Anda di halaman 1dari 5

1.Indonesia memproyeksikan diri menjadi negara maju pada dekade-dekade mendatang.

Tahun
2025, Indonesia berharap menjadi negara dengan kekuatan 12 besar dunia. Pasa tahun ini, PDB
Indonesia sekitar US$3.8-4.5 trilliun dengan pendapatan per kapita sebesar US$13.000-14.900.
Pada tahun  2045, Indonesia akan meloncat ke posisi 7 dan 8 besar duinia dengan PBD sebesar
US$16.6 trilliun dan pendapat perkapita US$46,900. Ini merupakan menjadi targetan-targetan
penting sebagai acuan untuk progres yang harus dilakukan oleh pemerintah. Hal ini berpijak
pada pencapaian Indonesia dimana pada tahun 2010, PDB Indonesia sebesar US$700 miliar
dengan pendapatan per kapita sebesar US$3,005. Angka ini merupakn yang terbesar ke-7 dunia.

Proyeksi untuk menjadi negara maju, sejalan dengan serangkaian langkah dalam memajukan
perekonomian. Untuk hal tersebut Pemerintah Indonesia mempunyai konsep yang disebut
Koridor Ekonomi Indonesia. Saat ini pemerintah sedang merumuskan peraturan untuk
mendetailkan enam koridor perekonomian yang diharapkan menjadi penopang pertumbuhan
ekonomi. Konsep itu merupakan masterplan dari arah yang ditetapkan dalam UU No. 17/2007
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Guna mewujudkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia


(MP3EI) hingga 2005. Pemerintah memilih enam provinsi atau wilayah di Indonesia untuk
memaksimalkan basis perekonomian wilayah tersebut. Keenam koridor tersebut yakni Jawa,
Kalimantan, Bali, Sulawesi, Papua, dan Maluku. Staf Ahli Kementrian Kemenko Perekonomian
Bidang Pesaingan Usaha Supriyadi menyatakan bahwa saat ini yang paling utama dilakukan
untuk mewujudkan MP3EI adalah dengan mengubah mindset dan membutuhkan transformasi
ekonomi. Salah satunya dengan memperkuat produktifitas nasional di enam koridor ekonomi.
“Yaitu pengembangan enam koridor ekonomi dengan komoditi atau sektor unggulan wilayah,
misalnya Sulawesi kuat dengan nikel, lalu Papua dengan hasil tambang, Kalimantan dengan hasil
energi yang menonjol, lalu Bali di sektor pariwisata”, katanya. Dimana kekuatan perkonomian
Indonesia dititik beratkan pada kekayaan hasil sumber daya alam. Namun, sesungguhnya masih
banyak tantangan yang harus diatasi untuk mewujudkan misi tersebut. Tantang MP3EI
diantaranya masih banyak kesenjangan dalam pembangunan antar wilayah dan infrastruktur yang
belum maksimal. Menurut saya, ini harus segera dicarikan solusi terbaiknya, karena jika
dibiarkan tidak dianalisis dan ditindak lanjuti secepatnya akan mempengaruhi perkembangan
MP3EI.

Fokus tim ekonomi pemerintah saat ini adalah mempercepat laju perluasan pembangunan
ekonomi nasional. Rencana pembangunan megaproyek Jembatan Selat Sunda (JSS) menjadi
keunggulan pemerintah untuk menggerakkan perekonomian dari dan ke Jawa-Sumatera, selain
itu tentunya pembangunan di enam koridor ekonomi Indonesia. Dengan keberadaan enam
koridor ekonomi nasional sebesar 7% per tahun. Daya dorong ekonomi daerah berdasarkan
keunggulan daerah akan dibangun melalui pembangunan enam koridor ekonomi.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Armida S Alisjahbana


mengatakan pemerintah akan membagi koridor ekonomi menjadi tiga kelompok. Setiap
kelompok terdiri atas dua koridor dan memiliki masing-masing tema atau aktivitas utama dari
masing-masing koridor, yaitu:
·Kelompok I

Terdiri atas koridor Sumatera dan Jawa. Dimana koridor Sumatera akan memfokuskan pada
sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional. Sementara itu, koridor
Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional.

