lansia didapatkan 7 lansia tidak
mengalami kecemasan, 13 lansia mengalami kecemasan ringan, 12 lansia mengalami
kecemasan sedang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada
pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique terhadapa tingkat
kecemasan pada lansia dengan nilai p=0,000 dimana p<0,005.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Terapi Spiritual Emotional Freedom
Technique efektif menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia. Sehingga
mampu diaplikasikan dimasyarakat sebagai terapi alternatif untuk mengatasi masalah
baik fisik maupun psikis.
x
ABSTRACT
By:
Bayu Herman Syah
In the elderly there will be many changes both physical and psychological. In
general, the most common psychological problems experienced by elderly is an
anxiety disorder. Anxiety is a confusion, anxiety about something that will happen
with an uncertain cause. Based on preliminary study at Jombang Sosial Seniaan
district of jombang from 8 elderly got minor anxiety level 1 elderly, anxious being 3
elderly, worried weight 4 elderly. The purpose of this study analyze the Emotional
Freedom Technique Spiritual Therapy Against Anxiety Levels In Children's Social
Seniors Seniors In Jombang. This research uses design Pre - experiment with
approaches One Group Pretest - Post test design. The sampling method used
purposive sampling. Population of all aged elderly 60 - 74 years as much 45 elderly
and 32 elderly samples meeting the inclusion criteria in February - May 2017.
Retrieving data using the questionnaire enclosed scale GAS(Geriatric Anxiety Scale).
Once tabulated, the data were analyzed using the Wilcoxon test with a significance
level of p <0.005.
This study shows that from 32 elderly got 7 elderly do not experience anxiety,
13 elderly experience mild anxiety and 12 elderly have medium anxiety.While the
results of statistical testing results obtained no effect of Emotional Freedom
Technique Spiritual Therapy terhadapa level of anxiety in the elderly with a value of
p = 0.000 where p <0.005.
The results of this study can be concluded that the therapy Emotional
Freedom Technique Spiritual effectively lowers the level of anxiety In Seniors. So
that can be applied in the community as an alternative therapy to overcome the
problems both physical and psychological.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN JUDUL DALAM.......................................................................ii
SURAT PERYATAAN KEASLIAN.............................................................iii
PERSETUJUAN SKRIPSI PENELITIAN.................................................. iv
PENGESAHAN PENGUJI............................................................................v
PERSEMABAHAN........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................vii
MOTTO...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
ABSTRAK.......................................................................................................x
DAFTAR ISI....................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xvi
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan.....................................................................................................3
1.4. Manfaat...................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kecemasan.................................................................................5
2.2 Konsep Lansia.........................................................................................22
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada lansia...........27
2.4 Konsep Spiritual emotional freedom technique (SEFT).........................29
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka konseptual...............................................................................42
3.2 Hipotesis..................................................................................................43
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain penelitian....................................................................................44
4.2 Waktu dan temapat penelitian................................................................44
xii
i
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
4.5 Kerangka kerja Terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan Pada Lansia
xv
DATA LAMPIRAN
piran 6 : Lembar SOP terapi SEFT Lampiran 7 : Lembar konsultasi Lampiran 8 : Daftar tabulasi data Lampiran 9 : Hasil SPSS analis
berdasarkan hasil kuesioner
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan tahap terakir dalam proses alami yang tidak dapat
yang ditandai oleh berbagai kemunduran fisik, gangguan psikologi dan juga
yang sering dihadapi oleh lansia dimana kecemasan mempunyai rentang respon
Data WHO (2015) bahwa ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau
lebih yang terdiri atas 12% populasi global. Populasi lansia diindonesia mencapai
20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari jumlah penduduk Indonesia (BPS,
2016). Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari
238 juta jiwa penduduk (Heningsih, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Heningsih dkk yang dilakukan dipanti Werdha Darma Bhakti Surakartadi (2014)
dengan hasil data sebanyak 60,7% lanjut usia mengalami kecemasan. Elva Yunita
1
2
presipitasi berupa ancaman kekerasan dan ancaman terhadap harga diri (Farida
kusumawati & Yudi Hartono, 2010). Disamping faktor tersebut masih banyak
dimiliki sangat sedikit, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari perlu dilakukan terapi. Banyak terapi non
totok ringanpada titik syaraf tubuh (Zainuddin, 2009). Terapi SEFT bisa dilakukan
oleh kelurga maupun teman yang bisa dilakukan 3kali dalam seminggu.
