Anda di halaman 1dari 5

1.

*Point penting dalam UU Bea materai


a) Adanya penyetaraan akan pajak dari sebuah dokumen. Hal ini tidak diberlakukan pada
Undang Undang 13/1985.
b) Penyesuaian tarif berupa tarif tunggal senilai Rp 10.000 (Pasal 5). Pemberlakuan
tersebut diharapkan dapat memberikan angin segar bagi UMKM.
c) Penyempurnaan akan pengaturan tentang saat terutang dan subjek bea meterai secara
mendetil pada setiap jenis dokumen (Pasal 12).
d) Perkembangan teknologi membuat UU tersebut akan diberlakukan sebagai langkah
nyata untuk pengenaan bea meterai pada dokumen elektronik (Pasal 14 ayat (1)).
e) Adanya fasilitas pembebasan dari bea meterai kepada dokumen tertentu
yang digunakan untuk aktivitas penanganan bencana alam, kegiatan bersifat keagamaan
dan sosial, dan program untuk mendukung pemerintah dan melaksanakan perjanjian yang
bersifat internasional (Pasal 22).
f) Penyesuaian lain kepada UU bea meterai seperti pengaturan sanksi administrative akan
ketidakpatuhan dan keterlambatan akan pemenuhan kewajiban pembayaran dari bea
meterai (Pasal 11, Pasal 17, dan Pasal 18).
g) Pemberlakuan UU yang akan dilakukan mulai 1 Januari 2021 (Pasal 32). Hal ini
dilakukan karena adanya pandemi COVID-19 serta upaya sosialisasi kepada masyarakat
agar memberikan waktu yang cukup dalam persiapan sarana dan prasarana untuk
mendukung implementasi terjadinya UU yang baru ini.

*point penting dalam UU penagihan pajak dengan surat paksa


Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan Biaya Penagihan Pajak
adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat PerintahMelaksanakan Penyitaan,
Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, JasaPenilai dan biaya lainnya sehubungan
dengan penagihan pajak dan Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai
barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut
peraturanperundang-undangan

*point penting dalamUU pengadilan pajak


1. Pejabat yang berwenang adalah Direktur Jenderal Pajak, Direktur Jenderal Bea dan
Cukai, Gubernur, Bupati/Walikota, atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Pajak adalah semua jenis Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk Bea
Masuk dan Cukai, dan Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Peraturan perundang-undangan perpajakan adalah semua peraturan di bidang
perpajakan.
4. Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan dan
dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
5. Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib
Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan
Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
6. Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan Banding, berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakaan yang berlaku.
7. Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak atau penanggung
Pajak terhadap pelaksanaan penagihan Pajak atau terhadap keputusan yang dapat
diajukan Gugatan berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
8. Surat Uraian Banding adalah surat terbanding kepada Pengadilan Pajak yang berisi
jawaban atas alasan Banding yang diajukan oleh pemohon Banding.
9.Surat Tanggapan adalah surat dari tergugat kepada Pengadilan Pajak yang berisi
jawaban atas Gugatan yang diajukan oleh penggugat.
10. Surat Bantahan adalah surat dari pemohon Banding atau penggugat kepada
Pengadilan Pajak yang berisi bantahan atas surat uraian Banding atau Surat Tanggapan.
11. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau
dalam hal disampaikan secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau
putusan disampaikan secara langsung.
12. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimile, atau
dalam hal diterima secara langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau
putusan diterima secara langsung.
13. Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim adalah Ketua, Wakil Ketua, dan Hakim pada
Pengadilan Pajak.
14. Hakim Tunggal adalah Hakim yang ditunjuk oleh Ketua untuk memeriksa dan
memutus Sengketa Pajak dengan acara cepat.
15. Hakim Anggota adalah Hakim dalam suatu Majelis yang ditunjuk oleh Ketua untuk
menjadi anggota dalam Majelis.
16. Hakim Ketua adalah Hakim Anggota yang ditunjuk oleh Ketua untuk memimpin
sidang.
17. Sekretaris, Wakil Sekretaris, dan Sekretaris Pengganti adalah Sekretaris, Wakil
Sekkretaris, dan Sekretaris Pengganti pada Pengadilan Pajak.
18. Panitera, Wakil Panitera, dan Panitera Pengganti adalah Sekretaris, Wakil Sekretaris,
dan Sekretaris Pengganti Pengadilan Pajak yang melaksanakan fungsi kepaniteraan.
19. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
2. Yang dimaksud norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) adalah norma yang
dapat digunakan oleh wajib pajak dalam penghitungan penghasilan neto dalam satu tahun
pajak sebagai dasar penghitungan PPh Pasal 25/29 terutang