·Kelompok II

Terdiri atas koridor ekonomi Kalimantan dan Sulawesi. Dimana koridor Kalimantan sebagai
pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional. Selanjutnya,
Sulawesi-Maluku Utara sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan,
serta perikanan nasional.

·Kelompok III

Terdiri atas Bali-Nusa Tenggara dan Papua-Maluku. Dimana koridor Bali-Nusa Tenggara
sebagai pintu gerbang pariwisata nasional dan pendukung pangan nasional. Lalu, koridor Papua-
Maluku sebagai pengolah sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia.

Selain dana dari pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan invenstor asing,
perusahaan swasta juga akan terlibat dalam pembangunan koridor ekonomi tersebut. Beberapa
investor asing yang sudah menyatakan kesiapannya antara lain dari Jepang, Korea Selatan, dan
India. Sementara itu, dari BUMN juga telah siap membantu mensukseskan koridor ekonomi
antara lain PT. Angkasa Pura, PT. Jasa Marga Tbk, PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Pupuk Kaltim,
PT. Krakatau Steel Tbk, PT. Adhi Karya Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Tbk, PT. Perum
Perumnas, dan PT. Garuda Indonesia Tbk.

Keberadaan enam korido ekonomi memiliki fungsi strategis untuk menghasilkan dampak
ekonomi nasional khususnya industri unggulan daerah dan mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional sebesar 7% pertahun. Dengan adanya koridor ekonomi tersebut, pendapatan regional
bruto (PRDB) diperkirakan akan meningkat hingga empat kali lipat yakni US$555 miliar di 2010
menjadi US$1,09 trilliun di 2015 dan US$2,16 trilliun 2030. Saat ini, investor dari negara-negara
Asia telah menyatakan komitmennya dalam pembangunan Koridor Ekonomi Indonesia. Mereka
dari Jepang senilai US$60 miliar, Korea Selatan US$20 miliar, dan India US$15 miliar.

Menurut saya ini merupakan program konkret dari pemerintah untuk membuat masyarakat
sejahtera. Komitmen dari investor luar seharusnya dijadikan peluang bagi pemerintah untuk
memanfaatkan secara maksimal. Dengan adanya investor sudah pasti mereka akan membuat
peluang kerja bagi rakyat yang masih belum memiliki pekerjaan. Ketika tempat usaha jadi maka
akan meyerap tenaga kerja lokal. Maka secara tidak langsung akan mengurangi jumlah
pengangguran dan bisa untuk menjadi kenaikan taraf hidup masyarakat Indonesia.
2. Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi selalu menjadi satu kesatuan, sekalipun
pengertiannya berbeda. Pembangunan (economi develepment) diartikan sebagai suatu proses
perubahan terus menerus menuju ke arah perbaikan ekonomi, yang mencakup pertumbuhan
ekonomi yang diikuti perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Sementara pembangunan ekonomi (economic growth) adalah proses
kenaikan out put dalam jangka panjang . Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu aspek
penting dari pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pandangan ekonomi klasik percaya bahwa
pertumbuhan ekonomi dapat diciptakan melalui peningkatan investasi modal yang
dikombinasikan dengan penurunan berbagai hambatan (dereguasi dan insentif pajak) dalam
proses produksi barang dan jasa. Pandangan ini memiliki kesamaan terhadap kebijkan
pemerintah saat ini dengan strrategi pembangunan infrastruktur, deregulasi ekonomi, penurunan
suku bunga dalam upaya mendorong investasi yang sedang berjalan Ekonomi yang bergerak
dapat dilakukan melalui peningkatan daya beli masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus
tetap menjaga stabilitas daya beli masyarakat melalui pendekatan side demand, dimana
kebutuhaan masyarakat akan direspon dengan peningkatan produksi sehingga terjadi
peningkatan permintaan dalam ekonomi domestik. Sebaliknya jika produksi ditingkatkan,
sementara permintaan tidak ada maka yang terjadi adalah penumpukan barang produksi yang
justru menimbulkan kerugian Karena dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan maka
program pembangunan strategis yang ditargetkan pemerintah dapat berjalan dengan baik.
Sekalipun kenyataanya pertumbuhan ekonomi di tahun 2016 yang oleh pemerintah ditargetkan
akan tumbuh 5,2 persen, ternyata hanya mampu mencapai 5 persen, Angka ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan ekonomi indonesia mengalami penurunan baik terhadap perolehan
pendapatan, penyerapan lapangan kerja, juga dipastikan akan berdampak pada daya beli
masyarakat yang menurun.