3
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 2007). Sedangkan
objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara
akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan
mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita
bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu
ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan
yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Deskripsi secara umum kecemasan yaitu
“perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak
penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa
4
5
banyak manusia yang melarikan diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi
antara lain:
a. Kecemasan ringan
2) Kewaspadaan meningkat.
kreatifitas.
b. Kecemasan sedang
sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu
karakteristik :
lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan
c. Kecemasan berat
sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal
memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur
tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan
bingung, disorientasi.
tegang.
persepsi menyempit.
8
d. Panik
terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi,
delusi.
motorik.
terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai
sesuatu sebagai suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja
untuk melegakan tingkah laku. Stres dapat berbentuk psikologis, social atau fisik.
sebagai berikut:
9
1. Teori Biologi
perilaku sosial, dan perasaan mendadak bahwa segala sesuatu tidak nyata,
a. Teori genetik
b. Teori neurokimia
2008).
2. Teori Psikodinamik
a. Psikoanalisis
2008).
b. Teori interpersonal
c. Teori perilaku
a. Kecemasan Realitis
b. Kecemasan Neurotis
1. Cemas Umum
2. Cemas Penyakit
c. Kecemasan Moral
menyenangkan yang dialami oleh usia lanjut atau berupa ketakutan yang tidak
jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh
b. Bicara cepat
c. Meremas-remas tangan
d. Berulang-ulang bertanya
g. Gelisah
h. Keluhan badan
kencang.
perilaku terguncang.
psikologis, yaitu :
aktivitas salah satu atau lebih dari organ tubuhnya akan meningkat,
berlebihan.
a. Lingkungan
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu
kecemasan.
15
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan Sosial
yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta
a. Faktor fisik
gejala kecemasan.
kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat
secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty
a. Fobia Spesifik
b. Fobia Sosial
c. Gangguan Panik
yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul
kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal
lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu
atau kecacatan.
18
a. Panik Disorder
panic yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi
orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana
ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi
yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang
tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan
b. Simtom kognitif
ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
c. Simtom motor
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari
kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara
tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari
semua orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
20
a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal
a. Skala HARS
2008).
bergerak 0 hingga 4. Skor 0 berarti tidak ada gejala atau keluhan, skor 1 berarti
ringan (1 gejala dari pilihan yang ada), sokr 2 berarti sedang (separuh dari
gejala yang ada), skor berat (lebih dari separuh yang ada) dan skor 4 berarti
Sangat Berat (semua gejala ada). Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14
e. Skor 42 – 56 = panik.
Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah,
Maka dalam penelitian ini untuk mengukur kecemasan pada Lansia juga
dinilai 0-3 (0: tidak pernah, 1:pernah, 2:jarang, 3:sering).Rentang hasil skor
kecemasan tertinggi.
22
merupakan periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir
dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya
Surini & Utomo (2003) mengungkapkan bahwa lanjut usia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa
sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan
yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
batasan umur lansia menurut pendapat berbagai ahli adalah sebagai berikut:
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric
age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-
24
75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi,
2009).
1. Perubahan fisik
fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia (Wahit Iqbal Mubarak
dkk, 2006).
terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih
terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental emosional sering muncul
25
atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi (Wahit Iqbal Mubarak
dkk, 2006).
3. Perubahan psikososial
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
pria lanjut usia. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau
diri dan kematian pasangan hidup (Wahit Iqbal Mubarak dkk, 2006).
26
4. Perubahan Kognitif
(kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit (Wahit Iqbal Mubarak
dkk, 2006).
5. Perubahan Spiritual
Menurut Murray dan Zentner (1970) lanjut usia makin matur dalam
kehidupan kegamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertidak dalam
usia 70 tahun, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir
dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan
pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan
panutan.
27
2. Tipe mandiri
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independen
(Marlina, 2010).
28
a. Faktor internal
1. Umur
dalam menerima cobaan, hal ini didukung oleh teori aktivitas yang
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Motivasi
5. Kondisi fisik
yakni:
29
4. Berbagai neoplasma.
b. Faktor eksternal
1. Dukungan sosial
2. Dukungan keluarga
kepasrahan dengan energy psychology. Adanya unsur spiritualitas adalah suatu hal
yang membedakan teknik SEFT dengan berbagai teknik terapi yang berbasis
penggabungan dari terapi sistem energi tubuh dan spiritualitas. Stimulasi titik
energi tubuh dilakukan dengan menggunakan metode tapping pada beberapa titik
30
tertentu pada tubuh sambil berdoa yang disertai sikappasrah kepada Tuhan
sebuah teknik terapi berbasis energy psychology dan spiritual power dimana
sepanjang jalur meridian tubuh sambil melakukan doa pada Sang Pencipta.