Contoh penghitungannya:
Bapak Setia merupakan seorang agen asuransi yang berdomisili di Surabaya. Selama
masa tahun pajak 2019, ia memiliki tahapan bruto sebesar Rp500 juta. Berapa tahap
netonya?
Pertama-tama, mari mencari tarif proporsi penghitungan netonya. Berdasarkan informasi
pekerjaan dan domisili dari soal, tarif proporsi NPPN Bapak Setia adalah 50% sesuai
lampiran PER-17 / PJ / 2015. Maka, cara menghitungnya sebagai berikut:

Penghasilan neto: Rp500.000.000 x 50%

Penghasilan neto: Rp250.000.000

Selanjutnya untuk mendapatkan PPh terutang, wajib pajak harus mengalikan neto dengan
tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh .

PPh Terutang: Penghasilan neto x tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh

Khusus untuk wajib pajak orang pribadi, tahapan neto tersebut harus dikurangi tahap
tidak kena pajak, baru dikenai tarif dengan tarif Pasal 17 Undang-Undang PPh.

PPh Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi: (Penghasilan neto - tahap kena pajak) x tarif
umum Pasal 17 Undang-Undang PPh

3. a). SKPKB atau Surat ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah produk hukum yang
diterbitkan oleh KPP dalam rangka menetapkan pajak yang harus dibayar oleh WP yang
masih kurang
b). Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau SKPKBT adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
c). SKPLB atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang
d). Surat Ketetapan Pajak Nihil atau SKPN adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak
melakukan pemeriksaan Surat Pemberitahuan

4. *ppn
- objek PPN antara lain: Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha,
- pelaksanaan mekanisme pemungutan PPN adalah. Pada waktu PKP di atas melakukan
pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan PPN

*Ppn yang dapat dikredit kan


a). Pajak masukan dalam suatu tahun masa dikreditkan dengan pajak keluaran untuk
masa pajak yang sama.
b). Pajak masukan yang belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada saat masa pajak
yang sama, masih bisa dikreditkan pada masa pajak berikutnya, paling lama 3 bulan
setelah masa pajak yang bersangkutan. Dengan catatan, belum dibebankan sebagai biaya
dan belum dilakukan pemeriksaan.
c). PKP yang belum melakukan kegiatan produksi, sehingga secara otomatis belum
melakukan penyerahan terutang pajak, maka pajak masukan terkait perolehan dan/atau
impor barang dapat dikreditkan.
d). Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

*Ppn yang tidak dapat dikredit kan


a). PPN atas perolehan BKP/JKP yang dilakukan sebelum pengusaha yang bersangkutan
ditetapkan sebagai PKP.
b). PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan
usaha PKP. Maksudnya, tidak memiliki hubungan dengan kegiatan produksi, distribusi,
pemasaran dan manajemen PKP.
c). Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan.
d). PPN atas perolehan BKP/JKP yang didapat dari luar daerah paben sebelum pengusaha
yang bersangkutan ditetapkan sebagai PKP.
e). PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak memenuhi ketentuan pada UU No. 42/2009
Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (5) atau (9) atau tidak mencantumkan nama,
alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pembeli/penerima BKP/JKP.
*mempengaruhi atau menimbulkan penerimaan faktor faktor ppn
yang mempengaruhi penerimaan PPN dan PPnBM adalah indikator- indikator ekonomi
makro. PDB, ekspor, impor, inflasi, konsumsi, suku bunga serta jumlah penduduk sangat
mungkin memiliki pengaruh terhadap penerimaan PPN dan PPnBM.

*Ppnbm
- Objek PPnBM umumnya hanya dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki
penghasilan tinggi.
- Pelaksanan mekanisme pemungutan PPnBM tersebut terbagi menjadi dua, yaitu
pemungutan PPnBM oleh pengusaha kena pajak (PKP) dan pemungutan PPnBM oleh
pemungut.

*Pkp kena pajak

Pengusaha Kena Pajak merupakan Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN)

*Pkp tidak kena pajak

Pkp tidak kena pajak merupakan perusahaan yang belum dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak (PKP), sehingga kepadanya tidak disematkan kewajiban-kewajiban untuk
memungut dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), meski kegiatan penyerahan
barang dan/atau jasa yang dilakukan termasuk Barang/Jasa Kena Pajak (BKP/JKP)

Anda mungkin juga menyukai