Ketimpangan ekonomi sebagai fakta sosial, jelas akan berpengaruh terhadap dampak
pembangunan, sekalipun masih terjadi perbedaan pendapat dikalangan pakar dan pengamat
sosial bahwa masalah sosial tidak selalu berkaitan dengan kesenjangan ekonomi yang
disebabkan oleh dampak ketimpangan pendapatan, namun kesenjangan ekonomi dan sosial tidak
begitu saja diabaikan dan dianggap tidak eksis dalam perjalanan pembangunan selama ini,
karena ia dapat menjadi jerami kering dan dapat tersulut oleh dampak pembangunan timpang dan
akar kesenjangan ekonomi yang semakin melebar

Kendati kelesuan perekenomian dunia, kemiskinan ekstrem di dunia terus berkurang, menurut
laporan terbaru Bank Dunia terkait isu kemiskinan dan kesejahteraan bersama. Namun, seiring
dengan proyeksi tren pertumbuhan, laporan tersebut mengingatkan bahwa pengurangan
ketimpangan yang tinggi semakin penting agar tercapai target pengentasan kemiskinan ekstrem
di tahun 2030.

Menurut edisi pertama dari Laporan Kemiskinan dan Kesejahteraan Bersama (Poverty and
Shared Prosperity Report) – sebuah paparan baru data terkini dan akurat terkait kemiskinan dan
kesejahteraan bersama di dunia – sekitar 800 juta orang bertahan hanya dengan kurang dari
US$1,9 per hari di tahun 2013. Jumlah tersebut sekitar 100 juta lebih sedikit dibanding di tahun
2012.
Perbaikan untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem lebih banyak didorong oleh kawasan Asia
Timur dan Pasifik, terutama Tiongkok, Indonesia, dan India. Setengah dari penduduk miskin
ekstrem di dunia berasal dari kawasan Afrika Sub-Sahara dan sepertiga-nya lagi di Asia Selatan.

Di 60 dari 83 negara yang tercakup oleh laporan tersebut, sejak tahun 2008 pendapatan rata-rata
rakyat yang hidup di 40 persen terbawah telah meningkat, walaupun terjadi krisis keuangan di
masa itu. Lebih penting lagi, negara-negara ini mewakili 67 persen dari penduduk dunia.

“Cukup mengesankan bagaimana negara-negara terus mengurangi kemiskinan dan


meningkatkan kesejahteraan walaupun perekonomian dunia kurang mendukung – namun masih
terlalu banyak rakyat bertahan dengan penghasilan yang terlalu kecil,” ujar Presiden Bank
Dunia Jim Yong Kim.

“Kita beresiko tidak mencapai target pengentasan kemiskinan ekstrem di tahun 2030, kecuali
dengan kembalinya laju pertumbuhan yang lebih cepat agar mengurangi ketimpangan. Yang
diperlukan cukup jelas: untuk menghentikan kemiskinan, kita perlu memperluas lapangan kerja
agar masyarakat termiskin terbantu. Salah satu cara yang paling meyakinkan adalah
pengurangan ketimpangan yang tinggi, terutama di negara-negara dimana banyak rakyat
miskin.”

Perhatian Khusus untuk Isu Ketimpangan

Ketimpangan di antara semua orang di dunia telah menurun secara konsisten sejak tahun 1990.
Bahkan, ketimpangan di masing-masing negara telah menurun di banyak tempat sejak tahun
2008; bagi setiap negara yang mengalami kenaikan ketimpangan dalam periode ini, dua negara
lain mengalami penurunan. Namun, ketimpangan tetap terlalu tinggi dan kekhawatiran terkait
pengumpulan kekayaan antara golongan terkaya semakin terasa.

Laporan ini menemukan bahwa di 34 dari 83 negara yang dipantau, kesenjangan pendapatan
melebar seiring dengan meningkatnya pendapatan di antara 60 persen terkaya dibanding mereka
yang berada di 40 persen termiskin. Dan di 23 negara, penduduk yang merupakan 40 persen
golongan termiskin menderita penurunan pendapatan selama beberapa tahun, dan tidak saja bila
dibanding penduduk terkaya namun secara absolut.