SEFT merupakan teknik terapi psikologi yang berawal dari EFT. Sebagai
teknik yang berawal dari SEFT, maka teori utama yang menjadi acuan dasar
adalah konsep teori yang berbasis teori akupuntur namun dalam aplikasi teknik
tanpa menggunakan jarum (Gallo, 1999; Gallo & Vincenzi, 2000). Tidak berbeda
dengan teori akupuntur, teori energy psychology berasumsi bahwa setiap manusia
mempunyai suatu sistem energi yang mengatur seluruh sistem fisik maupun psikis
manusia. Sistem energi tersebut terdiri dari life force atau biasa disebut oleh para
tabib cina dengan Chi, chakra atau acupoint sebagai pusat pembangkit energi dan
penyuplai energi ke sel-sel tubuh manusia, dan 365 jalur meridian tubuh yang
berfungsi sebagai tempat mengalirnya chi (Gallo, 2005; Feinstein & Ashland,
2009).
terjadi jika terdapat sejumlah hambatan energi negatif pada pembuluh meridian
tempat mengalirnya chi. Oleh karena itu, jika ada seseorang mengalami gangguan
ataupun dengan ketukan ringan pada titik-titik acupoint yang berhubungan dengan
persoalan yang dialami. Dengan melakukan stimulasi pada titik acupoint maka
secara otomatis akan melenyapkan atau mengeluarkan energi negatif dari sistem
energi individu.
Pada SEFT digunakan stimulasi berupa ketukan ringan atau tapping pada
adrenalAxis (HPA axis) sehingga mengurangi produksi hormon stres yaitu kortisol
(Church, 2009).
gelombang otak, hal tersebut juga membuat respons fight or flight padapartisipan
segala ketegangan emosi yang dialami individu. Efek ini samadengan respon yang
Penambahan unsur spiritual dalam SEFT berupa doa kepada Tuhan. Zainuddin
32
sampel untuk melihat korelasi antara frekuensi berdoa dengan psychology Lewis
yang berdoa kadang-kadang atau tidak sama sekali. Dengan kata lain, individu
proses coping. Doa menggiring individu untuk memahami segala sesuatu dari
sudut pandang yang jauh lebih tinggi atau transendence (Lewis & Barnes, 2008).
Bagi individu yang jarang berdoa, sakit pada tubuh fisik dapat dianggap sebagai
sesuatu yang buruk dan suatu kesialan sehingga dapat mengalami stres,
kecemasan, ataupun depresi. Berbeda halnya dengan individu yang rutin berdoa
dengan penuh penghayatan, bagi individu tersebut sakit bisa jadi sebuah bentuk
proses pencucian dosa, peningkatan derajat, bahkan sebagai bentuk cinta kasih
yang menjadi sebuah bentuk coping bagi individu. Hal ini juga senada dengan
positif. Frankl menjelaskan bahwa untuk bisa bebas dari persoalan psikologisnya
dan dapat mencapai kebahagiaan maka individu perlu memaknai peristiwa yang
mengatakan pula bahwa sudut pandang spiritualitas sebagai the ultimate meaning
kebahagiaan. Dengan kata lain ketika spirutualitas merupakan suatu hal yang akan
pelaksanaan dari logotherapy. Hal ini dapat dilihat pada teknik SEFT pada tahap
set up, tune in maupun tapping yang mengajarkan individu untuk dapat ikhlas dan
spiritualitas seperti:
juga memberikankemudahan.
d. Tuhan dan manusia mempunyai tugas yang berbeda. Tugas saya hanyalah
Oleh karena itu,dengan menjalankan SEFT individu dapat terbebas dari persoalan
bermakna.
Ada 5 hal yang harus kita perhatikan agar SEFT yang kita lakukan efektif.
Lima hal ini harus kita lakukan selama terapi, mulai Set-up, Tune-up, hingga
1. Yakin
Anda (terapis maupun klien) tidak perlu yakin samaSEFT atau diri anda
sendiri, anda hanya perlu yakin pada Maha Kuasanya Tuhan dan
2. Khusyu
Selama melakukan terapi kususnya saat Set-up, kita harus kosentrasi atau
khusu. Pusatkan pikiran kita pada saat melakukan Set-up (berdoa) pada
3. Ikhlas
Ikhlas artinya ridho atau menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun
emosi) dengan sepenuh hati. Ikhlas berarti tidak mengeluh, tidak complain
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
4. Pasrah
Pasrah dalah menyerahkan apa yang terjadi nanti pada Allah SWT. Kita
pasrahkan pada-Nya apa yag terjadi nanti, apakah makin sakit atau makin
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
5. Syukur
Bersyukur saat kondisi semua baik-baik saja adalah mudah. Sunggu berat
untuk tetap bersyukur disaat kita masih punya masalah berat yang belum
karena bisa jadi penyakit yang diderita kita lupa mensyukuri nikmat yang
jika kamu bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan,
36
inya diperlukan Learn More, Practice More, belajar lebih banyak dan sering praktek.
inya dengan cara minum air yang banyak sebelum melakukan SEFT minimal 0,5 liter, karena energy tubuh dapat dialirkan d
ual
Masalah Solusi
Kurang yakin Yakin bukan pada SEFT atau pada terapis,namun pada
kekuasaan Tuhan dan rasa kasihnya.
Kurang Syukur Sadari bahwa dalam setiap masalah ada 1000 nikmat yang
belum kita sukuri
37
4. Perlawanan Psikologis
5. Kurang spesifik
Anda tidak bisa membantu orang yang memang tidak ingin dibantu.
Ada dua versi dalam melakukan SEFT. Versi pertama adalah versi
lengkap, dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut). Kedua versi SEFT
(thetapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9 titik saja,
sedangkan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik (Zainuddin, 2009).
SEFTterdiri dari 3 tahap yaitu: the set-up, the tune-in dan the tapping yaitu:
1. The set-up
emosinya dan melakukan doa dengan khusuk, ikhlas, sambil menekan titik
sorespot (titik SEFT yang terletak di dada bagian atas) atau mengetuk titik
karatechop (titik dibagian tangan yang biasa dipakai para karateka untuk
memecah batu bata). Tujuan dari set up adalah untuk mengarahkan fokus
persoalan yang dihadapi oleh pengguna SEFT. Adapun pola susunan doa
2. The tune-in
3. The Tapping
The tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada ke 18
melakukan tune in.jika titik ini di ketuk beberapa kali maka akan
hal ini terjadi karena aliran energi tubuhberjalan dengan normal dan
adalah :
mata.
kelopak mata.
payudara.
12. Th = Thumb, terletak pada samping luar bagian bawah kuku pada
ibu jari.
13. IF = Index Finger, terletak disamping luar bagian bawah kuku pada
bagian otak kanan agar aktif dan bekerja. Sembilan gerakan itu dilakukan
1. Menutup mata.
2. Membuka mata.
8. Menghitung 1, 2, 3, 4, 5.
9gamut procedure, langkah terakhir dari tahap the tapping adalahmengulang lagi
tapping dari titik pertama hingga ke-17 (berakhir di karate chop). Proses SEFT
visualisasi hubungan serta kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
tau antara variabel satu dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin ditelitiyangnantinyaakandiamati(diukur)melaluime
odjo, 2010).
Faktor-faktor yang
Faktor perancu mempengaruhi kecemasan
Faktor yang mempengaruhi a. Kurang Pengetahuan
keberhasilan terapi SEFT A. Faktor internal
terapis a. Umur
a. Yakin b. Dehidrasi klien b. Jenis kelamin
b. Khusyu c. Hambatan Spiritual c. Tingkat pendidikan
c. Ikhlas klien d. Motivasi
d. Pasrah d. Perlawanan e. Kondisi fisik
e. syukur Psikologis klien B. Faktor ekseternal
e. Kurang Spesifik a. Dukungan sosial
f. Akar masalah b. Dukungan
Belum ditemukan keluarga
g. Aspek yang
Tahap Terapi SEFT berubah-ubah dll.
Tingkat kecemasan
a. The Set-Up
b. The Tune-In a. Kecemasan ringan
c. The Tapping b. Kecemasan sedang
( Zainuddin, 2009 ) c. Kecemasan berat
d. Panik
( Stuart Sudden dalam
Keterangan: buku Asmadi, 2008 )
: Tidak Diteliti
: Mempengaruh
: Diteliti
Gambar 3.1. kerangka konsep pengaruh terapi SEFT terahadap tingkat kecemasan
lansia diPanti Sosial Lanjut Usia kabupaten Jombang.
Penjelasan kerangka konsep :
42
43
sobyek menjadi salah satu sumber kecemasan. Teknik tapping berfungsi untuk
merangsang syaraf yang kaku, ketika tapping diberikan pada kecemasan maka
dilakukan terapis akan menghasilkan proses terapi energi dan EMDR (Eye
menambah energi subjek, setelah itu melakukan EMDR atau gerakan mata agar
system syaraf otot merasa ringan atautidak kaku. EMDR lebih pada melenturkan
system syaraf. Dari proses EMDR maka akan terjadi penerunan kecemasan.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang
sign. Dalam desain ini, sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberika pretest (tes awal) setelah itu sampel d
01 X1 02
Waktu penelitian
44
45
B. Tempat penelitian
4.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Jombangsejumlah 45 lansia.