Setelah mempelajari sekelompok negara – termasuk Brasil, Kamboja, Mali, Peru dan Tanzania –
yang berhasil mengurangi ketimpangan secara signifikan selama beberapa tahun terakhir, dan
mempelajari berbagai bukti yang tersedia, peneliti Bank Dunia mengindentifikasi enam strategi
yang berpeluang memberi dampak. Strategi tersebut mengungkap kebijakan yang terbukti telah
menambah penghasilan masyarakat miskin, memperbaiki akses masyarakat terhadap layanan
penting, dan memperkuat prospek pembangunan jangka panjang tanpa merusak pertumbuhan.
Kebijakan ini berkinerja baik ketika didampingi oleh pertumbuhan yang kuat, manajemen makro
ekonomi yang baik, dan pasar tenaga kerja yang dapat menciptakan lapangan kerja dan
memungkinkan masyarakat termiskin untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Pengembangan anak usia dini dan gizi: langkah-langkah ini membantu pertumbuhan anak di
masa 1.000 hari pertama mereka. Kekurangan gizi dan kekurangan pertumbuhan kognitif selama
periode ini dapat menyebabkan penundaan pendidikan dan mengurangi prestasi mereka di
kemudian hari.

Perlindungan kesehatan untuk semua: Memberi cakupan kepada masyarakat tidak mampu
untuk mendapat layanan kesehatan yang terjangkau dan tepat waktu, dan pada saat yang sama
meningkatkan kapasitas masyarakat untuk belajar, bekerja dan melakukan kemajuan.

Akses pendidikan bermutu untuk semua: Jumlah pelajar di seluruh dunia telah meningkat dan
pusat perhatian harus bergeser dari sekadar mengirim anak-anak ke sekolah menjadi memberikan
pendidikan bermutu untuk setiap anak di manapun mereka berada. Pendidikan untuk semua anak
harus mengedepankan proses belajar, pengetahuan dan pengembangan keterampilan serta
kualitas guru.

Bantuan tunai kepada keluarga miskin: Program ini memberi penghasilan pokok kepada
keluarga miskin, memungkinkan mereka untuk menjaga anak-anak mereka tetap sekolah dan
memungkinkan kaum ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. Uang tersebut juga
dapat membantu keluarga miskin membeli berbagai keperluan seperti bibit, pupuk, atau ternak,
dan membantu mereka menghadapi kekeringan, banjir, bencana pandemik, krisis ekonomi atau
guncangan yang lain. Bantuan tunai telah terbukti mengurangi kemiskinan dan menciptakan
kesempatan bagi orang tua maupun anak-anak.   

Infrastruktur pedesaan – terutama jalan dan penyediaan listrik: Pembangunan jalan


pedesaan dapat mengurangi biaya transportasi, menghubungkan petani desa ke pasar untuk
menjual barang-barang mereka, serta memungkinkan pekerja bergerak lebih bebas, dan
memperbaiki akses ke pendidikan dan layanan kesehatan. Misalnya, penyediaan listrik bagi
masyarakat desa di Guatemala dan Afrika Selatan telah membantu peningkatan tenaga kerja
kaum perempuan. Akses listrik juga membuat usaha rumah skala kecil menjadi lebih layak dan
produktif, yang sangat diperlukan bagi masyarakat miskin di desa.

Sistem perpajakan yang progresif: Sistem perpajakan yang adil dan progresif dapat membiayai
kebijakan agar program pemerintah yang diperlukan berjalan dengan baik, mengalokasikan
sumber daya yang ada ke masyarakat termiskin. Sistem pajak dapat dirancang agar mengurangi
ketimpangan dan pada saat yang sama menjaga efisiensi anggaran.

“Beberapa langkah ini dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan secara cepat. Sementara
itu yang lainnya memberi manfaaf secara bertahap. Tidak ada obat ajaib,” ujar Kim. “Namun,
semua langkah tersebut ditopang oleh bukti kuat, dan kebanyakan dalam jangkauan anggaran
dan kapasitas teknis para negara. Mengadopsi kebijakan yang sama bukan berarti semua
negara akan mendapatkan hasil yang sama. Namun kebijakan yang telah kami identifikasi telah
berhasil berulang kali dalam lingkungan yang berbeda di seluruh dunia.”

Anda mungkin juga menyukai