4.3.2 Sampel
a. Besar Sampel
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteriaeksklusi
ah mengeluarkan sebagian subyek yang memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria
el
Rumus n =N
Nd2 + 1
Keterangan :
n: Jumlah sampel N : Jumlah populasi
Diketahui: N = 45
d = 0,1
ditanya : n =….?
Rumus n= N
2
N(d) + 1
= 45
2
45 (0,1) + 1
47
= 45
45 (0,01) + 1
= 31,034
roses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keselu
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan tehnik pengmbilan sampel dilakukan dengan per
48
Identifikasi masalah
Populasi
Semua Lansia di panti sosial lanjut usia Jombang sebanyak 45 jiwa.
Sampling
purposive sampling
Sampel
Sampel sejumlah 32Lansia di panti sosial lanjut usia Jombang
Desain penelitian
pre-eksperiment
Pengumpulan Data
Menggunakan kuisioner dan lembar observasi
Pengolahan Data
Editing, coding, scoring, tabulating
Analisa Data
Uji wilcoxon dengan SPSS 21
Penyajian Data
Variabel adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
(Sugiyono, 2013).
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya ata
Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
50
4.7.1 Instrumen
maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data
alat berupa kuesioner yang diberikan pada responden yang memenuhi kriteria.
tertentu (Arikunto, 2010). Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner dengan skala GAS dengan jumlah 25 pernyataan
berikut:
consent.
dalam lembar kuesoiner yang telah diberikan, dan jika telah selesai
lembar kuesoiner yang telah diberikan, dan jika telah selesai kuesioner
analisa data.
a. Editing
b. Coding
kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat j
a. Responden
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3
b. Umur
Umur 60-64 =1
Umur 65-69 =2
Umur 70-74 =3
c. Jenis kelamin
Laki-laki =1
Perempuan =2
d. Tingkat Kecemasan
normal =1
cemas ringan =2
54
cemas sedang =3
cemas berat =4
c. Scoring
d. Tabulating
100% : Seluruhnya
(Arikunto, 2010).
55
2. Analisa Data
a. Analisis Univariate
b. Nilai 1 = Pernah
c. Nilai 2 = Jarang
d. Nilai 3 = Sering
Analisis bivariate
tingkat signifikan 0,05 mengunakan SPSS 21. Jika ρ < 0,05 maka
kabupaten jombang.
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
Pada bab ini menguraikan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial
Lanjut Usia kabupaten jombang pada tanggal 3-12 april 2017 dengan responden
32 lansia. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data umum dan data
kelamin. Sedangkan data kusus terdiri dari tingkat kecemasan sebelum terapi
SEFT, karakteristik sesudah terapi SEFT, dan pengaruh terapi SEFT terhadap
Lingkup unit pelayanan teknis panti sosial lanjut usia jombang tediri dari
lima wisma , satu gedung serbaguna untuk kegiatan penghuni panti dan dua kantor
petugas atau pekerja yang ada dipanti. Panti sosial lanjut usia jombang dihuni oleh
petugas yang datang setiap harinya dan 1 diantaranya adalah perawat panti yang
Hasil penelitian terhadap orang tua di Panti sosial lanjut usia kabupaten
jombang diperoleh distribusi frekuensi responden menurut usia yang dapat dilihat
pada tabel 1. Responden terdiri dari umur 60-64 tahun sebanyak 10 lansia, umur
65-69 tahun sebanyak 8 lansia dan umur 70-75 sebanyak 14 lansia. Mayoritas
58
59
Table 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dipanti sosial
lanjut usia kabupaten jombang
dilakukan terapi SEFT sebagian besar mengalami tingkat kecemasan ringan (40,6
%).
i frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi SEFT di Panti Sosial Lnjut usia kabupaten Jo
tabel 5.4 diketahui bahwatingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi SEFT sebagian besar mengalami tingkat kecema
Sebelum
No Normal Ringan Sedang jumlah
Tingkat kecemasan
Normal 6 11 5 22
sesudah Ringan 1 2 5 8
Sedang 0 0 2 2
Jumlah 7 13 12 32
Z= -4.044 p= 0.000
Berdasarkan hasil uji statistic Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai
signifikasi(p sign = 0,000) dimana hal ini berarti p sign <0,005 sehingga H1
5.4 Pembahasan
kecemasan ringan dengan memberikan jawaban tidak pernah lebih dari 50%
kontrol, takut dihakimi oleh orang lain, malu/takut dipermalukan, mudah marah,
yang anda senangi dan apakah anda sulit untuk duduk diam.
konflik bisa datang baik dari dalam maupun luar diri sendiri. Hal ini yang akan
Akibat terlepasanya hormone itu, maka akan muncul rangsangan pada organ-
organ seperti lambung, jantung, pembuluh darah maupun alat-alat gerak. Selain
dapat juga memicu sistem simpatis sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Sistem
ini menutup arteri-arteri yang megalir ke organ-organ yang tidak esensial untuk
perubahan fisiologi dari system endokrin. Hal ini yang akan menyebabkan
peningkatkan kerja dari syaraf simpatik dan parasimpatik susunan syaraf otonom.
(Ratih 2010)
62
karena pada usia ini mereka memasuki tahap awal sebagai lansia, mereka
maupun kognitif yang terjadi pada mereka. Seseorang yang berusia 60 – 74 tahun
digolongkan pada usia lanjut yang berarti usia pertengahan atau usia madya. Pada
usia ini seseorang dalam periode kehidupannya telah kehilangan kejayaan masa
mudanya, secara biologis proses penuaan secara terus menerus yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan tubuh. Usia pertengahan adalah suatu masa
lansia berusia 60-74 tahun memiliki faktor resiko untuk terjadinya gangguan
kecemasan yang lebih tinggi dikarenakan kondisi fisik yang menurun dan lemah,
ini membuat presentase penderita kecemasan terbanyak adalah lansia yang berusia
60-74 tahun.
dalam menghadapi proses menua (aging process) dalam penelitian ini sebagian
yang berjenis kelamin laki – laki. Dikarenakan perempuan lebih peka terhadap
emosinya yang pada akhirrnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Mui (2012)
perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang sering menempatkan perempuan
bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan nafsu makan dan gangguan tidur.
hampir seluruh lansia tidak ada kecemasan sebanyak 23 lansia (71,9%). Setelah
sebanyak lebih dari 50% diantaranya pernyataan merasa jantung berdebar kencang
dan kuat, nafas pendek, mengalami gangguan pencernaan, merasa seperti hal yang
tidak nyata atau diluar diri anda sendiri, seperti kehilangan kontrol, takut dihakimi
oleh orang lain, malu/takut dipermalukan, sulit untuk tidur, mudah tersinggung,
melakukan sesuatu yang anda senangi, sulit untuk duduk diam, mengalami sakit
punggung, sakit leher, atau otot keram, merasa hidup anda tidak terkontrol dan
Secara teoritis setiap lansia memiliki rasa kecemasan sebagai dampak dari
Terapi SEFT merupakan salah satu metode relaksasi alternatif yang banyak
diminati orang karena dapat memberikan perasaan tenang. Dengan dosis yang
tepat dan waktu yang cukup terapI SEFT diharapkan dapat memberikan perasaan
tenang pada lansia. Dengan terapi SEFT yang tepat akan merangsang system
membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa dan menghasilkan efek
menenangkan pada tubuh. Perasaan yang tenang pada tubuh akan membuat lansia
dapat menghadapi setiap masalah ataupun perubahan yang timbul seiring proses
menua dengan pikiran jernih dan meningkatkan koping yang adaptif sehingga
dengan koping yang adaptif masalah dapat teratasi dengan baik sehingga
kecemasan menurun.
Berdasarkan hasil uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test, menunjukkan nilai
signifikasi(p = 0,000) dimana hal ini berarti p sign <0,005 sehingga H1 diterima
fobia terhadap sentuhan pada korban kekerasan seksual masa anak. Ketakutan atau
rasa cemas terhadap sentuhan yang dialami anak akibat kekerasan seksual masa
lalunya dapat teratasi dengan pendekatan psikologi dan spiritual dalam SEFT
untuk menyeimbangkan kembali kondisi mental korban. Selain itu elva yunita
terapi spiritual emotional freedom tehnique lainnya dengan kasus klinis yaitu
pasien gagal ginjal kronis menunjukkan hasil yang signifikan dalam menurunkan
tingkat stres yang dialami pasien (Safitri & Sadif 2013). Saraswati Eva
ketukan ringan atau tapping pada titik acupoint. Pada saat tapping terjadi
produksi hormon stres yaitu kortisol sehingga denyut jantung, tekanan darah
emosi yang dialami individu. Efek ini samadengan respon yang muncul ketika
stimulus ke RAS menurun dan beberapa bagian , BSR mengambil alih yang dapat
menyebabkan tidur.
syaraf-syaraf yang kaku. Tapping yang akan dilakukan terapis akan menghasilkan
proses terapi energi dan EMDR (Eye Movement Densitization Repattering). Dari
dilakukan oleh terapis, akan menambah energi subjek, setelah itu melakukan
EMDR atau gerakan mata agar system syaraf otot merasa ringan atautidak kaku.
kecemasanpada lansia, penelitian ini juga didukung oleh Herdina dan Elva yunita
dalam penelitiannya.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Jombang.
Jombang.
6.2 Saran
petugas.
ditekankan pada gejala yang dialami klien terutama pada klien yang
otot tegang.
67
68
Bahan pengajaran
Sebagai studi literatur dalam proses pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa
Pengabdian masyarakat
Dapat diterapkan dosen dan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat dimanapun dengan mengguan
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Z. dan Triana, S.N. 2011. Model Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) untuk Mengatasi Gangguan Fobia Spesifik. Penelitian
pengembangan Ipsteks. Malang: Universitas Muhamadyah Malang
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Fitri Fauziah & Julianty Widuri. 2007. Psikologis Abnormal Klinis Dewasa.
Jakarta: Universitas Indonesia
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta:
Salemba Medika
Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwoketo: Fajar Media Press
Saras wati Eva Yuswikarini. 2011. Terapi SEFT untuk menurunkan tingkat stress
pada Lansia penderita hipertensi. Skripsi : Universitas Diponegoro
Semarang
Sri Surini dan Budi Utomo. 2003. Fisioterapi pada lansia. Jakarta: EGC
Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Lampiran 1
Jombang,2017
Mahasiswa
Menyetujui
Pembimbing
Lampiran 2
71
Lampiran 3
72
Lampiran 4
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Umur :
Alamat :
Jombang, ……
Responden
(……………………)
73
Lampiran 5
Nilai Keterangan
kecemasan Anda?
Jawaban dengan rentang dari 0 (tidak sama sekali) hingga 3 (sering). Adapun cara
Nilai 1 = Pernah
Nilai 2 = Jarang
Nilai 3 = Sering
Rentang hasil skor dari 0 hingga 75, semakin tinggi skor mengindikasikan
Lampiran 6
Sasaran : Lansia
Hari/Tanggal : maret-april
Waktu : 20 menit
Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh teraphy SEFT terhadap tingkat kecemasan pada lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jomb
Metode
Ceramah
Diskusi
76
C. Pelaksanaan
kusyu’ kepala
3. Saya takut
terkena stroke
4. Saya terkena
penyakit
jantung
memfokuskan
bahwa ingin
menstabilkan
tekanan darah
2. Memfokuskan
pikiran ke
rasa sakit
77
3. Memikirkan
sesuatu atau
peritiwa strok
atau penyakit
jantung yang
dapat
membangkitk
an emosi
negative yang
ingin kita
hilangkan.
tertentu pada
tubuh.
78
Lampiran 7
79
Lampiran 8
80
26 R26 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 2 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12 Normal 1
27 R27 2 1 1 0 0 2 3 2 2 0 0 0 1 0 2 2 0 2 0 2 1 1 1 0 0 25 Ringan 2
28 R28 1 1 0 3 0 1 1 2 2 1 1 1 1 0 3 3 0 3 0 3 2 1 1 3 1 35 Ringan 2
29 R29 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 9 Normal 1
30 R30 1 1 0 0 0 1 0 2 2 0 0 0 1 0 1 2 0 2 0 2 2 3 3 0 0 23 Ringan 2
R31 2 2 0 1 1 0 0 3 3 2 2 0 1 0 3 2 1 2 0 2 2 3 3 2 3 40 Sedang 3
R32 3 2 2 3 3 0 0 3 3 3 3 0 1 0 3 2 1 3 0 2 2 2 3 1 3 48 Sedang 3
82
26 R26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 4 Normal 1
27 R27 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 8 Normal 1
28 R28 1 1 0 2 0 1 0 2 2 0 0 0 1 0 3 3 0 3 0 3 0 0 0 2 1 25 Ringan 2
29 R29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 4 Normal 1
30 R30 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 9 Normal 1
R31 3 3 0 2 1 0 0 3 3 2 2 0 1 0 3 3 2 0 3 0 2 1 2 2 3 41 Sedang 3
R32 3 2 0 3 1 0 0 3 3 2 1 0 1 0 3 1 0 2 1 2 1 2 3 0 2 36 Ringan 2
84
26 R26 2 2
27 R27 2 2
28 R28 1 2
29 R29 1 2
30 R30 3 2
31 R31 2 2
32 R32 3 2
86
Lampiran 9
FREQUENCIES VARIABLES=umur
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
umur
N Valid 32
Missing 0
Mean 2.1250
Median 2.0000
Mode 3.00
Minimum 1.00
Maximum 3.00
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=jenis_kelamin
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN MODE
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
[DataSet0]
Statistics
jenis_kelamin
N Valid 32
Missing 0
Mean 1.62
Median 2.00
Mode 2
Minimum 1
Maximum 2
jenis_kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sebelum
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sesudah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sebelum
sesudah normal 6 11 5 22
ringan 1 2 5 8
sedang 0 0 2 2
Total 7 13 12 32
89
NPAR TEST
/WILCOXON=pre WITH post (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
[DataSet0]
Ranks
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
a
Z -4.044
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Nilai
No Pertanyaan TP % P % J % S %
(0) (1) (2) (3)
1. Apakah Anda merasa jantung 10 31,25 6 18,75 8 25 8 25
berdebar kencang dan kuat?
2. Apakah nafas Anda pendek? 16 50 7 21,87 5 15,63 4 12,5
3. Apakah Anda mengalami 23 71,875 3 9,375 3 9,375 3 9,375
gangguan pencernaan?
4. Apakah Anda merasa seperti hal 11 34,37 8 25 6 18,75 7 21,88
yang tidak nyata atau diluar diri
Anda sendiri?
5. Apakah Anda merasa seperti 20 62,5 10 31,25 1 3,125 1 3,125
kehilangan kontrol?
6. Apakah Anda takut dihakimi oleh 19 59,375 5 15,625 5 15,625 3 9,375
orang lain?
7. Apakah Anda malu/takut 17 53,125 8 25 4 12.5 3 9,375
dipermalukan?
8. Apakah Anda sulit untuk tidur? 2 6,25 7 21,875 10 31,25 13 40,625
9. Apakah Anda kesulitan untuk 2 6,25 8 25 7 21,875 15 46,875
tetap tertidur /tidak nyenyak?
10. Apakah Anda mudah 16 50 5 15,625 5 15,625 6 18,75
tersinggung?
11. Apakah Anda mudah marah? 17 53,125 5 15,625 4 12,5 6 18,75
12. Apakah Anda mengalami 20 62,5 6 18,75 4 12,5 2 6,25
kesulitan berkonsentrasi?
13. Apakah Anda mudah terkejut? 11 34,375 11 34,375 0 0 10 31,25
14. Apakah Anda kurang tertarik 25 78,125 5 15,625 2 6,25 0 0
dalam melakukan sesuatu yang
Anda senangi?
15. Apakah Anda merasa terpisah 5 15,625 5 15,625 8 25 14 43,75
atau terisolasi dari orang lain
16. Apakah Anda merasa seperti 6 18,75 2 6,25 14 43,75 10 31,25
pusing/bingung?
17. Apakah Anda sulit untuk duduk 17 53.125 6 18,75 8 25 1 3,125
diam?
18. Apakah Anda merasa terlalu 5 15,625 7 21,875 10 31,25 10 31,25
khawatir?
19. Apakah Anda tidak bisa 20 62,5 6 18,75 4 12,5 2 6,25
mengendalikan kecemasan Anda?
20. Apakah Anda merasa gelisah, 2 6,25 6 18,75 12 37,5 12 37,5
tegang?
21. Apakah Anda merasa lelah? 1 3,125 7 21,875 14 43,75 10 31,25
22. Apakah Anda merasa otot-otot 3 9,375 11 34,375 6 18,75 12 37,5
tegang?
23. Apakah Anda mengalami sakit 2 6,25 10 31,25 8 25 12 37,5
punggung, sakit leher, atau otot
kram?
24. Apakah Anda merasa hidup Anda 11 34,375 8 25 3 9,375 10 31,25
91
tidak terkontrol?
25. Apakah Anda merasa sesuatu 12 37,5 6 18,75 5 15,625 9 28,125
yang menakutkan akan terjadi?
tingkat kecemasan ringan dengan memberikan jawaban tidak pernah lebih dari
kut dihakimi oleh orang lain, apakah anda malu/takut dipermalukan, apakah anda mudah marah, apakah anda mengalami k
Nilai
No Pertanyaan TP % P % J % S %
(0) (1) (2) (3)
1.Apakah Anda merasa jantung berdebar 18 56,25 8 25 3 9,375 3 9,375
92
respondent yang memilih jawaban pertanyaan tidak pernah sebanyak lebih dari
kencang dan kuat, apakah nafas anda pendek, anda mengalami gangguan
93
pencernaan, apakah anda merasa seperti hal yang tidak nyata atau diluar diri anda
sendiri, apakah anda seperti kehilangan kontrol, apakah anda takut dihakimi oleh
orang lain, apakah anda malu/takut dipermalukan, apakah anda sulit untuk tidur,
apakah anda mudah tersinggung, apakah anda mudah marah, apakah anda
mengalami kesulitan berkonsentrasi, apakah anda kurang tertarik dalam melakukan sesuatu yang and
94
JADWAL KEGIATAN
BULAN
No Kegiatan
Februari Maret April Mei Juli
2 Penyusunan Proposal
3 Bimbingan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengambilan data
8 Ujian Skripsi
9 Pengumpulan Skripsi
95
Lampiran 11